NovelToon NovelToon

Wanita Bermuka Dua

kecantikan yang tersembunyi

"Sherin,setelah ibu meninggal.....pergilah mencari anakmu! tidak ada orang yang akan melarangmu lagi".karena penyakit ibu Sherin yang sudah sangat kritis,iapun menjadi sangat pucat dan tidak secantik dulu lagi.Ia melihat Sherin yang menangis tersedu sedu di samping ranjangnya pun merasa sangat menyesal.

Beginilah hidup,kita akan sadar saat menghadapi kematian,tapi sayang semua sudah terlambat.

Sherin mengusap wajahnya yang berlinang air mata itu,dan memaksakan diri untuk tersenyum pada ibunya dan menggelengkan kepala."ibu,aku tidak akan mencari anakku lagi.Ibu jangan pergi meninggalkan ku."

6 tahun yang lalu,beberapa saat setelah ibunya divonis mengidap kanker,ayahnya tiba tiba menghilang tanpa kabar.Beberapa tahun ini mereka (ibu dan anak)menghadapi berbagai macam rintangan hidup,hanya mereka yang tahu seberapa pahitnya.

Sebelum ibunya Sherin menghembuskan nafas terakhir,tubuhnya sangat lemah.dengan susah payah pun ia berkata."pergilah,pergi cari anakmu...ayahnya...bernama...Devan...tapi,kamu harus janji tidak boleh menemui laki laki itu dengan wajah aslimu!"dan Sherin pu segera menyetujuinya.

Ibu Sherin menggunakan seluruh tenaga yang tersisa,menggenggam erat erat tangan putrinya.

"kenapa harus seperti itu bu?kenapa harus menyembunyikan wajah asliku?bukannya raut wajahku yang cantik yang ibu turunkan padaku ini yang selalu ibu banggakan?"

namun sejak itu ibu Sherin menggunakan teknik kecantikannya menyembunyikan wajah asli Sherin.

6 tahun wajah aslinya di sembunyikan...

Dan seketika itu juga tangan yang memegang erat tangan Sherin pun lepas,da tak akan bisa lagi menjawab pertanyaan yang di lontarkan Sherin.

Tidak ada orang lagi yang bisa memberitahu Sherin,alasan kenapa dia tidak boleh menunjukan wajah aslinya.selama ini Sherin selalu menanyakan alasannya,tapi hanya di jawab"suatu hari ibu akan memberitahu alasannya".

tapi hari itu tidak akan datang lag

kompleks permai,daerah perumahan elite.

Devan yang baru saja selesai menelpon rekan luar negerinya,keluar dari ruang bacanya dan mendengar langkah kaki orang asing.

Dengan sedikit senyuman laki laki itu memandang ke arah depan.

Sherin menatap tajam laki laki di depannya,umur kurang lebih 34-35 tahun,raut wajah tampan,kacamata berbingkai indah,warna kulit kuning kecoklatan,kemeja putih,celana olahraga abu abu,sepatu olahraga hitam,terlihan gentlement rapi dan bersih.

"saya pengasuh baru."sapa Sherin dengan menundukan kepalanya karena merasa sedikit gugup untuk menjawab pandangan Devan yang penuh tanda tanya itu.

Berdasarkan informasi yang sebelumnya Sherin dapat dari website,laki laki ini berumur 27 tahun,memegang kendali semua usaha keluarga yang tersebar luas di berbagai bidang,atau bisa di bilang usaha di bidang apapun yang bisa menghasilkan uang.

Bukan hanya itu saja,Devan juga adalah laki laki paling top diantara para kolongerat,yang hanya bisa dilihat namun tidak bisa dimiliki wanita sepertiku ini.Tapi justru laki laki inilah yang menjadi anaku.

Sherin sempat tercengang saat mencari tahu informasi tentang laki laki ini di dunia maya,biografi yang panjang dan masuk di berbagai berita utama.

Semua ini bisa terjadi demi mengobati ibunya,karena Sherin saat itu masih muda,iapun hanya menuruti yang di katakan ibunya,masih teringat jelas di benaknya,saat itu beberapa hari setelah ia baru saja menyelesaikan Ujian nasionalnya.ibunya bertanya" bersediakah nak, berkorban demi mengobati ibu?"

spontan Sherin menerima tawaran tersebut.selanjutnya ibunya merias dirinya menjadi orang yang berbeda,memberi nama samaran dan membawanya kerumah sakit untuk menjalani operasi.

Setelah itupun mereka di rawat di rumah sakit mewah,disanalah penyakit ibu Sherin berhasil di sembuhkan.Dan Sherin mengandung sekaligus membawa anak laki laki kedunia. yang di bawa pergi sebelum ia melihatnya.saat itu Sherin berumur 18 thn.

Sherin tidak mampu untuk kuliah ditambah masih harus merawat ibunya,ini semua membuat Sherin yang berusia 23 tahun tidak mempunyai keahlian apapun.Tapi demi ibu,ia lakukan semuanya tanpa penyesalan.walaupun ia tidak mengerti kenapa setelah kejadian itu,ibunya tidak memperbolehkan dirinya menjumpai orang lain dengan wajah aslinya.membawanya pergi dari kampung mereka dan tidak pernah kembali lagi.

Melihat rumah mewah,dan laki laki tampan di hadapan nya,muncul beberapa pertanyaan di benak Sherin.dengan latar belakang keluarga dan pria sukses seperti ini kenapa harus dengan cara seperti itu untuk mendapatkan anak?dan kenapa juga dia yang terpilih.

Kalau saja waktu itu mereka melihatnya,wajah aslinya dan memilih dirinya,ini semua masih bisa di jelaskan.tapi waktu itu ibu merias wajahnya sebelum menemui mereka.Tapi Sherin tahu,sepertinya dia tidak akan mengetahui alasannya.

Tujuan satu satunya Sherin datang kerumah ini hanya untuk melihat anaknya. dia sudah merasa puas,kalau bisa berada di sisi dan menjaga anaknya karena saat ini di dunia ini hanya anak inilah keluarganya.

Sherin tidak memiliki keahlian apapun,dia pernah memikirkan banyak cara untuk masuk kerumah Devan tapi tidak berhasil.Untungnya di saat bersamaan,dia mendengar kabar bahwa keluarga Devan sedang mencari pengasuh untuk anaknya.Sherin merasa ini satu satunya peluang yang ia miliki.

Sebelumnya Sherin juga sempat berencana untuk merayu Devan dengan kecantikannya,tapi dia tidak mau melanggar pesan ibunya.da terlebih lagi dia tidak ingin berhubungan dengan banyak laki laki,ditambah tidak pernah terlintas di benaknya untuk bersuami.

Ayahnya pergi begitu saja saat mengetahui ibunya sakit,membuat Sherin tidak bisa mempercayai laki laki lagi....

Melihat Depan sangat tampan walau hanya dengan pakaian sederhana: kemeja putih,celana hitam,tapi pembawaannya yang dingin benar benar menakutkan

"oh..."jawab Depan dengan wajah tanpa ekpresi dan mengalihkan matanya dari Sherin,lalu turun tangga menuju dapur,membuka lemari es dan mengambil sebotol air dingin dan meminumnya beberapa teguk.

Bertemu dengan ayah dari anaknya berasa asing dan biasa saja.

"Devan,nona Gabriel sudah datang." lapor salah satu ART.

"Devan...." suara wanita itu(Gabriel) yang lembut dan merdu.

Sherin yang cuek pun melihat wanita itu sepintas dan terkejut melihat wajahnya.

Dia pernah melihat wanita ini,saat itu Sherin melihatnya secara diam diam,wanita itu berada diluar ruangan operasi.tepat di balik pintu,wanita inilah yang membawa sel pembuahan itu.walau hanya sepintas,Sherin ingat betul wajah cantik ini karena sangat jarang ada wanita secantik ini.

Hanya saja dia kok bisa disini?dan sepertinya wanita ini mempunyai hubungan yang khusus dengan Devan...

apa mungkin wanita ini,isterinya??

sepertinya tidak mungkin!

istri mana yang mau wanita lain mengandung anak dari suaminya,dan....

pikiran Sherin pun menjadi kacau.

Anak jenius

"Devan,jam tangan edisi khusus ini hadiah untuk Simon...,kelihatannya beberapa hari ini dia tidak begitu senang,aku mendapat ini setelah mencari ke banyak toko loh..."ujar Gabriel sambil melewati Sherin lalu berdiri di depan Devan dan mengerutkan keningnya,terlihat bahwa dia sangat perhatian terhadap Simon.Melihat ekspresi wanita ini,membuat Sherin bertambah bingung,sepertinya dia perhatian terhadap Simon layaknya ibu tiri,Simon tidak seharusnya malah membencinya.

"kamu terlalu memanjakan dia..."sikap dingin Devan pun luluh oleh sikap Gabriel yang memanjakan Simon ini.Devan mengambil kotak jam tangan itu dari Gabriel,dan dengan raut wajah yang dingin memberikannya ke Sherin."nanti berikan ini kepada Simon"

Lalu Devan mengambil jaketnya dari sofa dan menaruhnya di bahu."bukannya mau pergi memilih baju pesta untuk tunangan?"sambil menarik Gabriel dan berjalan melewati Sherin.

Bau asap rokok Devan membuat kening Sherin mengerut,dia tidak suka laki laki yang merokok.

Gabriel melihat kebelakang dan melihat Sherin sepintas,penampilan pengasuh baru yang sangat biasa ini membuat Gabriel tidak banyak bertanya,lalu menganggukan kepalanya,(kelihatannya Gabriel sosok orang yang lembut dan lapang dada).

 

"Simon sudah bangun,Sherin ayo naik..." panggil salah satu ART dari atas.

Sherin sudah beberapa saat di rumah ini,hanya saja Simon dari tadi tidur siang,dan panggilan ini membuat Sherin tidak sabaran untuk bertemu dengan anaknya.

 

Dia menundukan kepala,menggigit bibir bawah dan menutup matanya sejenak.

Anak ini....anak yang ku rindukan selama 5 tahun....langkah kaki yang seakan tak bisa terkontrol membuat dirinya sedikit tersandung....

walaupun pada awalnya anak ini dia dapatkan secara mendadak,namun demi anak ini Sherin pernah mencoba mengikuti ujian masuk Perguruan tinggi walau pada akhirnya dia gagal.lalu demi anak ini,Sherin yang seharusnya memperbaiki kehidupannya,nampaknya juga harus berkorban lagi.

9 bulan dia mengandung,dia sangat mengenal anak ini.baik gerakan maupun emosinya.Oleh karena itu,dia akan menerima apapun hasilnya.selama beberapa tahun ini dia terus merindukan anak ini,sampai terasa hampir gila,hanya saja dia tidak memberitahu ibunya karena merasa tidak ada gunanya,karena inilah hal ini terus tertunda.

"ayo masuk!" ucap ART yang sudah berada di dalam kamar,memanggil Sherin yang merasa lega saat di depan pintu kamar Simon.

Sherin berdiri di depan pintu dan menatap anak itu.Badan Simon masih dalam selimut,hanya terlihat kepalanya saja,rambutnya sedikit ikal dan berantakan,meskipun begitu anak ini terlihat menggemaskan.

Saat melahirkannya,belum sempat melihat sejenak sudah dibawa pergi,sering kali Sherin membayangkan wajah anak ini....

Tapi,dia tidak pernah membayangkan wajahnya akan seganteng ini.Dan kalau saja tidak ada pembawaan maskulinya,anak ini kelihatan sekali seperti anak perempuan,sangat cantik dan bisa dibilang mirip dengan Sherin.kenyataan ini membuat perasaan Sherin bercampur aduk(ibu tidak bohong,benar sekali ini anaku)....

 

Sherin mengepalkan tangannya ,menahan diri untuk tidak memeluk anak itu.

 

"nama saya Sherin,nama kamu Simon kan?" sapa Sherin dengan suara agak gemeteran.

Simon tidak menjawab Sherin sama sekali,membalikan badannya dan mengeluarkan tablet dari bawah bantal,lalu tangan mungil itu mengetik dengan cepat.

"ketik nama mu" Simon menyodorkan tablet nya pada Sherin.

Semua angka dan huruf di dalam layar itu berwarna biru,terlihat seperti program.....

Sherin sedikit terkejut sampai menelan air ludah,anak ini bukanya baru umur 5 tahun?

Dia pikir anak ini mengambil tablet nya untuk menonton film kartun?

ini program apa ya....?

 

Dia tidak tahu apa yang sedang di lakukan anaknya ini,tapi diapun mengikuti permintaan anak itu.

 

kira kira 1 menit kemudian,Simon memegang kembali tabletnya,sambil berlutut di ranjang,melipat kedua tangannya dan meletakan di depan dada.memandang Sherin dengan serius."Tante,saat umur 18 tahun memalsukan data diri?"

Anak ini mengatakannya dengan yakin,membuat badan Sherin mematung.Dulu ibu Sherin membayar dengan sangat mahal saat memalsukan datanya,supaya kelak tidak ditemukan kejanggalan data.Sebelumnya Sherin juga tidak menemukan masalah saat melamar kerja,tapi kok bisa anak ini.....

"Tante,kamu memalsukan data untuk mendekati papa ku ya?"tanya Simon sambil terus menganalisa,lalu mengenakan kemeja,jaket,celananya sendiri dengan baik,dan kemudian turun dari ranjang mengenakan sandal.

kemampuan untuk mengenakan pakaiannya sendiri dengan baik itu membuat Sherin terkejut.Dan dia merasa lega setelah mendengar suaranya."tapi.....Tante...."sambil mengerutkan keningnya.

"Simon,yang sopan ya!"perintah mbok lili yang berada di depan pintu sambil membawa nampan dan kebetulan mendengar pembicaraan mereka,mbok lili melihat sepintas Simon dan Sherin lalu meletakan nampan yang di bawanya di meja bundar kecil,ada beberapa mangkuk besar dan kecil di dalam nampan tersebut.

"mbok..." sapa Sherin sambil menganggukan kepalanya.Sherin sudah berkenalan dengan mbok lili sewaktu baru sampai di rumah ini.

Mbok lili pun membalasnya dengan senyuman,lalu merapi kan kerah baju Simon da berkata."IQ Simon 190,waktu umur 2 tahun dia sudah bisa membaca,menulis beberapa sajak.tahun ini,dia sudah menyelesaikan beberapa mata kuliah....akhir akhir ini dia sedang meneliti satu program,apa ya namanya....?pokok nya mbok juga gak ngerti,mengagetkan kamu ya Sherin?"

penjelasan mbok lili membuat Sherin sangat terkejut.

wahh,,dia dan Devan dengan cara seperti ini bisa melahirkan anak yang jenius,,benar benar luar biasa.

"apa kamu pikir papa mu yang sangat hebat itu akan terpikat oleh wanita sepertiku ini?aku memalsukan data diriku supaya lebih mudah mencari kerja."jelas Sherin pelan pelan sambil berusaha menenangkan dirinya sendiri.

 

Mendengar jawaban Sherin,Simon baru melihat dengan seksama pengasuh barunya itu.\(benar juga ya,cewek cewek sebelumnya emang lebih cantik dan modis\)

 

Simon berfikir dan meletakan mangkuknya ke atas meja.

"perempuan itu pandai menyamar!"

Mbok lili yang sedang melipat selimut pun tersenyum dan menggeleng gelengkan kepalanya mendengar perkataan Simon tadi.Mbok lili yang akan membentangkan selimut,tiba tiba kakinya terasa lemas dan tersungkur ke ranjang.

"Nek,kamu tidak kenapa kenapa kan?"tanya Simon dengan nada kawatir dan langsung berlari ke samping mbok lili dan memegang lengannya.

Melihat itu,Sherin juga langsung memapah mbok lili berdiri dan bertanya." mbok, kamu baik baik saja kan?"setelah berdiri di samping mbok,Sherin melihat jelas wajah mbok yang pucat,keningnya keringatan dan mengerut....

"iya tidak papa,sudah tua makanya tak ada gunanya"jawab mbok yang berusaha berdiri dari ranjang.

" nenek,belum tua!"kata Simon sambil memegang erat tangan mbok,walaupun dari raut wajahnya terlihat sedih dan khawatir.

Berdasarkan yang Sherin dengar dari ART lainnya,mbok lili juga pengasuh Devan sewaktu dia kecil.dan setelah Simon lahir,mbok juga mengasuhnya.walaupun dia tergolong ART di rumah Devan,namun semua orang di rumah itu sangat menghormati mbok.Oleh karenanya,berbeda dengan pembantu lainnya hanya mbok lili yang di sapa nenek oleh Simon.

Hanya karena mbok lili sudah masuk usia lanjut lah,makanya mereka mencari pengasuh baru untuk Simon.Tapi Simon sudah membuat berapa puluh pengasuh baru tidak betah bekerja di rumah itu.

"Simon,kalau kamu membuat ulah terus,dan pengasuh baru ini pergi lagi,nenek bisa kelelahan."ucap mbok lili sambil mengangkat lengan bajunya menghapus air mata.

Air mata mbok lili membuat Simon tidak tahu apa yang harus dia lakukan ,sambil terus memegang erat tangan mbok dan menundukan kepala Simon pun menjawab dengan suara kecil."aku akan membuatnya betah disini."

Mbok lili mengangkat kepalanya lalu bermain mata dengan Sherin tanpa sepengetahuan Simon.

Untuk orang lansia seperti ini,kelakuan mbok yang jail ini membuat Sherin kagum,dan segera menganggukan kepalanya.

"gimana mbok?" tanya pria berbadan ramping yang sedang berdiri di dekat jendela di sebuah gedung tinggi sambil melihat pemandangan di bawah sana,dan jarinya memegang rokok yang tersisa setengah puntung.

"sepertinya,dia bisa menerima!"jawab mbok dengan lega di telepon,lalu mengangkat kepalanya ke atas dan suara tawa pun terdengar beberapa kali.seketika itu suasana rumah pun terasa hangat.sudah lama tak terdengar suara tawa di rumah ini,walaupun ada sedikit merasa tidak rela untuk melepaskan anak ini.

Hidup damai

"berani sekali kamu menggelitik aku ya?"ujar Simon lalu bersembunyi di dalam selimut dan memandangi Sherin dengan tatapan yang dingin.

"Dipikir pikir berinteraksi dengan wanita ini jauh lebih nyaman daripada dengan wanita wanita sebelumnya yang pura pura baik terhadapku"\(ucap Simon dalam hati\)

Sherin tidak menghiraukan ucapan Simon, lalu mencubit pipinya sambil berkata."Simon kamu tuh ya,....jangan pasang muka cemberut terus dong,anak kecil itu harus nya tertawa gembira setiap hari."

meskipun anak ini ber-IQ tinggi,tapi bagaimana pun usianya masih kecil.Sherin tidak ingin anak ini terlalu cepat dewasa dibanding anak seusianya.

Simon memonjongkan bibirnya dan kemudian meminta Sherin."kamu jangan pergi,temani aku tidur!"

"okey,kalau kamu sudah tertidur baru aku akan pergi."

Melihat raut wajah anak ini ketika dia tidur membuat mata Sherin berkaca kaca.segera ia menarik dan menghelakan nafas dalam\-dalam mencoba menenangkan diri.

Setelah sebulan ibunya meninggal,baru sekarang ia merasakan kebahagiaan lagi.Dia juga tidak hidup tanpa tujuan lagi.

Senangnya,Hari-hari ku jika terus bisa berada disisimu.Bagiku hal lainnya sudah tidak terlalu penting lagi(ucap Sherin dalam hati)

Setengah bulan kemudian,hari hari dilewati dengan damai.

Simon yang awalnya mempersulit dan menolak Sherin,melihat Sherin selalu menanggapi ulahnya dengan sabar tanpa amarah dan emosi sedikitpun,setelah beberapa hari berulah anak itu merasa lelah sendiri.

Sherin selalu menikmati kebersamaannya dengan anak ini.

Dia mengamati sifat dan emosi anak itu,menemaninya saat suka dan duka,mungkin ini semua yang membuat Simon merasa Sherin merawatnya dengan sepenuh hati.Alhasil membuatnya semakin mempercayai Sherin.

Sherin berpikir ini semua karena hubungan darah antara ibu dan anak yang mereka miliki.

Disisi lain,Sherin juga setiap hari selalu bertemu dengan Devan.namun,dia berusaha sebisa mungkin untuk menghindari peria ini,oleh karena itu mereka jarang berinteraksi.

Hidup Sherin yang sekarang lebih sederhana dari yang pernah dia bayangkan,tapi terasa bahagia.

"papa,tadi papa bilang mau mengajakku ke pulau mutiara?"tanya Simon kepada Devan yang tidak sengaja terdengar oleh Sherin yang sedang berjalan menuju kamar Simon,setelah bersih bersih karena ingin memastikan anak ini sudah tertidur atau belum.

Wajah Simon terlihat sangat gembira,anak ini baru berusia 5 tahun,tapi jarang sekali bisa melihat raut wajahnya se gembira ini.mungkin ini karena IQ nya yang melebihi anak sebayanya di tambah pembawaannya yang sama seperti Devan.Dingin.

Wajah gembira ini biasanya hanya tetlihat saat dia berinteraksi dengan Sherin atau mbok lili.

Devan membungkukkan badannya,menepuk bahu anaknya dan berkata."cepatlah tidur,besok pagi pagi kita berangkat."

kemudian keluar dari kamar Simon dan berpapasan dengan Sherin,yang kemudian dengan muka cool nya berkata."tolong siapkan koper Simon!"lalu berjalan kembali dan berhenti lagi setelah beberapa langkah lalu berkata."kamu juga boleh ikut,jadi ada orang yang bisa menjaganya."

"Oooo..."jawab Sherin yang gembira bukan kepalang setelah mendengarnya,dia tidak peduli alasan dari liburan ini,j juga tidak peduli kenapa dia bisa ikut,yang penting ini adalah liburan pertama dia dan anaknya.ini semua membuatnya senang luar biasa.

Sambil melihat bayangan laki laki itu menjauhinya,Sherin yang senang bukan kepalang ini tidak bisa menahan diri untuk melompat.lompatan itu membuat langkah peria itu berhenti sebentar.Lalu menengok kebelakang,untungnya saat itu Sherin sudah masuk ke dalam kamar Simon.

"Oh ya.....di sana ada pantai,menurutmu aku perlu membawa baju untuk berenang tidak ya?"

"terus mau bawa sunblock gak ya?"

"adalagi,kamu tidak alergi air laut kan?"

"kamu bisa berenang tidak?"

"kamu....."

"aduhhh.....tante,pertanyaanmu banyak sekali,yang pergi berlibur juga bukan kamu,kenapa kamu bisa senang begitu?jawab Simon yang memotong perkataan Sherin,lalu menutup buku komiknya dan berbaring sambil menyelimuti dirinya sendiri sampai kepala.

Sherin pernah menyuruh Simon untuk memanggilnya mbak saja,tapi Simon bersikeras memanggilnya tante.setelah berusaha mengingatkannya berkali kali,Sherin juga tidak terlalu peduli lagi dengan panggilan ini.

"Simon,kalau kamu tidur begitu bisa kehabisan oksigen."ujar Sherin sambil menarik selimut Simon kebawah sampai bagian kaki.

Sherin yang melihat Simon menatap dirinya,mencibit pipi Simon dan berkata."kamu tuh ya....suka sekali ngambek,,,hati hati nanti kalau sudah besar seperti papa mu tuh,muka tanpa ekspresi!"

Devan yang awalnya melihat pintu kamar Simon masih terbuka dan berniat untuk menutup pintu itu,tidak sengaja mendengar perkataan Sherin tadi,dengan muka malu dia berpikir,berani sekali pengasuh ini mengatakan diriku seperti itu?muka tanpa ekspresi?tanpa dia sadari dia pun memegang wajahnya,dan mengepalkan tangannya.

"tolong matikan lampu,aku mau tidur"

"temani aku ngobrol sebentar dongg?"

"tidak mau!"

"dasar,,,tidur deh tidur sana."

Devan yang mendengar langkah kaki Sherin yang semakin mendekat,langsung membalikan badan lalu pergi.

Bukan karena Devan lapang dada atau tidak perhitungan tapi Simon bisa menjawab dan mau berinteraksi dengan pengasuh barunya itu menandakan bahwa dia menyayanginya.kalau sebaliknya,anak ini tidak akan mau memperdulikan nya,contohnya,Simon tidak pernah mau menjawab perkataan Gabriel.memikirkan hal ini membuat dahi Devan mengkerut.

Keesokan paginya,Sherin terdiam,ketika melihat ada Gabriel di dalam mobil,ternyata ini adalah liburan mereka sekeluarga.

untuk apa aku ikut ikutan,mau jadi pengganggu?(pikir Sherin)

ah biar sajalah,di mata mereka aku bukan siapa siapa juga,tidak ada orang yang peduli juga.berpikir sampai disini,Sherin jadi merasa lega.

Pulau mutiara terkenal dengan kecantikan alamnya dan tempat tempat peninggalan bersejarah,sesampai disana Sherin merasakan dan melihat keindahan pantainya.

Semalam dia juga sempat mencari beberapa info di website tentang daerah yang mereka kunjungi ini merupakan salah satu tempat wisata baru daerah ini,belum resmi dibuka makanya tidak terlalu banyak orang yang mengetahuinya.

"capek tidak"tanya Devan kepada Gabriel dengan suara yang lembut,sambil memijat bagian pelipis wanita itu.

Laki laki yang selalu tampak sangat dingin ke semua orang ini,bisa begitu lemah lembut dihadapan wanita itu.

inikah yang namanya cinta?tapi ayah dulu terhadap ibu juga sama seperti ini,tapi akhirnya juga.....(pikir Sherin)

Sorotan mata Sherin terasa oleh Devan yang kemudian membalikan badannya,kedua pasang mata itu bertatap tatapan.

Tidak ada lagi pandangan lembut itu dimatanya,walaupun Devan hanya berdiri diam saja,tapi tetap terasa pesona dan kegarangannya.melihat muka itu,tanpa Sherin sadari tubuhnya pun menjadi tegang dan berkata."aku bawa Simon ke pantai dulu."

Setelah itu ia bergegas pergi,dan sama sekali tidak berani memperlambat langkah kakinya

"tante,kamu bekerja dirumahku apa benar bukan karena untuk mendekati papaku"

"Simon,aku sudah jelaskan padamu berkali kali,kamu jangan tanya lagi deh ya?lagian papamu dan Gabriel sudah mau tunangan, tante Gabriel mu itu cantik,lembut,baik sama kamu.

kalaupun aku ada perasaan kepada papamu,dengan kereteriaku seperti ini mana sepadan?\(ucap Sherin dalam hati\)

"polos....hanya orang yang ber IQ rendah seperti tante ini,baru bisa menganggap wanita itu baik."ujar Simon sambil menendang sekuat tenaga pasir pasir di depannya serta bibir yang terus bergumam.

Berinteraksi dengan Simon beberapa hari ini membuat Sherin perlahan terbiasa mendengar perkataan yang mengagetkan seperti itu dari bibir anak kecil itu."papamu rasa wanita itu baik,sudah cukup"balas Sherin sambil memainkan bibirnya.

"papa?IQ papa tidak rendah sihh,tapi sayangnya dia terlalu berniat untuk membalas budi,mana mungkin bisa melihat dengan jelas lagi mana yang baik dan mana yang buruk"jawab Simon.

Balas budi??dahi Sherin pun mengerut.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!