Wanita itu tampak mulai membuka matanya perlahan, menatap sekeliling kamar yang dia yakini bukan kamarnya yang ada di rumah. Dia langsung tersentak terbangun mendapati seorang pria yang tertidur di sampingnya dengan begitu pulasnya dengan dada telanjang.
Wanita itu terkejut dan sontak menutup mulutnya. Mencoba mengingat kejadian semalam saat dirinya dipengaruhi alkohol. Ya, semalam ada acara pesta kantor, untuk merayakan wakil kepala bagiannya yang naik jabatan menjadi kepala bagian keuangan.
Kepala bagian yang lama dipecat secara tidak hormat karena ketahuan melakukan korupsi. Dan wanita itu adalah salah satu bawahan dari kepala bagian keuangan itu. Yang juga karyawan dari tim bagian keuangan.
Wanita itu melihat kedalam selimut yang dipakainya dan ternyata dirinya tengah telanjang tanpa sehelai benangpun di tubuhnya.
"Oh shit... Itulah sebabnya aku tak mau mabuk, karena mabuk membuatku benar-benar hilang kendali." bisik wanita itu lirih.
Lagi-lagi mulutnya menganga tak percaya mengingat lagi kejadian semalam, bahwa dirinyalah yang merayu pria itu.
Flashback on
"Hoek... Hoek..." Karina memuntahkan semua yang ada dalam perutnya di toilet hotel itu.
Setelah minum tidak lebih dari lima gelas membuatnya perutnya bergejolak dan langsung berlari ke toilet terdekat. Saat itu sudah hampir tengah malam. Beruntung besok hari libur kerja, makanya bagian keuangan di tempatnya memilih untuk merayakan malam itu. Karina awalnya menolak namun teman-temannya sedikit memaksanya karena dia selalu saja absen kalau ada acara-acara kantor.
Jadi untuk hari itu dia terpaksa mengiyakan ajakan teman-temannya. Setelah mendapat izin dari suaminya. Karina ikut mereka untuk acara makan-makan di hotel yang lumayan mewah itu. Mungkin akan terdengar aneh, tapi kepala bagian keuangan yang baru ini, sebenarnya adalah anak konglomerat namun dia hanya ingin meniti karir dari nol dengan bekerja di perusahaan orang lain.
Hanya beberapa saja yang tahu tentang jati dirinya. Gosip yang didengar dia adalah keponakan dari direktur yang sengaja ditempatkan di bagian keuangan. Selain untuk menambah pengalamannya dia juga bertugas sebagai mata-mata kepala bagian yang lama karena sedikit curiga.
Acara berlangsung meriah, dan lancar-lancar saja. Sampai alkohol datang di acara terakhir. Karina awalnya menolak karena harus pulang, namun entah bagaimana dia pun terjebak untuk minum minuman keras itu hingga lima gelas yang sekarang berakhir dirinya mual dan muntah di toilet hotel. Karina mencoba berdiri untuk segera pulang ke rumah.
Namun jalannya yang sempoyongan membuat dirinya berkali-kali hampir terjatuh dan berkali-kali pula dibantu oleh orang yang berpapasan dengannya.
"Kau tak apa nona?" tanya salah seorang staf hotel yang melihat pelanggannya tampak sangat mabuk.
"Tak apa." tolak Karina menepis tangan staf hotel yang coba membantunya itu.
Karina terus berjalan dengan sempoyongan meski sesekali berhenti bersandar di dinding karena merasakan perutnya bergejolak namun bisa ditahannya.
"Nona, mau saya antar ke kamar?" goda seorang pria yang tiba-tiba menghampirinya hendak memapahnya namun langsung ditolak oleh Karina.
"Tidak." tolak Karina dan dia pun melanjutkan jalannya hingga sampai di depan lift.
Ya, restoran yang dipesan kepala bagiannya tadi memang berada di lantai lima hotel itu.
Ting
Pintu lift terbuka hanya tiga orang yang ada di dalam lift itu. Karina langsung masuk dalam lift dan bersandar di dinding lift dengan lemasnya.
Ting
Pintu lift terbuka lagi, dua orang keluar dari lift dan pintu menutup lagi. Hanya tinggal dua orang di dalam lift itu. Karina dan seorang pria muda yang terlihat datar dan dingin dengan tampang parlente jas rapi yang pas dengan bentuk tubuhnya. Jangan lupakan wajah tampan mempesonanya yang membuat semua wanita rela menyerahkan tubuhnya untuk dikukung di bawahnya.
Sesekali pria muda itu melirik ke arah dinding lift yang memang seperti cermin saja. Sehingga pantulan Karina yang tengah bersandar di dinding lift terlihat. Keadaan Karina yang sudah kacau tampak semakin kacau saat dia tertidur pulas dengan menyandar pada dinding lift dengan mulut yang setengah terbuka sungguh sangat lucu dan senyum tipis terukir di bibir pria itu yang tak sengaja meliriknya.
'Ini hampir mencapai lift teratas, hanya beberapa orang saja yang mungkin menempati lift paling atas, hanya tiga kamar. Apa dia salah satu penghuni dua kamar lainnya?' batin pria muda itu. Matanya terus menatap ke arah dinding lift yang menampilkan wajah Karina yang sudah tertidur pulas itu.
"Huk..." Karina tampak menutup mulutnya menahan gejolak mual di perutnya.
Pria itu tersentak melihat wajah Karina yang hendak muntah sambil menutup mulutnya.
"Nona, kau tak apa?" tanya pria itu mendekati Karina. Karina otomatis meraih kedua bahunya dan menariknya dan....
"Hoek...Hoek...Hoek..." Karina muntah di jas mahal milik pria muda itu.
Dan tak henti-hentinya umpatan keluar dari mulut pria muda itu semakin membuat pria itu berdecak kesal, apalagi Karina langsung pingsan di didadanya.
"Nona, nona... bangunlah... nona... oh shit..." ucap pria itu dan bersamaan dengan itu pintu lift terbuka.
Pria itu terpaksa membawanya masuk ke dalam kamar hotelnya. Pria itu membaringkan tubuh Karina di ranjang dengan asal. Pria itu langsung ke kamar mandi membuka seluruh pakaiannya yang bau muntahan dan alkohol yang menyengat hidungnya.
"Berapa banyak dia minum sampai mabuk seperti itu. Sungguh sial sekali aku, baru tiba ke negara ini sudah disambut muntahan yang... ugh... menjijikkan..." gerutu pria itu langsung mandi untuk membersihkan bau muntahan tadi.
Pria itu keluar dari kamar mandi setelah dirasa cukup untuk membersihkan tubuhnya dengan handuk yang melilit di pinggangnya saja. Pria itu melihat ke ranjang namun tak menemukan Karina. Dia mencari ke sekeliling kamar tetap tak menemukan. Suara muntahan terdengar lagi di balkon kamar hotel, sambil berdecak semakin kesal karena Karina muntah lagi sembarangan di balkon kamarnya.
"Hei... kau..." teriak pria itu membuat Karina menatapnya heran dengan wajah yang semakin memerah karena mabuk. Karina berdiri mendekati pria yang hanya berbalut handuk itu.
"Hei kau... tak bisakah kau tidak berteriak..." teriak Karina ganti menuding-nuding dada pria itu dengan sebelah tangan lainnya mencengkeram bahu kekar pria itu.
"Kau..."
"Kau apa? Kau itu, kenapa tak pernah menyentuhku, sejijik itukah kau padaku...hiks...hiks... kau jahat mas... kau jahat..." Karina memukuli dada bidang pria itu yang entah dikiranya siapa. Isakan tangisnya terdengar dari bibirnya.
"Kenapa mas... kenapa? Ceraikan aku jika... kau tak... menginginkanku lagi...hiks... hiks..." bisik Karina lirih masih belum berhenti memukuli dada bidang pria asing itu.
"Aku hanya kau perhatikan, aku hanya ingin kau beri pengertian, sedikit saja... tak bisakah.. hmmm...." ucap Karina semakin melantur saja. Kedua tangan Karina melingkar di leher pria asing itu dan Karina tanpa aba-aba langsung ******* bibir kenyal dan tebal itu.
Mencumbuinya dengan buas dan liar seperti tak pernah mendapatkannya dalam waktu lama. Pria itu tersentak mendapat ciuman buas dari wanita yang entah siapa.
TBC
Hai-hai para pembaca karyaku....
Selamat membaca semoga suka...
Maaf tak pandai basa-basi
Pria itu yang baru pertama kali merasakan dadanya berdegup kencang dengan ciuman yang tiba-tiba diterimanya dengan sangat liar ikut membalas ciuman itu penuh hasrat juga. Entah kenapa dia juga tak menolak ciuman dari Karina juga tak berusaha mendorong tubuh Karina yang dengan beraninya mencumbu dirinya membuat sesuatu yang lama tertidur pulas menjadi berdiri tegak.
Sontak handuk yang membalut tubuh sebatas pinggangnya itu terjatuh. Pria itu semakin berani membalas dengan kedua tangannya tak berhenti disitu. Dia menjelajahi seluruh tubuh Karina dengan buasnya juga. Meski dia belum pernah merasakan bagaimana berhubungan intim dengan wanita namun dia mempelajarinya dari berbagai sumber, entahlah untuk apa.
Dirinya tak pernah berminat pada perempuan-perempuan yang selalu menggodanya jika dia sedang menemui klien untuk bekerja sama dengan perusahaannya. Kini entah kenapa tubuhnya ikut bergairah dan terbawa suasana dengan Karina.
Pria itu mulai melucuti satu persatu pakaian yang melekat pada Karina tanpa melepaskan ciumannya. Keduanya kini sedang terbakar gairah untuk terus saling menikmati mencari-cari kepuasan masing-masing.
Flashback off
Karina memunguti satu persatu pakaiannya dan memakainya. Dengan diam-diam tanpa ingin mengeluarkan suara sedikitpun. Aku harus segera kabur, ah, sial sekali aku. Aku telah mengkhianati pernikahanku. Maaf mas... maafkan aku...batin Karina membuka pintu kamar itu perlahan setelah menyambar tasnya.
Dia kembali menoleh memastikan tak ada satupun barangnya yang tertinggal. Dia tak mau kalau pria asing itu mencarinya dan mengatakan sesuatu yang tidak diinginkan pada orang yang dikenalnya.
'Maaf tuan, anggap semalam hanya kesalahan. Maaf.' bisik Karina meninggalkan kamar itu.
***
"Aku pulang." sapa Karina setelah muncul di pintu rumahnya.
"Ibuk baru pulang?" tanya seorang ART rumahku yang muncul dari dalam rumah.
"Ah, iya bi. Maaf, semalam aku mabuk jadi terpaksa menginap di rumah seorang teman yang dekat dengan kantor." jawab Karina beralasan.
"Tidak apa buk, anda sudah pernah bilang sebelum acara kantor itu untuk meminta saya menginap." jelas ART bernama bi Ani itu.
"Terima kasih ya bi. Dimana Anin? Bibi sudah boleh pulang. Terima kasih sudah menjaga pitri saya." ucap Karina menyerahkan beberapa lembar uang untuk membayar jasa ART nya.
Karina memang tidak punya ART tetap. Bi Ani adalah tetangganya yang diminta tolong untuk menjaga putrinya jika bekerja. Itupun bi Ani hanya menjaga dari pulang sekolah sampai dirinya pulang kerja.
Karina menuju kamar putrinya.
Cklek
"Mama." seru Anin menghambur memeluk Karina.
"Kau sedang apa sayang?" tanya Karina sambil mengusap rambut putrinya lembut.
"Mengerjakan tugas sekolah ma, lumayan banyak jadi aku mau mulai mengerjakan sedikit demi sedikit." jelas putrinya tersenyum bangga.
"Wah, putri mama hebat sekali. Rajin lagi." puji Karina tersenyum lembut membelai rambut putrinya yang lembut.
"Mama capek? Mama istirahat saja. Papa juga tak pulang semalam. Waktu aku menghubungi papa kemarin katanya dia akan pulang tiga hari lagi." jelas Anin tersenyum polos. Senyum Karina mendadak hilang berganti dengan sorot mata sendu.
"Maaf ya sayang, mama sibuk hingga tak ada waktu untuk Anin." ucap Karina sendu merasa bersalah.
"Tidak... tentu saja tak apa. Mama kan mencari uang juga untuk Anin?" sela Anin tersenyum manis.
Karina memeluk putrinya terharu, air matanya tanpa sadar menetes. Apa aku harus resign untuk putriku. Aku tak mungkin meninggalkan putriku saat ini yang lagi senang-senangnya untuk diperhatikan oleh salah satu orang tuanya.
"Mama tadi baru pulang? Kok bajunya masih baju kemarin?" tanya Anin polos.
"Ah, bau ya sayang... " menciumi lengannya" mama mandi dulu ya, setelah itu mama bantu mengerjakan tugas sekolahnya?" tawar Karina tersenyum setelah diam-diam menghapus air matanya.
"Ehm..." Karina tersenyum mengusap kembali rambut putrinya gemas.
**
Karina masuk ke dalam kamarnya. Kamar yang terasa dingin. Masih sama seperti kemarin dia meninggalkan saat berangkat kerja. Itu artinya suaminya tak pulang lagi. Kamu dimana mas? Apa kau tak merindukan kami? batin Karina membuka seluruh pakaiannya hingga dia telanjang.
Saat melintasi cermin seluruh badan yang ada di samping kamar mandinya. Karina tersentak dan menutup mulutnya. Banyak bekas cupangan merah pada tubuhnya, terutama daerah di kedua dadanya. Tiba-tiba tanpa diminta ingatan semalam terlintas di benaknya. Malam yang sangat panas dan liar.
Karina tak menampik merasakan kenikmatan itu. Apalagi dia tak mendapatkannya lagi dari suaminya setelah kejadian hari itu. Sudah hampir enam bulan. Mau tak mau Karina mengubur keinginannya untuk mendapatkan kebutuhan biologis yang tak pernah didapatkan lagi dari suaminya. Suami yang bahkan sangat dicintainya.
Tapi kini dia telah mengkhianati cinta itu. Mengkhianati mahligai rumah tangganya. Karina menatap datar dan kosong pada cermin yang menunjukkan kebejatannya sebagai seorang istri. Bagaimana bisa aku menganggap orang asing itu adalah mas Keanu? batin Karina merasa bersalah.
Dia pun akhirnya masuk ke dalam kamar mandi mengisi bathtub kamar mandi berendam untuk membersihkan jejak-jejak perselingkuhan itu namun menggosoknya sekeras apapun tak akan hilang dalam sekejap. Karina menangis, sungguh dirinya bukan wanita setegar itu. Dia bukan wanita sekuat itu.
Selama ini dia sudah mencoba untuk tegar dan kuat. Seolah tak terjadi apa-apa dalam rumah tangganya namun mungkin hari itu adalah batasan dirinya untuk selalu tegar.
Karina selesai mandi dengan menggunakan bath rope nya.
Duduk di depan meja rias menatap dirinya yang terlihat menyedihkan. Karina tertawa hambar menatap dirinya yang sungguh sekarang seperti seorang murahan saja saat mengingat bagaimana dirinya begitu rendahnya saat bercinta semalam.
**
Waktu menunjukkan pukul dua siang, Karina tersentak membuka matanya. Menatap sekeliling kini dia berada di dalam kamarnya.
"Oh my, bukannya tadi dia berjanji akan menemani putriku mengerjakan tugas sekolahnya?" Karina langsung beranjak dari ranjangnya keluar kamar menuju kamar putrinya dengan perasaan bersalah.
Cklek
Karina melongok menatap ke dalam kamar putrinya dan putrinya terlihat berbaring di ranjang dengan damainya. Karina melirik meja belajar yang sudah terlihat rapi pertanda kalau tugas putrinya sudah selesai. Diusapnya rambut putrinya lembut.
"Maafkan mama sayang, mama ketiduran." guman Karina merasa bersalah. Karina menatap putrinya penuh cinta sambil terus mengusap-usap rambut putrinya.
Cklek
"Mas, sudah pulang! Apa kabar mas?" sapa Karina tersenyum bahagia menatap suaminya yang tiba-tiba muncul dari pintu depan hendak ke kamar mereka.
Karina mengikuti dengan suka cita, awalnya suaminya hanya menatapnya sekilas namun langsung menuju kamar tanpa bicara sepatah katapun.
"Mas, mau makan siang? Mas mau makan apa, biar kusiapkan." tawar Karina saat mengikuti langkah suaminya ke kamar.
"Aku hanya mengambil beberapa barang. Dan aku...." Keanu suami Karina terdiam beberapa saat menatap Karina merasa bersalah.
"Kamu kenapa mas?" tanya Karina penasaran menatap suaminya lekat.
"Aku akan menikah lagi."
Deg
Jantung Karina bagai dihantam seribu ton batu. Karina tak kunjung menjawab ucapan suaminya. Mencerna ucapan suaminya sekali lagi. Keanu yang mulai sibuk menyiapkan kopor dan mengambil satu persatu pakaiannya untuk dibawa.
"Mas, bercanda kan?" tanya Karina sesak mencoba menampik ucapan suaminya tadi. Keanu terdiam lagi menatap istrinya lekat.
"Tidak. Kami sudah mempersiapkan semua. Besok kami akan mendaftarkan pernikahan kami. Dan dengan persetujuan ataupun tanpa persetujuanmu, aku akan tetap menikahinya." jawab Keanu memasang resleting kopornya setelah dikiranya sudah cukup bawaannya.
TBC
"Sejak kapan?" tanya Karina menatap suaminya lekat. Keanu menatap Karina lekat, ragu untuk mengatakannya.
"Sejak kapan hubungan kalian dimulai?" tanya Karina lagi mencoba menguatkan hatinya meski air mata terus mengalir.
"Setahun yang lalu kami saling mengenal." jawab Keanu membuat hati Karina mencelos.
"Lalu, aku? Bagaimana denganku mas? Bagaimana dengan pernikahan kita?" tanya Karina terus menatap Keanu lekat tanpa berpaling sedikitpun.
Keanu membuang pandangannya ke arah lain menghindari tatapan istrinya yang begitu memujanya.
"Maaf..." lirih Keanu menundukkan kepalanya semakin merasa bersalah.
"Apa maksudmu dengan maaf mas? Jelaskan mas, apa maksudnya?" tuntut Karina mulai emosi.
"Kukira aku dulu mencintaimu tapi sejak bertemu dengannya lagi setahun yang lalu, aku mulai menyadari... kalau perasaanku padamu hanya sebatas tanggung jawab karena menghormati perjodohan orang tua kita." jelas Keanu menusuk perasaan terdalamnya.
"Jadi maksud mas, mas hanya menganggapku hanya sebagai rasa tanggung jawab kepada istri?" tanya Karina terdengar getir.
"Maaf." Keanu menundukkan kepalanya kembali semakin merasa bersalah. Karina terdiam begitu juga Keanu.
"Ceraikan aku mas! Ceraikan aku dulu baru kemudian kau menikahlah dengannya!"lirih Karina namun masih terdengar oleh Keanu.
"Itu tidak mungkin. Aku sudah berjanji pada orang tua kita untuk tidak akan pernah bercerai denganmu." sangkal Keanu menatap Karina tajam.
"Aku yang akan menggugat cerai kamu mas." jawab Karina menatap Keanu tak kalah tajam.
Keanu menatap Karina nyalang, dia terlihat emosi mendengar ucapan Karina.
"Kalau kau menggugat cerai aku, Anin akan kubawa. Dan tak akan kuizinkan kau menemuinya sampai kapanpun." ancam Keanu menatap tajam.
"Tapi aku tak sudi dimadu mas, aku tak mau hidup dengan istrimu yang lain." seru Karina.
"Terserah, aku sudah katakan dengan atau tanpa persetujuanmu aku tetap akan menikahinya. Toh, kami tidak akan tinggal disini bersama." Keanu pergi meninggalkan rumah itu tanpa basa-basi apapun lagi.
Karina hanya bisa terduduk di lantai terlihat putus asa.
"Kau kejam mas, kau kejam. Seburuk itukah aku sampai kau ingin mencari istri lain." bisik Karina lirih.
Tangisan terdengar di kamar itu. Membuat siapapun yang mendengarnya pasti akan merasakan kasihan karena terdengar menyayat hati.
Bayangan di luar pintu kamar Karina terdapat seseorang yang melihat kejadian itu sejak saat papanya datang. Suara teriakan membuat tidur siangnya terganggu meski memang sudah waktunya dirinya bangun. Ingin dia mendekati sang mama yang sudah tak berdaya karena rasa sakit yang diberikan oleh sang papa.
Gadis kecil itu seolah teringat ucapan teman-teman sekelasnya yang mengatakan kalau ayah temannya itu jarang pulang ke rumah karena kedua orang tuanya bercerai.
Awalnya gadis kecil itu tak paham apa yang dibicarakan teman-temannya namun sekarang dia mengerti apa maksud dari perceraian yang teman-temannya ucapkan. Mungkin gadis itu terlihat masih kecil.
Tapi karena kesehariannya yang jarang bersama dengan orang tuanya membuat gadis itu harus dewasa karena terlalu mandiri untuk mengerjakan apapun sendirian. Bahkan jika bi Ani terlalu lama menjemputnya sekolah, dia dengan selamat sampai ke rumahnya.
***
Hari Senin, hari pertama Karina mulai masuk kerja kembali setelah libur akhir pekan. Begitu juga putrinya, kini dia sudah bersiap-siap untuk berangkat sekolah tanpa dibantu oleh mamanya.
"Kau sudah siap sayang?" tanya Karina lembut sambil mengusap rambut putrinya lembut.
"Iya ma."
"Makan yang banyak ya sayang, mama buatkan nasi goreng kesukaanmu, nasi goreng seafood... tara..." ucap Karina menyodorkan satu piring nasi goreng di meja dengan udang goreng di atasnya.
Karina ikut duduk di kursi depan meja berhadapan dengan putrinya dan ikut menyantap sarapannya.
"Terima kasih mama." ucap Anin tersenyum senang menunjukkan deretan gigi putihnya.
"Sama-sama sayang." jawab Karina.
Mereka pun mulai sarapan tanpa ada suara hanya dentingan sendok dan piring.
"Ayo, biar mama antar sekalian sayang!" tawar Karina.
Dia memakai mobilnya lagi. Pekan lalu dia tak membawa mobilnya karena dia akan tahu ada acara makan-makan merayakan kepala bagiannya yang baru.
Mobil meluncur meninggalkan pekarangan rumahnya. Rumah mungil dua lantai yang dibeli suaminya itu menjadi tempat tinggal mereka setelah pernikahan, namun kini sekarang hanya tinggal dirinya bersama putrinya saja.
"Sekolah yang pintar ya sayang, jangan nakal!" titah Karina saat putrinya hendak turun dari mobil.
"Baik ma." jawab Anin sambil menyalami sang mama tak lupa mencium punggung tangan mamanya dan mengecup pipinya sekilas.
"Bye mama." Anin melambaikan tangannya begitu selesai menutup pintu dan pergi meninggalkan sekolah putrinya setelah melihat putrinya masuk ke sekolah dengan aman.
Karina melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, waktu masih menunjukkan pukul tujuh pagi. Masih ada satu jam dirinya untuk perjalanan ke kantor.
**
"Selamat pagi mbak Karin?" sapa seorang wanita yang bekerja di bagian resepsionis.
"Pagi..." Karina balas menyapa.
Karina mencoba menghela nafas panjang, membuangnya perlahan. Mencoba melupakan segala masalah yang sedang menghimpitnya. Dia berusaha untuk tegar dengan keputusan suaminya. Diduakan oleh suaminya. Dan entah apakah suaminya akan tetap menafkahi mereka Karina tak tahu dan tak menuntutnya.
Dia hanya ingin berusaha bekerja keras demi masa depan dirinya dan putrinya tanpa suaminya meski mereka belum bercerai. Karina akan menganggap dirinya sebagai istri dengan seorang anak yang ditinggalkan suaminya. Karina juga berusaha untuk mengubur perasaannya pada suaminya yang telah menikah lagi itu.
"Pagi mbak Karin... kemarin gimana pulang? Selamat?" tanya Bella rekan kerjanya sesama bagian keuangan.
"Pagi mbak Karin..." sapa Theo juniornya juga di bagian yang sama.
"Pagi..." balas Karina melambai pada Theo yang langsung menuju ke kubikel tempatnya bekerja.
"Aku baik-baik saja Bel." jawab Karina duduk di kursinya mulai bekerja.
"Aku khawatir Lo mbak, kukira mbak nyasar kemana setelah dari toilet. Bahkan mas Indra sampai nyamperin mbak ke toilet tapi sudah gak ada." jelas Bella menyebut senior mereka yang telah menjadi ketua tim keuangan dibawah kepala bagian keuangan.
Seketika ingatan Karina terlintas kejadian malam lalu, saat dirinya bangun-bangun sudah ada pria dewasa dengan tubuh kekar tertelungkup di sisinya tidur dengan keadaan sama-sama telanjang. Seketika itu pula wajah Karina berubah merah mengingat keintiman mereka.
"Sial..." umpat Karina melambai-lambai di atas kepalanya menghilangkan pikiran mesumnya.
"Ada apa mbak?" tanya Bella penasaran melihat Karina sedikit aneh.
"Eh, gak ada kok, ayo kerja!" Karina langsung membuka laptopnya memulai pekerjaannya. Bella juga kembali menatap laptopnya sambil mengedikkan kedua bahunya acuh.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!