NovelToon NovelToon

BIDADARI YANG KU SAKITI 2

Tidak Tahu Diri

Happy reading ya 🤓

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Yudha tertunduk lesu di depan Zamira yang dengan tegar menatapnya.

Yudha ingat betul wanita itu dulunya tak pernah sekali pun berani memandangnya walau Zamira telah menjadi istrinya. Namun kini sepasang mata coklatnya itu membuat hati Yudha hancur dengan perkataannya.

"Aku tidak bisa menjadi perusak rumah tanggamu Abi." ucap Zamira saat Yudha mengutarakan niatnya untuk kembali mengajaknya rujuk.

Yudha yang saat itu memang telah menikah untuk ketiga kalinya dengan Vera merasa tertampar oleh ucapannya. Sungguh Yudha tidak peduli bahwa saat ini ada Vera istri ketiganya yang tengah mengandung anak pertama mereka.

Awalnya Yudha merasa percaya diri bahwa mantan istrinya yang masih tetap memanggilnya dengan sebutan "Abi" itu masih memiliki cinta yang sama seperti saat terakhir kali Yudha menceraikannya.

Yudha Bachtiar.

Yudha adalah seorang pria biasa yang tak terlalu tampan tapi dirinya memiliki pesona dengan kemampuannya untuk bisa berteman dengan siapa saja. Sifat ringan tangannya membuat Yudha dikelilingi banyak teman yang sebenarnya banyak diantara mereka hanya memanfaatkan kebaikannya saja.

Namun Yudha tak pernah memusingkan hal tersebut karena pada dasarnya Yudha tulus membantu mereka sebisanya.

Zamira Amadea.

Wanita itu dinikahi Yudha setelah setahun lebih mereka menjalani hubungan. Yudha mengenalnya dari media sosial online. Zamira yang kala itu bukanlah muslim dan cenderung suka memakai pakaian minim akhirnya mengikrarkan syahadat setelah sekian lama Yudha membimbingnya dengan ajaran islam.

Zamira dengan ketulusan hatinya memeluk agama islam pun mulai menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslimah. Dirinya pun mulai mengenakan hijab yang tentu saja bertahap. Dari kerudung segi empatnya hingga kini dia lebih suka mengenakan gaun dan kerudung lebar.

Yudha yang menjadi saksi perubahan besar dalam dirinya itu jujur saja merasa senang.

"Apa yang telah ku lakukan ya Rabb, mengapa aku begitu bodoh melepaskan permata jiwaku ini?" Batin Yudha sembari menatap Zamira yang kini makin mantap dengan cadarnya.

"Pulanglah Abi, istrimu pasti menunggumu." Ucap Mira lembut. Bahkan begitu lembut layaknya seperti dulu dirinya sering memperlakukan Yudha.

Seketika Yudha merasa layaknya pria yang tidak tau diri. Pria yang sudah puas menyakitinya lalu tiba tiba kembali mengharap cintanya. Namun Yudha tidak akan menyerah begitu saja.

"Abi mohon Mira pertimbangkan lagi. Berikan Abi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menebus semua kesalahan Abi pada Mira. Abi sungguh menyesal Mira. Abi rasanya tak sanggup untuk menanggung rasa bersalah ini seumur hidup Abi." Lirih Yudha.

Yudha masih tak begitu saja menyerah membuat Mira luluh dan bisa menerimanya kembali.

Mira tertunduk. Setetes airmata keluar dari sudut matanya. Dia begitu rapuh saat ini. Dirinya dihadapkan pada dua pilihan sulit.

Menerima Yudha yang masih begitu dicintainya namun begitu menyakitinya? Atau memilih Dave? Pria yang telah menghiasi harinya dengan segala kebaikan dan cintanya meski Mira belum pernah sekali pun menjawab pernyataan cintanya.

"Abi tidak rela jika Mira menikah dengan pria yang berbeda keyakinan. Sungguh Abi tidak rela. Abi mungkin akan sangat rela jika Mira menikah dengan pria lain yang memang seagama." Tukas Yudha berusaha agar permata jiwanya itu tak kembali meninggalkan Rabb nya.

"Tapi apa jaminannya jika pria yang seagama itu bisa membuat Mira bahagia Abi?" Tanya Mira polos dan kembali menatap mata Yudha dengan tajam.

Yudha merasa ribuan sembilu menusuk hati dan jantungnya saat itu. Kalimat sindiran yang dilontarkan Mira sungguh membuat hatinya perih.

Ya,,,,

Yudha tau Zamira tengah mengingatkan dirinya yang seagama dengan Mira namun telah begitu menyakitinya. Yudha yang telah begitu tidak mempercayainya dan malah menceraikannya secara sepihak.

"Mira, Abi mohon maaf atas semua yang pernah Abi lakukan padamu. Sungguh Abi yang masih kalah iman ini mengaku bersalah padamu karena telah begitu buta dan tak mampu melihat kebenaran." Airmata Yudha mulai menetes mengingat semua yang telah dia lakukan pada Mira.

"Pulanglah Abi." Titah Mira untuk kedua kalinya tanpa mengiyakan permintaan Yudha padanya untuk memikirkan ulang semuanya.

"Baiklah, Abi akan pulang. Tapi Abi akan datang kembali dan Abi harap Mira sudah punya jawaban. Assalamualaikum Mira." Ucap Yudha mengalah.

"Waalaikumsalam." Jawab Mira singkat tanpa memandang Yudha lagi.

Sungguh ingin rasanya Yudha memeluk dirinya dan bersimpuh di kakinya. Sungguh tak ingin rasanya Yudha meninggalkannya lagi. Dengan gontai Yudha pun keluar dan masuk ke dalam mobilnya. Yudha menangis disana untuk kesekian kalinya.

Zamira, Maafkan Abi.

Maafkan Abi dengan setulus hatimu.

Yudha segera memacu mobilnya meninggalkan halaman rumah Zamira yang baru didapatkan alamatnya setelah sekian lama Yudha mencari informasi tentang keberadaannya.

Zamira memandang Yudha dari balik tirai rumahnya. Airmatanya masih tak berhenti menetes. Hatinya begitu perih mengingat semua hal tentang Yudha dan kenyataan akan kehadiran Dave saat ini.

Pria yang berbeda agama dengannya namun mampu menghapus luka dan mengembangkan kembali senyumannya.

"Ya Rabb. Apa arti semua ini? Setelah tujuh tahun hamba berusaha bangkit dan menerima semua yang telah Engkau takdirkan untuk hamba, Kenapa Engkau kembali menghadirkan dirinya dalam hidup hamba?" Lirihnya dalam doanya setelah selesai menjalankan kewajiban sholatnya.

Zamira bangkit menuju ke sebuah lemari yang berada di sudut kamarnya tanpa melepaskan mukenanya. Dibukanya laci paling bawah lemari itu.

Sebuah album foto yang hampir usang namun saat dibuka isinya mampu membuat ingatannya begitu jelas. Zamira membuka foto foto kebersamaannya bersama Yudha yang ternyata masih disimpannya.

Airmatanya kembali mengalir deras saat dirinya membuka halaman album foto pernikahan itu. Yudha tampak gagah dengan baju koko warna putih berhiaskan bordir hitam di sepanjang bagian kancingnya.

Zamira pun tampak ayu dengan abaya putih dan kerudung berwarna senada dengan payet payet yang menghiasi abayanya.

Mereka berdua tampak berdiri berdampingan dan tersenyum menghadap kamera. Kebahagiaan yang terpancar dari senyum mereka berdua yang sama sekali tak menyangka jika kebahagiaan itu tak akan bertahan lama.

Foto yang mereka ambil hanya menggunakan kamera ponsel Mira saja di halaman KUA tempat keduanya mendaftarkan pernikahan mereka.

"Sah!"

Seru para saksi yang menyaksikan pernikahan mereka waktu itu. Dengan senyum manisnya Zamira mencium punggung tangan Yudha yang kemudian mencium keningnya.

Ini adalah pertama kalinya Yudha menyentuhnya sejak dirinya memutuskan berhijab. Para keluarga yang turut hadir mulai bergantian mengucapkan selamat pada keduanya.

"Kita sudah sah sayang." Ucap Yudha pada Mira saat tiba dirumah ibu Susanna,,, ibunya Mira.

Zamira tersenyum dan memeluk Yudha dengan erat. Namun kemudian dirinya menangis dalam pelukan Yudha. Yudha mengerti apa yang dirasakannya saat itu. Yudha mengerti apa yang ditangisinya saat itu.

Zamira bersedih mengingat bahwa seminggu lagi dirinya harus merelakan kepergian Yudha kembali ke negara tempat Yudha bekerja saat itu.

Yudha yang hanya memiliki waktu libur pendek memutuskan pernikahan mereka segera digelar saja. Yudha tak ingin lagi menunda.

"Sabar ya Mira, Abi tidak akan lama pergi. Abi akan segera kembali dan kita bisa kembali berkumpul." Lirih Yudha menguatkan Mira saat itu.

Zamira menutup lembaran album itu saat matanya terasa semakin sembab karena terlalu banyak menangis.

"Aku tak boleh membuat Dave bertanya tanya jika melihat kesembaban mataku ini. Aku tak punya jawaban untuk pertanyaan itu. Walau Dave begitu baik dan percaya padaku tapi tentu saja Dave tak pernah tau bahwa aku tak pernah berhenti mencintai Abi hingga kini." Batinnya sembari menghapus airmatanya.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa vote, like dan komen yaa

Terima kasih 💞

Membohongi Vera

Happy reading ya 🤓

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Tit,,, tit,,, tit,,,

Suara pengunci mobil jarak jauh Yudha.

Vera yang mendengar suara itu langsung berjalan keluar kamar dengan memegangi perutnya yang semakin membesar saja. Vera melotot dan telah berdiri menunggu Yudha yang masih membuka sepatunya.

"Dari mana saja mas? Kenapa jam segini kamu baru pulang? Kamu lupa bahwa istrimu ini sedang hamil tua begini? Jam pulang kantor kan sudah sejak tiga jam lalu, katakan sekarang padaku apa saja yang kamu lakukan di luar sana!" Vera langsung mengomel.

Yudha menghela napas dalam dalam. Sungguh dirinya sedang tak ingin ribut dengan Vera saat ini. Walau bertengkar rasanya sudah menjadi menu wajib dalam rumah tangga mereka tiap harinya namun Yudha berharap tidak dengan hari itu.

"Ada suami baru datang begini kenapa langsung ribut saja Ver? Apa tidak bisa kamu ambilkan dulu segelas air untuk suamimu ini baru kamu serbu aku dengan pertanyaanmu?" Jawab Yudha berusaha sebisa mungkin tak ketus pada Vera.

"Mengelak saja terus! Salahkan saja aku terus!" Sungut Vera.

"Aku tidak menyalahkanmu Ver. Aku hanya ingin kamu terbiasa saja." Jawab Yudha.

Vera membalikkan badannya dengan kasar. Dirinya kemudian masuk ke dalam dan kembali lagi dengan segelas air di tangannya.

"Nih." Ucapnya sembari menyodorkan gelas itu dengan kasar saat Yudha sudah duduk di kursi yang ada di ruang tamu.

Yudha kembali menghela napas dan mengucapkan terima kasih sebelum meneguk habis air itu. Belum juga gelas itu diletakkan di atas meja, Vera sudah memberiku pertanyaan lagi.

"Sudah tidak haus lagi kan? Ayo sekarang katakan dari mana saja kamu mas?" Tanyanya.

"Aku hanya mampir sebentar ke rumah ibu. Tadi ibu sempat menelponku katanya beliau jatuh dari tangga." Ucap Yudha tak mengatakan yang sebenarnya.

Yudha memang sempat ke rumah ibunya juga tadi tapi hanya sebentar karena dirinya juga mengunjungi Zamira. Lagipula Yudha juga yakin Vera tak akan mengecek pada ibu mertuanya itu karena hubungan mereka tak terlalu baik.

Tentu Yudha tak ingin Vera tau tentang hal itu apalagi tujuannya mengunjungi Mira tadi adalah mengajaknya rujuk kembali. Vera bisa sakit hati mendengarnya. Walau Vera tau siapa Mira dan mengapa Yudha menceraikannya dulu namun dia pasti marah jika tau Yudha masih begitu mencintai Mira.

Yudha memang berniat akan tetap memberitahunya tentang rencana rujuk itu namun tidak saat ini. Kehamilan Vera sudah semakin mendekati waktu persalinan jadi Yudha tak mau membuat pikirannya terganggu dan mempengaruhi kehamilannya.

"Ibu saja terus yang kamu pikirkan mas. Sebel aku!" Sahut Vera langsung meninggalkan Yudha yang masih duduk disana. Vera pun masuk ke kamar tanpa menunggu Yudha.

Yudha geleng kepala melihat tingkahnya. Vera sungguh mirip dengan Sofia, mantan istri pertama Yudha. Mereka berdua lebih sering bersikap kasar pada Yudha terlepas apa yang dilakukannya salah atau benar. Mereka juga sama sama bermasalah dengan ibu Yudha.

Berbeda sekali dengan Mira yang selalu lembut terhadap Yudha dan ibunya.

Zamira,,,,

Entah kenapa menyebut namanya dalam hati saja membuat seluruh hati Yudha terasa sakit. Rasa bersalah dan penyesalan kembali menyeruak dalam hatinya.

"Bagaimana aku bisa begitu buta dan bodoh hingga melepasmu sayang? Padahal aku tau kamulah yang terbaik diantara para istriku terlepas dari kekuranganmu itu." Batin Yudha makin sakit mengingat semuanya.

"Maafkan abi Mira. Maafkan abi yang lebih percaya dan terhasut omongan orang. Sungguh iman abi begitu lemah saat itu." Lirihnya sembari meneteskan airmata penyesalan yang sudah sangat terlambat.

"Kamu kenapa gak segera masuk mas? Sedang apa kamu di luar?" Teriak Vera dari dalam kamar.

"Iya ini juga mau ke kamar." Sahut Yudha sambil mengusap airmatanya agar Vera tak curiga.

"Sudah pulang telat masih saja tidak langsung menemaniku." Sungut Vera saat Yudha sudah masuk dan mengunci pintu kamar.

Yudha tak menjawab dan hanya melepas baju kerjanya lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum tidur.

"Vera kenapa sih ngambek terus? Apa ini bawaan bayi yang selalu ingin dekat sama mas?" Rayunya saat telah menyusul Vera ke tempat tidur mereka.

"Sudah gak usah ngerayu deh mas. Nih pinggangku pegal sekali dari tadi. Kamu pijitin ya." Ucap Vera langsung memiringkan tubuhnya dan membelakangi Yudha.

Tanpa banyak bicara lagi Yudha melakukan apa yang diperintahkannya. Sejak hamil Vera memang sering meminta Yudha memijitnya. Yudha sebenarnya tak mempermasalahkan saat istri meminta suami memijat namun menurutnya saat seperti ini tepat. Yudha juga lelah selepas pulang kerja.

"Anggap saja ini sebagai permohonan maafku karena telah membohongi dirinya malam ini." batin Yudha.

Yudha terus memijat pinggang dan kaki Vera hingga istrinya itu sudah terlelap. Yudha tersenyum karena Vera tak lagi marah dan tidur. Yudha merasa senang pijatannya membuat dirinya bebas dari kecurigaan Vera.

Namun, Astagfirullah!!!!

Bukankah itu berarti bahwa aku tidak tulus melakukan apa yang dimintanya? Kenapa tiba tiba aku merasa diriku masih saja belum berubah? Kenapa aku malah memperlakukan istriku dengan baik hanya agar dirinya tidak bawel dan curiga akan pertemuanku dengan Zamira tadi?

Ya Rabb,

Sebegitu egois dan jahatnya diriku demi bisa mendapatkan Mira kembali.

Batin Yudha bergejolak.

Makin malam matanya makin tak mau dipejamkan. Pikirannya semakin jauh berkelana. Paras ayu Mira tak kunjung hilang dari benaknya. Yudha sungguh merindukan dirinya. Tiga tahun terakhir ini Yudha berusaha mencari keberadaanya setelah dirinya mendengar dan menemukan kebenaran tentang Mira.

Kebenaran bahwa Mira sama sekali tak pernah berselingkuh. Kebenaran bahwa selama dirinya menjadi istri Yudha,,,, dia tidak pernah sekali pun mencoreng nama baik suaminya.

Tidak seperti apa yang dituduhkan bu Ambar,,,, ibu Yudha dulu.

Yudha baru mendapatkan informasi keberadaan Mira sekitar dua bulan lalu namun baru bisa menemuinya hari ini karena Yudha tak pernah mendapat alasan tepat untuk Vera.

Yudha senang saat tau dimana Mira berada namun hatinya sakit saat mengetahui Mira tengah didekati seorang pria bernama Dave yang merupakan teman kerjanya.

Yudha lebih sakit lagi saat tau bahwa mereka telah sekitar empat tahun terakhir menjalin hubungan.

Kenapa Mira? Kenapa kamu mau membina hubungan dengan Dave? Sedangkan kamu tau bahwa kalian berbeda keyakinan.

Apa kamu ingin kembali pada keyakinanmu dulu Mira? Apa kamu telah kehilangan kepercayaanmu pada Rabbmu? Atau lebih tepatnya kamu kecewa pada Rabbmu yang telah memisahkan kita hingga kamu ingin berpaling dariNYA?

Tidak Mira!!!! Abi tidak rela!!!

Abi sungguh tidak rela jika itu sampai terjadi padamu. Abi susah payah membimbingmu agar kamu termasuk dalam satu hamba yang menerima istimewanya hidayahNYA. Abi tak ingin kamu meninggalkan Rabbmu.

Batin Yudha terus bergelora,,, Rasa bersalah telah menceraikan Mira semakin menyiksa batinnya.

Yudha membolak balikkan badannya karena tak kunjung bisa tidur. Pikirannya makin jauh melayang hingga akhirnya memutuskan untuk duduk saja di ruang kerjanya yang ada di sebelah kamarnya. Lagipula Vera sudah sangat lelap tidurnya.

Yudha menyulut sebatang rokok. Dia pun menikmatinya setelah menghisapnya dalam dalam. Pikirannya terasa lebih jernih setelahnya. Namun wajah Mira masih saja berkeliaran disana.

Yudha membuka laci kerjanya yang paling bawah yang selalu di kunci. Kuncinya pun selalu disimpan baik baik di tempat yang Vera tak pernah menyangkanya.

Klek,,,,

Laci itu terbuka. Yudha mengeluarkan sebuah amplop besar berwarna coklat. Dibukanya amplop itu pelan pelan dan mengeluarkan lembaran lembaran foto yang ada di dalamnya.

Yudha tersenyum namun matanya mulai berkaca kaca saat melihat wajah dan senyum manis Mira yang tengah bersandar manja di bahunya di foto itu.

Senyumnya menyiratkan betapa bahagianya dirinya saat itu. Yudha ingat foto itu adalah foto pertama mereka saat dirinya cuti kerja dan pulang ke rumah mereka setelah setahun Yudha meninggalkannya.

"Kamu cantik Mira." Lirih Yudha sembari mengusap foto itu.

Pikirannya pun mulai melintas menjelajahi waktu dimana dua puluh tahun lalu Yudha mulai disebut sebagai suami.

\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa vote, like dan komen yaa

Terima kasih 💞

Kabur Dari Tanggung Jawab (Alur masa lalu)

Happy reading ya 🤓

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

"Ibu tidak percaya jika bayi itu adalah anak Yudha!!!! Apa buktinya jika itu benar anak Yudha?" Sengit bu Ambar pada Sofia yang tengah menangis tersedu sedu menemuinya.

Hatinya remuk mendapat caci maki bu Ambar.

"Tapi benar ini anak Yudha bu. Kami melakukannya saat Yudha tengah mabuk berat." Lirih Sofia ditengah isakannya.

"Makanya jadi perempuan itu jangan bodoh!!! Jangan gampangan!!! Sudah tau punya pacar lagi mabuk tapi kamu yang sadar malah mau saja ditiduri!!!! Seharusnya kamu itu menolak!!!!" Caci bu Ambar lagi.

"Bu, maafkan kami yang telah begitu mengecewakan ibu karena kelalaian kami berdua. Tapi hari ini aku datang untuk meminta kejelasan dan tanggung jawab Yudha. Dimana dirinya saat ini bu??? Kenapa aku tidak pernah bisa menghubunginya?" Tanya Sofia yang lelah dicaci maki.

Bu Ambar hanya merengut saja karena beliau tidak menyangka Sofia akan berani langsung pada pokok pembicaraan dan tujuan dirinya mengunjungi rumah Yudha.

"Yudha tidak ada dirumah!!! Dia sudah pergi keluar negeri untuk melaksanakan pelatihan kerjanya. Bagaimana sih kamu ini? Ngakunya pacar Yudha sampai hamil begini tapi kenapa kamu malah tidak tau dimana dirinya saat ini??? Aku jadi semakin yakin bayi itu bukan anak Yudha!" Tukas bu Ambar.

"Enak saja datang datang minta tanggung jawab dan mengakui bahwa kesalahan itu akibat kelalaian kalian berdua. Sudah jelas disini kamu yang tidak bisa menjaga diri. " Cibir bu Ambar.

Sofia tak lagi menjawab atau bicara apa pun. Hatinya terlampau sakit mendengar setiap bait kalimat yang bu Ambar lontarkan. Sofia memilih meninggalkan rumah Yudha dan tetap memutuskan melanjutkan kehamilannya walau tanpa status yang jelas dari Yudha apa pun yang terjadi nanti.

Lalu dimana sebenarnya Yudha???

Yudha yang pengecut itu memilih kabur setelah mengetahui bahwa Sofia hamil. Yudha memilih meninggalkan dirinya yang sudah dipacarinya selama empat tahun lebih sejak mereka masih sama sama duduk di bangku SMA.

Yudha yang panik dengan pengakuan Sofia yang hamil langsung meminta agar bu Ambar membiayai biaya pelatihan kerjanya ke luar negeri dengan dalih bahwa itu bagian penting dari kuliahnya.

Bu Ambar yang memang sangat ingin agar Yudha jadi sarjana tentunya tidak banyak pertanyaan. Beliau langsung memberi Yudha sejumlah uang hasil jual tanah warisannya.

"Belajar yang benar. Ibu berharap banyak padamu." Pesan bu Ambar di bandara saat Yudha hendak berangkat.

Yudha mengangguk cepat dan meninggalkan beliau. Yudha sangat ingin segera pergi dari sana karena khawatir Sofia mencarinya. Yudha memang tak berpamitan atau pun menyinggung soal pelatihan ke luar negeri padanya selama ini.

Jadi jika tiba tiba Sofia datang meminta tanggung jawab ke rumahnya,,, itu sebenarbya wajar karena Sofia benar benar kehilangan jejaknya selama dua bulan.

Dan untuk sikap dan caci maki yang didapatnya dari bu Ambar tentunya beliau sangat shock dengan kedatangan Sofia.

Namun Yudha tak pernah berpikir jika ibunya akan sampai hati menolak bayi itu. Yudha tak pernah membayangkan ibunya bisa sepedas itu mencaci maki Sofia. Tapi saat itu pun Yudha tak merasa iba sedikit pun pada Sofia karena Yudha sudah pernah memintanya untuk menggugurkan saja kandungannya.

Siapa suruh dia tak melakukannya? Begitu pikirnya.

Yudha memang brengsek. Dirinya kabur dari tanggung jawabnya begitu saja.

Hingga tujuh bulan kemudian pelatihan kerjanya telah usai dan Yudha memutuskan untuk kembali ke negara ini setelah menghubungi teman karibnya yang bernama Candra.

"Jemput aku di bandara ya. Aku malas pulang kerumah ibu. Biar saja ibu taunya aku masih di luar negeri." Ucap Yudha pada Candra waktu itu.

"Ok siap, aku akan menjemputmu." Sahut Candra lirih.

"Bawa aku menemui pria brengsek itu!!! Jangan kamu bantu dirinya lari dari tanggung jawabnya. Anak ini butuh bapaknya! " Seru Sofia yang ternyata saat itu ada di rumah Candra.

Candra memang sahabat Sofia juga namun Yudha tak pernah menyangka jika selama dia tak ada,,,, Sofia sering mendatanginya.

"Iya Sof, aku pasti bantu kamu. Aku juga gak suka cara Yudha memperlakukanmu seperti ini. Datanglah ke bandara saat dirinya datang." Pesan Candra yang memihak Sofia.

"Terima kasih Candra." Lirih Sofia senang.

\=\=\=\=\=\=

Yudha melambaikan tangannya pada Candra yang dari jauh sudah bisa dilihatnya tengah sibuk mencari cari dirinya diantara puluhan penumpang yang dari pintu kedatangan internasional.

Candra tersenyum saat melihat Yudha. Mereka pun saling berpelukan layaknya sahabat yang bertemu setelah sekian lama tak bertemu.

"Terima kasih kamu,,,, " Yudha belum menyelesaikan ucapannya saat ada yang menarik bahunya.

Yudha menoleh.

Plaaakk!!!

Sebuah tamparan yang cukup keras mendarat di pipinya saat dirinya belum menyadari siapa yang menarik bahunya. Sejurus kemudian Yudha pun terkejut saat melihat Sofia sudah berdiri di depannya dengan perut yang sudah besar. Mata Sofia berkaca kaca dan wajahnya penuh kemarahan.

"Astaga, dia benar benar tak melakukannya." Batin Yudha melihat perut besarnya.

Yudha pun mengalihkan pandangannya pada Candra dengan pandangan bertanya tanya.

"Maaf Yudha, aku terpaksa membiarkan Sofia datang juga kesini. Sofia sudah tau kamu akan pulang hari ini saat kamu menelponku. Sofia ada disana waktu itu. Lagipula aku yakin tindakanku membiarkan dirinya menemuimu adalah tindakan benar." Kata Candra.

"Berhenti kabur dari masalah Yudha, berhenti kabur dari tanggung jawabmu. Kasihan Sofia dan anak kalian. Anak ini butuh sosok ayah yang bisa melegalkan statusnya." Lanjut Candra menceramahinya.

Belum juga Yudha menjawab apa apa karena masih begitu terkejut dengan kehadiran Sofia, dirinya kembali dikejutkan oleh hadirnya ayah Sofia,,,, Pak Harun.

"Ikutlah denganku. Bapak sudah mengurus persiapan pernikahan kalian. Penghulu juga sudah menunggu. Sofia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Bulan ini juga dirinya akan melahirkan dan bapak tidak mau anak itu lahir sebelum kalian resmi menikah." Ucap pak Harun.

Rasanya lutut Yudha lemas. Sia sia selama enam bulan dirinya menghindar dari Sofia jika ujungnya juga dia harus menikahinya. Yudha sungguh tak siap menjadi suami apalagi menjadi ayah.

Kepalanya mendadak gatal saat pak Harun sudah beranjak dan membuka pintu mobil untuk mereka semua.

"Saya terima nikah dan kawinnya Sofia Ananta binti bapak Harun dengan mas kawin tersebut diatas dibayar tunai!"

Kalimat itu menjadi penentu takdir Yudha dan hukuman awal baginya. Yudha resmi menikahi Sofia walau dengan segala keterbatasan situasi. Semua disiapkan oleh kelurga Sofia. Tak satupun keluarga Yudha hadir. Hanya Candra yang menemaninya dan menjadi saksi pernikahan mereka.

Astaga!!!!

Apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku yang masih pengangguran dan di usia 22 tahun yang masih bisa dibilang ini sudah berstatus suami dan bahkan beberapa minggu lagi statusku bertambah menjadi ayah.

Batin Yudha yang sungguh tidak siap dengan semua ini. Bukan seperti ini kejadian yang dia bayangkan. Bukan menikah muda seperti ini. Seharusnya saat itu dirinya masih bisa menikmati masa mudanya bersama teman teman sebayanya.

Yudha melirik mimik wajah bu Merry,,,, ibunya Sofia yang terlihat begitu tak menyukainya.

Ini bukan pertama kalinya Yudha tau bahwa bu Merry membencinya. Sejak awal hubungan mereka, bu Merry memang sudah pernah meminta Yudha untuk menjauhi putrinya. Dan sekarang sudah bisa dipastikan kebenciannya itu semakin besar dengan apa yang sudah Yudha lakukan pada Sofia.

Ditambah lagi dengan kondisi Yudha yang waktu itu adalah pengangguran sukses ini. Pelatihan kerja di luar negeri itu bukanlah sebuah pekerjaan yang memberikan aku hasil.

Tentu menjadi poin emas bagi beliau untuk semakin tak suka pada Yudha.

Huuuffttt,,,,

Yudha membuang nafasnya kasar. Terbayang betapa hidupnya ke depannya akan sangat berantakan. Masihkah bisa Yudha kabur dari tanggung jawab jika sudah seperti ini?

\=\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa vote, like dan komen yaa

Terima kasih 💞

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!