Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨
Annyeonghaseyo yeoleobun 🤗
Happy Reading guys 😘
Disuatu pagi yang indah dan cerah. Seorang wanita cantik terlihat sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Di dalam kamar yang luas dengan nuansa serba hitam. Dia memoles wajahnya yang cantik dengan sedikit bedak tipis degan lipstik yang berwarna natural.
Cklek
Suara pintu terbuka membuat wanita cantik yang sedang duduk didepan cermin itu menoleh kearah pintu. Dan
"Mama". Suara anak kecil
"Boy". Panggil wanita itu
"Yes mama". Ucap anak laki-laki yang sangat tampan
"Kenapa berdiri disana ?". Tanya wanita cantik itu.
"Boleh Ethan masuk ?". Ucap maka tampan yang bernama Ethan itu.
"Uwuuu anak mama yang tampan sopan banget, ayo sini sayang". Ucap wanita cantik itu kira-kira umurnya 26 tahun.
"Mama mau pergi kerja ?". Tanya Ethan pada mamanya
"Iya sayang soalnya mama banyak pesanan hadeuhh capek". Ucap wanita itu
"Capek yah sini Ethan pijit". Ucap Ethan
"Nggak papa sayang, udah sarapan ?". Tanya mamanya lagi
"Udah sama bibi, mama kenapa nggak sarapan ?". Tanya Ethan lagi
"Nanti di kantor, Mama berangkat dulu entar terlalu siang, kan nggak enak dilihatin sama karyawan-karyawan lain terus mereka ngikutin mau jadi apa perusahaan kecil mama hahah". Ucap wanita itu pada putranya.
"Perusahaan kecil ?, perusahaan mama itu besar loh". Ucap Ethan
"Hahah udah ayo kita keluar". Ucap wanita itu lalu menggenggam tangan putra kecilnya.
Mereka berdua keluar dari kamar lalu berjalan menuruni tangga untuk menuju ke ruang tengah. Tangan putih mulus wanita cantik itu tak longgar barang sedikitpun pada genggaman tangan putranya. Tangan kirinya menggenggam tas tenteng elegan yang bermerek Gucci yang satu-satunya harta yang ia bawa dulu dari rumahnya.
"Buu....". Panggil mamanya Ethan
"Saya nyonya". Seorang wanita yang umurnya kira-kira 50 tahun datang dengan tergopoh-gopoh.
"Bu aku tidak suka dipanggil Nyonya seperti itu, ibu ini ibuku kan". Ucap wanita itu lagi
"Maaf". Ucap wanita tua itu.
"Bu Allis mau berangkat kerja dulu, Ethan jangan nyusahin nenek oke, muahh mama berangkat dulu dahhh". Ucap wanita itu lalu ia mengecup singkat kening putranya.
ALLISYA LESHAM SHAENETTE
Seorang wanita cantik yang baru saja menginjak usia 26 tahun. Wanita cantik itu akrab dipanggil dengan sebutan Allis. Wanita dengan rambut sebahu, bola mata yang lebar, bulu mata yang lentik, pipi mulus yang tirus, hidung yang mancung bak perosotan anak TK, tingginya sekitar 170 cm dengan berat badan sekitar 40 kg, pinggang yang ramping dan kulit putih bersih bak aktris Korea.
Diusianya yang menginjak usia 26 tahun ini, dia menjadi seorang singel parent memiliki seorang putra yang tampan. Dengan kecerdasan melebihi otak manusia normal. Allisya seorang direktur utama pada perusahaan yang ia rintis sendiri dan dibantu oleh temannya sekaligus sekretarisnya, Sonia. Perusahaan yang bergerak di bidang rancang merancang perhiasan.
Allisya lulusan di salah satu university ternama di Inggris, University of Oxford. Setelah kejadian 5 tahun yang lalu ia diusir oleh orang tuanya dan benar-benar dicoret dari kartu keluarga. Dia pergi dari rumahnya dengan membawa tas ia bawa dari malam itu. Ditasnya hanya berisikan satu buah kartu kredit yang berisikan 25 juta sisa ia membelikan papanya hadiah yang sangat papanya inginkan.
Tak ada yang ia bawa dari rumahnya hanya sepotong pakaian yang masih melekat ditubuhnya dan tas kesayangan yang diberikan oleh mamanya sebagai kado ulang tahunnya yang ke 19 tahun. Kala itu ia baru pulang setelah pergi ke hotel untuk memenuhi panggilan manajer hotel. Sebenarnya ia akan mengadakan kejutan ulang tahun untuk papanya nanti malam di hotel tersebut tetapi malang sekali nasibnya.
Ia menemukan seorang pria yang berjalan dengan sempoyongan. Dan dia kira pria tampan itu sedang sakit jadi dia berinisiatif untuk membantunya. Tetapi sayang nasib baik tak berpihak padanya.
Allisya menaiki taksi online menuju perusahaannya. Perusahaan yang bernama AE Group Company itu menjadi perusahaan kedua yang menduduki perusahaan ternama dalam bidang desain perhiasan. Allis, ia bukan hanya sebagai direktur utama di perusahaannya tetapi juga sebagai perancang satu-satunya di perusahaannya sendiri.
Tak heran perusahaannya sebagai salah satu perusahaan paling maju di Australia. Rancangan tangannya sangat indah. Jadi tak heran banyak orang yang lebih memilih untuk menjadi pelanggan setianya baik dari kalangan atas maupun menengah.
Letak perusahaannya dengan rumahnya memang sedikit jauh. Perjalanan dari rumahnya menuju perusahaannya menempuh waktu sekitar tiga puluh menit.
"Berhenti pak". Ucap Allis karena mereka sudah sampai didepan perusahaannya. Ia memberikan beberapa lembar dollar kepada sang sopir taksi.
"Thank you". Ucap sang sopir taksi lalu ia menerima uang dollar yang diberikan oleh Allis.
Allis ia keluar dari taksi lalu berjalan masuk kedalam perusahaannya. Memang dirumahnya ia memiliki dua biji mobil tetapi ia memilih untuk menaiki taksi. Allis terkenal dengan keramahannya pada semua orang. Baik karyawan maupun pelanggannya. Keramahannya membuat ia mendapatkan nilai plus dari para pengunjung.
Ia masuk kedalam lift khusus untuk para petinggi perusahaan. Didalam lift tak henti-hentinya ia membuka layar handphonenya karena sebentar lagi kliennya akan datang.
Ting
Bunyi lift tanda ia sudah sampai keruangan tujuannya. Dia berjalan menuju ruangan dan tak lupa ia menyapa sekretarisnya yang duduk di meja diluar ruangannya.
Cklekk
Suara pintu terbuka dia masuk kedalam ruangannya lalu duduk dikursi kebesarannya. Setelah cukup rileks ia mengambil sebiji kertas putih bersih dan juga pensil, salah satu hal paling penting didalam hidupnya selain putranya, Ethan.
Dia mulai menggambar dengan teliti dan fokus. Satu jam berlalu akhirnya dia sudah menyelesaikan satu rancangan yang sangat indah. Sebuah cincin dengan taburan berlian kecil disisinya dan berlian yang berukuran sedang ditengahnya, sangat elegan. Dia tersenyum tipis melihat karyanya kali ini.
Tiba-tiba ia merasakan perutnya mulai berdemo tetapi 25 menit lagi kliennya akan datang. Mau tak mau akhirnya dia lebih memilih untuk pergi keluar menemui sekretarisnya.
"Sonia bisa saya minta tolong ?". Tanya Allis sopan
"Mrs. itu sudah menjadi tugas saya". Ucap Sonia sang sekretaris
"Tolong belikan saya makanan untuk sarapan, ini uangnya". Ucap Allis sambil memberikan beberapa lembar dollar kepada sekretarisnya.
"Baik Mrs. tapi Mrs. makanan yang seperti apa yang akan saya belikan". Tanya Sonia lagi.
"Astaga Sonia apakah kamu bekerja baru beberapa hari". Ucap Allis
"Baik Mrs. maafkan saya tapi Mrs ini uangnya terlalu banyak". Ucap Sonia dengan wajah polosnya.
"Lebihnya untukmu". Jawab Allis lalu kembali kedalam ruangannya.
Sonia dia berpikir lalu manggut-manggut. SONIA NATALIS memang sedikit lola dalam hal seperti itu tetapi kepintarannya jangan diragukan lagi. Pintar tapi lugu dan polos. Allis menemukan Sonia ketika Sonia akan diperkosa oleh segerombolan preman. Dia yang baru saja pulang bekerja di sebuah kafe pun berusaha untuk menolong Sonia yang keadaannya sudah sangat memperihatinkan dan dia juga sedang mengandung saat itu.
Dengan pakaiannya yang sudah disobek-sobek. Allis benar-benar sakit hati melihatnya. Memori 5 tahun yang lalu selalu melintas dibenaknya ketika ia melihat Sonia pada saat itu. Sonia yang biasanya selalu ceria kini berubah dingin kepada semua orang kecuali Allis.
Dia begitu bersyukur ketika Allis menemukannya. Sonia keturunan keluarga Natalis tetapi ia dituduh telah membunuh ibunya sendiri oleh saudari tirinya dan ibu tirinya. Hingga sang ayah menjadi murka dan mengusirnya dari rumah besarnya. Hingga ia hidup di jalanan, dan pada saat ia akan diperkosa oleh segerombolan preman tiba-tiba Allis datang sebagai Super Hero-nya dan menolongnya.
Dia juga membantu Allis merintis usahanya dari nol. Allis saat itu sedang mengandung Ethan, dan Sonia pikir Allis sudah menikah dan mempunyai seorang suami. Tapi salah semuanya salah, semuanya jauh diatas pemikirannya. Hidup Allis jauh lebih menyakitkan dari hidupnya.
Dan sejak saat itu Sonia bersumpah untuk tetap bersama dengan Allis apapun yang terjadi. Dia bersumpah untuk membantunya dan bersumpah untuk suatu saat akan membalas perbuatan keluarganya padanya.
Tak lama akhirnya Sonia kembali dengan menenteng sebuah kantong plastik ditangannya. Dia menaiki lift khusus petinggi yang langsung menuju keruangan milik Allis di lantai paling atas.
Perusahaan Allis tak terlalu tinggi seperti perusahaan lainnya karena perusahaannya itu melebar bukan meninggi. Pegawainya sekitar 90 orang lebih. Tetapi hanya Sonia yang ia percaya sebagai sekretaris dan juga sebagai manager perusahaannya.
Tak seperti perusahaan lain pada umumnya yang memiliki berbagai nama-nama kedudukan pegawai. Tetapi pada perusahaan milik Allis dia hanya membutuhkan pegawai atau karyawan/karyawati, manager sekaligus bendahara yang mengurusi keuangan pada perusahaannya, sekretaris yang menjadi penggantinya jika tak ada ditempat. Perusahaannya menyerupai butik tetapi lama-kelamaan ia membentuk sebuah perusahaan. Yang diberikan nama EA Group Company.
Tok tok tok
"Mrs". Panggil Sonia dari luar
"Masuk saja Sonia jangan seperti tamu". Jawab Allis dari dalam ruangannya
Setelah mendapatkan izin mask dari sang empunya ruangan. Sonia menekan handel pintu dan masuk kedalam ruangan Allis. Dia berjalan menuju sofa yang tersedia di ruangan Allis lalu ia meletakkan makanan itu diatas meja.
"Mari Mrs waktunya anda sarapan 15 menit lagi klien kita akan datang". Ucap Sonia
"Ohh astaga Nia, sudah aku katakan jangan berbicara formal padaku, kamu kan sudah aku anggap sebagai adikku". Ucap Allis karena ia tak tahan dengan perkataan formal Sonia.
"Tapi Mrs kita sedang di kantor, saya meras tak enak". Jawan Sonia
"Astaga tapi ya sudahlah terserah kamu saja". Ucap Allis
Ia berjalan menuju sofa dan lalu ia menduduki pantatnya disofa empuknya. Lalu ia membuka makanan yang dibelikan oleh Sonia. Dan Sonia dia hanya berdiri disamping sofa sambil menatap iPad yang berisikan jadwal-jadwal pertemuan Allis dengan para kliennya.
"Sonia duduk denganku". Ucap Allis mengagetkan Sonia
"Tapi Mrs. saya sedang mengatur jadwal anda dengan para klien". Jawab Sonia
"Saya atau kamu bosnya". Ucap Allis
"Anda Mrs". Jawan Sonia
"Jadi patuhi perintahku, duduk dan ikut sarapan bersamaku". Perintah Allis
"Baik Mrs.". Jawab Sonia
Seperti kata Allis dia duduk didekat Allis lalu membuka satu bungkus makanan yang ia beli tadi. Sepuluh menit berlalu akhirnya mereka sudah menyelesaikan sarapan pagi sederhana itu. Sonia dia kembali undur diri untuk kemejanya.
Tringg tringg
Suara telepon berdering. Sonia buru-buru menjawab panggilan telepon itu. Lalu ia meletakkan telepon itu ditelinganya.
"Hallo selamat pagi dengan EA Group Company disini".
"Selamat pagi saya Jessie, saya ingin menemui direktur utama kalian, saya sudah membuat janji dengannya tapi kenapa dia belum juga sampai disini". Ucap Jessie yang mengaku sebagai klien Allis, dari nada suaranya terdengar begitu angkuh.
"Ahh maaf saya melupakannya. Bukannya kemarin kita sepakat untuk bertemu di perusahaan AE Group Company Nyonya. Apakah anda melupakan itu ?". Ucap Sonia
"Tapi saya sedang buru-buru, kekasih saya sedang menunggu kedatangan saya di perusahaannya". Ucap Jessie
"Ohh kalau begitu direktur kami juga sedang sibuk karena dia akan segera rapat dengan koleganya dari luar negeri". Ucap Sonia,
Entahlah dia merasa tak begitu suka dengan klien yang satu ini. Dia berpikir bahwa klien yang bernama Jessie itu begitu angkuh dan juga sombong. Padahal saat pertemuan kemarin mereka sepakat akan kembali bertemu di perusahaan AE Group Company tapi lihatlah sekarang dengan gaya angkuhnya Jessie mengubah rencana awal.
"Ahha baiklah tunggu saya disana, saya akan datang". Ucap Jessie lalu mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
"Ahh sial". Umpatnya
Sonia dia tak terlalu memperdulikan ucapan Jessie. Dia hanya menjalankan tugasnya saja. Dia kira dia paling berkuasa yang mau saja seenaknya. Banyak klien mereka yang lebih kaya darinya.
Tak sampai tiga puluh menit menunggu. Akhirnya Jessie sudah sampai didepan perusahaan AE Group Company. Terlihat sederhana tapi elegan, pendek tapi luas. Dia keluar dengan menenteng tas jinjing mahalnya. Bermerek Gucci keluaran terbaru. Sangat glamor dan juga mewah.
Dia berjalan masuk dengan gaya angkuhnya. Banyak yang mencibik baik dari kalangan pegawai maupun pengunjung dan juga membandingkannya dengan bos mereka. Walaupun kaya tapi tak sombong. Tak terkecuali para pengunjung yang sedang melihat-lihat perhiasan terbaru. Dia berjalan memasuki lift khusus untuk petinggi karena ia tak mau berdesak-desakan dilift khusus untuk pegawai. Tak sesuai dengan kehidupannya.
JESSIE ANDREWS JACKSON
Gadis keturunan salah satu keluarga terpandang di Australia. Jackson keluarga terkaya dengan urutan nomor 10 di Australia.
Dengan kekayaan keluarganya Jessie dia lebih suka berpoya-poya. Jessie gadis dengan tinggi 175 cm. Dengan bodynya bak gitar spanyol. Kulit tak terlalu putih. Gadis blasteran Amerika dan Australia, kecantikan yang ia miliki mendekati kata Hampir kata sempurna.
Bibir sedikit tebal dan seksi. Buah dada yang membesar. Dan juga rambut pirang sebahu yang ia miliki membuat ia tampak lebih muda. Padahal usianya sudah menginjak kepala dua. Usianya sekitar 27 tahun-nan.
Ting
Suara lift berbunyi dengan otomatis terbukanya pintu lift. Jessie keluar dari lift kami berjalan menuju meja Sonia. Terlihat Sonia dia sedang duduk dengan membaca email yang masuk dari para klien baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
"Hey culun dimana direktur kamu". Ucap Jessie dengan melipat tangannya didepan dada.
"Ohh nyonya Jessie, Mrs. Allis didalam ruangan". Jawab Sonia.
"Mari saya antar". Ucap Soniau ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu ruangan Allis yang tak jauh dari mejanya.
Cklek
"Silahkan masuk Nyonya". Ucap Sonia sopan ia sedikit membungkuk kan badannya.
"Heh". Cibir Jessie
Sonia memutar bola matanya jengah dengan kelakuan Jessie. Terlihat dari dalam ruangan Allis sedang duduk diatas kursi kebesarannya dengan sebuah kertas dan pensil ditangannya.
Sebelum dipersilahkan untuk duduk oleh sang tuan, Jessi dengan tidak sopannya duduk diatas meja. Dan dengan sombongnya menaikkan kakinya keatas meja. Sonia yang melihat itu jadi geram sendiri..
"Nyonya itu meja". Ucap Sonia sedikit menyindir
"Lalu ?". Sahut Jessie
"Apa kah anda tidak bisa membedakan meja dengan keset". Ucap Sonia
"Tapi saya tamu disini, saya berhak bagaimanapun cara saya supaya saya merasa nyaman". Jawan Jessie
"Tapi...". Belum sempat Sonia melanjutkan perkataannya tetapi Allis sudah memotongnnya begitu saja.
"Sudahlah Sonia, bukannya tamu adalah raja". Sahut Allis
"Tapi Mrs.". Ucap Sonia.
"Layani dia, buatkan teh hangat untuk tamu kita". Ucap Sonia lalu berjalan menuju sofa yang berada didekat Jessie.
Dia duduk disana dengan gaya elegannya. Dengan merapatkan kakinya seperti wanita kelas atas, anggun.
"Jessie Adwen Jackson ?". Ucap Allis
"Iya saya, ohh ternyata aku begitu terkenal sampai ke penjuru dunia hahha". Ucap Jessie dengan sombongnya.
"Keturunan tuan Jackson bukan ?". Tanya Allis lagi
"Iya tentu saja, Dia papaku Louis Vuitton Jackson". Jawab Jessie
"Aku rasa sepertinya anda bukan anak tuan Louis". Ucap Allis
"Hey apa maksudmu ?". Ucap Jessie sambil menunjuk wajah Allis.
"Yang saya tahu taun Jackson orang yang sopan tetapi kenapa anda tak seperti ayah anda yang memiliki sikap sopan". Ucap Allis menyindir Jessie, Sonia dia hanya menahan tawanya saja.
"Terserah saya, saya bukan minta makan dari kamu". Sungut Jessie
"Ohh apakah putri tuan Jackson meminta makan dari ku, ohh bahagianya hatiku, Sonia belikan Nona Jessie makanan". Ucap Allis
Dia berjalan mengambil tasnya lalu membukanya didepan mata Jessie. Dia mengeluarkan dompet yang bermerek Prada dan mengambil satu biji black card yang ia miliki, Jessie melotot kaget melihat black card yang dipegang oleh Allis.
"Sonia ambil ini dan belikan makanan untuk Nona Jessie". Ucap Allis lalu mengedipkan matanya pada Sonia.
"Baik Mrs. Tapi saya akan pesan lewat telepon sana. Kerena letak The D'Arenberg Cube terlalu Mrs bolehkan saya memesannya melalui telepon saja ?" Ucap Sonia. Jessie dia gelagapan
"Saya tidak makan, langsung saja saya tak ingin membuang waktu ditempat kumuh seperti ini. Jadi bagaimana dengan pesanan yang saya inginkan ?". Ucap Jessie sombong
"Ahh iya sebentar saya sudah merancangnya untuk anda". Jawab Allis
Dia berjalan menuju meja kerjanya dan mengambil selembar kertas. Lalu ia memberikan kertas yang berisikan rancangan desain perhiasan berupa cincin pertunangan yang sangat indah dan juga elegan. Jessie menerimanya dengan kasar tetapi bukannya marah Allis malah tersenyum.
"Apa ini ?". Teriak Jessie
"Nyonya bisa pelankan suara anda, ini di kantor bukan ditengah hutan". Sahut Sonia karena ia cukup terkejut karena teriakan Jessie.
"Hey kamu lancang sekali". Ucap Jessie sambil menunjuk wajah Sonia dengan tangan kirinya
"Kenapa Nona Jessie ?". Tanya Allis dengan wajah tenangnya.
"Berliannya terlalu sedikit dan kecil-kecil saya tidak menyukainya". Ucap Jessie lalu melempar kertas itu kewajah Allis.
"Jika anda tidak menyukai desain saya silahkan keluar dari ruangan saya". Ujar Allis dengan wajah tenangnya tak ada raut ketakutan diwajahnya.
"Kau!!, saya tidak akan pernah datang kesini lagi ingat ucapan saya". Ucap Jessie lalu menghentakkan kakinya dan keluar dari ruangan Allis.
"**Ahhhh akhirnya...".
Bersambung≈≈≈
Nantikan episode selanjutnya...
Kalau ada yang suka author bakalan lanjutkan kalau nggak author bakalan hapus 😉
Jangan lupa berikan. .
...Like 👍
...Komen 📝
...Tekan favorit
...Ikuti author atau vote
...tips bintang lima ⭐⭐⭐⭐⭐
...Dan ikuti author di IG juga
≈@Yuliyn1508≈
~~~~Gracias~~~~
Salam Hangat Author 😘
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨**
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨
Annyeonghaseyo yeoleobun 🤗
Happy Reading 😘
Terlihat seorang wanita cantik sedang duduk didepan cermin didalam kamarnya. Dia sedang bersiap-siap untuk berangkat bekerja. Awalnya ia tak berniat masuk kerja hari ini tapi sang sekretaris menelponnya bahwa pemesanan sudah mulai menggunung.
Alhasil ia mau tak mau harus pergi bekerja. Dia mengaplikasikan bedak tipis dan juga mengaplikasikan lipstik berwarna natural dibibir manisnya. Saat dia akan mengambil tas jinjingnya dan akan keluar dari kamarnya, seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya dari luar.
Tok tok tok
"Mommy".
Terdengar seperti suara seorang anak laki-laki. Kira-kira umurnya sekitar lima tahun. Wanita cantik itu mengurungkan niatnya untuk mengambil tasnya. Dia lebih memilih untuk duduk kembali.
"Yes boy".
"Masuklah".
Wanita cantik itu tersenyum kala ia melihat anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu masuk kedalam kamarnya. Tak terlalu tinggi tapi wajahnya sangat tampan. Tingkat IQ nya melebihi otak orang dewasa. Tapi entah kenapa sikapnya dingin dan juga cuek.
"Apakah Mommy akan bekerja".
"Hmm, why honey ?".
"Bukannya Mommy sudah berjanji untuk menemaniku sepanjang hari".
"Oh My God Mommy lupa, mm bagiamana kalau kita main saat Mommy pulang bekerja ?"
"Oh oke"
"Boy tersenyum sedikit Mommy akan berangkat bekerja setidaknya Mommy memiliki penyemangat pagi ini".
"Oh My God, kau begitu cerewet Mom"
"Kau yang terlalu kaku boy"
Percakapan antara mereka berdua terdengar cukup ringan dan singkat. Tetapi untuk sang wanita cantik itu cukup untuk membuat ia bersemangat bekerja. Kemudian mereka turun kelantai satu untuk sarapan bersama.
Tak ada siapa-siapa dirumah besar dan bertingkat itu. Hanya wanita cantik itu, anak laki-laki yang tampan dan seorang wanita paruh baya yang menjadi pengasuh anak tampan itu.
"Nyonya mari sarapan sudah saya hidangkan".
"Baiklah".
Mereka berdua berjalan beriringan dengan wanita paruh baya itu mengikuti mereka dari belakang. Sejenak wanita cantik itu berhenti lalu menengok kebelakang .
"Bisakah bibi Samantha tak mengekor dibelakang, tak bisakah kau berjalan disamping kami bibi".
"Maafkan saya Nyonya Allis"
"Ayolah bi, aku sudah menganggapmu seperti keluargaku sendiri".
"Baik nyonya Alis".
Diatas meja sudah terhidang sandwich, sarapan favorit anak tampan itu. Dan ada juga roti panggang alpukat klasik yang diberi telur rebus dan juga acar sayuran. Memang terlihat sederhana tapi mereka begitu menikmatinya. Setelah sarapan wanita cantik itu berpamitan kepada pria tampannya.
"Boy, Mommy akan berangkat bekerja".
"Hmm"
"Mommy pulang sekitar pukul 4 sore, dan ingat jangan membuat bibi Samantha kerepotan".
"Oh My Mom, aku pun ingat kapan Mommy pulang ohh ayolah Mom ubah sikap cerewetmu itu"
"Hilangkan sifat kakumu baru Mommy tidak akan pernah cerewet lagi".
"Terserah"
"Oke boy, muaahh Mommy berangkat dulu".
"Bi Allis berangkat, jangan biarkan Ethan keluar untuk bermain".
"Mommy"
"Honey ikuti perintah Mommy"
"Yes Mom".
"Good Boy, bye honey".
Wanita itu berjalan menuju pintu utama, membukanya dan leyap begitu saja dibaliknya. Ia meminta sang supir untuk mengantarkannya ke Toko miliknya.
ALLISYA LESHAM SHAENETTE
Seorang gadis ehh ralat seorang wanita cantik dengan rambut sebahu. Alis yang mencuat panjang, mata yang sipit. Hidung yang mancung dan juga bibir tipis yang merah muda nan menggoda.
Tingginya sekitar 175 cm dengan barat badan sekitar 40 kg. Pinggang yang ramping seperti model-model papan atas. Si wanita Good Looking yang diinginkan oleh semua pria baik dari kalangan atas maupun menengah.
Alis, panggilan akrabnya. Wanita pemegang kendali akan Toko yang ia miliki dan bangun sendiri. Tokonya seperti sebuah perkantoran saja. Megah dan juga mewah.
Tokonya tak bertingkat tapi melebar. Sekilas terlihat kecil tetapi didalamnya begitu besar dan mewah. Toko yang ia memiliki saat ini sebagai toko perhiasan dengan urutan yang menduduki posisi ke dua di Australia. Dengan nominasi Toko perhiasan paling banyak pengunjungnya.
Tak heran jika banyak pengunjung yang datang ke Tokonya. Selain desain yang ia rancang begitu elegan. Tak mau kalah dengan kalangan atas kalangan menengah pun berbondong-bondong mengincar jika ada model keluaran terbaru di Toko itu.
Toko yang ia beri nama A&E Engagement company. Ia rintis sendiri tanpa bantuan dari siapapun. Setelah ia diusir dari rumah besarnya, dicoret dari Kartu keluarga lalu ia terbang meninggalkan negara kelahirannya, California ke Australia.
"Nyonya sudah sampai".
"Ahh terimakasih pak".
Alias dia keluar dari mobil mewahnya, BMW I8. Ia berjalan memasuki Toko yang menyerupai kantor. Saat ia masuk melalui pintu depan semuanya menunduk hormat.
Alis ia hanya tersenyum dan mengangguk saat ia melihat penghormatan pegawainya.
A&E Engagement company bergerak di bidang perhiasan. Sebuah toko yang tak hanya menjual perhiasan, tetapi juga merancang perhiasan. Salah satu toko terunggul dan ternama di Australia.
Ting
Suara lift berbunyi tanda ia sudah sampai didepan ruangannya. Dia berjalan menuju ruangan dan tak lupa ia tersenyum kepada sang sekretaris kepercayaannya.
Dia duduk dengan elegan diatas kursi kebesarannya. Dengan kertas putih dan juga sebuah pensil ditangannya. Dia mulai merancang satu buah cincin. Bosan ? tidak karena merancang adalah keahliannya dan kesukaannya.
Dua jam sudah berlalu akhirnya cincin yang baru ia rancang pun sudah jadi. Cincin tunangan yang begitu elegan dengan taburan berlian kecil-kecil di setiap sisinya. Dan juga sebuah berlian yang berukuran sedang ditengahnya. Cantik, cincinnya melingkar dan membentuk seperti tanda love ditengahnya.
Dia tersenyum tipis melihat karyanya kali ini. Dia beralih menatap jam, dia cukup terkejut melihat jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Baru saja ia akan berniat untuk berangkat pulang tetapi
Kringggg Kringgg Kringgg
Telepon yang ada diatas mejanya berbunyi. Ia mengurungkan niatnya untuk pulang lebih awal.
"Mrs".
"Ada apa Sonia ?"
"Semoga Mrs tidak berniat untuk pulang karena pukul 10 : 15 menit lagi Mrs ada pertemuan dengan nona muda Jackson".
"Oh My God untung kau mengingatkan ku, baik Sonia saya tidak akan pulang lebih dulu"
"Baik Mrs, terima kasih"
"Hmm sama-sama"
Takh
Ia menaruh kembali telepon itu pada tempatnya. Dia beralih memijat keningnya.
"Ohh astaga nona muda Jackson tak bisakah kau mencari tokonya yang lain aku benar-benar pusing sendiri mendengar semua celotehan anda".
Tak lama akhirnya nona muda dari keluarga Jackson pun datang. Dia keluar dari lift lalu berjalan dengan angkuhnya menuju meja Sonia, sekretaris Allis.
"Dimana bosmu itu". Dia berbicara dengan gay angkuhnya dan tak lupa dengan meletakkan tangannya diatas dada.
"Ohh nona mari masuk, Mrs sudah menunggu"
"Heh".
Mereka berjalan menuju pintu sebelum Sonia mengetuk pintu untuk meminta izin kepada sang bos untuk masuk. Tetapi nona muda Jackson itu dengan tidak ada sopannya dan rasa malu menerobos masuk begitu saja.
Dan tanpa dipersilahkan untuk duduk, ia duduk diatas sofa yang memang sudah disediakan didalam ruangan Allis. Dan tak lupa kakinya ia naikkan keatas meja. Sonia geram sendiri melihatnya.
"Nona"
"Iya"
"Apakah kau tak bisa membedakan mana meja dan juga keset kaki". Ucap Sonia menyindir
"Lalu"
"Kalau anda tak bisa membedakannya mari nona saya akan mencoba untuk mengajarkan anda, saya akan senang sekali mengajarkan nona mudanya keluarga Jackson"
"Heyy kau". Teriak nona mudanya keluarga Jackson.
"Selamat datang nona mudanya keluarga Jackson. Nona Jessie Andrews Jackson"
"Ohh apakah aku begitu terkenal di dunia ini haha".
"Putri sulung keluarga tuan Jackson".
"Ahh iya tentu saja, Louis Vuitton Jackson itu Daddy-ku". Ucapnya sambil mengibaskan rambutnya
"Bukannya tuan Jackson itu orang yang memiliki tata krama".
"Apa maksudmu sebenarnya Nyonya Allis ?"
"Ohh harusnya anda mengerti nona".
"Heyy kau lancang sekali"
"Apa salah saya nona muda Jessie". Ucap Allis tetap tenang walau Jessie menatapnya tajam seperti hendak menelannya saja
"Kau berani-beraninya mengatakan bahwa aku tak mempunyai sopan santun dan tata krama".
"Ohh benarkah".
"Iya tentu saja"
"Kapan saya mengatakan seperti itu ?".
"Beberapa saat yang lalu"
"Bukannya anda sendiri yang mengatakan bahwa anda tak memiliki sopan santun dan tata krama, nona Jessie".
Jessie bungkam kala ia terjebak dengan pernyataannya sendiri. Dia gelagapan dan juga bingung apa yang harus ia katakan lagi.
"Sudahlah saya muak berdebat dengan orang menengah seperti kalian".
Jessie mengalihkan pembicaraan mereka. Allis dia tersenyum tipis kala ia melihat keangkuhan sang nona muda keluarga Jackson itu.
"Jadi apa yang membuat sang nona muda keluarga Jackson membuat janji dengan sekretaris kebanggaan saya dan datang ke toko kami ini".
"Minggu depan saya akan bertunangan dan saya inginkan kau merancang cincin tunangan untuk saya dan tunangan saya.."
"Maaf maksud nona adalah calon tunangan nona bukan". Potong Sonia, sejenak Jessie diam tetapi
"Terserah saya". jawabnya, Sonia hanya bisa menahan tawanya saja.
"Saya ingin 2 hari lagi cincin itu selesai".
"Lihat saya nona, apakah saya seorang robot atau manusia".
"Tentu saja manusia".
"Lalu kenapa anda memberikan waktu yang sangat singkat, 2 hari mungkin hanya rancangannya saja yang sudah jadi".
"Tidak, kau harus bekerja lebih keras lagi".
"Maaf anda bukan satu-satunya pelanggan kami". Rupanya Allis sangat berani membantah sang nona muda, Sonia hanya menggelengkan kepalanya.
"Saya tidak mau tahu"
"Kalau begitu silahkan anda hubungi toko yang lain saja"
"**Kauuu....!!!".
Bersambung.....^_^
Jangan lupa berikan.
Like ✓
Komen✓
Tekan favorit✓
Ikuti author atau vote✓
Tips bintang lima ⭐⭐⭐⭐⭐✓
Follow IG author juga @*Yuliyn1508✓
"Terimakasih"
Salam Hangat Author 😘
wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨***
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨
Annyeonghaseyo yeoleobun 🤗
Happy Reading guys 😘
"Tentu saja manusia".
"Lalu kenapa anda memberikan waktu yang sangat singkat, 2 hari mungkin hanya rancangannya saja yang sudah jadi".
"Tidak, kau harus bekerja lebih keras lagi".
"Maaf anda bukan satu-satunya pelanggan kami". Rupanya Allis sangat berani membantah sang nona muda, Sonia hanya menggelengkan kepalanya.
"Saya tidak mau tahu"
"Kalau begitu silahkan anda hubungi toko yang lain saja"
"Kau, beraninya kau berkata seperti itu".
"Lalu". Sahut Allis santai
"Apakah kau tak tahu sedang siapa kau berbicara ?".
"Nona muda keluarga Jackson". Jawab Allis
"Iya benar , dan kau tahu itu"
"lalu"
"Terserah saya, saya tamu sekaligus pelanggan disini bukannya kalian wajib menghormati tamu dan pelanggan. Tamu adalah raja dan ratu". Jessie berteriak dengan kencang dan telunjuknya tak henti-hentinya menunjuk kearah wajah Allis yang sedang duduk diatas sofa.
"Ohh apakah nona muda keluarga Jackson mau hamba layani ?".
"Kau !!".
"Ohh Sonia bisakah kau belikan makanan untuk nona muda kita".
"Baik Mrs"
Allis berjalan menuju meja kerjanya lalu mengambil tas jinjing bermerek Gucci miliknya. Tak tanggung-tanggung ia mengeluarkan dompet bermerek Hermes . Yang lebih mencengangkan lagi adalah ketika ia mengeluarkan black card yang ia miliki membuat Sonia maupun Jessie menganga lebar melihatnya.
"Sonia ini belikan makanan untuk nona muda Jessie". Allis menyerahkan black card miliknya kepada sekretarisnya, Sonia.
"Baik Mrs"
"Tapi Mrs restauranya ?"
"Oh ya saya lupa, nona muda Jessie ohh saya tahu anda putrinya tuan Jackson bukan hoho baiklah Sonia pergilah ke restauran Lulu La Delizia".
"Sial dia benar-benar memalukan ku disini, dia tahu Daddy tak memberikan ku black card cihh dan what !! sekarang restauran itu Lulu La Delizia restauran terbaik di Australia". Batin Jessie mengumpat
"Sudah aku tak mau makan dari hasil jerih payahmu itu dan lagi pula siapa tahu kamu juga kekurangan uang".
"Ohh ayolah nona Jessie tidak perlu sungkan".
"Tidak, ingat ini baik-baik nyonya Allis aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku lagi ditempat sampahmu ini cihhh".
Ucap Jessie lalu pergi meninggalkan Sonia dan Allis didalam ruangan. Bukannya sedih atau takut Allis malah tertawa kecil. Sonia yang melihatnya menjadi aneh.
"Mrs bukannya kita kehilangan seorang pelanggan, itu pun nona muda keluarga Jackson".
"Lalu"
"Apakah Mrs tak menyesal ?".
"Sonia masih banyak pelanggan yang lebih kaya darinya, terus terang saja saya benar-benar tak menyukai sikap nona muda itu".
"Lalu black card itu apakah itu asli, maaf sebelumnya Mrs"
"Iya tentu saja, saya menyimpannya saat pertama kali saya sampai di negara ini. Hah semuanya diluar dugaan, saya bisa mendapatkan kartu ini dengan berbagai usaha. Mulai dari penjual koran sampai pegawai warung-warung kecil".
"Ahh maafkan saya Mrs.".
"Sonia silahkan istirahat".
"Baik Mrs"
Sonia keluar dari ruangan Allis. Ia duduk di kursinya untuk merapikan berkas dan kembali berjalan menuju lift sepertinya ia akan turun untuk mencari makan siang. Allis didalam ruangannya dia sedang menelpon seseorang. Terlihat wajahnya sudah sangat lesu sekali.
Tut Tut Tut Drtttt
Suara telepon tersambung. Ia buru-buru membesarkan volume suaranya. Ia mengambil kertas putih dan jiga pensil kesayangannya.
"Hallo".
"Bibi".
"Iya Allis, ini bibi".
"Ahh iya bibi, Ethan dimana ?".
"Sebentar biar bibi panggilkan, dia sedang bermain basket di taman belakang"
Allis tersenyum kala mendengar putranya itu sedang bermain basket. Memang putranya itu memiliki bebagai macam bakat. Putranya juga tak seperti anak-anak lain. Maksudnya seperti ini putranya itu berbeda dari yang lain.
Saat anak yang lain lebih memilih untuk menghabiskan banyak waktunya untuk bermain lalu berbeda dengan Ethan ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk belajar.
Sampai-sampai guru disekolahnya pun bingung. Bagaimana bisa seorang anak yang masih berumur lima tahun memiliki otak yang begitu cerdas. Jangankan gurunya dia saja tak tahu sepintar apa ayah dari anaknya itu. Ia melamun memikirkan hal-hal tentang putranya hingga terdengar dari seberang sana suara seorang anak laki-laki memanggilnya.
"Mommy".
"Hai honey".
"Ohh Mommy apakah kau tak bekerja ?
"Mommy sedang bekerja sayang"
"Lalu kenapa mommy menelepon".
"Apakah kau tak mengerti hati mommy-mu sayang"
"Mommy ada-ada saja, apakah kau begitu merindukan Ethan sampai-sampai Mommy meninggalkan pekerjaan mommy"
"Hahha benar sekali mommy begitu merindukanmu sampa mommy berhenti bekerja"
"Tapi mommy Ethan sedang bermain bola basket"
"Ohh benarkah, siapa yang mengajarimu bermain ?
"Tidak ada, tadi Ethan hanya iseng menontonnya melalui You tube lalu Ethan tertarik dan mencobanya".
"Hmm baiklah lanjutkan mainnya mommy akan bekerja kembali"
"Hmm".
Allis mematikan sambungan telepon mereka. Lalu kembali menarik sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman manis disana. Ia menjadi lebih bersemangat ketiak ia sudah mendengar suara dunianya, Ethan. Ia kembali menggambar desain pesanan kliennya.
Matahari bersinar dengan sangat terik. Semua orang sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Hingga matahari bergerak merangkak dari arah timur ke barat secara perlahan. Jam berganti jam suasana langit sudah mulai berubah warna.
Langit sore sudah terpampang dengan sangat jelas dilangit Australia. Para karyawan sedang berbenah toko yang layaknya disebut perusahaan itu. Pukul lima sore semuanya sudah terlihat sangat bersih.
Dan waktunya pulang, semua karyawan sudah turun dan satu persatu dari mereka mulai meninggalkan toko berwujud perusahaan itu. Sonia, ia mengetuk pintu ruangan Allis. Dia berniat untuk mengingatkan bos-nya karena yah Allis memang sering melupakan waktu pulang.
Tok tok tok
"Mrs"
"Mrs"
Dua kali Sonia memanggil bos-nya tapi sayang tidak ada jawaban dari balik pintu tersebut. Ada semburat rasa khawatir yang timbul didalam hatinya. Lagi ia mengetuk pintu ruangan Allis.
"Mrs"
"Mrs, apakah kau didalam ?"
Sonia menggedor-gedor pintu ruangan Allis. Allis yang sedang tertidur pulas di mejanya pun terkejut akibat ulahnya. Allis buru-buru merapikan rambutnya lalu menjawab panggilan Sonia.
"Iya Sonia".
Allis ia membereskan tas jinjingnya, mia berjalan menggapai pintu dan membukanya terlihat Sonia berdiri didepan pintu ruangannya dengan wajah cemas. Saat Allis keluar dan terlihat baik-baik saja, Sonia menghembuskan nafas lega.
"Maaf, sepertinya saya tertidur tadi".
"Ahh iya Mrs tak apa"
"Apakah sudah waktunya pulang ?"
"Iya Mrs untuk itulah saya mengetuk pintu anda"
"Terima kasih Sonia, baiklah mari kita turun "
"Baik Mrs silahkan anda berjalan lebih dahulu saya akan mengambil berkas-berkas penting dan juga tas saya".
Allis ia menunggu Sonia didalam lift. Buru-buru Sonia merapikan berkas-berkas yang akan ia bawa karena ia merasa tak enak ditunggu oleh bos-nya sendiri.
"Mari Mrs".
"Hmm"
Setelah ia masuk kedalam lift ia dengan cepat menekan tombol angka satu. Lift berjalan dengan mulus, tak ada yang berbicara diantara meraka.
"Sonia apakah pesanan kita sudah mulai menyusut ?"
"Ahh sayang sekali Mrs, pesanan kita semakin banyak. Apakah kita mencari desainer lain Mrs supaya anda memiliki banyak waktu untuk beristirahat".
"Tidak, saya yang akan mengerjakannya sendiri"
"Apakah Mrs yakin ?"
"Tentu saja, jam 7 malam kirimkan semua pesanan klien kita ke email saya".
"Baik Mrs, akan saya kirimkan".
"Sonia apakah kau sudah menikah ?"
"Ah tidak Mrs, saya belum menikah"
"Kenapa ?, bukannya kau Sonia Natalias kau keturunan tuan Natalia bukan ?".
Allis sedikit kepo dengan kehidupan seorang Sonia Natalias. Karena setahu dia keluarga Natalia cukup terpandang sama seperti keluarga Jackson. Tapi kenapa nona muda keluarga Natalia ini bekerja dengannya.
"Setelah ada waktu luang baru akan saya ceritakan Mrs".
"Apakah kau memiliki masalah ?"
"Iya begitulah Mrs".
"T...".
Ting
"Mari Mrs saya antar kan anda menemui sopir anda".
Perkataan Allis tidak sampai akhir karena dipotong oleh lift yang berhenti. Lift itu berbunyi disaat terakhir. Sonia keluar lebih dahulu baru ia mempersilakan Allis untuk keluar.
Allis tersenyum melihat kelakuan sekretaris kepercayaannya. Sonia ia percaya sebagai tangan kanan di toko miliknya. Entahlah sampai 2 tahun terakhir ini ia tak tahu apa penyebab putri keluarga tuan Natalia itu pergi dari rumah istananya.
Tiga puluh menit didalam perjalanan pulang Allis akhirnya datang di rumah minimalis modern miliknya. Ia turun dari mobil dan langsung mendapatkan pemandangan yang setiap hari ia lihat.
Terlihat putranya Ethan sedang belajar menguasai ilmu bela diri, Taekwondo. Dia menggelengkan kepalanya, dia begitu ingat disaat putranya itu merengek meminta dicarikan guru untuk melatihnya.
Hingga ia mengalah karena sang pangeran kecilnya mendiamkan dirinya selama beberapa hari. Allis berjalan mendekati putranya yang sedang fokus menghapal gerakan-gerakan yang diajarkan oleh gurunya.
"Honey"
Allis memanggil putranya yang akan menangkis pukulan dari sang guru. Tapi sayang sekali Ethan langsung menoleh ketika ibunya memanggil.
Plak
Tangan sang guru terayun siap untuk memukul dan mengenai wajah Ethan. Ethan tersungkur diatas tanah dengan memegangi wajahnya. Allis berlari mendekati putranya dengan tergopoh-gopoh
"Are you oke honey".
"Aihh mommy menghancurkan semuanya"
"Maafkan mommy sayang"
"Sudahlah tak apa, tak sakit sama sekali"
"Benarkah ?"
"Hmm, lupakan. Mommy pergilah masuk untuk mandi tunggun Ethan sebentar lagi Ethan selesai".
"Apakah kau baik-baik saja sayang".
"Ohh ayolah mommy, Ethan baik-baik saja tak usah dipikirkan itu sudah biasa"
"Tuan apakah putra saya akan baik-baik saja ?"
"Ahh iya nyonya, putra anda baik-baik saja tenang saja nyonya".
Jawab sang guru dengan cepat karena ia merasa cukup takut karena muridnya, Ethan menatap tajam dirinya. Ia buru-buru menjawab pertanyaan ibu dari muridnya itu.
"Hmm baiklah mommy akan meninggalkan kalian"
"Tunggu Ethan untuk makan malam".
"Baiklah sayang, muahh"..
Allis mengecup sayang kening pangeran kecilnya baru ia berlalu pergi meninggalkan mereka. Lagi Ethan kembali untuk berlatih ia tak mau dikatakan lemah hanya karena sebuah tamparan kecil saja.
Pukul enam sore Ethan sudah selesai latihan. Ia berjalan masuk kedalam rumahnya, saat ia akan naik ke lantai dua tempat kamarnya berada tak sengaja matanya menangkap sosok malaikatnya didalam dapur sedang memasak.
Tak biasanya ibunya itu memasak sepulang bekerja. Ia tersenyum singkat lalu berjalan memasuki kamarnya. Ia mandi lalu kembali turun kebawah, tepatnya didapur tepat mereka akan makan malam.
Ia berjalan mendekati mommy-nya yang sedang menata makanan diatas meja. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir mungilnya. Ia hanya berjalan dan tetap stay cool.
"Sayang".
"Hmm".
Allis mendongak melihat wajah tampan putranya. Sesaat ia terpaku dengan warna ungu pada sudut bibir putranya. Lama ia melihat putranya dan dia ingat bahwa tadi putranya itu sempat dipukul oleh sang guru.
"Sayang apakah wajahmu begitu sakit ?"
"Now"
"Tapi wajahmu sedikit memar sayang"
"Sedikit, tidak banyak".
"Tapi tetap saja, itu akan terasa sakit"
"Now, bolehkah kita mulai makan ?"
"Ahh iya biar mommy ambilkan"
Allis menyiapkan makanan untuk putranya. Lalu menyiapkan makanan untuk dirinya sendiri. Setelah itu mereka mulai memakan makan malam mereka. Allis ia tak bisa menelan makanannya karena ia tak tega melihat luka pada wajah putranya.
Ethan dia menghentikan memakan makanannya kala ia tahu bahwa sang ibu sedang melamun melihat kearahnya.
"Mommy"
"Mommy"
Ethan memanggil ibunya hingga dua kali banyaknya. Tetapi Allis ia tak menyahut seruan putranya. Ia hanya diam melihat wajah putranya. Hingga Ethan turun dari kursinya lalu berjalan mendekati ibunya.
"Mommy are you oke"
Suara Ethan mengagetkan Allis dari lamunannya. Ia menatap kearah samping tepat dimana Ethan berada. Ia menangkup wajah putranya menggunakan kedua telapak tangannya. Lalu ia mengelus kecil sudut bibir putranya yang membiru. Terdengar suara ringisan kecil dari mulut mungil Ethan.
"Apakah ini sangat sakit ?".
"Now"
"Benarkah ?"
"Yes, tak sesakit hati mommy ketika di usir dari rumah grand mother and grand father".
"Honey"
Allis memeluk putranya dengan erat sesekali dia menghapus air matanya yang terus mengalir.
"Tunggu disini mommy akan mengambilkan kotak P3K".
Allis berlalu mencari kotak P3K didalam dapur. Ethan hanya diam ditempat ia berdiri tadi. Ia tak henti-hentinya mengawasi ibunya. Tak lama kemudian terlihat Allis kembali dengan membawa kotak P3K ditangannya. Ethan kembali duduk diatas kursi.
Allis dengan telaten mengompres sudut bibir putranya dengan menggunakan air hangat. Setelah itu ia mengeringkannya dengan tissu. Kemudian dia memberikan salep pereda nyeri pada sudut bibir putranya yang masih membiru.
Setelah dirasa cukup baru ia membereskan kotak P3K. Tanpa ia sadari sedari tadi Ethan hanya memperhatikan dirinya. Hingga tiba-tiba Ethan bersuara dan sukses membuat Allis membeku ditempatnya.
"**Mommy, where my Daddy ?"
Bersambung .
jangan lupa berikan
Like
komen
Ikuti author atau vote
Tekan favorit
Tips bintang lima
dan follow IG juga@Yuliyn1508
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 🙏
Salam Hangat Author 😘
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh ✨**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!