NovelToon NovelToon

PEDANG SUCI KALIMASADA

Asal Muasal

Tepatnya di sebuah desa kecil bernama Desa Kembang Kantil,desa itu terkenal dengan sebutan Desa Dukun.Di namakan desa dukun karena banyak dukun dukun sakti yang tinggal di Desa Kembang Kantil.

Pohon kantil pun menghiasi jalan ,aroma harum semerbak mulai tercium,ketika berkunjung ke desa Kembang Kantil.

Para dukun saling bersaing untuk menjadi yang paling sakti,bahkan tak segan segan mengorbankan anak istri untuk tumbal kesaktian mereka.Tamu tamu pun datang silih berganti .Kebanyakan tamu yang datang adalah orang jauh.Banyak di antara mereka yang meminta kekayaan,jabatan ataupun jodoh.

Sementara di ujung kampung terdapat sebuah surau yang terbuat dari kayu beratapkan ilalang.Terlihat beberapa orang sedang mengaji al qur,an dan anak anak kecil sedang belajar hafalan surat pendek.

Terlihat seorang lelaki paruh baya dengan memakai sorban sedang memberi ceramah kepada beberapa orang warga.

Walaupun hampir 90 persen di huni para dukun namun masih ada warga yang taat untuk beribadah dan menjauhi perbuatan musyrik.Lelaki itu bernama kiai Basyori .Beliau mempunyai seorang putra bernama Umar yang berumur 15 tahun dan istri bernama Zubaedah.

Semakin lama para warga pun semakin banyak yang pergi ke surau untuk belajar agama.Hingga akhirnya para dukun mengadakan pertemuan diam diam dan berencana untuk menyingkirkan Kiai Basyori.

Para dukun berusaha menyantet Kiai Basyori,namun usaha mereka sia sia.Kiai Basyori adalah orang yang taat dan selalu berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT, jadi wajarlah sihir atau santet tidak dapat mencelakainya.Setelah gagal mencelakai kiai Basyori ,mereka kali ini menggunakan cara licik untuk menfitnah kiai Basyori dan keluarganya.Para dukun mulai melancarkan aksinya ,mereka menyantet beberapa penduduk hingga tewas dan mengkambing hitamkan Kiai Basyori.

Mula mula para penduduk tak percaya ,namun para dukun terus menghasut warga hingga akhirnya,warga termakan omongan para dukun.

Warga beramai ramai mendatangi rumah kiai Basyori namun rupanya rumahnya sepi tak berpenghuni.Sementara kiai basyori rupanya sedang berada di kebun bersama istri dan anaknya.

Seorang tetangga kiai Basyori datang dengan tergopoh mengabarkan situasi yang terjadi.

Kiai Basyori terkejut bukan kepalang ketika mengetahui bahwa ia di cari warga untuk di adili.

Kiai Basyori akhirnya pergi bersama tetangganya menuju rumahnya.Sementara Zubaedah dan Umar di larang Kiai Basyori untuk pulang dan tetap berada di kebun.Zubaedah nampak begitu khawatir ketika Kiai Basyori pergi meninggalkanya,sementara Umar hanya terdiam dan kebingungan menghadapi situasi yang terjadi.

Kiai Basyori menuju kerumunan warga yang sedang terbakar amarah,beliu pun berusaha untuk menenangkan situasi.Namun kali ini para dukun kembali mempengaruhi warga,mereka pun akhirnya menyerang Kiai Basyori dengan brutal.Kiai Basyori berusaha sekuat tenaga menahan warganya.Kiai Basyori berdiri dengan kokoh dan membaca doa,warga yang berusaha menyerangnya terpental .Semakin mereka berusaha mendekati Kiai Basyori sebuah kekuatan besar melempar para warga.Kali ini para dukun beraksi mereka menggabungkan kekuatan mereka dan berusaha menghancurkan pagar pelindung milik Kiai Basyori.

Kiai Basyori tetap tenang dan terus membaca zikir dan Sholawat mengharap perlindungan hanya kepada Allah semata.

Usaha para dukun pun gagal,namun tiba tiba suara seorang wanita memanggil namanya,rupanya zubaedah datang dan langsung di amuk warga.Kiai basyori segera berlari untuk menyelamatkan istrinya dari amukan warga.

Sungguh warga seperti kesetanan dan tidak berperikemanusiaan mereka menarik tubuh Zubaedah dan terus memukulinya.

Sementara langkah Kiai Basyori di hadang oleh ke empat dukun yang kembali menyerangnya.Kali ini Kiai Basyori tidak dapat membuat pagar pelindung ,karena konsentrasinya pecah mendengar jeritan istrinya.Para dukun pun dengan mudah mengalahkan Kiai Basyori.

Seorang dukun menyuruh warga untuk menyulut api dan membakar rumah Kiai Basyori,mereka lalu melempar Kiai Basyori dan istrinya yang masih hidup ke dalam api yang menyala .

Sementara Umar menyaksikan semua kejadian yang menimpa ayah ibunya dari dalam semak semak.Ia bersembunyi dan terus berusaha menahan air matanya .Rupanya seorang warga melihat Umar sedang bersembunyi disemak ,tanpa belas kasih ia menyered tubuh Umar ke tengah tengah warga.

Umar pun hanya menangis dan berteriak teriak minta di ampuni para warga,sebagian warga pengikut Kiai Basyori kali ini mencoba menahan mereka agar tidak mencelakai Umar.

Namun para dukun mengancam para warga pengikut Kiai Basyori untuk tidak melawan atau mereka akan celaka.Akhirnya para pengikut Kiai Basyori hanya diam dan berurai air mata menyaksikan tubuh Umar di sered dan di lempar ke api yang menyala.

Seorang lelaki berjubah putih tiba tiba melayang dan menangkap tubuh Umar sebelum menyentuh api dan membawa umar melayang meninggalkan kampung Kembang Kantil.

Para warga pun mulai meninggalkan lokasi ,setelah berhasil membakar rumah serta kiai Basyori bersama istrinya mereka kembali ke rumah masing masing .sementara Pengikut Kiai Basyori masih berusaha memadamkan api ,namun karena api telah menjalar rumahpun hangus bersama kedua tubuh Kiai Basyori dan Zubaedah.

Warga pun mengangkat kedua jasad yang telah gosong,setelah di madikan dan di kafani mereka membawa kedua mayat ke surau untuk di solati .Kemudian warga menggotong kedua jenazah untuk di kuburkan di sekitar rumah yang terbakar.

Niat pengikut Kiai Basyori akan memakamkan jazad beliau di pemakaman desa,namun para dukun dan warga melarang dan kembali mengancam mereka.

kiai Sidik Abdullah

Bayangan putih menyambar tubuh Umar sebelum masuk ke dalam api.Sementara pengikut kiai Basyori masih bingung, karena semenjak terbakarnya rumah Kiai Basyori mereka hanya menemukan tubuh Kiai Basyori beserta istrinya.

Sementara tubuh Umar tak mereka temukan.Banyak yang menduga bahwa Umar masih hidup.Tapi sebagian besar pengikut kiai Basyori menduga kalau Umar ikut terbakar dan menjadi abu.

Seorang pria berjubah putih membopong tubuh Umar yang lemas,pria itu berlari secepat kilat dan berhenti di sebuah bangunan yang cukup besar.

Di dalamnya terdapat banyak orang yang sedang mengaji,rupanya bangunan itu adalah sebuah pondok pesantren .Di depan pintu masuk tertulis namanya pondok pesantren Al Hikmah .

Seorang pemuda membantu pria berjubah membawa tubuh Umar masuk ke dalam kamar.Umar kemudian di baringkan .pamuda itu pun menanyakan kepada pria berjubah siapa gerangan yang ia bawa.

"Romo kiai ,siapa gerangan anak ini dan kenapa tubuhnya penuh luka,"tanya Musa.

Kiai Sidik,"anaku Musa dia adalah anak sahabatku Kiai Basyori,tubuhnya penuh luka karena di pukuli warga,kedua orang tuanya juga telah di bunuh warga,untunglah Allah masih memberikan umur kepada Umar ,jadi romo menyelamatkanya sewaktu warga akan membakarnya hidup hidup".

Mendengar jawaban dari ayahnya Musa mengepalkan tanganya ia nampaknya sangat geram setelah mengetahui kejadian yang sebenarnya.

Kiai Sidik Abdullah pun kembali menyambung ceritanya.

Kiai Basyori adalah teman karibnya,rupanya mereka sejak kecil bersama dan sama sama mengaji serta berguru di Pondok Al Hikmah.

Kiai Basyori menikahi seorang wanita bernama Zubaedah yang berasal dari desa Kembang Kantil,sehingga beliu pun ikut bersama istri tinggal di kampung Kembang Kantil.

Sementara romo sendiri harus menggantikan kakekmu untuk mengurus pondok pesantren.Sudah hampir sepuluh tahun romo berpisah dengan Kiai Basyori semenjak beliau pergi bersama istrinya.

Karena kesibukan romo yang harus mengurus pondok,hingga suatu malam rompo memimpikan beliau ,meminta agar datang ke Desa Kembang Kantil.Dalam mimpi itu Kiai Basyori menyerahkan anaknya untuk di asuh dan di didik di pondok pesantren,supaya menjadi anak yang soleh dan menjadi kebanggaan orang tua.

Ternyata itu adalah sebuah pertanda bahwa beliau akan meninggalkan dunia yang fana.Kiai Sidik meneruskan ceritanya.Rupanya kerinduanya harus musnah ketika sampe di desa Kembang Kantil,bukanya bertemu dengan sahabatnya ,namun yang terjadi sungguh sangat tidak terduga.

Romo tak sempat menyelamatkan Kiai Basyori dan Zubaedah karena saat romo sampe keduanya sudah terbakar ,untunglah anaknya belum di masukan ke dalam api dan tepat ketika romo sampe romo melihat sebuah tubuh melayang masuk ke dalam api,romo pun buru buru menangkapnya dan membawa pergi tanpe sepengetahuan warga.

Mungkin mereka menduga bahwa anak itu telah menjadi abu.

"Musa anaku,anggaplah dia seperti adikmu sendiri romo juga sudah berjanji dalam hati,akan mendidiknya dan menjadikanya seorang pemuda yang berahlak mulia,dan menjadikanya pemuda yang tangguh,"ucap kiai Sidik.

Musa pun berjanji akan menganggap anak sahabat romonya seperti adiknya sendiri,ia juga akan ikut mendidik dan mengajarkan semua apa yang telah ia pelajari kepada anak Kiai Basyori.

Kiai Sidik mengelus rambut Musa ,beliau begitu bangga dengan Musa yang tumbuh menjadi pemuda yang soleh.

Umar pun terbangun dan menangis dengan begitu keras,ia kembali teringat akan perlakuan warga kepada dirinya dan kedua orang tuanya.

Kiai Sidik segera mendekati Umar,beliau memeluk Umar dengan erat.

"Anaku siapa gerangan namamu,aku adalah sahabat ayahmu Kiai Basyori,namaku Sidik Abdullah dan ini anaku Musa,aku akan merawatmu seperti anaku sendiri,"ucap kiai Sidik.

Umar,"namaku Umar kiai".jawab umar sambil terbatah batah .

Musa kini mendekati Umar dan memeluknya,di dalam pelukan Musa, Umar merasa damai ia pun menghentikan tangisnya.

Musa kembali membaringkan tubuh Umar dan menyuruhnya beristirahat,sambil mengoleskan obat luka di sekujur tubuh Umar.

Belajar bela diri

Umar masih terus di hantui wajah ayah dan ibunya ketika di hakimi warga dan di masukan ke dalam api yang menyala.

Dadanya serasa sesak menahan marah atas perlakuan warga Kembang Kantil terhadapnya serta kedua orang tuanya.

Umar pun mulai diliputi rasa dendam kepada semua warga yang terlibat atas pembunuhan ayah dan ibunya.

Wajah wajah pembunuh satu persatu nampak jelas dalam ingatanya,lebih lebih kepada para dukun yang terus mempengaruhi warga.Air mata Umar tanpa sadar sudah membanjiri bajunya,sudah hampir sepekan lamanya ia terus menangis.

Musa pun datang menghampiri Umar sambil terus menasehatinya.Musa menyuruh Umar agar ia tak larut dalam kesedihan ,karena masa depanya masih panjang.

Musa pun berkata bahwa Umar harus menjadi anak yang tangguh,setidaknya para pembunuh orang tuanya harus di bikin jera ,agar sekiranya tidak menimpa orang lain.

Umar pun nampak bersemangat ketika Musa menawarkan diri untuk melatih Umar berlatih silat. Seketika Umar menghapus air matanya dan mengajak Musa untuk segera mengajarkan silat kepada ditinya.

Musa tersenyum ,kemudian ia mengajak Umar menuju belakang pondok.Sebuah tempat yang biasa di jadikan tempat berlatih silat para santri Al Hikmah.

Musa memperagakan beberapa gerakan kepada Umar,yang dengan cepat dapat di kuasainya.Karena Umar sendiri juga giat berlatih bersama mendiang ayahnya Kiai Basyori.

Musa pun memuji Umar,karena dengan cepat semua gerakan yang ia ajarkan dapat di kuasai Umar dengan begitu sempurna.Bahkan Umar nampak begitu menikmati semua gerakan yang di ajarkanya.

Bahkan gerakanya sangat bertenaga seperti gerakan ayahnya ,Kiai Sidik Abdullah.Bahkan Musa pun harus berlatih berbulan bulan untuk menyempurnakan gerak silatnya.

Sekali lagi Musa menyuruh Umar kembali mengulang gerakan silat yang telah ia ajarkan dan lebih berkosentrasi.Kali ini Umar pun memperagakan jurus jurus yang Musa ajarkan dengan lebih di hayati dan berkonsentrasi penuh.

Musa memperhatikan semua gerakan Umar dengan seksama,ia kemudian mengambil sebuah batang pohon seukuran lenganya lalu melemparnya dan menyuruh Umar untuk konsentrasi dan memukulnya.

"Dooorrrr,dooorr".

Kayu itu hancur berkeping keping,Musa terbelalak melihat kejadian di depan matanya.Ia menggeleng gelengkan kepalanya karena melihat Umar yang berhasil membuat dahan kayu hancur berantakan.

Musa masih merasa tak percaya melihat Umar yang baru berumur sepuluh tahun bisa menguasai ilmu dasar tenaga dalam hanya dalam satu kali berlatih.Musa pun harus berlatih selama bertahun tahun hanya untuk menyempurnakan gerakan yang di ajarkan ayahnya.

Bahkan untuk menghancurkan sebuah benda ia harus berlatih hampir tiga tahun lamanya.

Musa pun berani bertaruh bahwa Umar akan tumbuh menjadi pemuda yang tangguh dan di segani banyak orang.

Musa menyuruh Umar untuk menyudahi latihanya,dan mengajaknya untuk makan bersama santri santri pondok pesantren Al Hikmah.

Beberapa santri terlihat memandang Umar dengan sinis,beberapa di antara mereka juga terlihat menertawai Umar yang tubuhnya penuh luka.

Para santri mengira bahwa Umar adalah anak yang bandel dan hobi berkelahi ,hingga orang tuanya memasukanya ke dalam pondok.

Umar hanya tertunduk menahan malu sambil berjalan menuju tempat duduknya,Musa pun memasang muka sangar dan memberi isyarat kepada para santri untuk tidak meledek Umar.

Setelah Kiai Sidik masuk,musa pun memimpin doa ,lalu kemudian makan bersama pun di mulai.Umar begitu lahap menyantap makanan tanpa ia sadari ia sudah menambah nasi di piringnya ,sementara santri yang lain baru menghabiskan separuh makananya.

Rupanya Umar sudah hampir sepekan tidak napsu makan ,karena ia terus mengurung diri di dalam kamar,bahkan makanan yang di bawa Musa untuk ia makan kadang sampe basi .

Kiai Sidik nampak begitu gembira melihat Umar makan dengan lahap.

Setelah acara makan selesai Kiai Sidik berdiri dan mengenalkan Umar kepada semua santrinya.Kiai Sidik mulai berbicara.Ia mengucap salam dan para santri menjawabnya.

"Wahai anaku sekalian,kali ini kita kedatangan teman baru ,dia bernama Umar ,ia berasal dari Desa Kembang Kantil,ayah ibunya telah wafat di bunuh secara keji oleh warga kampung karena fitnah.Ayah ibunya di bakar hidup hidup,bahkan Umarpun sudah di lempar ke dalam api.Tapi untunglah Allah masih melindunginya,sehingga ia bisa berada bersama kalian.

Kiai Sidik juga sekalian memberi tausyiah kepada para santrinya ,supaya mereka menjauhi perbuatan fitnah .Karena bahayanya sangat besar baik untuk individu ,atau masyarakat bahkan negara bisa hancur karena adanya fitnah.

Kiai Sidik juga menukil sebuah hadis yang menyebutkan bahwa fitnah lebih kejam dari membunuh.

Maka dari itu anak anaku sekalian kita harus menjauhi perbuatan yang sangat di tentang oleh Allah dan Rosul NYA.

Dan saya berpesan agar para santi mau melindungi Umar ,karena ia kini sebatang kara.

Mendengar kata kata dari Kiai Sidik para santri banyak yang meneteskan air mata,bahkan kini satu persatu santri maju dan memeluk Umar.Umar pun kini ikut berlinang air mata mengingat kembali kejadian yang ia alami.

Musa pun ikut terharu menyaksikan para santri memeluk Umar,mereka juga berjanji akan menganggap umar seperti adik mereka sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!