NovelToon NovelToon

Still With You

SPEECHLESS

..."Apa yang membuat hatimu beku??" Jawabannya hanya satu....

..."Kamu penyebabnya."...

...⚫⚫...

Lavinia terdiam, tubuhnya bergerak kikuk saat seorang pria berbadan tegap meneliti tubuhnya, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sejak beberapa menit yang lalu ia memberikan tanda pengenalnya kepada pria ini dan dia terus saja memperhatikannya.

"Ada masalah?" tanya Lavinia, setelah merasa tidak nyaman untuk kesekian kalinya.

Pria itu menggeleng kecil. "Maaf nona, hanya saja anda terlihat sangat berwibawa sampai harus masuk ke tempat seperti ini,"

"Bukankah ini tempat umum?" tanyanya lagi. "Memangnya orang seperti apa saya ini sampai harus kamu tatap dari ujung rambut sampai ujung kaki?"

Pria itu mendorong pintu dengan lebar. "Tidak ada, maaf membuang waktu anda, silahkan masuk nona cantik."

Lavinia hanya diam dan mulai masuk, indra penciumannya sudah disuguhi oleh bau alkohol dan asap rokok, dengan berjalan anggun ia melepaskan jas yang menutupi tubuhnya, mungkin itu alasan pria penjaga pintu tadi memperhatikannya secara details, dia terlalu rapi.

Lihat saja. Seluruh pengunjung wanita disini memakai pakaian kekurangan bahan. Pakaian seperti itu tidak pernah masuk kedalam jajaran lemari miliknya.

Panggilan yang ia tuju belum juga terjawab membuatnya berkeliling mencari seseorang yang mengajaknya bertemu disini. Dia telah melewati beberapa gerombolan anak-anak muda yang sedang bersenang-senang dan terlihat di tempat lain juga beberapa pria berjas sedang merangkul para wanita penggoda. Itu berarti bukan dia saja yang terlihat berwibawa masuk ketempat ini? semoga tidak ada yang mengenalinya disini. Client atau para staf di kantornya.

"Vinny,,," teriak seseorang memanggil nama akrabnya.

Lavinia menghampiri temannya yang sedang melambaikan tangan, wanita itu sudah memesan meja VIP, area yang dikhususkan hanya bagi pemesan dan tamu yang telah pemesan undang. Terdapat lima baris meja VIP yang telah diberi dinding pembatas tanpa pintu, dibiarkan terbuka dan didepannya ada banyak pasang meja untuk dua kursi. Lima baris meja VIP dengan model yang sama di bagian sebrangnya. Ditengah-tengah ruangan terdapat area lantai luas dengan sebuah pondasi meja menjulang tinggi serta di sediakannya alat musik Dj, biasa mereka gunakan sebagai lantai untuk menari. Seperti saat ini, lantai luas itu sedang dikerumui oleh berbagai macam usia dewasa.

"Kenapa mengajakku bertemu disini?" tanyanya dengan nada sedikit tinggi, pendengaran normal akan terganggu jika masuk kedalam sini.

"Hei, kamu harus memasuki dunia seperti ini dong, biar hidupmu itu penuh dengan warna." Ucapnya sembari menyodorkan sebuah kaleng soda, temannya itu tahu bahwa ia tidak akan suka meminum-minuman memabukkan itu. "Kamu terlalu sibuk sampai tidak pernah mau aku ajak bertemu. Jadi, kenapa sekarang mau?"

"Katanya mau membicarakan sesuatu yang penting?" Eluhnya. "Makanya aku mau."

"Wahh, kamu kujebak."

Lavinia berdecak. "Aku sedang melewati area sini, makanya sekalian saja,"

"Benarkah?"

"Apa yang mau kamu katakan?" Lavina mengunyah anggur hijau yang di sediakan. "Aku tidak punya banyak waktu. Lihat, Theresa terus saja menelponku." Menunjukkan layar panggilan dari sekertarisnya.

"Aku ingin mengenalkanmu dengan temanku, tidak apa-apa kan?" Shasha menggapai tangan Lavinia saat wanita itu akan beranjak pergi, "aku mohon, sekali ini saja..."

Lavinia kembali duduk. "Aku sudah katakan padamu Sha, aku tidak suka di kenalkan dengan seseorang berjenis kelamin laki-laki, sekalipun itu teman baikmu,"

"Oke, tapi dia memaksaku untuk dikenalkan kepadamu, Vinny. Apa aku salah?" memasang wajah setengah sedih membuat Lavinia menghela napas. "Begini saja. Kamu tidak perlu mengenalnya lebih dalam, hanya sebatas say hai saja. Tapi biarkan malam ini kalian berkenalan dengan santai terlebih dahulu, Setelahnya itu urusanmu."

"Terserahlah..,," satu kata yang keluar dari mulut tipis Lavinia mampu membuat Shasha tersenyum senang. Bukan hanya tersenyum senang, melainkan sangat bahagia karena Lavinia jarang menyetujui permintaannya.

"Okey, aku berjanji ini terakhir kalinya aku memaksamu untuk mengenal laki-laki." Ucapnya dengan mengacungkan jari kelingkingnya, Lavinia menautkan jari kelingkingnya dengan wajah masam.

Obrolan mereka berhenti saat pria tinggi menghampiri mereka. "Sayang, ayo ikut aku berdansa..."

"Heii, kamu akan meninggalkanku sendiri disini?" tanya Lavinia saat melihat Rafli kekasih Shasha menghampiri mereka dan meraih lengan Shasha agar berdiri. "Oh god, yang benar saja???"

"Sebentar kok Vinny," jawab Rafli.

"Dia akan datang dua puluh menit lagi, jadi kamu harus menunggunya sebentar saja." Ucap Shasha sembari berdiri. "Yahhh, sebentar saja....."

Rafli mengedipkan satu mata. "Dia pria yang baik kok tidak akan sembarangan denganmu, jadi kamu harus baik-baik juga kepadanya."

"Terserah kalian,,"

Melihat Shasha dan Rafli sudah pergi menuju lantai berdansa. Lavinia langsung menyandarkan punggungnya, menatap ponselnya yang terus bergetar, panggilan dari Theresa. Beberapa pesan menginginkannya untuk datang ke acara ulang tahun direktur perusahaan properti.

THERESA

ibu dimana?

belum berangkat?

There mencari ibu..

Lavini menghela napasnya lagi membaca sederetan pesan dari sekertarisnya. Mungkin lebih baik ia abaikan dari pada membalas dan malah ingin mencaci sekertarisnya yang tidak bersalah. Pesan masuk lagi dari Theresa.

THERESA

ibu, banyak yang bertanya

tentang keberadaan ibu.

There bingung mau jawab apa?

Baru akan ia taruh ponselnya diatas meja, sudah bergetar lagi dan membuat Lavinia membaca pesan lagi dari Theresa.

THERESA

Sumpah, There tidak tau

kalau ibu sejahat ini sama

Theree,,,,,

Banyak yang ngucilin saya,

karena ibu tidak datang.....

^^^LAVINIA A^^^

^^^There jangan berlebihan.^^^

^^^Saya sedang ada urusan^^^

^^^yang lebih penting^^^

^^^dibandingkan acara pesta^^^

^^^kekanak-kanakan itu.^^^

^^^Catat siapa saja yang berani^^^

^^^mengucilkanmu, akan saya^^^

^^^beri perhitungan.....^^^

Lavinia meraih minuman dinginnya dan melahap beberapa buah anggur lagi dan membaca pesan masuk dari Theresa.

THERESA

Ibu memang jahat sama

saya.

Lavinia tidak berniat membalas, ia sudah dapat membaca kemauan sekertarisnya itu. "Aku harus apa kalau aku tidak mau pergi? dan lagi, kenapa semua orang selalu suka mengaturku dan memaksaku seenaknya, brengs*k." Ucapnya kasar setelah melempar ponsel ke atas meja.

Pandangannya terpaku dan tubuhnya membeku saat seorang laki-laki duduk lalu bersandar dibahunya dengan meracau aneh.

"Bibir manismu tidak boleh digunakan untuk mengucapkan kata-kata kasar..."

Alis Lavinia berkerut, "Si-siapa?"

"Hai, boleh kenalan?"

...⚫...

TAU TIDAK????

KELEMAHAN SEORANG PENULIS ADALAH IDE CERITA, CONTOHNYA SAJA BEGINI : AKU PUSING MEMIKIRKAN KARYA YANG LAIN TIBA-TIBA SAJA ADA IDE CERITA LAIN YANG HARUS AKU TUANGKAN.

ASTAGA,,,,, AKU KENAPA SIHHH....

UNTUK KALIAN YANG PUNYA KEKUATAN UNTUK FOKUS SATU CERITA, KALIAN HEBAT. DAN UNTUK YANG PUNYA MASALAH SEPERTI AKU. TOLONG TETAP TEGAR DAN KONSISTEN YA.

HUSSS HUSSS HUSSS (mengusir ide cerita yang tiba-tiba muncul) PERGI DONG, JANGAN BUAT AKU BIMBANG KAYAK GINI.....

TOLONG YANG LAGI BACA 😭😭😭

DUKUNG KARYA AKU YANG INI DENGAN SETULUS HATI YA, JANGAN LUPA LIKE, COMENT KARENA AKU BUTUH SARAN KALIAN.... BISA JUGA IKUTI AKU, UNTUK LIHAT KARYA-KARYA AKU YANG LAINNYA.... TERIMA KASIH 💜💜

DRINK BOTTLE

..."Sahabat dapat diartikan dalam dua hal, sekumpulan orang-orang yang pengertian dan sekumpulan orang-orang kurang ajar"...

...⚫⚫...

Hanya untuk malam ini saja Jonathan menuruti perkataan Lino, sahabat-sahabatnya selalu saja suka mengajak berkumpul ditempat keramaian dan bersatu dengan minuman alkohol beserta musik DJ. Lino berdiri diatas sofa dengan mengangkat gelasnya lalu berteriak.

"Ayyoooo,,,, habiskan malam ini dengan bersenang-senang."

Teriakan laki-laki itu hampir mengalahkan kerasnya musik DJ, namun tetap diindahkan oleh sahabatnya yang lain, mereka semua bersorak gembira menyetujui. Lalu Gloria berdiri mengangkat satu botol bening dan menuangkan minuman ke dalam satu per satu gelas dihadapan teman-temannya. "Pokoknya, tidak ada yang boleh pergi sebelum kalian tidak sadar parah."

"SETUJUUUU!!!!!!!" Sorak mereka bersamaan.

Jonathan hanya bersandar menyaksikan itu, dia tidak terlalu suka ditempat ini. Namun apalah daya saat seluruh sahabatnya membuat sebuah pertemuan disini tanpa mengatakan apa-apa padanya, sebuah pesta kecil pertunangan antara Lino dan Gloria sebelum acara besarnya dilaksanakan besok.

"Hallo maniss,,," Jonathan tersenyum tipis saat Noval sedang menyagil salah satu pelanggan wanita, sepupunya itu memang suka seperti itu, "gila, masih adakah wanita yang berkunjung kemari dengan pakaian rapi seperti itu??"

"Ya buktinya itu ada,"

"Sayang banget, padahal kalau dia mau pakai baju seperti Zalira, pasti akan terlihat hot," Gloria memukul mulut Noval, "sakit Glo," rengeknya.

"Jangan suka membicarakan body seorang wanita, itu adalah hal yang sensitif.." Menyodorkan kaleng soda kepada Jonathan, Gloria sangat tahu bahwa sahabatnya itu satu-satunya laki-laki pembenci minuman alkohol dan Jonathan beruntung memiliki Gloria yang pengertian.

"Hey Jonathan Aleister...."

Jonathan hanya mendongak saat Lino memanggilnya, dia tahu sahabatnya itu akan mengatakan apa.

"Enggak...." Ucapnya setelah Lino diam dan hanya menatapnya dengan tangan menggenggam gelas kaca yang terisi penuh minuman berwarna kemerahan.

Laki-laki itu duduk dan menepuk pundaknya, "Ayolah, kamu harus minum malam ini demi aku," ucapnya sarkasme.

"Apa hubungannya denganku?"

Lino mengangkat bahu. "Setidaknya malam ini adalah malam terakhir aku melajang, bukan?"

Jonathan menoyor dahi Lino. "Dengar ya Lino, besok itu kamu baru akan tunangan, bukan menikah, jadi berhenti mengatakan hal yang tidak berguna."

"Memangnya kalau besok aku menikah, apa malam ini kamu mau minum?" Lino berdecih melihat respon datar Jonathan. "Halah,, aku sudah tau kalau kamu tidak akan pernah mau."

Omar berdiri menatap seluruh temannya. "Sudah begini saja, biar adil bagaimana kalau kita membuat sebuah permainan seru," teman-temannya tampak antusias mendengarkan. "Jadi begini teman-teman......."

"Aku tidak ikut,"

Mereka semua bersorak mengejek, sebuah kalimat penolakan sebelum permainan di mulai, Jonathan sudah mendapatkan firasat buruk dari ide Omar, itulah alasan dia menolak permainan itu sebelum dimulai.

"Joe tidak asik ahh,,," ungkap Zalira.

"Yang duduk disini harus ikut permainannya..." Lino menahan bahu Jonathan hingga laki-laki itu duduk kembali, "yang sudah duduk disini tidak boleh pergi."

Jonathan menaruh lagi kunci mobilnya di atas meja. "Baiklah, terserah kalian aja."

...⚫...

Peraturan permainan, botol bekas minuman alkohol berwarna bening akan di taruh di tengah-tengah meja. Botol akan di putar saat permainan dimulai, saat botol berhenti, bagian mulut botol akan menjadi penentu siapa yang akan kalah dan menerima sebuah tantangan tanpa boleh menolak.

"Sial,,,"

Jonathan menatap seluruh teman-temannya, mereka semua tertawa melihat kearahnya, terasa seperti mendapatkan sebuah mendali emas. Tutup botol berhenti tepat diarahnya. "Minum,, minum,, minum,,,"

"Cuma inikan tantangannya?" tanyanya.

Omar menggeleng, "tentu saja tidak."

"Sudah aku duga."

"Kamu harus gentleman dong Joe?" Noval mengejek. "Biar aku bisa banggain di depan om sama tante besok,"

"Gak lucu, jadi apa tantangan lainnya?"

Zalira berdiri, "kamu harus minum satu botol whisky dan membawa satu wanita untuk menghabiskan satu malam bersama."

"****...."

"Dan kamu tidak bisa menolak, lebih tepatnya tidak boleh menolak," tambahan dari Syakila.

Jonathan menghela napas, satu wanita untuk menghabiskan malam bersama? apa teman-temannya itu tidak pernah berpikir kalau sikap itu akan menyakiti perasaan seseorang. "Aku akan minum itu, tapi enggak untuk urusan wanita dan sebagai gantinya aku akan minum dua botol."

"Penawaran di tolak....." Zalira mengguncang lengan Jonathan penuh permohonan. "Ayolah,,,,,,,"

"Apa maksudnya bermalam bersama?" tanyanya, "setelah itu apa yang harus aku lakukan terhadap wanita itu?"

"Malam ini kamu boleh melakukan apa saja dengan salah satu wanita, selanjutnya terserah kamu mau bagaimana terhadap wanita itu," lanjut Syakila.

Jonathan mengangkat gelasnya, "aku menolak keras,"

Omar tertawa, "menghabiskan malam bersama bisa dengan mengobrol bukan?"

"Benar kata Omar," Gloria mengangguk menyetujui.

"Bagaimana kalau wanita itu terbawa perasaan denganku?"

Omar berdecak, "tidak usah perdulikan hal itu, kamu tinggal tinggalin saja dia. Gampangkan?"

"Ghosting??" teman-temannya mengangguk, "itu namanya aku sudah menyakiti hatinya, dan itu sama saja kaya aku menyakiti perasaan mama, kak Stela, dan kalian,,," menatap Gloria, Zalira, dan Syakila secara bergantian.

Sahabat perempuannya tertawa, hingga mereka berhenti tertawa saat Syakila menepuk pundak Jonathan. "Kamu tidak akan nyakitin perasaan wanita yang akan kamu ajak bermalam Joe, tinggal bilang saja kalau kamu lagi kalah permainan bersama sahabat-sahabat kamu."

Jonathan menggeleng ragu. Mau bagaimanapun alasaannya, tetap saja ia menyakiti perasaan seseorang.

Hanya untuk memastikan permainan ini, mereka menunggu lama keputusan dari Jonathan.

"Okay aku setuju," mereka tersenyum bahagia, tangan Jonathan terangkat saat Syakila berdiri membawa sebuah scraff yang terpampang di dekat matanya. "Apanih?"

Syakila tersenyum, "untuk milih minuman mana yang akan kamu minum,"

"Tadi katanya whisky?"

"Peraturan di ganti," ucap Noval.

Lagi-lagi Jonathan menghela napas kesal, ia tahu nasibnya akan begini. Dibodohi oleh keenam sahabatnya, mereka sengaja menjebaknya agar mau mengikuti perintah.

Jonathan sudah curiga sejak awal permainan, mereka bilang permainan akan berakhir saat botol berputar dua kali, Jonathan selamat. Tapi Zalira memaksa agar permainan kembali dilanjutkan, dan akan berakhir saat botol berputar empat kali, Jonathan selamat. Lagi-lagi Zalira memaksa agar permainan dilanjutkan, dan akan berakhir saat botol berputar enam kali. Putaran keempat Jonathan kena, dan Zalira berceletuk, "karena Joe sudah kalah, mari akhiri permainan ini saat Joe menyetujui hukumannya." Padahal Omar juga sama sepertinya, belum mendapatkan giliran kalah.

Dan Jonathan sangat tahu alasan teman-temannya sengaja melakukan ini. Mereka hanya menginginkan dirinya bersama seorang wanita, apasih salahnya memiliki pikiran untuk tidak berhubungan dengan seseorang, Jonathan hanya ingin fokus pada kuliah, menjadi penerus diperusahaan papanya, lalu memikirkan tentang menikah, that's it.

"Lalu, kenapa harus di tutup matanya?" tanyanya lagi.

Gloria menghela napas, Jonathan memang tidak seru, "kamu itu special Joe, untuk memilih minuman aja kamu dikasih cara yang berbeda dari kita semua. Kenapa gak ikutin aja sih,"

"Awas macem-macem," Jonathan mulai menutup matanya saat Syakila sudah mulai mengikat scraf dikepalanya.

Dalam pandangan menerawang, terlihat botol sudah dipindahkan secara acak, dan tangannya bergerak meraba botol, Jonathan sengaja memilih botol minuman yang dia ketahui kadar alkohol terendah.

...⚫...

HELP ME, PLEASE!!

..."Hadirmu boleh saja tiba-tiba, namun pergimu tidak boleh tanpa kata"...

...⚫...

****,, ****,, ****,,

Ada yang tidak beres dari ekspresi keenam sahabatnya, mereka menatapnya dengan tatapan berbeda setelah Jonathan menghabiskan minuman dalam botol dengan tiga kali tegakan.

Omar berdiri dan duduk diantara Syakila dan Jonathan, matanya menatap Jonathan tajam, "dia punyaku," menunjuk Syakila. "Cari yang lain,"

Gloria menunjukkan jari manisnya tersemat sebuah cincin saat Jonathan menatapnya, "besok pesta pertunanganku akan dimulai. Masih ingatkan?"

Napasnya tidak teratur dan tubuhnya bergerak tidak karuan, dan terkejutnya saat Zalira bergerak memeluk tubuh sepupunya, "ini hari pertama kita jadian.."

"****!!!!!!" sahabat-sahabatnya tertawa melihat tingkah tidak tenangnya dari Jonathan, "aku mau pulang,"

"Silahkan, toh permainan kita sudah selesai juga." Ucap Zalira sembari meraih kunci mobil Jonathan, memberikannya pada Omar tanpa sepengetahuan pemilik. "Sepertinya urusan perempuan kita batalin."

Mereka kembali tertawa saat Jonathan berjalan dengan napas terengah-engah.

"Joee, pintu utama bukan disebelah situuu???!!!!!" Teriakan Gloria tentu tidak didengar oleh Jonathan, laki-laki itu sudah melesat jauh tertelan kerumunan. "Kalian yakin Joe enggak akan kenapa-kenapa? dosis yang dikasih gak masalah kan?"

"Enggak apa-apa sayang," Lino mengelus puncak kepala Gloria, "karena dia belum pernah aja makanya obatnya bekerja dengan matang."

"Awas ya kalau sampai terjadi apa-apa sama anak baik itu, aku akan marah sama kalian semua." Ungkapannya membuat Noval tertawa meledak.

"Tenang Glo, aku yang akan bertanggung jawab sama apa yang terjadi nanti." Ucapnya sembari menegak minuman.

...⚫...

"Kamu kenapa? mau aku tolong,"

Jonathan menepis tangan lembut dari seorang perempuan berpakaian minim, bersentuhan saja sudah membuatnya merinding, "please, don't touch me,"

"Sepertinya kamu butuh bantuan," Jonathan menepis tangan perempuan itu lagi dengan kasar saat hampir menyentuh bagian perutnya. "Galak banget..."

"Maaf,,,"

"Tidak masalah kalau kamu mau aku bantu,"

Jonathan menggeleng, perempuan itu tahu betul apa yang tengah dirasakannya, "aku tidak butuh bantuanmu."

"Ayolah, sayang...."

Jonathan menggeram kesal, "minggir *****."

"Brengs*k,,, kalau gak mau ya bilang aja, gak usah pakai ngomong kaya gitu...." Kekesalan perempuan itu tidak dia hiraukan, bukankah Jonathan sudah mengatakan tidak ingin dibantu tadi, ahh terserahlah, karena pulang adalah tujuan utamanya saat ini.

Tapi, dimana pintu utamanya?

"Aarrgghhh, Sial...." Teriaknya, apa yang terjadi pada dirinya sendiri Jonathan sangat tidak mengerti, sahabatnya pasti telah memberikan sesuatu pada minumannya tadi. Kalau hanya menegak satu botol tidak akan membuatnya sefrustasi ini. Ada sesuatu didalam dirinya yang sangat ingin meledak.

Jonathan mencoba mengatur napas dan jantungnya yang berdetak cepat, rasanya sangat tidak nyaman.

"Aku harus apa kalau aku tidak mau pergi? dan lagi, kenapa semua orang selalu suka mengaturku dan memaksaku seenaknya, brengs*k."

Langkah Jonathan berhenti, dia menatap seorang wanita dengan kemeja putih dan rok bermotif kotak-kata berwarna hitam merah, wanita itu duduk sendiri disebuah sofa bundar sembari mengomel menatap layar ponselnya. Jonathan tersenyum tipis, wanita itu sangat menggemaskan hingga membuatnya tidak sadar masuk dan duduk di dekatnya. Wanita itu masih belum menyadari keberadaannya, lagi-lagi senyumnya mengembang saat wanita itu meraih anggur dan melahapnya secara brutal sembari mengoceh kesal entah karena apa, Jonathan sangat tidak perduli.

Namun kalimat demi kalimat wanita itu menggantung, bahkan Jonathan merasakan tubuh wanita itu menegang ketika dirinya bersandar pada bahu wanita itu. Atas dorongan aneh, tanpa sadar Jonathan bergerak menghirup aroma leher wanita itu, Aroma manis.

"Bibir manismu tidak boleh digunakan untuk mengucapkan kata-kata kasar..." Ucapnya, Jonathan pasti sudah gila,

"Si-siapa?"

Wanita yang baik. Bahkan tidak memarahinya karena sudah sembarangan menepel. "Hai, boleh kenalan?"

"Umm, ya, tapi kenapa harus bersandar?"

"Aroma lehermu membuatku gila."

Wanita itu tertawa, "pasti kamu memang gila."

"Jadi, aku tidak boleh mengenalmu?"

"Dasar Shasha, kenapa dia malah berniat mengenalkanku dengan laki-laki aneh...." Gumamnya,

"Jadi namamu Shasha?"

"Menyingkir dariku," Jonathan terlalu kuat sampai guncangan wanita itu tidak mempan untuknya. "Hei, tanganmu bisa diam...."

"Lavinia?????" Wanita itu mendongak, "siapa dia?"

"Rafli!!!!" Lavinia menatap tajam, "berani-beraninya kamu mengenalkanku pada laki-laki seperti ini," protesnya sembari mengguncangkan badannya.

Ekspresi Shasha juga ikut terkejut melihat laki-laki asing tengah memeluk tubuh sahabatnya, bahkan dalam posisi tidak mengenakkan, "siapa dia?"

"Kalian tidak mengenalnya?"

Sepasang kekasih itu menggeleng, Rafli mengangkat ponselnya dengan layar berakhir pada sebuah panggilan. "Temanku tidak jadi datang, rekan bisnisnya dari luar negri datang."

"Astaga, lalu siapa dia?" tubuh Lavinia semakin menegang saat laki-laki terus saja menempel padanya, Rafli dan Shasha hanya saling pandang tanpa ingin menolong. "Bisa kalian tolong aku,"

Rafli baru saja akan menolong Lavinia, namun laki-laki asing itu mendadak menarik tangan Lavinia dan ditaruhnya pada pundaknya, "sebaiknya kamu yang menolongku..."

Terkejut bukan main, Lavinia menarik tangannya dan berdiri dengan sekuat tenaga namun laki-laki asing itu kembali memeluknya. "Awas kalian berdua, ini semua karena kalian mengajak bertemu denganku ditempat aneh ini."

"Kami tidak tau apa yang terjadi dengan laki-laki asing itu, Vinny." Shasha mendekat, "aku bersumpah."

"Dan sepertinya aku tau dia kenapa?" Rafli bergerak melepaskan pelukan laki-laki aneh itu dari Lavinia dan mendorongnya pelan, "hai bro, cari wanita lain, jangan teman kami..." Rafli menarik tangan Lavinia, membantu wanita itu untuk berdiri, "cepat pergi dari sini, aku akan menghalangi laki-laki ini..."

"Apa yang terjadi, baby?" bukan hanya Lavinia, Shasha juga ikut kebingungan. "Hei....."

Rafli menatap Shasha, "aku akan jelaskan nanti. Pokoknya Lavinia pergi saja dari sini..."

"Okey...." Lavinia menghentikan gerakannya saat tangannya digenggam oleh laki-laki aneh itu.

Laki-laki itu mendongak, matanya sayu dengan napas masih memburu, "maafkan aku..."

Lavinia menarik tangannya ketakutan dan bergerak menjauh. "Aku pulang...."

...⚫...

Langkahnya memburu, seketika roknya terasa semakin menyempit, mulut manis Lavinia terus saja mengutuk keberadaan kunci mobilnya. "Dimana sih?"

Bahkan setelah menemukan kunci di dalam tas dalamnya, lagi-lagi mulutnya mengumpat karena kebingungan dimana tadi dia memarkirkan mobilnya.

"Si*lan, aku taruh dimana sih?" Langkahnya beriringan menuju lantai basement, dia ingat telah memarkirkan mobilnya disana.

lavinia menekan tombol untuk menemukan letak mobilnya, sembari berlari kecil ia mengangkat telepon dari Theresa. "There, saya sudah katakan kalau saya tidak bisa datang,"

"........."

"Pokoknya tidak bisa saja," Lavinia menghela napasnya. "Katakan saja padanya saya sedang ada urusan mendesak. dan lagi kamu bukan perempuan penakut karena tidak ada yang menemanimu kan?"

Setelah mematikan teleponnya, dia membuka mobilnya dengan napas memburu, "sebenarnya ada apasih? kenapa sikap Rafli sama anehnya dengan laki-laki itu,,,,,, Arhhhh." Lavinia tersentak kebelakang mobilnya saat seseorang membalikkan tubuhnya dengan paksa, bahkan tubuhnya terkurung oleh tubuh laki-laki aneh itu, "kena-...."

"Tolong aku....."

...⚫...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!