NovelToon NovelToon

LMOU: Kembalinya Sang Legenda

Prolog

Malam yang gelap, hujan deras menghujani medan perang yang dipenuhi mayat mayat berhamburan. Darah, kerusakan, senjata, berserakan ditanah luas yang gelap ini.

"Hiyaaahhh!!" Dua pihak yang berperang tidak ada habis habisnya melakukan pertempuran yang tiada batas.

Bunyi keras gesekan senjata, bentrokan antara dua jurus, serta ledakan ledakan dashyat yang menghancurkan segalanya. Menuntut korban bagi setiap yang bertarung.

"Ptang ptang ptang" Terlihat dari jutaan yang berperang. Seorang pemuda, berambut putih, mencapai puncak ahli alam semesta. Membantai musuh berantai yang ada didepannya, tidak perduli wanita, pria, atau pun iblis, pandangannya tetap dingin dan kejam. Dengan pedang merah pembantainya ditangan, setiap kali berhadapan dengan musuh tidak ada yang lebih sadis dari potongan potongan tubuh yang tertebas.

"Qin yan, kearah sini." Seorang wanita cantik, berambut pirang emas, mempunyai gelar sebutan dewi malaikat. Istri kedua Qin yan, Xiao Zue er. Kini tengah berhadapan dengan monster titan devil Stand. Dengan ekornya yang ada lebih dari seratus.

Besar tubuhnya jauh lebih besar dari pulau, setiap kali muncul. Ia bisa menghalangi betapa memukaunya sinar bulan. Amukannya dapat menghancurkan daratan, membela laut, dan menghancurkan langit. Namun dihadapan Qin yan, ia tidak lebih hanya seekor hewan peliharaan.

"Kyubi!!" Satu kali teriakan Qin yan, satu monster lain lagi muncul dan berhadapan dengan monster tersebut.

"GROAAAA!!!!" Keduanya saling berbentrokan, tidak ada yang bisa menghentikan pertarungan dashyat kedua monster itu.

"Siung siung siung" Para ahli dewa lainnya, melaju dan melawan 7 iblis pendosa tingkat dewa lainnya pula.

"GROAAAAA!!!" The Demon land titan, sesosok raksasa dengan seluruh tubuh terbuat dari daratan. Menginjak Qin yan tanpa ragu, sekali kakinya menginjak ketanah. Seluruh daratan bergetar karena pijakan tersebut.

"Siung" Qin yan muncul dari balik asap, berlari dengan secepat kilat memanjat melalui kaki raksasa itu.

"Splash" Tangan raksasa tersebut langsung tertebas oleh pedang Qin yan.

"BOM BOM BOM" Beberapa serangan juga langsung menghantam tubuh raksasa itu hingga terbaring diatas tanah.

"Sudah kubilang kan, jangan mengganggu pertarunganku." Ucap Qin yan dengan dingin, terhadap seorang pemuda yang juga berasal dari generasi yang sama dengannya.

"Aku tidak perduli, musuh kita sama. Aku tidak membantumu. Tapi menuntaskan musuh yang memang sudah menjadi tugasku." Zhou weisi, dewa penciptaan. Ia juga ikut serta dalam peperangan ini bersama kelima istrinya.

Tanpa memperdulikan setiap perkataan Qin yan, ia selalu membasmi musuh tanpa pandang bulu. Bahkan jika itupun lawan orang. Senjata yan ia ciptakan, jauh lebih kuat dan mengerikan. Sebanding dengan tebasan milik Qin yan. Mereka berdua, walaupun tidak akur, tapi musuh yang mereka lawan diberantas bersama sama.

Pertempuran yang begitu dashyat, dimulai dari gerakan Dewa Sage. Menghancurkan ribuan dunia tiny, mengakibatkan beberapa ras jadi marah.

Diatas langit, Ras malaikat melawan ras iblis. Diatas tanah, ras manusia bersatu dengan ras elf melawan suku beast dan suku Titan. Dibagian peperangan lainnya pula, ras naga bersatu dengan ras phoenix melawan suku Bulan.

10 dewa surgawi yang berasal dari berbagai ras juga memimpin setiap jalannya pertarungan. Waktu demi waktu, hari demi hari, satu persatu korban pun berjatuhan. Termasuk orang orang yang dekat dengan Qin yan.

Jauh dari daratan yang dipenuhi mayat, Qin yan berteriak pilu menyaksikan istri pertamanya Ling Qingzhu mati karena harus meledakan diri agar bisa membunuh tangan kanan Kaisar dewa sage. Kematian kedua disusul oleh Kyubi yang juga menghilang akibat membunuh pimpinan suku Iblis. Dan yang terakhir, Xiao Zue er yang juga mati ditangan licik Kaisar Dewa sage.

"Bertahanlah sebentar, Zue er. Aku bisa menyembuhkanmu." Tangan Qin yan gemetar mengeluarkan penyembuhan ilahi miliknya. Namun tetap saja ia tidak bisa menyembuhkan istrinya itu.

"Sudahlah Qin yan, dalam sistem perang, korban itu merupakan hal yang biasa. Aku hanya bisa berhenti disini, maafkan aku karna tak bisa menemanimu sampai akhir." Pada akhirnya, wanita itu menghembuskan napas terakhir dengan senyuman puas diwajahnya. Meskipun banyak darah yang keluar.

Berapa kalipun Qin yan berusaha membangunkannya, tetap saja ia tidak bisa bangun. Yang bisa ia lakukan hanyalah menyaksikan istrinya itu mati dengan tenang.

"HAAAAAAKKSSS!!" Teriak Qin yan dengan pilu, menatap seorang sosok perkasa yang melayang diatas langit. Dengan berlengkapan armor emas, gemilaunya aura pria itu membuat semua makhluk jadi tunduk padanya. Tapi, Qin yan. Satu hal yang ia inginkan, ia harus bertahan dari perang ini sampai akhir. Sampai bisa bertarung dengan orang itu dalam pertarungan imbang, satu lawan satu.

"Baj*ngan kau dewa sage!!!" Qin yan meloncat, mengeluarkan trisula dewa cahayanya. Melaju kencang kearah pria itu. Namun, sosoknya dihentikan oleh lima leluhur alam semesta.

Disaat Qin yan sedang bertarung melawan kelima Leluhur itu, Kaisar Dewa Sage sengaja mengambil mayat istri Qin yan. Lalu dilecehkan didepan matanya. Betapa marahnya dia, apalagi mengaksikan tubuh istrinya itu hancur menjadi gumpalan daging.

"TIDAAAAAAK!!!"

Qin yan tiba tiba terbangun dari tidurnya. Matanya membesar dengan napas yang tak beraturan.

"Hah. Hah. hah." keringat juga bercucuran diwajahnya, ia memegang kepalanya sendiri.

'Sial, mimpi itu lagi.' Batin Qin yan dengan takut. Dadanya naik turun, mengingat kenangan kelam pada perang saat itu.

"Kenapa aku terus memimpikan Zue er selama ini dua tahun ini?. Semenjak Huo lan mati, aku terus memimpikan mimpi buruk itu." Ia pun menyeka keringatnya. Menatap langit yang indah tanpa adanya daratan didepannya. Ia berdiri diatas permukaan kubus yang paling tinggi didalam dimensi itu. Dimensi yang hanya dipenuhi kotak kotak kubus yang dijadikan pijakan untuk berjalan. Dari atas sana ia bisa melihat kubus kubus menjulang tinggi lainnya seperti gedung pencakar langit.

'Dua tahun telah berlalu, sudah lama sekali aku tidak mendengar kabar dari luar.' Batin Qin yan menghela napas segar, kemudian mengeluarkan cermin jiwa yang ada dicincin penyimpanannya.

Cermin jiwa yang ia beli dari Z, kegunaan benda itu untuk menampung jiwa jiwa orang yang sudah mati. Terakhir kali sebelum ia menghilang dari dunia nyata, ia mengubur mayat Huo lan, dan memelihara jiwanya sampai saat ini.

"Sudah dua tahun yah, Huo lan. Aku akan mencari segala cara untuk menghidupkanmu kembali." Pandang Qin yan dengan senyuman lembut diwajahnya, menatap setetes jiwa yang sedang bernaung didalam cermin itu.

Tiba tiba gumpalan tanah keluar menjulang keatas, membentuk sebuah tangga. Seorang pria berotot, dari bawah sana memanggil Qin yan.

"Pemimpin, Kakak Tang liu memanggil anda."

Legenda yang rentah

"Huh, kenapa gadis itu memanggilku?" Gumam Qin yan dengan bingung, rupanya hal itu didengar Tang liu dari bawah sana.

"Hei! Jika kau tidak ingin turun lagi, aku akan menghancurkan semua anggurmu." Teriaknya dengan keras, sehingga didengar banyak orang. Lebih jelas lagi, teriakan itu menusuk telinga Qin yan.

Dengan mengambil botol anggurnya yang tersisa sedikit minuman didekatnya, kini Qin yan turun seperti apa yang dikatakan gadis itu.

Yah, dua tahun ini Qin yan tinggal dialam luster spasialnya sendiri. Ke 11 master sekte menyegel Qin yan, namun tidak bisa menyegel alam spasialnya. Qin yan dengan bebasnya keluar masuk dari alam nyata kealamnya sendiri ketika berburu makanan atau membeli beberapa perlengkapan tanpa diketahui siapapun.

Dua tahun juga, Qin yan melatih pasukannya menjadi lebih kuat, agar siap sedia ketika berada dalam masa perang maupun bertarung. Dengan semua metode khusus yang ia gunakan, ditambah bantuan Z yang menyediakan segala perlengkapan yang benar benar langka didunia ini. Kini pasukannya, bisa dibilang sudah berada ditingkat elit. Mungkin bisa digunakan untuk melawan pasukan Sekte.

Dari dua tahun ini, akhirnya Qin yan sudah mengumpulkan lebih dari 10 ahli tingkat raja untuk dijadikan pilar saat pergi ke turnamen antar sekte. Hanya saja, jelas itu masih kurang.

"Mau sampai kapan kau akan menghayal diatas sana!" Ucap Tang liu dengan kesal, dengan kedua tangannya dipinggang.

Walaupun ia berkotek kotek ditelinga Qin yan, tapi Qin yan tetap tenang. Menatap gadis itu yang juga ikut tumbuh bersamanya.

Tang liu, dua tahun lalu Qin yan bertemu gadis ini saat berada dihutan perbatasan kerajaan Tian lei. Saat itu dia hanyalah gadis 14 tahun yang sikapnya begitu jutek dan selalu mengabaikan Qin yan. Tapi sekarang, seiring berlalunya waktu, ia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Hanya saja, ia makin lama makin cerewet. Apalagi sikapnya yang jutek dulu, kini digantikan sikap penuh perhatian.

"Apa? Kenapa kau selalu menatapku begitu ketika aku memarahimu hah! cepat pergilah makan!" Suruh Tang liu dengan kasar, menunjuk kearah meja makan yang sudah dipenuhi banyak orang.

"Aku tidak lapar, ngomong ngomong anggurku dimana yah. Soalnya anggurku sekarang sudah habis, tampaknya aku harus membeli yang baru lagi." Qin yan berjalan melewati Tang liu, menyimpang dari arah yang ditunjuk gadis itu.

Hendak Qin yan meminum anggur ditangannya, namun dengan cepat dirampas oleh tang liu.

"Mau sampai kapan kau akan begini terus. Dua bulan ini kau belum makan apapun. Hanya meminum anggur keras untuk mengganti rasa lapar dan mengisi kesedihanmu itu. Lihatlah tubuhmu itu, dua tahun ini kau juga tak pernah mandi. Dirimu tidak pernah terurus, tubuhmu semakin kurus dan wajahmu juga semakin tirus."

Tunjuk Tang liu dengan mata yang merah, ia tidak tau lagi apa yang harus ia katakan pada Qin yan. Makin lama ia semakin lelah memarahi Qin yan yang tidak pernah mengurus diri. Rambutnya yang acak acakan seperti ijuk, baju yang sudah bau tak terganti sejak dua tahun yang lalu, dan dipenuhi bau alkohol. Tubuhnya yang semakin lama semakin kurus tinggal tulang, wajahnya yang tidak terdevinisi lagi, lekungan garis hitam terlihat jelas dibawah mata. Mata anak itu juga semakin dalam, kultinya kusut, kotor, dan warnanya hitam. Dan giginya yang kuning karena tidak pernah dibersihkan.

Tentu sesuatu hal yang pantas jika Tang liu memarahinya. Bagaimana tidak, Qin yan jarang makan. Dua tahun, seingatnya hanya 10 kali Qin yan makan. Pagi siang malam, Qin yan meminum alkohol tanpa henti. Sekarang umurnya sudah 17 tahun, tapi penampilannya kelihatan seperti paman tua bangka yang kehilangan tujuan hidup.

Selain minum, Qin yan mengisi waktunya untuk mengajari para pasukannya tanpa mengingat waktu. Bahkan kadang beberapa hari Qin yan tidak tidur, sampai akhirnya Qin yan tertidur tanpa sadar ketika dia sedang berdiri atau sedang melatih.

"Kakak, Sekarang aku berhasil mencapai tahap Elit." Dari belalakang Qin yan, She lin datang menarik bajunya. Dia adalah adik angkat Qin yan yang pernah ia selamatkan dulu saat berada dikota seperti anak yang terbuang. Umurnya sekarang sudah 10 tahun. Tidak di sangka sangka, gadis kecil yang dulunya anak polos kini tumbuh menjadi kultivator jenius yang sudah berada ditingkat Elit. Tentunya dengan Qin yan dibawah bimbingannya.

"Wah, selamat yah." Qin yan tersenyum lembut, mengelus kepala gadis itu hingga wajahnya memerah.

"Kak, bagaimana kalau kita rayakan." She lin memandang Qin yan dengan ekspresi memohon.

"Baiklah. Tapi anggurnya sudah disiapkan kan."

"Tidak ada yang namanya anggur." Belum sedetik Qin yan selesai bicara, Tang liu sudah memarahinya. Hingga tak ada cara lain selain mengikuti keinginan She lin yang ingin makan bersama Qin yan.

Seperti itulah selama ini, Qin yan hanya makan ketika dipaksa. Itupun dengan alasan merayakan kesuksesan. Jujur, Qin yan sangat senang ketika melihat murid didiknya bisa meningkat atau sukses. Jadi, walaupun hatinya sedih, ia akan kembali berseri. Walaupun tidak nafsu makan, ia akan tetap makan bersama mereka.

Begitu pula dengan orang yang diajarinya, mereka juga sangat bekerja keras tanpa Qin yan ketahui, demi mencari alasan agar guru mereka bisa makan, atau memenuhi keinginan mereka demi kesehatannya juga. Karna selama ini mereka tidak pernah melihat Qin yan berkultivasi. Sejak dua tahun lalu, ia masuk kedalam Luster spasial ini dengan tubuh basah kuyup dan kesedihan yang mendalam diwajahnya. Sejak saat itu pula, Qin yan tidak pernah tersenyum bahagia, hanya seperti ia memaksakan senyum agar orang lain bisa bahagai. Tubuhnya juga semakin kurus, membuat mereka ikut khawatir.

Saat Qin yan makan, mereka berusaha menyiapkan makanan yang paling enak, semampu yang mereka buat. Demi memuaskan laparnya. Namun, tetap saja. Selama ini Qin yan hanya makan tidak lebih dari lima sendokan sumpit. Biarpun begitu, mereka mengerti. Setelah Zhang zhenyu dan Xing yun sadar dari lukanya yang berusaha diobati mereka. Kini kisah pilu dibalik kesedihan Qin yan sudah mereka ketahui. Betapa sedihnya sampai sampai mereka semua menangis saat mendengar kisah itu.

"Hei, mau sampai kapan kau akan makan lambat seperti itu." Tatap Xing yun dengan bosan, dari tadi Qin yan makan begitu lama. Dari sumpit pertama hingga kedua membutuhkan waktu 10 menit, sela dari waktu tersebut Qin yan gunakan untuk meminum anggur.

'Anak ini, dia tidak mendengarkanku?' Batin Xing yun dengan kesal, tapi ia juga hanya menggelengkan kepalanya tak berdaya. Melihat keadaan Qin yan yang memprihatinkan, ia pun jadi ikut kasihan.

Tapi, tampaknya Qin yan juga mendengarnya. Mau sampai kapan ia akan jadi terus begini, bagaimana pandangan mereka padanya jika penampilan seperti ini. Bukankah ia ketua? Mengalahkan ketidak nafsu makan, kini Qin yan mulai menghabiskan makanan didepannya dengan lahap.

'Dia sudah mempercepat makannya yah. Tampaknya ejekan anak ini berhasil.' Zhang zhengyu, disamping Xing yun kini hanya tersenyum lucu. Gadis itu ternyata menyamar sebagai pria dimasa lalu. Jika bukan karena air kehidupan yang ia minum saat itu, mungkin dia sudah ada dialam baka.

Kedua orang ini juga mulai menjadi pasangan, perlahan Xing yun mulai melengket pada Zhengyu. Dan Zhengyu ini ternyata mempunyai nama asli Zhang Yuisha. Dia juga perlahan dekat padanya, melupakan semua kegilaannya untuk terobsesi pada Qin yan. Karena ia tahu, ia sama sekali tidak pantas baginya. Sebaliknya, ia juga terharu dengan tingkah Xing yun yang dulu juga hampir mati ditangan Master chi.

Dari bergabungnya dua orang ini, Qin yan juga akhirnya ditambahi pasukan lain. Zhang Yuisha memasukan kerajaan Angin Saljunya dan akhirnya bergabung dengan sekte yang dimiliki Qin yan. Lebih dari 1 juta jiwa bergabung dalam kelompok ini. Dua orang tingkat raja, juga berada dibawah bimbingan Qin yan untuk belajar.

Xing yun, dia adalah putra pemimpin dari suku Gunung keramat. Karena dirinya juga, akhirnya sukunya bergabung dengan sekte Qin yan. Ditambah dengan Suku terdekat mereka, Suku Maori. Juga ikut serta dalam berkemmbangnya sekte ini. Lebih dari 1000 jiwa berkumpul dari dua suku tersebut. Semuanya juga berada di alam Luster spasial ini, ditampung dan ikut mempelajari bimbingan Qin yan.

Sekarang mereka berdua juga sudah mencapai tahap Elder dari dua tahun lalu yang hanya mencapai tahap Master.

Bukan hanya Qin yan yang mengajari mereka, namun Kyuki, kyubi dan Elfes juga ikut serta dalam membimbing mereka. Berkat pil kehidupan dan Z yang menyediakan pil itu, kedua beast itu akhirnya bisa membentuk tubuh manusia mereka sendiri. Kyuki menjadi seorang pemuda dua puluh tahunan, dengan rambut biru dan dahinya yang diikat dengan pita biru membuat tampak gagah dan menjadi pujaan para wanita. Begitu pula dengan Kyubi, dia mempunyai rambut hitam panjang terurai tak terikat. Meskipun begitu, ketampanannya benar benar kelewatan. Bahkan para wanita pun pingsan saat menatap mereka.

Berbeda dengan elfes yang mempunyai tubuh pria 40 tahunan, dia seperti om om dengan pedang dipunggungnya yang selalu ia pikul.

Memikirkan itu, membuat Qin yan penasaran dimana mereka sekarang.

"Dimana Jin kei dan Yao chen?" Tanya Qin yan.

Ya. Mereka berdua juga memilih nama mereka sendiri, Jin kei adalah nama Kyuki dan Yao chen adalah nama Kyubi.

"Mereka berdua sedang melatih para murid, master?" Jawab Ling han dengan hormat. Ling han ini, dia juga sekarang telah mencapai tahap Saint sejak saat Qin yan bertemu dengannya waktu itu yang hanya mencapai tahap Grandmaster. Untuk Yuan ting, dia juga mencapai Elder. Mereka berdua sekarang telah resmi menikah diatas berkat Qin yan. Hanya saja, Qin yan masih melarang mereka punya anak atau melakukan itu sampai mereka mempunyai tempat yang layak dialam nyata.

Disaat Jin kei dan Yao chen datang, semuanya jadi berkumpul. Tang liu dan para wanita lain sibuk menyiapkan makanan untuk dimakan bersama. Lebih dari ribuan kelompok terbentuk dalam acara makan ini.

Setiap melakukan sesuatu aktifitas, Qin yan juga membagikan beberapa tugas untuk mereka. Ada yang memburu, membeli makanan, memasak sampai penjaga jam kegiatan. Semuanya diatur dengan baik disini. Qin yan hanya tinggal diam dan duduk manis, hanya mengatur dan mebimbingan mereka. Itulah yang ia kerjakan, semuanya telah teratur, tinggal menunggu turnamen antar sekte.

"Guru, aku sekarang telah mengusai gerbang pertama."

Mata Qin yan berbalik pada orang yang berbicara. Dia adalah Bi dai, murid kedua yang Qin yan rekrut dua tahun lalu. Umurnya sekarang juga 9 atau 10 tahun, tapi tubuhnya sudah dipenuhi otot otot yang terlihat begitu jelas didepan mata.

"Benarkah? Coba praktekan padaku." Tatapan Qin yan jadi penasaran mendengarnya. Gerbang pertama bukanlah teknik yang mudah dipelajari, karena itu adalah salah satu teknik pembantai dalam hukum kematian.

"Bisa, aku sekarang bisa mengimbangi Yu Zheng dalam hal kecepatan." Tunjuk Bi dai pada anak sebayanya, Yu zheng. Seorang anak berambut panjang dikuncir kebelakang, tatapannya tenang dan tajam. Dengan pedang yang ia pegang di pinggang kirinya. Tindakannya selalu ia pikirkan dulu sebelum bertindak, berbeda dengan Bi dai yang selalu ceroboh.

1 tahun lalu mereka berdua membangkitkan kekuatannya bersama sama. Meskipun waktunya tidak berbeda jauh, tapi mereka telah mencapai tingkat Knigth. Dengan cincin kuning berputar ditangan mereka. Yu zheng membangkitkan elemen Spasial dan mata kontrol. Sementara Bi dai membangkitkan elemen api.

Kemampuan Yu zheng bisa dibilang cukup langka. Karena ia bisa membuat sebuah domain yang disebut dengan Room kemudian menebas tubuh lawan dengan bebas tanpa membunuhnya. Mereka memang terpotong, tapi sebenarnya tidak, ia menggunakan skill spasialnya untuk memisahkan tubuh mereka sehingga terlihat seperti menebas tanpa darah. Dan yang paling menakjubkan juga, potongan tubuh itu melayang dan dapat disatukan kembali meskipun tidak teratur.

Namun, meskipun begitu langkah dan kuat. Ternyata anak ini juga mempunyai lawannya sendiri. Ya, Bi dai si anak ceroboh mampu memojokannya dalam jalan buntu dengan Teknik gerbang pertamanya, meskipun teknik itu belum sempurna. Tapi dengan kecepatan dan akuititas, dia bisa menjadi lawan seimbang untuk Yu zheng.

"Sudah cukup kalian berdua, mari kita makan." Panggil Qin yan menghentikan pertarungan mereka.

"Bagus, Bi dai. Tingkatkan lagi kemampuanmu, tidak lama kemudian kau bisa mengusainya. Dan kau Yu zheng, kefokusanmu dalam mengontrol jalur angin sepertinya kurang. Jika kau menguasai itu, maka kau sebenarnya bisa membaca pergerakan Bi dai." Ucap Qin yan senyuman kepada mereka berdua.

"Siap guru." Mereka berdua membungkuk dan memberi salam pada Qin yan.

"Bagus, Cepat kalian mak.... Zzzzzz" Belum sempat Qin yan menyelesaikan perkataannya, ia sudah tertidur duluan dalam keadaan terduduk dan sepotong paha ayam ditangannya. Bahkan mulutnya saja masih terdapat sisa makanan yang belum ditelan.

'Dia tiba tiba tertidur lagi yah.' Semua orang memandangnya tak berdaya, hal ini sudah menjadi kebiasaan Qin yan. Seperti penyakit yang memang sudah ada dari dulu. Semakin ia tidak tidur, maka hal seperti ini akan selalu terjadi. Semenjak Qin yan tidak berkultivasi, tubuhnya menjadi manusia biasa. Tapi kalau soal penyakit, Qin yan tidak pernah menghawatirkan soal itu. Karna energi kyubi bisa menyembuhkannya kapan saja.

"Hei! Cepat bangun!" Tang liu datang menampar Qin yan dengan keras, hingga dia jadi terbangun.

"Oh, Ukh. Jadi sampai dimana kita tadi?" Tanya Qin yan memegang pipinya yang sakit. Namun tidak ada satupun yang menjawabnya. Ketika hendak melanjutkan makan, dua orang yang Qin yan kirim untuk berburu. Kini pulang dengan luka parah disekujur tubuh mereka.

"Hei, apa yang terjadi pada kalian?"

********

Tingkatan kultivasi didunia elemen.

Putih\= Warrior

Kuning\= Knight

Biru\= Elit

Hijau\= Master

Ungu\= Grandmaster

Hitam\= Elder

Abu abu\= Saint

Merah\= Sage

Orange\= Jenderal

Perak\= King

Emas\= Emperor

Ciyan\= Semigod

Tingkat akhir dunia\= Demigod

Setiap kultivasi akan ditandai dengan cincin yang bersinar dengan ketentuan warna berbeda seperti dituliskan yang diatas.

Ada dua tipe atribut dalam kultivasi, yaitu atribut fisik dan atribut elemen.

Atribut fisik\= Kekuatan, kelincahan, kecepatan, kelenturan, mata kontrol, dan mutasi fisik.

Atribut elemen: Api, air, tanah, angin, petir, es, dan lain lain.

Hanya kekuatan yang bisa berbicara

Dua orang itu saling memandang satu sama lain, kemudian menunduk.

"Ketika kami berburu, tiba tiba ada yang menyerbu kami sehingga kami tak punya cara selain melarikan diri." Jawab mereka dengan pelan.

Namun Qin yan masih saja, menatap mereka terus menerus dengan serius. Hingga mereka sendiri menjadi gugub.

"Kalian tahukan, apa yang aku tidak suka? Bukan karena kalian lemah, atau tidak berguna. Tapi aku benar benar benci pada orang yang bersikap sombong kepada orang lain tanpa alasan. Sederhananya kalian mencari masalah duluan dengan orang yang tidak dikenal, tanpa alasan yang jelas dan hanya semata mata membanggakan diri kalian saja. Bahkan kalian tidak tau orang yang seperti apa yang kalian hina. Apa kalian melakukan hal itu?" Tanya Qin yan dengan tegas.

"Tidak master!" Jawab mereka dengan tegang, berdiri tegak dan tak bergerak.

Yao chen datang memegang bahu Qin yan yang masih menatap mereka.

"Tubuh mereka dipenuhi luka, setidaknya diobati dulu baru ditanya lagi."

Mendengar itu Qin yan menghela napas, kemudian dimensi gate terbuka lagi. Sebelum keluar, ia menatap mereka berdua sejenak.

"Awas yah kalian, jangan mempermalukan namaku jika kalian yang mencari masalah duluan. Jika jawaban kalian memang benar, aku akan menghajar mereka. Tapi kalau kalian yang salah, kalian tinggal diam disini menunggu apa yang akan kulakukan pada kalian setelah aku meminta maaf langsung pada mereka."

Kedua orang itu langsung menelan ludah mereka dengan wajah pucat. Menatap punggung Qin yan yang keluar dari dimensi gate. Mereka beberapa kali melihat Qin yan menghukum beberapa orang yang sombong seperti apa yang dikatakannya. Dan mereka tak mau merasakan hal yang sama. Jelas saja, memikirkan ekspresi Qin yan yang sangat menakutkan ketika memberi hukuman, membuat mereka begitu ketakutan.

'Anak itu, dia memberi perasaan nyaman pada orang orang. Tapi sesekali ia juga memberi aura menyeramkan untuk mereka.' Batin Yao chen tak berdaya.

Begitulah Qin yan, setiap kali ia membimbing, selalu memakai ekspresi tegas ketika memimpin. Agar tidak ada sifat sifat meremehkan diantara mereka. Ada juga aura menakutkan yang ia pakai untuk menekan muridnya ketika membuat kesalahan. Atau sikap lembut ketika muridnya melakukan kebajikan. Tanpa pilih kasih, tanpa memilih bakat atau jenius, murid dalam atau atau murid luar. Ia selalu memperlakukan mereka dengan adil dan tanpa pandang bulu.

Murid dalam seperti Yu zheng, Bi dai, She lin, dan Tang liu. Sementara murid luar adalah anggota anggota sekte yang tak bisa disebutkan namanya.

Perbatasan antara kerajaan Dandun dan kerajaan Sunmoon..

Qin yan keluar dari dimensi gatenya, matanya menengok kesana kesini. Berdasarkan dimana terakhir kali kedua anggotanya tadi masuk, maka tanah yang ia pijak ini adalah tempatnya.

'Kurasa tidak ada siapapun disini?' Batin Qin yan dengan malas, tanpa adanya gairah, ia terduduk dan bersandar diatas batu yang tinggi. Dimana ia bisa memandangi pemandangan hutan yang begitu indah karena terbentang luas dipandang mata.

Kedua tangan Qin yan di belakang kepala, digunakan sebagai bantal untuk kepalanya yang bersandar kebatang pohon. Lalu kakinya ia tekuk, dan satunya lagi berada diatas kaki lainnya. Qin yan menghirup napas panjang atas udaranya yang segar. Dibawah pohon besar yang rindang, cocok digunakan untuk berteduh. Dengan angin sepoi sepoi yang berhembus, menemani siulannya yang merdu bahkan dapat menarik perhatian para burung burung kenari. Qin yan pun tertidur dengan tenang dihutan tersebut.

"Tuk" Satu mata Qin yan terbuka, melihat anak panah tertancap kebatang pohon. Tepat disamping atas kepalanya.

'Huh.' Kedua matanya langsung terbuka lebar, ada setetes racun dianak panah itu hendak menetes tepat kemata kirinya. Dengan tenang, bola matanya bergerak kesamping, melihat beberapa anak panah lain juga melaju kearahnya.

"Tuk, tuk tuk tuk tuk" Untungnya Qin yan berhasil menghindari semua panah itu. Saat berikutnya, dari semak semak keluarlah beberapa pria dari sana. Terdapat dua perbedaan mencolok diantara mereka, setengah dari mereka sangat berotot. Memegang kapak, palu, tombak, linggis dan benda benda berat lainnya. Lalu ada juga yang kurus berprofesi sebagai pemanah.

"Jadi kalianlah yang telah melukai anak buahku yah." Pandang Qin yan dengan tajam, ia langsung tahu kalau mereka adalah orang yang ia cari. Terlihat dari tetesan racun yang ada dianak panah mereka, racun itu juga ada diluka luka kedua anak buahnya.

"Betul. Kami memang yang menyerang mereka. Apa kau ketua dari mereka?" Tanya mereka dengan tenang.

"Ya. Memangnya kenapa." Qin yan menjawab balik. Melihat mereka saling memandangi satu sama lain. Lalu menjawab Qin yan lagi.

"Sebenarnya, kedua anak buahmu telah berburu hewan peliharaan kami. Jadi sudah tentu kami marah, ditambah lagi. Tempat ini sebenarnya kawasan kami. Dan orang luar dilarang berkeliaran disini." Mereka berkata dengan ramah.

Tatapan Qin yan langsung berubah, ia kemudian menggaruk kepalanya dengan tawa ringan.

"Ah, hahaha... ^ ^ Kalau begitu maafkan kami. Aku benar benar tidak membimbing mereka dengan baik rupanya." Qin yan sedikit membungkuk kearah mereka, mengingat tampang kedua suruhannya tadi membuatnya tidak habis pikir, bisa bisanya mereka mengabaikan peringatan Qin yan.

Disaat Qin yan sedang menunduk, beberapa orang itu saling berbisik. Tidak lama kemudian senyum licik tepaut diwajah mereka.

"Hei, berlututlah pada kami. Baru aku akan mengijinkanmu pergi."

Sontak perkataan itu membuat tatapan Qin yan mengarah kemereka. Ekspresinya juga lebih tenang dan serius.

"Apa kau tidak dengar perkataan kami tadi!? Kalau dibilang berlutut, maka berlututlah!" Teman mereka menunjuk Qin yan dengan kasar.

Qin yan tidak bergerak, wajahnya hitam disertai senyum hina diwajahnya.

"Oh, jadi aku mengerti rupanya. Kedua anak buahku itu sudah meminta maaf sama seperti aku tadi yah. Tapi kalian juga meminta untuk berlutut kan?"

"Memangnya kenapa? Apa ada masalah." Mereka menjawab Qin yan dengan angkuh.

Jadi kedua anak buah Qin yan tadi terluka, pasti karena mereka menyerang secara berkelompok.

'Itu berarti, masih ada sekutu lain dibalik semak semak ini.' Mata Qin yan bergerak kiri kanan dengan tenang. Lalu ia kembali tersenyum lucu.

"Maaf yah, aku tidak bisa melakukannya. Sepertinya hukum didunia ini memang tidak bisa berubah. Jika kita menundukan kepala dengan cuma cuma, maka akan dinjak injak. Ternyata hanya kekuatanlah yang bisa berbicara yah?" Mata Qin yan menunjukan kekejaman yang dalam dimatanya.

"Huh? Apa yang dia bilang?" Pria didepan Qin yan berbalik pada rekannya, menertawai Qin yan.

"Buakh" Namun ia tidak sadar kalau tangan Qin yan sudah mencapai wajahnya.

"Krak" Pria itu terlempar kebelakang dengan rahangnya yang retak. Tangan Qin yan jadi lebih berasap, ketika habis memukul pria itu.

"Baj*ngan! Bunuh gelandangan itu!" Teriak pria yang lebih kuat. Mereka semua maju dan menyerbu Qin yan.

"Heeeh..." Qin yan menghindari setiap serangan mereka dengan santai, kedua tangannya juga berada dibelakang.

"Terlalu lambat." Ucap Qin yan dengan tenang, menangkap salah satu tangan yang menyerang. Setelah itu mematahkannya tanpa ampun.

"Krak"

"AAAAKKKHHH!!!" Teriak pria itu dengan air mata yang keluar, memegangi tangannya dengan kesakitan.

"Bukh" Lalu dilanjutkan dengan Qin yan menendang perutnya dengan ganas.

"Bukh, bukh bukh bukh bukh bukh bukh" Beberapa saat kemudian, mereka semua sudah tumbang. Menyisahkan pria terkuat dibelakang yang dari tadi hanya diam menonton. Namun sekarang ekspresinya jauh lebih parah, pandangan tajam tertuju pada Qin yan serta mulutnya yang berdecak penuh ludah. Cincin biru juga bersinar dipergelangan tangan kirinya.

"Kau...., Matilah! Elemen tanah, tonjolan tanah!" Tangan pria itu diletakkan ke tanah, setelah itu, keberapa tumpukan batu keluar dan langsung menyerang Qin yan tanpa aba aba.

*******

Terimah kasih karna mau membaca, sesekali vote lah abang abang ^ ^ .Biar cerita ini bisa lebih dilihat banyak orang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!