NovelToon NovelToon

Anne Dan Anna

Bab I

Kebersamaan

Kerjasama

Rasa saling membutuhkan

Rasa saling melengkapi

Kadang akan hancur

Karena salah paham

Begitulah manusia pada umumnya

Apalagi jika ada rasa persaingan

Rasa cemburu, dan juga iri

Semua akan menghancurkan

Perasaan yang dulu terjalin

Apakah waktu tidak mengajarkan

Jika kebosanan mengajak pada perubahan

Tergantung kemana arahnya

Kitalah yang akan menentukan pilihannya

*****

Sepoi angin semilir menggoyangkan dedaunan yang tumbuh di halaman depan sebuah rumah besar dengan berarsitektur joglo kuno. Terlihat kokoh dan tidak seperti kebanyakan bangunan di sekitar lokasi tersebut. Pagar rumah minimalis membuat orang bisa melihat langsung suasana yang nyaman dan tenang.

Terlihat beberapa anak bermain di halaman depan dan juga samping rumah. Ada yang bermain ayunan, kejar-kejaran, bermain tali dan ada juga yang hanya duduk-duduk melihat temannya bermain.

Seorang gadis kecil terlihat termenung. Dia sedari tadi hanya diam melihat teman-temannya yang sedang bermain dengan wajah penuh kegembiraan.

Dia yang biasanya ceria dan menyenangkan menjadi berbeda karena kejadian tadi siang di sekolahnya.

"Nama dan wajahnya saja yang cantik. Tapi kalian tahu tidak..."

"Dia itu ada di panti asuhan. Coba bayangkan, apa iya dia anak..."

"Eh, bisa jadi dia itu sebenarnya anak..."

"Mana ada mama yang tega membuang bayinya kalau tidak...."

Semua bisik-bisik teman-temannya begitu jelas terdengar ditelinga Anna. Tapi dia hanya diam tanpa menyahut atau melakukan apapun untuk membalas mereka.

"Hai... ayok istirahat. Jangan melamun saja nanti kerasukan bahaya!" seru Anne, teman Anna di panti. Mereka memang mempunyai nama dan nasib yang mirip tapi berbeda dengan wajah dan perawakan tubuh.

Anna berwajah manis khas Indonesia dengan kulit yang tidak terlalu putih namun tidak juga hitam. Lebih ke warna coklat bersih atau kadang orang lebih mengenal dengan istilah kuning langsat. Hidung tidak terlalu mancung, normal layaknya orang Indonesia pada umumnya. Warna rambut hitam pekat dengan karakter bentuknya yang lurus. Tubuhnya juga lebih mungil dan tidak lebih dari seratus enam puluh centimeter.

Berbeda dengan Anne. Wajahnya menyerupai anak-anak blesteran. Kulitnya juga putih kemerahan. Warna rambut cenderung lebih coklat dari pada hitam. Bentuknya mirip spaghetti alias berombak namun tidak keriting. Hidung lebih mancung dibandingkan dengan Anna. Tubuhnya juga lebih jangkung dengan porsi tubuh yang lebih berisi.

Namun semua orang pasti mengiyakan jika ada yang bilang jika Anna dan Anne sama-sama cantik dengan versi yang berbeda. Begitulah kira-kira.

"Malas ahh...!" jawab Anna.

"Eh... cewek cantik gak boleh malas ya!" kata Anne dengan mata membola. Membuat Anna jadi tersenyum canggung. Anne melihat segerombolan teman-teman Anna yang melihat ke arahnya.

"Kenapa? kalian membully Anna lagi?" tanya Anne menantang mereka semua dengan berkacak pinggang.

"Siapa yang membully? tanya aja Anna!" jawab seorang cewek yang duduk diatas meja dengan makeup tebal di wajah.

"Anne... kamu tuh ya gak cocok punya temen apalagi saudara kayak Anna. Beda bener tau!" jawab si kuncir kuda yang sedang menikmati es krim strawberry dengan cup besar.

Anne mengeleng melihat mereka semua. Tidak ada bosan-bosannya mengunakan kalimat yang sama untuk mempengaruhi Anne dan memojokkan Anna. Anne saja bosan, apalagi Anna yang sekelas dengan mereka semua.

"Kalian tuh yang gak pantes buat dijadikan teman." Anne membalas ejekan mereka pada Anna. Tapi sebelum Anne melanjutkan lagi kata-katanya, Anna sudah mencegahnya.

"Sudah Inne... biarin. Ngapain sih nanggepin mereka. Gak ada untungnya!" kata Anna pelan mencegah Anne agar tidak lagi perang mulut dengan teman-temannya itu. Percuma. Begitulah Anna, selalu diam mengalah saja.

Inne adalah panggilan Anna dan anak-anak panti saat memanggil Anne agar tidak keliru dengan panggilan Anna.

Kata ibu panti mereka berdua selisih dua hari saat ditemukan di teras depan. Dan karena ibu panti bingung untuk mencari nama akhirnya memakai nama Anne juga cuma huruf akhir yang diganti. Tapi tidak dengan kepanjangan Annemie, karena itu nama bawaan yang tercantum saat bayi merah Anne ditemukan.

"Ya sudah, ayok... mau keluar tidak?" ajak Anne lagi melihat Anna dengan wajah penuh harap.

"Aku sedang malas Inne. Sudah kamu sajalah..." jawab Anna sambil tersenyum canggung. Tapi Anne malah membalas senyuman itu dengan wajah cemberut.

"Oke-oke... tapi awas jangan nangis hanya karena bullyan mereka ya!" kata Anne dengan wajah dan mata yang di buat seserius mungkin. Tapi bukannya di jawab Anna malah tersenyum geli melihat wajah Anne yang menurutnya sangat lucu saat serius begitu. Anna tersenyum geli menutup mulutnya sendiri.

"Kenapa?" tanya Anne bingung karena Anna yang sedang tertawa kecil.

"Gak cocok wajahnya itu!" jawab Anna masih dengan posisi tertawanya. Tangannya yang sedari tadi diam di atas meja terangkat dan jarinya menunjuk ke arah Anne.

"Heleh... aku pikir apaan!" seru Anne tersenyum miring.

"Ya udah kalau gak mau keluar kelas. Aku disini juga." Akhirnya Anne ikut duduk di sambil Anne.

"Wiehhh ada bule nih di kelas!" seru Alan. Cowok tengil di kelas Anna.

"Ann... kenalin kek!" kata Alan pada Anna. Dia duduk di kursi sebelah Anna yang kosong.

Anne yang duduk di depan Anna hanya tersenyum miring menanggapi perkataan Alan.

"Jangan cuek aja neng... entar bambang tampan nie kabur di cariin deh!" kata Alan gak jelas.

Cewek-cewek yang tadi ngerumpi di pojokan dan membicarakan Anna pun tertawa mengejek.

"Syukurin di cuekin si bule!" Sorak mereka serempak.

"Eleh... sie eneng-eneng mau kan ya Bambang Alan goda?" Alan terus saja membuat godaan agar bisa mendengar Anne bereaksi dengan menanggapi atau sekedar tersenyum dengan candaannya.

Tapi ternyata Anne hanya diam dan masih melihat ke arah Anna yang mengangkat kedua bahunya.

"Ya udahlah. Aku balik ke kelas saja!" Pamit Anne kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Eh... neng bule! Bambang Alan anter ye... Pake doa!" Alan berteriak kemudian tertawa terbahak-bahak sendiri mendengar ocehannya yang di telan angin. Sedangan Anne hanya mengeleng dan tetap berlalu tanpa menghiraukan panggilan dan perkataan Alan.

"Cuek bener saudara kamu Ann... sapa namanya?" tanya Alan pada Anna yang sudah duduk bersandar dengan buku di tutup pada muka.

"Ye elah... di cuekin juga bambang ini!" Seru Alan mencari perhatian.

Anna hanya menutup telinga dan diam tanpa bermaksud untuk menjawab pertanyaan dari Alan.

"Din... kamu tahu gak tuh si bule namanya sapa?" tanya Alan lagi pada cewek yang tadi makan es krim.

"Au... tanya aja ndiri!" jawab Dinda acuh dengan mengibaskan tangannya.

"Awas aja minta di antar pulang!" Ancam Alan pada Dinda. Secara Alan itu adalah sepupu Dinda, jadi dia sering minta diantar pulang oleh Alan jika tidak ada yang sempat menjemputnya.

"Eh kak, gak ada hubungannya si bule ma aku yang minta diantar!" kata Dinda membela diri.

"Biarin! makanya bantuin dong biar tahu nama si bule. Kamu juga jangan suka membuly saudaranya!" Alan berkata menasehati Dinda, sepupunya yang memang terkenal usil mulutnya. Apalagi dengan siswi pendiam kayak Anna.

"Ogah...!" jawab Dinda dengan mencibir ke arah Anna.

Alan hanya mengeleng melihat tingkah sepupunya yang manja dan sedikit cerewet itu.

"Maafin Dinda ya Ann... dia emang suka usil mulutnya. Mungkin pengaruh teman-teman bergaulnya juga!" Bisik Alan di dekat Anna yang masih terdiam dengan buku menutup wajahnya.

Bab II

Waktu mengajarkan banyak hal

Tentang rasa

Tentang cinta

Tentang cita

Waktu memberikan banyak waktu

Untuk berpikir

Untuk merasakan

Untuk belajar

Waktu menjawab banyak pertanyaan

Apapun soalnya

Karena waktu berjalan bersama takdir

Dan Tuhan yang merestui

*****

Anna terlonjak kaget saat mendengar suara teriakan Anne yang memanggil namanya. Hampir saja dia terjengkang dari tempatnya duduk sangking kagetnya.

"Annaaa...!!!" Teriakan Anne masih mengema beberapa kali saat sudah mendekat dimana Anna duduk termenung seorang diri sedari tadi.

"Apaan si... bisa gak kalau gak teriak?" keluh Anna dengan menutup kedua telinganya dengan tangganya sendiri.

Berbeda dengan Anna, Anne justru terkekeh senang melihat temannya terkejut dengan kedatangan dan teriakannya tadi.

"Terapi kejut biar kamunya gak bengong aja. Bisa kesurupan nantinya!" kata Anne menakuti Anna yang memang sedikit penakut.

"Hihhh apaan sih?!" seru Anna dengan wajah cemas dan takut.

"Hahaha..." Tawa Anne menggema membuat anak-anak yang sedang asyik bermain menoleh kearah mereka berdua.

"Peace!" kata Anne dengan dua jari menunjuk huruf V di depan mukanya karena anak-anak sedang melihatnya dengan tatapan mata yang ganjil.

"Tuh kan... kamu sih!" kata Anna mengeleng dengan semua ulah Anne yang selalu membuat orang lain terkejut ataupun marah. Tapi semuanya juga sudah memaklumi karena dengan adanya Anne yang ceria dan cuek suasana panti terlihat ramai dan penuh tawa.

"Kamu juga, kenapa melamun saja di sini sendirian pula?" tanya Anne yang sudah ikut duduk di samping Anna.

"Tidak ada apa-apa Inne. Mungkin hanya perasaan kamu saja yang sedang sensitif." Anna menjawab pertanyaan dari Anne dengan ambigu. Tentu saja yang mendengar jawaban dari Anna akan mengernyitkan keningnya, apalagi Anne yang memang tidak mengerti arah perkataan yang di maksud oleh Anna.

"Kalau ngomong yang jelas napa, biar aku tidak bingung" kata Anne memelas. Tapi Anna malah tersenyum simpul.

"Tidak apa, sudahlah." Anna hanya mengangguk dan tersenyum melihat Anne yang masih menatap ke arahnya dengan wajah penuh kebingungan.

"Oh ya, tadi kamu teriak-teriak memanggil namaku ada apa?" tanya Anna yang kembali ingat dengan kejadian tadi.

"Tidak ada apa-apa, hanya ingin memanggil kamu saja" jawab Anne dengan mengangkat kedua bahunya cuek.

"Hah... aku pikir ada apaan yang penting!" Anna menggerutu dengan jawaban Anne yang tidak disangkanya. Dia berpikir jika ibu panti sedang mencarinya karena membutuhkan pertolongan atau ada keperluan lainnya.

*****

Suasana kelas yang sedari tadi tegang, karena semua sedang serius mengerjakan tugas, menjadi sedikit ricuh karena ulah Alan.

Dia melempar kertas ke arah Anna dan ketahuan oleh Bu Dewi. Guru bahasa Indonesia yang sedang menjadi pengawas test hari ini.

"Alan. Maju kedepan, sekarang!" kata Bu Dewi memberikan perintahnya, kemudian memungut kertas yang tadi Alan lempar ke meja Anna.

"Anna. Apa kamu bekerja sama dengan Alan?" tanya Bu Dewi dengan mata memicing. Dia tidak yakin jika Anna berbuat curang, karena setau Bu Dewi Anna adalah siswi yang pintar dan memang masuk melalui seleksi beasiswa prestasi.

Anna tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh Bu Dewi. Dia hanya mengeleng dan menatap bingung kearah Alan yang sudah berdiri di depan kelas. Tapi Alan diam tanpa mempedulikan semua mata yang tertuju pada dirinya.

Bu Dewi mencoba membuka kertas yang di lempar Alan. Tapi dia malah menjadi bingung karena di dalam kertas yang di bentuk menyerupai bola kecil ada tulisan kalimat peringatan dan bukan jawaban dari soal ujian kali ini.

#Jangan membuka tas bagian depan!#

Bu Dewi memandang ke arah Alan yang sedang berdiri dengan wajah menunduk, meskipun tetap tenang. Tapi Bu Dewi seakan mengerti apa yang sedang terjadi dan kenapa Alan melakukan hal ini. Mungkin ada alasan lainnya lagi.

"Baiklah. Untuk Alan dan Anna setelah ini langsung ikut keruangan saya."Bu Dewi memberikan perintahnya lagi.

Terdengar suara kasak kusuk dibelakang membicarakan mereka berdua.

"Eh... begitu kelakuan siswi berprestasi?"

"Wah... gak nyangka!"

"Idih sok imut ternyata..." Dan masih banyak celotehan yang lainnya.

Anna sudah pusing mendengar semua suara-suara sumbang tersebut. Dia yakin jika hal ini tidak akan selesai begitu saja dengan mudah.

"Karena waktu sudah habis sekarang semuanya segera mengumpulkan tugas masing-masing dan silahkan langsung keluar untuk beristirahat. Kecuali Anna dan Alan!" Kata Bu Dewi pada semua muridnya yang sedang mengerjakan tugas-tugasnya.

Setelah semua siswa mengumpulkan kertas tugas masing-masing, Bu Dewi meminta Alan untuk menjelaskan tentang maksud kertas yang dia lempar tadi.

"Kami tidak perlu ikut ke ruangan ibu?" tanya Alan yang masih ingat dengan jelas apa yang tadi dikatakan oleh Bu Dewi agar mereka berdua ikut ke ruangan guru guna menjelaskan tentang maksud tulisan Alan dan kejadian ini.

"Jika kamu bisa menjelaskan pada ibu dan itu masuk akal, ibu rasa tidak perlu sampai ruangan guru ataupun BK" jawab Bu Dewi yang masih memberikan kesempatan dan waktu pada Alan.

"Tadi Alan mendengar seseorang yang sedang membicarakan tentang isi tas Anna Bu. Dan itu bukan hal yang baik" kata Alan menjelaskan.

"Kamu yakin?" tanya Bu Dewi seperti tidak mempercayai apa yang sedang Alan jelaskan.

Alan mengangguk dengan pasti sebagai jawabanya sedangkan Anna melihat dengan wajah yang bingung.

Bu Dewi tidak percaya dengan apa yang di katakan oleh Alan. Dia berjalan ke arah tempat duduk Anna untuk membuktikan kebenaran dari tulisan tangan Alan sewaktu masih test tadi.

Dengan gerakan ragu Bu Dewi mengambil tas Anna dan membawa ke depan. Dia sendiri juga yang membuka tas bangian depan milik Anna.

"Huwaaaaa...!" Bu Dewi berteriak nyaring dan melangkah mundur sangking kagetnya dengan apa yang dilihatnya barusan.

Dalam tas bagian depan Anna ada seekor cicak dan juga kecoa yang sedang menatap dirinya penuh harap untuk bisa kembali bebas.

Alan dan Anna yang berada di belakang Bu Dewi dengan sigap menangkap tubuh Bu Dewi agar tidak terjerembab jatuh ke belakang.

Dengan nafas ngos-ngosan Bu Dewi melotot berbalik menatap ke arah Alan.

"Kamu mau ngerjain ibu?" kata Bu Dewi masih dengan nafas memburu dan suara yang terdengar ketakutan.

"Lho kok malah nuduh Alan Bu? kan tadi Alan memberikan peringatan!" jawab Alan membantah untuk membela diri jika dia tidak bermaksud membuat Bu Dewi jantungan.

"Lalu kenapa kamu tidak memberitahu jika isinya sejenis itu..." kata Bu Dewi dengan wajah takut dan tidak bisa menyebutkan nama hewan yang tadi lihat.

Semua murid di kelas Alan juga tahu jika bu Dewi sangat takut dengan dua jenis hewan tersebut.

"Kan itu juga Alan tidak tahu jika isinya macam begitu. Alan cuma dengar jika ada seseorang yang mau mengerjai Anna Bu!" Alan masih mencoba untuk membela diri.

"Siapa?" tanya Bu Dewi cepat. Dia tidak ingin ketahuan jika masih dalam mode terkejut.

"Alan tidak tahu Bu. Tapi sepertinya ini bagus juga buat terapi jantung!" jawab Alan dengan mode wajah yang seperti orang sedang berpikir.

"Maksud kamu?" Bu Dewi kembali bertanya dengan wajah cemas.

"Terapi kejut Bu... biar jantung sehat!" Seru Alan berteriak dan berlari keluar kelas dengan menyeret tangan Anna.

Anna yang tidak siap pun jadi terseret dan tertatih mengimbangi langkah Alan yang lebar karena setengah berlari.

Bab III

Tidak ada yang sempurna di dunia

Apa pun yang di lihat oleh mata

Sekedar fatamorgana

Semua tidak sama dengan kenyataan yang ada

Jika kamu bisa memilih

Pilihlah sesuai rasa hatimu

Bukan apa yang kamu nikmati dari mata

Karena mata bisa tertipu

Rasa bosan mungkin datang

Saat waktu terlalu lama

Menikmati sesuatu yang sama

Pada ruang yang juga sama

*****

Suasana lapangan basket ramai, dengan adanya jam pelajaran olah raga yang tidak sengaja bertubrukan dengan jadwal latihan tim basket yang akan tanding besok. Jadi agak kacau juga pak Bangun mengatur siswa-siswinya ini.

Pertandingan antar sekolah menengah pertama ini bukan untuk ajang gengsi-gengsian. Tapi lomba ini memberikan kesempatan pada anak-anak untuk bermain sportif dan mengenalkan rasa persatuan dan persaudaraan sesama tim. Membawa semangat dan yang pasti untuk kesehatan jasmani.

Anak-anak yang sedang berolahraga pun akhirnya tidak fokus dan malah berganti menjadi suporter tim yang sedang latihan.

Mereka berteriak memanggil-manggil nama idola mereka masing-masing.

"Alan...!"

"Alan... Alan... Alan...!!!"

"Dino... Dino...!!!"

Ada juga terdengar teriakan nama lain. Ada juga yang nyeleneh bukan meneriakkan nama pemain tapi pelatihnya. Pak Subangun.

"Pak Bangun... Bangun... Bangun...!!!!" Dan mereka tertawa sendiri setelah berteriak memanggil nama guru olah raga yang sedang melatih tim basket. Mereka sepertinya geli sendiri dengan nama yang mereka sebutkan, karena seperti sedang membangunkan seseorang.

"Eh, entar pak Bangun marah lho Din!" seru salah satu teman geng Dinda yang ikut juga berteriak tadi.

"Emang Dinda pikirin!" Cibir Dinda tidak mau tahu. Tantu saja bagi Dinda tidak ada yang penting selain kepuasan dirinya sendiri.

"Eh... siapa tuh yang baru masuk?" tanya Dinda pada teman gengnya. Yang lain ikut menoleh ke arah telunjuk Dinda yang sedang mengarah pada seseorang.

Di seberang lapangan tampak seorang cowok dengan postur tubuh yang tidak biasa masuk ke lapangan dengan cara yang cool.

"Wahhhh... keren!!!" seru Dinda dengan wajah terpana. Dia sampai berdiri dari tempat duduknya untuk melihat cowok tersebut agar lebih jelas.

"Itu anak baru yang ada di kelas si bule. Saudara Anna. Wah... keren ya!" seru salah satu teman Dinda.

"Kok aku gak tahu ada siswa baru?" tanya Dinda dengan mengerutkan keningnya melihat kerah temannya yang memberikan informasi.

"Kamu sibuk mencari cara buat ngerjain Anna kan?" jawab teman Dinda yang tadi. Dia mengingatkan semua ulah Dinda yang kemarin saat mengerjai Anna tapi malah Bu Dewi yang kena.

"Hehehe... iya juga." Dinda terkekeh mengingat kejadian kemarin lewat jendela kaca kelas saat Bu Dewi, Anna dan Alan ada di dalam begitu waktu test selesai.

"Untung kak Alan gak bilang ke Bu Dewi kalau itu ulah aku ya!" seru Dinda senang dengan menaikkan turunkan kedua alisnya.

Teman-teman gengnya ikut tertawa kecil mengingat kejadian kemarin juga.

"Eh... eh, siapa tadi cowok baru yang kamu sebut barusan?" tanya Dinda teringat lagi. Dinda mengingatkan pada temannya yang memberikan informasi, tentang cowok yang baru saja masuk ke arena lapangan basket.

"Lana... eh Larry kalo gak salah denger kemarin pas di kantin ada yang cerita" jawab teman Dinda yang tahu tentang anak baru tersebut.

"Kenapa tidak di taruh kelas kita ya? sayang sekali. Cakep gitu!" kata Dinda dengan mata memandang ke arah lapangan basket dimana cowok tadi sudah bergabung untuk latihan.

"Wah... jago juga dia!" teriak Dinda yang disambut sorak yang lain. Dan akhirnya bertambah satu idola di lapangan basket tersebut.

*****

Di taman Anna sedang beristirahat selesai berolahraga tadi. Dengan semilir angin yang sejuk karena rimbunnya dedaunan di taman sekolah membuat siapa saja betah berada di sana.

Anna meminum air dari botol bekalnya. Dia juga sedang asyik menikmati bekal yang dia bawa sambil menunggu kedatangan Anne.

Tanpa dia sadari orang yang ditunggu sudah ada dibelakang bersiap untuk mengagetkan dirinya.

"Awas bekalnya aku habiskan kalau mengagetkan!" kata Anna tanpa menoleh karena dia melihat bayangan Anne yang menutupi bayangan kepalanya sendiri.

"Ahhh... curang! kenapa tahu lebih dulu sih!" gerutu Anne yang akhirnya ikut duduk disebelah Anna, diatas bangku taman sekolah mereka berdua menikmati bekal bersama seperti biasanya.

Di seberang jalan taman seseorang sedang memperhatikan Anne dan Anna yang sedang asyik mengobrol sambil menikmati makanan yang mereka bawa.

"Aku seperti tidak asing dengan dia. Atau aku hanya sedang berhalusinasi saja" kata seseorang itu kepada dirinya sendiri.

Seseorang tersebut akhirnya mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya, yang ternyata sebuah hape. Tak lama orang tersebut membidikkan kamera hapenya pada obyek taman di mana kedua gadis remaja tadi sedang beristirahat.

"Aku harus mencari tahu siapa dia sebenarnya." Orang tersebut tampak tersenyum puas melihat hasil bidikannya. Dia segera berlalu kemudian mengirim hasil jepretan hapenya tersebut kepada seseorang di seberang sana.

Setelah berhasil mengirim gambar tersebut tak lama hapenya berdering, menandakan seseorang sedang ingin berbicara langsung dengannya saat ini.

"Halo om..." Sapanya begitu hapenya terhubung dengan orang yang sedang menelponnya.

"....."

"Om sudah melihatnya?"

"....."

"Ya, dia siswi disini. Tapi aku belum menyelidikinya secara detail. Aku baru saja melihatnya hari ini. Sepertinya dia itu yang satu kelas denganku cuma kemarin dia sakit jadi tidak masuk sekolah." Penjelasan singkat ini masih belum memberikan informasi apapun pada orang di seberang sana.

"....."

"Tadi Larry tidak masuk kelas begitu sampai sekolah om. Larry langsung ke ruangan ganti dan pergi kelapangan basket!" Kata Larry kemudian menutup hubungan telepon selulernya yang sudah terputus.

Ternyata seseorang yang sedang memperhatikan Anne dan Anna ditaman tadi adalah Larry. Siswa baru yang langsung bergabung ke lapangan basket pagi tadi kemudian menjadi idola di antara Alan dan tim basket lainnya.

"Siapa dia?" Guman Larry masih dalam tanda tanya yang sangat besar dan membuat dia tidak sadar jika melangkah ke arah taman.

"Inne... bagaimana tanganmu, apa sudah bisa di gerakkan dengan bebas seperti biasanya?" tanya Anna pada Anne yang memang tangannya sedikit membengkak di area pergelangan tangan.

"Halah... ini gak seberapa. Nanti juga enakan!" jawab Anne sok kuat. Padahal tadi sewaktu mengambil botol saja dia masih meringis menahan sakit.

"Makanya kalau latihan hati-hati dan jangan lupa untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu." Anna berkata menasehati Anne.

"Sok tua kamu! Lah kamu saja gak bisa hati-hati dikerjain Dinda terus." Anne tidak mau kalah mendebat perkataan Anna.

"Beda kasus lah... jangan disamakan!" Anna mengelak dari perkataan Anne yang menurutnya memang tidak jauh berbeda, cuna beda dalam sikon kasusnya.

"Sudah ayok balik kelas! nanti keburu masuk" ajak Anna pada Anne yang terkekeh mendengar sanggahannya tadi.

"Buruan ahhh!" Anna kembali mengajak Anne untuk bangkit. Namun Anne malah memandang dirinya dengan tatapan aneh.

"Apa?" tanya Anna karena melihat Anne yang sedikit aneh saat menatap dirinya.

"Gendong ya!" Pinta Anne tertawa karena berhasil mengerjai Anna yang tidak peka dengan sikon usilnya.

"Inne... mana ada semut mengendong gajah!" gerutu Anna sambil mengelengkan kepalanya.

Sedangkan Anne tertawa lepas melihat wajah Anna yang sedang cemberut karena merasa sedang di kerjai oleh saudaranya ini. Saudara senasib di panti asuhan. Tempat dimana mereka dibesarkan bersama-sama dengan saudara yang lainnya juga.

Tanpa mereka sadari dari balik pohon tempat mereka berteduh dan duduk, seseorang sedang menguping semua pembicaraan mereka berdua sedari tadi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!