NovelToon NovelToon

Bunga Dari Surga

eps. 1~

Namaku Annisa Khumaira Rasyid, aku biasa dipanggil Nisa, aku dibesarkan dilingkungan pesantren. Ayahku seorang kiayi, K.H Abdul Rasyid, pimpinan pondok pesantren Al-Isra, pondok pesantren terbesar dikota kami. Ibuku juga sering mengajar di pesantren, dan mengurus kebutuhan pesantren, ibu sering dipanggil umma Fatimah oleh semua penghuni pondok. Begitu pula aku, anak nya.

Aku anak bungsu dari 5 bersaudara. Kakak pertamaku Mas Fatih sudah menikah dengan Mbak Ayu dan tinggal berdekatan dengan kami, yang kedua Mbak Rahma sudah menikah dengan Mas Arya dan tinggal di Sukabumi, yang ketiga Mbak Salma sudah menikah dengan Mas Farhan dan tinggal tidak jauh dengan kami, dan yang keempat Mas Ridwan dan Mbak Risma dan tinggal di pekanbaru jauh sekali dengan kami.

Pagi hari, seperti biasa Aba sudah menjadi imam subuh di masjid ponpes selalu duduk di meja makan menunggu sarapan siap sambil menyeruput teh buatan umma.

"Umma, apa nisa sudah siap?" Tanya Aba pada Umma yang sedang masak didepan kompor. Umma kebingungan dengan maksud Aba

"Sudah siap apa toh Aba? Nisa tidak ada mengajar pagi di ponpes, tapi Nisa akan mengisi kajian di kampung sebelah" jawab Umma yang sebenarnya bingung dengan maksud Aba

"Bukan itu, Umma. Tapiii..." Aba terdiam sejenak melihat Umma yang seketika membalikan badan jadi menghadap Aba.

"Tapi apa toh Aba ini?" Umma sangat bingung sebenarnya

"Apa nisa sudah siap menikah apa belum ya Umma?" Jelas maksud aba.

"Ko Aba tiba-tiba tanya itu toh?" Jawab Umma sembari menaruh makanan di meja

"Nisa belum ada yang melamarnya, dan Nisa juga belum mengatakan apapun perihal itu Aba" tambah Umma sebelum Aba menjawab

"Aba ingin menikahkan Annisa pada lelaki pilihan Aba" lanjut Aba

"Di jodohkan maksud Aba?" Tanya umma yang terus menyiapkan sarapan sedari tadi

"Begitulah. Tapi apakah Nisa pantas untuk lelaki ini?" Dengan ekspresi Aba seperti berfikir

"Lelaki itu siapa? Siapa yang Aba maksud?" Umma makin penasaran, semulia apa lelaki ini sampai-sampai Aba takut kalau Nisa anak yang begitu sholeha dan sangat menjaga kehormatannya ini diragukan untuk bersanding dengannya."

Aba hanya terdiam tidak menjawab Umma dan hening.

Tiba-tiba pecahlah keheningan itu saat Nisa masuk ke ruang makan.

"Aba, Umma maaf ya Nisa baru beres mencuci pakaian" sambil memandangi ekspresi Aba dan Umma yang hanya sama-sama terdiam, Nisa yang tidak pernah melepas cadar dan baju dress panjang serba menutup tubuh nya itu pun terdiam.

"Aba, Umma? Apa ada masalah?" Tanya Nisa kembali dengan halus sambil memegangi tangan ibunya itu

"Tidak ada sayang" jawab Umma lembut sembari menatap wajah anaknya itu, di ikuti dengan Aba yang tersenyum, lalu Nisa hanya mengangguk.

Jam menunjukan pukul 06.00, seperti biasa Nisa dan keluarga sudah mulai sarapan karena mereka akan sibuk sekali.

"Oh iya Umma, hari ini Aba akan di yayasan dulu. Untuk jadwal Aba mengajar di ponpes tolong di gantikan oleh ust. Muslim saja ya" tiba-tiba Aba berkata seperti itu, Umma hanya mengangguk karena sedang mengunyah makanannya.

Nisa membantu Umma membereskan meja makan, Aba berjalan menuju ruangannya seperti ruang kerja. Tiba-tiba suara ponsel terdengar, itu suara ponsel Aba.

"Assalamu'alaikum yaaa anak muda" tiba-tiba terdengar suara aba

Setelah itu tidak terdengar lagi karena Aba menutup pintu ruangannya

eps. 2~

Nisa yang sedang mencuci piring tiba-tiba bertanya pada umma

"Umma, sebenarnya ada apa tadi sewaktu nisa ke ruang makan kok umma dan aba saling diam?" Tanya nisa yang sebenarnya penasaran, dan biasanya umma selalu curhat kepada anak bungsunya ini

Sembari tersenyum umma menjawab "nisa, apa kamu sudah siap berumahtangga?"

Nisa langsung memandang wajah umma setelah menyimpan piring diraknya.

"Nisa ingin sekali berumahtangga umma, untuk menyempurnakan agama. Tapi umma tau kalau nisa tidak sedang menjalani ta'aruf dengan siapapun. Tidak ada yang mengajak ta'aruf juga" jawab Nisa lemas

"Apa kamu mau kalau Aba jodohkan?" Sambung Umma dengan terbata-bata sambil berpikir, masa harus dijodoh kan.

"Dengan siapa? Apa Nisa mengenalnya?" Jawab nisa dengan lemah lembut

"Umma juga tidak tau nak. Maaf sebelumnya, aba tadi mengatakan apa kamu pantas untuk lelaki ini, umma berpikir mungkin ini adalah laki-laki sholih yg amat sholih. Sehingga aba takut menjodohkan anak sholeha kita untuk dia yang lebih sholih"

Nisa hanya terdiam menundukan pandangannya didepan umma. Umma langsung memeluk Nisa yang ternyata meneteskan air mata.

"Naaak, umma selalu mendoakan mu agar berjodoh dengan lelaki pilihan Allah yang terbaik dan menjunjung tinggi agama kita" kata Umma sembari mengelus kepala Nisa.

"Aaammiinnn ya rabbal'alamin" ucap Nisa mengaminkan doa ibunya, sembari mengusap air matanya.

Jam menunjukan pukul 7.30, Nisa bergegas berangkat untuk mengisi kajian di pengajian ibu-ibu kampung sebelah.

Nisa sangat dihargai layaknya seorang ustadzah, dan sangat di kagumi oleh semua orang. Karena berasal dari keluarga yang memang terpandang seorang kiayi besar, turun temurun memegang pesantren Al-Isra itu.

Dan memiliki Yayasan Anak Yatim yang baru berdiri 10 tahun, berkat seorang dermawan yang tidak pernah tau siapa. Bahkan Nisa dan umma juga tidak pernah melihat seperti apa orangnya.

Yayasan itu selalu membagi zakat untuk anak-anak yatim dan memberikan fasilitas untuk anak yatim yang ingin bersekolah di ponpes Al-Isra tersebut. Bangunan yayasan dan ponpes masih satu lingkungan, milik kakek Nisa yang di bangun di tanah yg luas.

Jam sudah menunjukan pukul 10.30, selesai acara pengajian itu nisa segera kembali ke ponpes untuk mengajar, ia mengendarai mobil maticnya sendirian. Sesampainya di ponpes, Nisa melihat mobil mewah yang berdatangan menuju kantor yayasan.

"Pasti itu tamu aba" pikir nisa, sembari memarkirkan mobil sederhana nya di dekat kelas ponpes, dan segera turun untuk memasuki ruang kelas karena muridnya pasti sudah menunggu.

Nisa mengajar Aqidah, dan mata pelajaran bahasa Inggris. Ponpes Al-Isra juga tidak ketinggalan zaman, walau pesantren tapi tetap ada pengetahuan duniawi nya.

Seperti biasa Nisa mengajar sampai waktu mendekati dzuhur, setelah itu Nisa mengajak semua santriwatinya untuk berjama'ah sholat dzuhur dan istirahat makan siang.

Saat Nisa akan mengambil makan siang di kantin Ponpes, tiba-tiba ponsel Nisa berdering.

Tertulis dilayar ponselnya "Aba". Bergegas Nisa mengangkatnya

"Assalamu'alaikum aba. Ada apa aba?" Langsung tanya Nisa

"Walaikumsalam ndo, cepat kemari ndo" to the point nya aba

"Tp Nisa mau makan siang bersama santriwati disini aba" jawab nisa

"Disini aja ndo, bersama aba dan tamu aba" jelas aba sambil mematikan panggilan teleponnya.

Nisa yang kebingungan langsung terburu-buru sambil berlari-lari kecil menuju ruang makan besar untuk tamu-tamu, yang berada diantara yayasan dan ponpes.

Nisa mengetuk pintunya. Terlihatlah Umma yg membuka kan pintu tinggi besar itu.

"Masuk nak" seru umma sembari memegang tangan Nisa.

Nisa masih bingung sekaligus sangat malu, karena semua mata tertuju padanya sekarang.

Tampaklah 3 orang lelaki yang menggunakan setelan jas rapi, dan 2 orang wanita yang 1 menggunakan dress syar'i berwarna pink dan yg 1 ibu-ibu separuh baya yg menggunakan dress syar'i berwarna biru gelap. Tetapi tidak menggunakan cadar seperti Nisa dan Umma.

eps. 3~

Kedua wanita itu berdiri menyambut Nisa, dan menyodorkan tangan untuk bersalaman.

Nisa menyalami Ibu Sarita terlebih dahulu, menyapa sekaligus berkenalan.

"Saya Annisa, bu" kata Nisa lemah lembut

"Panggil saya, umi. Umi Sarita" jawab umi Sarita dengan logat Malaysia.

Sepetinya orang Malaysia batin Nisa dan menganguk mengiyakan Umi Sarita. Lalu menyalami wanita muda yang sedari tadi berdiri disebelah Umi.

"Haloo, saya Shaina. Anaknya Umi" suaranya lembut, tetapi logatnya berbeda dengan Umi Sarita, ini seperti Bule yang sering ngomong Bahasa Inggris dengan fasih logatnya. Kebingunganlah Nisa.

Belum lagi 3 orang lelaki yang dari tadi memperhatikannya.

Nisa hanya menyalaminya dari jauh dan berkata

"Saya Annisa, putri Aba K. H Abdul Rasyid" Nisa yang lagi memperkenalkan dirinya

Semua lelaki itu hanya tersenyum.

Aba langsung mengambil alih untuk berbicara, sedangkan Nisa dan Umma duduk disebelah Aba.

"Nisa, ini Nak Alfath" sembari menunjuk kepada pria berwajah bule, dengan potongan rambut yang rapi. Menggunakan kaos hitam dan jas hitam, celana kekinian dan sepatu cassual ala anak muda. Jauh dari kesan Sholih dan lingkungan pesantren yang rata-rata menggunakan sorban dan segala macam.

"Ini Pak Ahmed John Swain" sembari menunjuk ke pria paruh baya dengan baju rapi seperti kantoran.

"Dan yang ini Nak Rio, asisten sekaligus sekertaris nak Alfath" lanjut aba.

Batin Nisa menerka-nerka, jadi sepertinya yang bosnya adalah Alfath. Sambil Nisa tersenyum yang hanya terlihat dari matanya.

Nisa terus bertanya-tanya, kenapa aba mengajaknya untuk makan siang bersama mereka tamu aba.

Aba tidak pernah sebelumnya untuk memperkenalkan Tamu-tamunya kepada Nisa, karena memang tidak ada keperluan yang bersangkutan dengan Nisa.

Makan siangpun berlangsung, tidak ada suara. Yg terdengar hanyalah decitan sendok dan garpu.

Akhirnya selesai makan siang ini. Batin Nisa

Nisa ingin segera keluar dengan beralasan akan mengajar kembali.

"Aba, Nisa harus kembali mengajar kelas selanjutnya" bisik nisa pada aba

"Bukankah tidak ada jadwal kamu lagi ndo?" Jawab aba

"sudah diam dulu disini ya" pinta aba langsung sebelum Nisa menjawabnya.

Nisa hanya terdiam dan langsung duduk lagi.

"Jadi begini nak Annisa..." Tiba-tiba suara lantang khas bule pak Ahmed memecahkan suasana

"Saya ingin Nak Annisa, berta'aruf dengan putra kami Alfath Muhammad Swain" lanjutnya

Nisa sangat terkejut. Tidak menyangka sekali akan ada yang mengajaknya ta'aruf dengan seorang pria berpakaian seperti ini, gaya Alfath yang cassual jauh dari bayangan Nisa tentang jodoh yang ia inginkan.

"Nisa, ini yang di maksud aba tadi pagi" lanjut Umma

Semakin kaget saja Nisa mendengarnya. Ia tidak menyangka kalau Aba akan menjodohkannya dengan pria yang ia anggap jauh dari pakaian agamis.

Nisa hanya menunduk. Ia ingat dengan kata-katanya kepada umma, Nisa tidak bisa menolak langsung. Nisa hanya mengangguk. sebenarnya mereka ini siapa kok Aba tiba-tiba ingin sekali menjodohkannya dg Nisa.

"Nak Annisa, umi mau nak annisa tidak menolak. Umi sangat ingin nak Annisa jadi mantu umi" tiba-tiba sela Umi Sarita dengan logat kentalnya.

Nisa hanya bisa tersenyum malu, dan belum siap untuk mengatakan IYA.

"Ayo ndo ngobrol dulu dengan nak Alfath. Siapa tau kalian ada yang ingin tahu satu sama lain" Ucap Aba, sembari memegang pundak Nisa anaknya itu.

Nisa hanya tersenyum malu saat, aba bilang seperti itu.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!