Disaat sang mentari masih enggan untuk menghangatkan dunia yg menurutku fana, aku segera beranjak dan bergegas kembali ke kantor.
Zack ajudan ayah sudah bebrapa kali mengingatkanku akan penurunan pendapatan salah satu perusahaan Fuzieyama, dan akhirnya disinilah aku pagi ini, di ruangan kantorku dengan berkas-berkas yg berserakan d atas meja.
Disaat semua wanita seumurku masih bermain dengan sesamanya, bercanda dan tertawa bersama, terlihat sangat menyenangkan bukan. Mereka sama sekali belum memiliki tanggung jawab yang sangat besar sepertiku saat ini.
Andai saja aku bisa memilih untuk tidak menduduki jabatan CEO Fuzieyama group, maka aku akan memilihnya. Namun sayangnya semua itu hanya keinginan semu, karena ibu pernah mengatakan padaku jika aku harus menjaga kemakmuran perusahaan Fuzieyama sebab, banyak yang akan kehilangan nafkah dan pekerjaannya jika saja perusahaan ini dibekukan selagi tidak adanya pengganti ayah.
Jika kalian bertanya kenapa aku sampai harus terpaksa menduduki jabatan CEO di perusahaan yang terbilang besar dengan umurku yang masih bisa dikatakan sangat muda, itu semua karena ayahku yang kini meninggalkanku sendirian.
Ibuku sudah lebih dulu meninggalkanku disaat usiaku menginjak 10 tahun.
Ibuku memang tidak bisa dikatakan baik-baik saja, tapi karena ayah sangat mencintai ibu, beliau menerima ibu apa adanya. Kadang aku berharap bisa memiliki seseorang yang mencintaiku seperti ayah mencintai ibu. Tapi... entahlah aku sendiri bahkan tidak mengerti bagaimana rasanya itu mencintai seseorang, karena yang aku tau hanya bagaimana cara berprilaku disiplin dan rapi.
Mungkin kalian berfikir kenapa aku tidak memiliki adik atau kenapa ayahku tidak memberikan adik untukku. Semuanya karena, ibuku menderita kanker rahim bahkan disaat ibu mengandungku. Waktu itu, aku pernah mendengar cerita ibu, bahwa ayah lebih memilih ibu dibandingkan aku yang berada di dalam rahim ibu. Aku tidak marah pada ayah. Karena jika seandainya aku berada di posisi ayah pun aku akan melakukan hal yang sama.
Tapi dengan sifat keras kepala yang ibu miliki, akhirnya ayah mengizinkan ibu mempertahanku sampai akhirnya aku lahir dengan selamat meskipun sebelum waktu yang ditentukan, karena aku terlahir prematur.
Aku meyakini ibu adalah orang yang kuat. Beliau bisa menghadapi penyakitnya yg menurutku sangat menyeramkan sampai saat aku berusia 10 tahun, beliau seorang yg hebat dalam segala hal, beliau sangat lembut tapi juga tegas, cantik, putih,bertubuh mungil dan beliau memiliki 2 lesung pipit yg menambah daya tarik tersendiri. Menurut ayah, aku mirip sekali dengan ibu, hanya saja tanpa lesung pipit dikedua pipiku.
Rasanya aku ingin sekali menangis mengingat masa itu, tapi ayah selalu mengajarkanku untuk kuat. Karena ayah mengatakan pasti akan selalu ada orang yg ingin mengambil alih semua perusahaan jika aku terlihat lemah. Dan tentu saja akan berdampak kepada para pekerja serta sumbangan tahunan untuk panti asuhan dari Fuzieyama group.
Tok,tok,tok
Ketukan pintu menarikku dari oamunan sesaat yang terasa manis dan pahit itu.
"Masuk" intrupsiku
Saat pintu terbuka, paman Zack masuk membawa kabar yang tidak menyenangkan menurutku.
"Maaf nona, paman anda ingin bertemu." Zack mengatakan kedatangan pamanku yg ketiga kalinya ke perusahaan ini.
"Ya, biarkan dia masuk!" akhirnya dengan sangat malas aku mempersilahkan pamanku menemuiku.
Sebenarnya aku bukan tidak tau kebusukan pamanku sendiri yg ingin menguasai perusahaan Fuzieyama group. Statusnya sebagai adik dari ibu, membuatku selalu siaga tiga hanya untuk bertemu dengannya. karena aku tau dia adalah orang yang sangat tidak akan berperasaan dan serakah bila itu menyangkut kekuasaan.
"Ada apa paman ingin menemuiku?"aku tidak terlalu suka basa basi apalagi terhadap orang yang memang sudah sangat jelas tertulis di wajahnya dia ingin menguasai Fuzieyama group
"Apa seperti itu sikapmu menyambut orang tua?"pamanku menjawab dengan sangat ketus,
Yah walau sebenarnya wajar saja jika itu kembali kepada sikapku yg jelas-jelas memperlihatkan ketiksukaanku padanya.
"Jika sekiranya paman datang kemari untuk menanyakan kedudukan paman di perusahaan, maka silahkan paman kembali! karena aku sedang sangat sibuk." Jawabku sarkastik aku memang tidak terlalu suka bertele tele
Akhirnya paman melangkahkan kakinya keluar ruanganku dengan raut wajah yg sangat-sangat tidak ingin aku jabarkan.
Aku mulai jengah dengan kertas-kertas yang tidak kunjung habis di atas meja kerjaku, sembari memijat kening aku berfikir apakah aku harus menyerah sekarang, apa semuanya akan tetap sama jika saja aku menyerah. Bahkan aku terlalu lelah hanya untuk memikirkan makanan apa yang aku inginkan sekarang.
Sembari melangkahkan kaki keluar ruangan, aku menghampiri paman Zack untuk memberikan tugasku kepadanya, menggantikanku menghadiri meeting bulanan kali ini. Karena rasanya aku sudah sangat tidak bersemangat karena kedatangan pamanku tadi.
Dengan langkah tidak bersemangat Aku keluar dari kantor, hanya untuk sekedar menghirup udara segar meski akhirnya aku harus tetap kembali ke dalam neraka itu.
Aku hanya berharap semoga aku selalu kuat dengan segala keadaan yang terjadi di perusahaan, mengingat janjiku pada Ayah. aku akan selalu kuat dalam hal apapun termasuk dalam mempertahankan perusahaan. Aku mulai menjalankan mobil yang membawaku keluar dari neraka yang setiap saatnya membuatku sesak.
Di sepanjang jalan aku selalu memperhatikan sekelilingku, memperhatikan setiap hiruk pikuk kehidupan di kota jakarta ini. Aku selalu senang jika melihat keluarga yang sangat harmonis dalam kesederhanaan mereka, mereka seakan selalu terlihat tanpa beban. Seandainya aku bisa memilih aku ingin memilih terlahir di dalam keluarga yang sederhana, tapi aku selalu berfikir kembali dan selalu memaksa otak dan hatiku untuk selalu bersyukur.
Ditengah keasikanku memperhatikan keluarga sederhana yang saling bercengkrama satu sama lain, aku dikejutkan dengan suara keributan yang tak jauh dari tempatku. Entah dorongan dari mana, yang biasanya aku selalu mengacuhkan keributan, tapi saat ini kakiku seakan memiliki kemampuannya sendiri, melangkah ketempat terjadi keributan.
Saat sampai ditempat itu aku kembali dikejutkan dengan pemandangan yang terlihat seorang pria muda menghakimi seorang pria tua. Bukan, bukan hanya sebatas itu, karena yang kudengar laki-laki itu menyebut lelaki tua didepannya dengan sebutan "ayah".
"Apa ini yang ayah maksudkan dengan keharmonisan dalam kesederhanaan?"lelaki muda itu menghakimi ayahnya di tempat umum.
"Maafkan ayah nak ayah bisa jelaskan semuanya." Dengan tatapan mengiba lelaki tua yang dipanggil ayah itu mencoba menjelaskan dan meluruskan apa yg dilihat anaknya.
"Dari awal aku selalu diam saat ayah selalu mencoba harmonis dan bersikap seolah ayah adalah lelaki yang sangat bertanggung jawab, meski aku selalu merasa semua itu hanya semu."lelaki muda itu tetap dengan mempertahankan wajah yang entahlah kemarahan yg baru kulihat di wajah seorang lelaki yg kecewa mungkin.
"Cukup Azka, ayah terlalu lelah untuk bersandiwara lagi, dan setelah apa yg kamu lihat sekarang, ayah sepertinya tidak perlu menjelaskan apapun." lelaki tua itu mendorong kursinya dan menarik wanita yang kuyakini istrinya itu pergi dari cafe, yang saat ini aku datangi.
"Oh jadi nama lelaki muda itu Azka" gumamku
Suasana cafe terasa riuh, banyak sekali desas desus yang kudengar di sekitaran tempatku duduk saat ini. Banyak sekali yg mengatakan jika ayahnya tergoda pelakor atau apalah, banyak lagi. Dan aku tidak terlalu menghiraukannya karena aku sendiri terpaku pada lelaki yang kudengar namanya adalah Azka tadi, entahlah perasaan apa yang kurasakan saat ini, aku merasa ada getaran aneh yang memasuki hati tanpa permisi setelah melihat Azka dengan tidak sopannya membentak ayahnya sendiri di tempat umum. Namun satu hal yang kuyakini kala itu, dia melakukannya karena sangat menyayangi ibunya.
Setelah kejadian itu akhirnya aku selalu berkunjung ke cafe dimana Azka bekerja, karena entah kenapa aku selalu ingin melihatnya. Meskipun mimik mukanya sama sekali tidak terlihat ramah, tapi ketampanan dan sorotan mata yang penuh ambisi itu tidak pernah berkurang dan mungkin saja jika dia yang menjadi suamiku, maka pamanku tidak akan pernah bisa menghancurkan Fuzieyama group.
"Maaf apakah anda tidak berniat memesan sesuatu mungkin, bukankah anda tau disini bukan tempat untuk sekedar melamun, nona?" Aku dikejutkan dengan suara bariton lelaki yg kupandangi tadi
"A..iya saya ingin memesan 1 vanilla latte ... mas!" aku mencoba menutupi kegugupanku dihadapan Azka.
Azka memang tidak terlihat dari keluarga berada sepertiku. Namun, dia memiliki banyak nilai plus di dirinya. Bayangkan saja, betapa baiknya tuhan menciptakan seorang Azka tanpa cela. Rahangnya yg tegas, tubuh yg tinggi kekar, berkulit putih dan tak lupa sorot mata elang penuh ambisinya yg membuatku terpana.
"Ah apa yg sedang kurasakan ini, sepertinya aku harus segera menemui icha."batinku
Berbicara tentang icha, dia adalah sahabatku semenjak aku duduk di bangku smp, dia yang selalu memberiku kekuatan sejak kepergian ibu, sifiatnya yang apa adanya, membuatku nyaman dan tidak ada sma sekali kebohongan atau tanda-tanda penghianatan di mata icha.
Jika kalian bertanya kenapa aku bisa mengetahui tentang kebohongan seseorang? Itu semua karena dulu aku mengambil jurusan psikologi saat kuliah. Dan dengan kepintaran yang kudapat dari ayah, kuliahku selesai lebih cepat, 2 tahun aku menggenggam gelar s1 di salah satu universitas di jepang, dan setelah lulus dari sana, ayah mewajibkanku melanjutkan kuliah dengan jurusan bisnis. Bukan tanpa alasan sebenarnya, karena aku sudah sangat memahami maksud dari ayah.
Pada akhirnya di usiaku yang ke 21 aku sudah memegang saham terbesar se-Indonesia, ayah tidak membiarkanku beristirahat barang sekejap saat setelah aku lulus dari jurusan bisnisku 2 tahun lalu. Hingga segera setelah itu ayah mewariskan perusahaannya padaku, perusahaan dibawah naungan Fuzieyama group. Meski dengan syarat aku harus menikah tepat sebelum usiaku menginjak 24 tahun, maka semua aset perusahaan se-Asia dibawah naungan Fuzieyama group akan ayah serahkan atas namaku.
Itulah yang membuat paman Ardhan selalu mengusik ketenanganku di perusahaan. Bahkan paman selalu menawarkan lelaki yang ingin dia jadikan suamiku, tapi aku tidak terlalu menghiraukannya karena tanpa perlu menunggu waktu, segera setelah paman memberikanku biodata beberapa pria untukku maka paman Zack selalu dengan cepat pula memberikan informasi yang kuinginkan terkait para pria yang disodorkan paman Ardhan.
Dan akhirnya aku selalu tau siapa dan apa saja yang akan paman lakukakn melalui pria-pria yang sengaja paman sewa, hanya untuk menjatuhkanku dan mengambil alih perusahaan.
Berbicara tentang perusahaan, sebenarnya perusahaan ini semua milik ayah hanya saja karena ayah sangat mencintai ibu maka semua perusahaan atas nama ibu, dan karena ayah anak tunggal dari Fuzieyama Hatori, kakekku. Hingga jadinya ayah tidak memiliki satupun saudara, dan itulah mengapa pamanku yang haus akan kekuasaan selalu mencoba menjatuhkanku dari perusahaan. Jika kalian bertanya tentang marga yang tersemat di belakang namaku, aku akan menceritakannya bahwa aku masih ada sedikit keturunan jepang. karena kakek turunan jepang asli dan nenekku yang memang orang indonesia tulen, jadinya saat ayah menikah dengan ibu yg memang asli indonesia. Maka aku hanya memiliki sedikit darah jepang.
Dan kurasa paman sudah sangat mengetahui tentang kepemimpinan sementaraku hanya sampai sebelum menikah, dan jika aku belum menikah sampai batas waktu yang ditentukan maka semua aset perusahaan akan dibekukan. Bayangkan berapa banyak karyawan dan berapa banyak keluarga yg putus pendapatan karena satu kesalahanku.
Kembali kepada icha, dia sudah kuanggap seperti keluarga bagiku. Dan aku harus segera menemui icha, memastikan apa yang kurasakan.
"Icha........" kebiasaanku berteriak saat sampe di depan rumah icha
"Al ... lo tu bisa sedikit anggun tidak? jangan dikit-dikit lo teriak pas ke rumah gue, telinga gue ampe budek ini."yah itulah sambutan icha setiap kali aku bertamu kerumahnya.
"Ya ampun Cha, gue cuma bisa jadi diri gue sendiri disini." yah aku memang selalu bisa menjadi diri sendiri di depan Icha dan kedua orang tuanya, entahlah aku seperti menemukan kehangatan keluarga yg sudah sangat lama tidak aku rasakan.
"Cha, gue mau nanya sesuatu dong sama lo."ucapku saat memasuki hunian icha dan keluarga.
Aku memang selalu seperti ini di rumah Icha. Aku selalu langsung berjalan masuk meski tuan rumah belum mengizinkan. Dan Icha serta kelurga pun tak pernah mamarahiku atau apapun, karena mereka sudah sangat menerimaku seperti anak mereka sendiri.
"Ya ampun Al belum juga gue izinin masuk, lo udah maen nyelonong aja."Icha memang bawel, tapi aku tidak pernah sama sekali merasa marah dengan sifat yang cuplas ceplos Icha tunjukkan, karena Icha memang seperti itu dan sikap itu juga lah yang membuatku nyaman berteman dengan Icha.
aku tersenyum penuh dosa "Cha, lo pernah jatuh cinta?" Tanyaku to the point
"Pernah lah, emangnya elo yg gak tau indahnya mencintai."jawabnya dengan tatapan menerawang ke langit-langit ruangan.
"Rasanya kaya apa Cha, tolong jabarin ke gue!" tanyaku lagi dengan sangat antusias
"Kalo lo jatuh cinta, lo pasti bakalan berharap bisa selalu melihatnya Al, lo pasti selalu pengen deket sama dia terus, kadang sehari gak ketemu aja lo kaya udah gak ketemu setahun, dan yang paling penting nih Al, klo lo deket sama dia, jantung lo tu dag dig dug gak karuan gitu."jawabnya tersenyum dengan tatapan masih menerawang.
sebenarnya Icha sangat cantik, hanya saja dia tidak terlalu memperhatikan penampilan. karena dia merasa nyaman dengan menjadi dirinya sendiri dan paling penting adalah cantik hatinya. begitu yang dia katakan.
"Icha, gue lagi jatuh cinta berarti."jawabku pasti, karena baru kali ini aku tau bagaimana rasanya mencintai.
"Lo jatuh cinta sma siapa Al? coba lo cerita sama gue, ceptan!"titahnya dengan mata yg memicing penuh curiga, mungkin yang ditakutkan Icha, aku mencintai paman Zack, secara kan dia yang selalu ada didekatku, lucunya ichaku.
"Entahlah gue belum tau sebenernya dia siapa, yang gue tau cuma namanya aja Cha."jawabku dengan menampilkan senyum saat membayangkan wajah Azka
Ya, aku jatuh cinta kepada seorang Azka yang baru beberapa menit lalu aku temui atau bahkan hanya sekedar melihatnya. Tapi entah kenapa sosok Azka berhasil mengambil seluruh hatiku.
"Hah ... lo itu gimana sih, masa udah jatuh cinta aja. Kenal juga belom, lo salah kali, maksud gue, mungkin lo cuma kagum gitu Al?"
"Gak Cha, gue yakin kalo gue udah jatuh cinta sama dia, gue yakin, seyakin-yakinnya. Karena semua yg lo jelasin tentang gimana rasanya jatuh cinta itu, gue rasain semuanya Cha." jawabku yakin
"Siapa namanya gue pengen tau?"
"Gue cuma tau nama panggilannya aja sih Cha, yang gue denger tadi sih namanya Azka, tapi gue belum tau semuanya tentang dia. Karena gue pengen mastiin dulu perasaan gue ke dia itu apa? Makanya gue langsung kemari tadi."
"Sobat gue udah gede ternyata. Udah mengenal apa itu namanya cinta. akhirnya Al gue berasa jadi kakak yang bentar lagi bakalan ngelepas lo ke pelukan lelaki lain."Icha mencubit pipiku dan menepuk-nepuknya pelan
"Lo apaan sih Cha lebay banget ah, gue balik dulu ke kantor. Kayaknya ada kerjaan buat paman Zack, titip salam ke ibu ya, love banyak buat ibu!"gue berlari menuju ke mobil.
Rasanya tidak sabar, aku ingin segera mengetahui siapa sebenarnya seorang Azka yang sudah berhasil membuat seorang Almeera Fuzieyama mencintainya.
Sehari setelah aku meminta bantuan paman Zack untuk mencari tau siapa sebenarnya seorang Azka yang mampu menyita semua perhatianku. Entah kenapa rasanya aku menjadi atasan yang tidak profesional dengan mengesampingkan semua pekerjaanku dan lebih memilih berdiam diri menunggu kabar baik dari paman Zack.
Sebenarnya bukan tidak ada yang mendekatiku, hanya saja aku tidak pernah sekalipun merasakan adanya perasaan sepertu yang saat ini aku rasakan untuk seorang Azka.
Tok tok tok
Aku bergegas membuka pintu ruangan yang saat ini banyak sekali berkas-berkas berantakan dan terabai di atas meja.
"Pasti itu paman Zack." batinku
"Nona, semua data dan informasi yang anda minta sudah saya simpan di amplop ini." seperti biasa paman Zack sangat sopan dan terlalu formal menurutku untuk seorang yang sedari aku masih berusia 5 tahun bahkan sudah mengenalku. Paman Zack sudah ku anggap seperti ayahku sendiri. Meski sifat formalnya tidak pernah bisa dihilangkan.
"Terima kasih banyak paman." saking semangatnya aku mengambil amplop dari tangan paman Zack dengan tergesa.
"Saya permisi nona." pamitnya dengan sedikit bibir yg tertarik ke atas, aku mengerti pasti paman merasa lucu melihat tingkahku layaknya anak kecil yang diberikan mainan baru.
Dengan sangat tidak sabar aku membuka amplop dan mulai membaca semua informasi tentang Azka.
"Jadi Azka 28 tahun." gumamku
Namanya Azka putra mahardika, usianya 28 tahun dan dia terlahir dalam keluarga yang sangat hangat serta harmonis menurut lingkungan sekitar, ya meski aku sudah sangat mengetahui keadaan yang sebenarnya karena secara tidak langsung tepat saat aku pertama kali melihat azka di cafe tempo hari, keadaanya sudah sangat menjelaskan jika apa yang ditunjukkan sama sekali tidak seperti realita yang ada. Ambisinya yang sangat kuat membawa Azka bisa membangun dan mengelola cafenya sendiri dalam rentan waktu kurang dari 2 tahun dan menurutku cafe A&R yang tempo hari aku kunjungi juga sangat ramai serta cocok untuk bersantai dan nongkrong.
Semangat aku membuka lembar demi lembar informasi tentang Azka hingga aku berhenti entah dilembar keberapa aku sendiri tidak tau, disana tertuliskan informasi bahwa seorang Azka putra mahardika mencintai seorang gadis bernama Rania rosdiana. Yah sampai disana, aku benar-benar dibuat terkejut dan alangkah lebih terkejut lagi saat aku membuka lembar berikutnya, disana tertulis bahwa Azka ingin segera menikahi gadis yang dicintainya.
Hatiku terasa diremas sakit, karena mencintai seorang Azka. Tanpa berfikir panjang aku langsung mencari paman Zack untuk mencari tau tentang perempuan bernama Rania rosdiana.
"Paman ... tolong segera paman cari tau siapa sebenarnya gadis di dalam fhoto ini?"aku menyerahkan fhoto yang ada di dalam amplop informasi tentang Azka.
Paman Zack segera berdiri dan memohon izin untuk melaksanakan tugasnya.
Aku menarik nafas dalam "Apa mencintai harus sesakit ini ibu." gumamku ketika sampai d dalam ruangan kerja yang berdominasi warna putih serta abu-abu. Aku memang perempuan, tapi karena didikan ayahku yang keras aku menjadi perempuan yang tidak bisa sefeminim Rania, seperti gadis yang kulihat di fhoto tadi.
Rasanya lelah tiba-tiba mendera. Kuletakkan kepala di atas meja kerja seraya berfikir apa yang harus aku lakukan dengan semangat yang tiba-tiba saja drop dan menghilang ini. Belum berjuang saja sudah terasa amat sangat lelah.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!