"Yumna, bisa tolongin aku nggak?" tanya Jesicka yang terlihat cantik dengan gaun pengantin.
"Ada apa Jes? Kamu mau kabur?" tebak Yumna tepat sasaran. Karena ia tahu bagaimana perasaan Jesicka sekarang.
Harus menikah dengan orang yang tidak dia kenal, sementara dia punya kekasih yang sudah terjalin selama dua tahun belakangan ini.
"Aku nggak bisa ninggalin Derris, Yum! Aku cinta sama dia, dan dia akan mengancam bunuh diri bila aku tidak segera datang," kata Jesicka penuh dengan derai air mata. Ia tidak mau sampai hal itu terjadi.
"Terus aku musti bagaimana, Jes? Aku tidak bisa membantumu. Kasihan Om, bila sampai pernikahan kalian dibatalkan. Dia akan merasa malu dan kecewa sama kamu!" Yumna mencoba memberi pengertian pada Jesicka.
"Pernikahan ini tetap akan berlangsung Yum. Kamu yang akan menggantikan aku, kamu mau 'kan?"
Jesicka memohon kepada sahabatnya itu. Ia tahu, Yumna pasti akan menolongnya. Karena sifat Yumna yang baik, tidak pernah bisa menolak pertolongan orang lain.
"Lalu bagaiman dengan Gio? bila aku menggantikanmu untuk menikah? Aku 'kan juga punya kekasih, Jes! Dan kamu tahu itu."
Yumna tidak bisa membayangkan, akan seperti apa saat Gio mengetahui dirinya menikah.
"Tapi ini keadaannya darurat, Yum! Nyawa Derris yang menjadi taruhan!" Jesicka berucap sembari kembali menangis. Ia takut bila Derris benar-benar bunuh diri.
Yumna menimbang kembali ucapan Jesicka. Ia juga tidak mau bila hal itu sampai terjadi.
"Mungkin hanya dengan ini, aku bisa membalas kebaikan kalian. Mudah-mudahan suamiku nanti juga bersikap baik padaku. Dan untuk Gio, aku akan mengakhiri hubunganku dengannya."
"Baiklah kalau begitu. Kamu segera ganti baju, dan keluar melalui jendela ini," akhirnya Yumna memutuskan untuk menolong Jesicka.
"Kamu gila, ya! Aku bukan kamu, yang suka manjat-manjat, Yum!" pekik Jesicka setelah melihat kearah bawah di balik jendela itu.
"Jadi kabur nggak, nih?" tanya Yumna memastikan.
"Ya jadi, lah! Tapi nggak usah lewat sini segala."
Jesicka bergidik ngeri, saat membayangkan bila ia jatuh, akan seperti apa dirinya.
"Ya sudah, kamu ikuti perintahku. Mbak, tolong bantuin aku ngiket sprei ini," Yumna meminta bantuan kepada penata rias pengantin Jesicka.
"Oghey." ucap orang yang di panggil Mbak oleh Yumna. Dengan suara yang sedikit di kecilkan.
"Kamu ngomong apa sih, Mbak? Pakai bahasa tuh yang bener! Aku panggil Mas nih!" ancam Yumna tidak mengerti bahasa yang di gunakan oleh penata rias tersebut.
"Eike tampol nih, ya!" kesal penata rias tersebut.
Penata rias itu ternyata adalah seorang laki-laki setengah mateng. Dan dia paling tidak suka bila di panggil Mas. Dia lebih suka di panggil Mbak atau Nona. Ya meskipun memiliki tubuh yang kekar layaknya seorang laki-laki, namun tingkah dan sikapnya seperti perempuan. Sangat luwes sekali.
"Buruan Mbak! Nanti nggak keburu waktunya." Yumna yang malah lebih heboh dari Jesicka.
"Kok malah kamu yang lebih semangat sekarang? Bukannya tadi menolak?" Jesicka melayangkan protes pada Yumna.
"Kamu buruan lepas tuh gaun, ntar kalo keburu Om sama Tante masuk, aku nggak ikut-ikutan lagi." ucap Yumna sedikit kesal, karena Jesicka tidak kunjung melepas gaun pengantinnya.
"Ini di iket di sini ya, Sist?" tanya Mbak Inces sangat perias pengantin, seraya mengikat ujung sprei di besi jendela.
"Iya Cis. Yang kenceng ya ngikatnya, biar dia nggak mati duluan sebelum ketemu pacarnya," ucap Yumna dengan suara sedikit di keraskan.
"Enak aja! Kalo ngomong tuh di pikir dulu. Jangan asal njaplak saja!" ucap Jesicka sedikit sewot mendengar ucapan Yumna.
Setelah selesai mengikat sprei dan terlihat kuat dan aman. Jesicka memeluk Yumna dan berterimakasih karena sudah mau membantu dirinya untuk kabur dari pernikahan ini.
"Makasih Yum, kamu emang sahabat aku yang terdabhes," Jesicka melepas pelukan mereka. Lalu ia naik ke atas jendela dan turun dengan sangat hati-hati.
"Hati-hati Jes, semoga Derris tidak keburu bunuh diri dan mati duluan!" ucap Yumna yang mendapat tatapan tajam dari Jesicka.
Akhirnya Jesicka turun dengan selamat. Ia melangkah mengendap-ngendap melewati taman samping rumahnya yang sedikit sepi.
Semua orang tidak akan mengenalinya bila ada yang berpas-pasan dengan Jesicka. Karena dia menggunakan hoodie yang biasa di pakai Yumna. Juga mengenakan jeans milik Yumna dengan style robek di depan.
Meskipun mereka bagai pinang di belah dua. Karena kemanapun selalu bersama. Namun, gaya berpakaian mereka sangatlah bertolak belakang. Yumna yang lebih suka berpenampilan kasual dan terkesan sedikit terbuka, sementara Jesicka lebih suka berpenampilan feminim dan tertutup.
"Buruan Cis, dandanin aku. Keburu Om sama Tante masuk!" perintah Yumna setelah memakai gaun pengantin yang Jesicka gunakan tadi.
Gaun itu, terlihat sangat pas di tubuh Yumna. Dengan bagian atas yang sedikit terbuka, sehingga memperlihatkan kulit putih mulus Yumna. Di bagian depan juga memiliki belahan yang sedikit rendah. Mau tidak mau, ada sebagian anggota tubuh Yumna yang terlihat sangat menggoda dan menantang.
"Oghey...simandosdos!" Lagi-lagi, lelaki setengah mateng itu berucap dengan bahasa yang tidak di mengerti oleh Yumna.
Dengan tangannya yang luwes, Inces merias Yumna dengan make up yang tipis dan terlihat natural. Karena Yumna memiliki wajah yang sudah sangat cantik, membuat Inces tidak perlu berusaha keras untuk menghasilkan karya yang maksimal.
Tidak butuh waktu yang lama, Yumna sudah selesai di rias. Ia terlihat sangat sempurna. Mata sedikit besar, bibir ranum yang begitu menggoda, hidung mancung, serta body bak model.
"Gimana? Cantik nggak aku?" tanya Yumna sembari berputar-putar di depan cermin.
"Uuuhhh...sempurna bingitz, Sist! Yakin dah eike, bila tuh laki akan klepek-klepek lihat kmu." Respon Inces dengan nada di buat semanis mungkin.
Saat mereka sedang sibuk memperhatikan penampilan Yumna, terdengar suara ketukan pintu di luar kamar.
"Sayang...apa sudah selesai? Pengantin pria sudah datang. Mama masuk ya?" terdengar suara seorang perempuan dari balik pintu.
Lalu pintu itu terbuka. Muncul lah seorang wanita paruh baya, namun masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi.
"Sayang...." ucapan wanita paruh baya itu berhenti tatkala yang dilihatnya sekarang bukan lah putrinya. Melainkan sahabat Jesicka dan juga anak angkatnya yang ia sayangi.
"Tante...." Yumna tidak tahu, harus berkata seperti apa. Ia takut bila Tante Mayang marah padanya.
Tante Mayang sedikit bingung. Kenapa bisa Yumna memakai gaun pengantin Jesicka. Apalagi yang sedang mereka mainkan? tanya Tante Mayang dalam hati.
"Kenapa bisa kamu yang memakai gaun pengantin? Dan dimana Jesicka sekarang?" tanya Tante Mayang seraya menatap ke sekeliling sudut kamar putrinya.
"Jesicka kabur, Tante," jawab Yumna dengan kepala menunduk. Ia juga merasa bersalah, karena telah membantu pelarian Jesicka dari pernikahannya.
"Apa? Kabur?" tanya Tante Mayang.
"Apa? Kabur?" tanya Tante Mayang.
"Maaf, Tante. Yumna tidak bisa melarang, karena Derris mengancam akan bunuh diri bila Jesicka tidak segera ke sana," terang Yumna membuat Tante Mayang bingung.
"Derris? Siapa dia, Sayang?" tanya Tante Mayang.
"Pacarnya Jesicka. Mereka menjalin hubungan selama satu tahun," jawab Yumna dengan suara yang lirih.
"Kenapa tidak bilang kalo sudah punya pacar! Terus bagaimana dengan acara pernikahan ini?" Tante Mayang sedikit geram. Bingung apa yang harus ia lakukan.
Jesicka memang tidak pernah bercerita kepada orang tuanya bila sudah mempunyai pacar. Makanya Tante Mayang menerima perjodohan ini. Ia berfikir bila Jesicka tidak memiliki pacar dan mau menikah dengan anak dari sahabat suaminya.
Dan Tante Mayang sekarang menatap Yumna dengan penampilan yang sangat cantik, dengan gaun pengantin yang begitu pas melekat di tubuh indah, Yumna.
Disaat Tante Mayang sibuk dengan pemikirannya. Terbuka lah pintu kamar Jesicka. Terlihat sosok lelaki paruh baya yang masih bugar di usianya, masuk ke dalam kamar dengan langkah tergesa.
"Kenapa lama sekali, Ma? Mereka sudah menunggu di bawah!" ucap Om Hendra pada istrinya.
Om Hendra terperanjat seketika, saat melihat Yumna yang memakai gaun pengantin. Kenapa Yumna, dimana Jesicka? Batin Om Hendra.
"Ini kenapa Ma? Kok bisa jadi Yumna yang menjadi pengantin?" Om Hendra mendekat kearah Yumna.
"Yumna yang menggantikan Jesicka, Pa. Jesicka kabur untuk menemui pacarnya yang mengancam akan bunuh diri," jawab Tante Mayang seraya mengusap lengan suaminya. Agar suaminya itu tidak marah.
Lalu Om Hendra semakin mendekat kearah Yumna berada. Ia belai puncak kepala anak sahabatnya itu. Ia sedikit merasa kasihan terhadap Yumna yang sudah melalui beberapa ujian hidup.
Ayumna Natakusuma, gadis cantik berusia dua puluh empat tahun. Dia adalah putri tunggal dari Arya Natakusuma. Ia menjadi yatim piatu, saat kecelakaan merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Saat itu, kedua orang tuanya sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar kota. Namun naas, kecelakaan terjadi saat mereka melintas di jalan sebuah bukit.
Nyawa Arya beserta istri tidak bisa di selamatkan. Mereka meninggal di tempat. Pada saat itu, Ayumna sedang duduk di bangku SMP. Dia sedang mengikuti ujian akhir sekolah.
Karena Ayumna tidak memiliki sanak saudara di kota ini. Akhirnya Om Hendra mengangkat Yumna sebagai anak kandungnya. Meskipun Yumna menolak untuk di adopsi secara hukum.
Karena kebaikan Om Hendra beserta keluarga lah, Yumna mau melakukan ini semua. Karena kalau tidak ada keluarga Om Hendra, Yumna hanya akan menjadi sebatang kara. Sendirian dan tidak mempunyai keluarga.
"Apa kamu yakin, ingin menggantikan posisi Jesicka, Sayang?" tanya Om Hendra mencoba memastikan kembali.
"Aku yakin Om." Yumna mengangguk dengan tegas.
Ia yakin apa yang di pilihnya saat ini adalah yang terbaik. Mungkin ini sudah menjadi skenario yang Tuhan tuliskan untuknya.
"Ya sudah kalo itu keputusanmu. Om sangat berterimakasih padamu, Yum. Om sangat menyayangimu seperti halnya Om sayang sama Jesicka. Om tidak mau bila kamu merasa terpaksa atas pernikahan ini," tutur Om Hendra seraya merengkuh gadis itu kedalam dekapannya.
"Kita harus menyusun ulang data-data yang sudah di serahkan, Pa," sahut Tante Mayang. Di balas anggukan kepala oleh Om Hendra.
Kemudian Om Hendra dan Tante Mayang pamit keluar. Mereka ingin membicarakan ini dengan keluarga Bagaskara. Mereka meminta maaf karena pengantin wanitanya di ganti.
Keluarga Bagaskara mendengar dengan cermat apa yang di jelaskan oleh Om Mahendra. Dia juga tidak keberatan bila penggantinya adalah anak dari Arya, yang juga merupakan teman masa SMA.
Langit Bagaskara, lelaki tampan berusia dua puluh delapan tahun. Dia tidak mempermasalahkan pengantin perempuannya di ganti. Toh akan sama saja. Di ganti atau tidak, ia tetap tidak kenal dengan mereka. Yang ia butuhkan, ia segera ingin menikah dan bisa lepas dari jeratan kekasihnya yang matre.
"Bagaimana menurutmu, Lang? Apa kamu masih mau melanjutkan pernikahan ini? Sementara pengantin wanita di ganti dengan anak teman Papa sewaktu SMA dulu," Papa Dion meminta pendapat pada sang putra. Ia juga berharap Langit mau menerima anak dari Arya.
"Terserah Papa saja, bagaimana baiknya. Langit menurut saja," jawab Langit dengan santai.
Langit termasuk orang yang tidak suka ribet. Ia selalu menurut apa yang menurut orang tuanya baik. Sebenarnya ia juga sudah mempunyai kekasih, namun kekasihnya itu sangatlah matre dan merepotkan.
Saat Langit ingin memutuskan hubungan dengan kekasihnya yang bernama Jesselyn, Jesselyn mengancam akan membeberkan hubungan mereka pada keluarga Bagaskara.
Kedua orang tua Langit, dari awal tidak menyetujui hubungan mereka. Karena perangai dan sikap Jesselyn yang buruk. Namun, pada saat itu Langit masih tertutup oleh cinta. Dia tidak menghiraukan peringatan yang di berikan padanya.
Setelah semua setuju, dan sudah melapor kepada petugas KUA. Akhirnya acara ijab qabul pun berlangsung. Langit mengucapkan kalimat ijab qabul dengan lancar. Meski hatinya sempat bergetar saat mengucapkan kalimat itu, Langit berusaha untuk tetap tenang di hadapan penghulu.
SAH!
Sorak semua orang saat Langit menyelesaikan ucapannya. Aneh, hatinya sedikit lega saat kalimat terakhir selesai ia ucapkan. Kini, semua orang sedang menunggu kedatangan mempelai perempuan. Karena saat ijab qabul berlangsung, Yumna tidak di perbolehkan untuk keluar.
Ada rasa penasaran di hati Langit. Ia juga ingin mengetahui seperti apa perempuan yang baru beberapa detik lalu menjadi istrinya.
"Sayang, ayo keluar. Kamu sekarang sudah sah menjadi istri, Nak Langit," Tante Mayang memanggil Yumna untuk segera turun kebawah.
"A-apa...a-aku sudah menjadi istri orang, Tante? Apa aku tidak bisa menjadi anak kalian selamanya?" Yumna sedikit gemetar. Ia baru sadar, bila sudah menjadi seorang istri, ia harus patuh pada suaminya. Tidak bisa lagi sebebas seperti dulu lagi.
"Sayang, kamu tetap bakalan jadi anak Tante selamanya. Namun kamu juga harus menjadi istri serta ibu untuk anak-anakmu kelak. Kamu juga harus menuruti semua perintah suamimu. Karena surga ada di ridho suami. Jadilah istri yang penurut serta penuh kasih untuk Nak Langit. Tante yakin, Nak Langit juga bakalan bersikap baik dan bisa membimbing mu menuju Jannah-NYA. Karena Tante tau, dia anak yang baik." Tante Mayang memberi wejangan kepada Yumna.
"Yumna akan berusaha, Tante. Makasih, selama ini Tante dan Om sudah baik sama Yumna. Yumna akan mencoba yang terbaik untuk rumah tangga Yumna," ucap Yumna memantapkan hatinya.
Sebelum melangkah keluar menuju lantai bawah, Yumna memejamkan matanya sejenak. Menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan dengan pelan. Dirasa sudah rileks, Yumna melangkah keluar dengan di gandeng Tante Mayang yang berada di sampingnya.
Semua orang berdecak kagum, saat melihat Yumna menuruni anak tangga. Memuja kecantikan Yumna yang paripurna. Sementara Langit....
Love You Gaes :)
Semua orang berdecak kagum, saat melihat Yumna menuruni anak tangga. Memuja kecantikan Yumna yang paripurna. Sementara, Langit terperangah melihat kecantikan yang dimiliki istrinya itu. Dalam sekejap, ia terpikat oleh pesona yang di miliki Yumna.
Yumna terus melangkah anggun menuju dimana Langit berada. Sampai di depan Langit, Yumna mengangkat wajahnya. Menatap wajah orang yang telah menjadi suaminya. Sejenak, mata mereka saling mengunci satu sama lain. Meski pernikahan ini tanpa adanya cinta di antara mereka, Yumna berusaha yang terbaik untuk rumah tangga nya kelak.
Langit mengulurkan tangannya pada Yumna. Untuk pertama kali, Yumna mencium punggung tangan pria lain, selain Om Hendra dan Almarhum Papa Arya.
Ada gelenyar aneh yang tiba-tiba menjalar di tubuh mereka, saat Yumna mencium punggung tangan Langit. Tubuh mereka sama-sama menegang, jantung pun berpacu lebih cepat dari semestinya.
Tidak ingin berlarut dari perasaan itu, Yumna segera melepas tangan mereka. Namun hal lain terjadi dan tidak ia sangka sebelumnya. Langit mencium kening Yumna penuh dengan kelembutan.
Semua keluarga yang melihat mereka, tersenyum lega. Para mempelai itu menerima pernikahan ini dengan tulus. Itu yang ada di pikiran mereka.
Perasaan aneh pun muncul dalam diri mereka masing-masing. Bagi Yumna, meski ia sudah lama menjalin kasih, namun Yumna tetap bisa menjaga kemurnian dirinya. Gio juga tidak pernah menuntut Yumna, yang mereka lakukan hanya sebatas bergandengan tangan.
"Sudah, di lanjut nanti malam. Sekarang segera tandatangani surat pernikahan kalian," goda Mama Sela pada pengantin baru itu.
Sontak wajah kedua pengantin itu bersemu merah. Langit berusaha menampilkan sikap yang tenang. Berbeda dengan Yumna, ia menjadi salah tingkah.
"Apa kamu sudah nggak tahan, Lang?" bisik Papa Dion di telinga Langit.
"Seperti yang Papa pikirkan," jawab Langit sekenanya. Membuat Papa Dion tersenyum mendengar jawaban Langit.
Resepsi diadakan pada malam hari, Yumna terlihat begitu bersinar di atas pelaminan. Hari barunya akan di mulai dari sini. Ia benar-benar menjadi Nona Muda Bagaskara. Mereka tidak hentinya menyalami tamu yang hadir. Membuat Yumna merasa pegal di kakinya. Langit yang peka pun, akhirnya menyuruh Yumna untuk duduk.
"Kenapa? Capek?" tanya Langit khawatir melihat Yumna tidak terlihat nyaman.
"Sedikit, Mas. Kakiku berasa pegel," jawab Yumna tanpa sadar memanggil suaminya dengan sebutan, Mas.
Deg!
Detak jantung Langit berdetak tidak seperti biasa. Mendengar Yumna memanggil dirinya dengan sebutan Mas, membuat Langit sedikit salah tingkah. Sebutan yang sebenarnya sangat sederhana, namun mampu tergiang terus di telinga Langit.
"Sini, aku lihat," Langit menjongkok di depan Yumna. Ia tidak memperdulikan para tamu yang memandang kearah mereka.
Yumna menolak saat Langit ingin memijat kakinya. Namun langit tidak menghiraukan, karena merasa walau bagaimanapun Yumna sekarang adalah tanggungjawab nya.
"Jadi, ini yang kamu maksud sibuk dan tidak bisa bertemu denganku?" terdengar suara yang berat di dekat mereka.
Yumna mengangkat wajahnya, ia terperanjat kaget. Karena suara itu berasal dari orang yang sangat ia kenal. Yumna tidak bisa menjelaskan semuanya sekarang. Ia hanya mampu berucap dengan kepala menunduk, "Maafkan aku, Gi,"
"Apa yang kurang dariku, Beib? Aku selama ini menjaga dirimu dengan benar. Namun kau menggoreskan luka yang sangat dalam!" Gio tidak mampu menahan emosinya. Ia berkata sambil menunjuk-nunjuk kearah Yumna.
Langit yang mengerti akan situasi seperti itu. Ia menjentikkan jarinya keatas, segera para bodyguard nya datang mendekat dan membawa Gio pergi dari sana. Sebelum menghancurkan acara resepsi pernikahan ini.
"Apa dia kekasihmu?" tanya Langit sedikit berbisik di dekat telinga Yumna. Yumna hanya mengangguk.
"Boleh aku pergi ke kamar duluan?" Yumna merasa sangat capek. Di tambah dengan kedatangan Gio di pernikahan nya.
"Kita bareng saja. Kamu pasti membutuhkan aku," ucap Langit lalu berpamitan pada orang tua mereka.
Di saat Langit akan memasuki kamar pengantin, Yumna menarik tangan Langit dan membimbingnya menuju kamar lain.
"Itu kamarnya Jesicka. Kita ke kamarku saja, aku juga punya kamar sendiri kok!" Yumna mengajak Langit untuk masuk ke kamarnya sendiri.
Langit memandangi seisi kamar tersebut. Kamar dengan dinding bercat hijau muda dan krem. Terlihat segar dan rapi.
"Mas mau mandi dulu, apa aku dulu?" tanya Yumna tanpa merasa malu.
"Kamu dulu."
"Oke. Tapi tolongin aku buka gaun ini dan juga aksesoris yang melekat di kepalaku, Mas," tanpa canggung, Yumna mencondongkan tubuhnya ke depan agar lebih dekat dengan Langit.
"Wanita memang selalu merepotkan," protes Langit. Namun tangannya melakukan apa yang di perintahkan oleh Yumna.
"Mas! Nggak boleh ngomong seperti itu. Biar bagaimanapun, wanita yang merepotkan itu adalah istrimu!" ucap Yumna sedikit kesal.
Langit dengan telaten melepas pernak-pernik yang menempel di tubuh Yumna. Langit dengan jelas melihat leher jenjang milik Yumna, terlihat begitu menggiurkan. Dengan kasar Langit mencoba menelan ludahnya.
"Mas, kenapa? Udah nggak tahan ya?" Yumna menggoda Langit dengan suara sensual.
"Aku lelaki normal." Langit memalingkan wajahnya. Ia tidak mau bila rasa aneh itu semakin membesar. Padahal sewaktu bersama Jesselyn, ia tidak pernah merasakan yang aneh. Seperti saat ini yang Langit rasakan.
"Bilang saja udah n***u sama body ku yang bahenol ini. Tapi ya Mas, aku enggak mau melakukan itu sebelum ada cinta di antara kita," tegas Yumna. "Meskipun kamu berhak atas diriku, tapi aku mohon Mas tahan rasa ingin memakanku itu," ucap Yumna memperingatkan Langit.
Dosa apa...aku hingga mendapat istri seperti ini. Cantik sih cantik, seksi juga nggak usah di ragukan lagi. Namun mulutnya kalau ngomong tuh nggak di filter dulu. Batin Langit.
"Lagian, siapa yang mau sama kamu!" ucap Langit berkilah. Berbanding berbalik dengan apa yang di rasakannya.
"Awas loh! Kalo Mas sampai melanggar, aku bikin sup tuh senjata Mas!" ancam Yumna sembari melirik ke bagian bawah Langit.
"Udah sana, buruan mandi!"
Selang beberapa menit, Yumna keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk yang melilit di sebagian tubuhnya. Hingga terlihat bagian tubuh Yumna yang menyembul setengah.
Langit berusaha untuk tidak melihat kearah Yumna. Namun matanya tidak bisa di ajak kerjasama. Ia terus menatap tubuh sang istri yang seperti gitar spanyol tersebut.
"Kenapa nggak pakai baju di dalam saja? Kalau kamu lupa, ada orang lain di dalam kamar kamu!" Langit berucap sambil menahan rasa aneh, yang muncul kembali.
"Dan orang lain itu adalah suamiku sendiri. Hitung-hitung aku amal sama kamu, Mas!"
"Amal bagaimana?" Langit tidak mengerti yang di ucapkan oleh istrinya itu.
"Amal pemandangan yang indah," jawab Yumna sembari terkikik geli.
Merasa di permainkan oleh wanita yang baru saja sah menjadi istrinya itu. Langit bangkit dari tidurannya. Ia melangkah mendekat ke arah Yumna yang berdiri di depan lemari.
"Mau apa kamu, Mas?" tanya Yumna dengan nada waspada.
Love You Gaes😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!