•
•
•
Barra Malik Bramantyo adalah seorang aktor sekaligus model papan atas yang tengah naik daun di dunia hiburan dan perfileman tanah air. Karier nya semakin cemerlang di saat ia telah berhasil meraih beberapa penghargaan bergengsi di seluruh stasiun televisi.
Barra, seorang lelaki berusia dua puluh delapan tahun itu memiliki kehidupan yang sangat bebas. Selain karena dia adalah seorang yang sedang terkenal di dunia hiburan, Barra juga di kenal sebagai putra tunggal dari pengusaha terkenal se-Indonesia.
Kekurangan kasih sayang dari kedua orang tua, menjadikannya tumbuh menjadi seorang anak laki-laki yang hidup dengan penuh kebebasan. Barra, selain karena memiliki wajah yang tampan dan rupawan, ia juga memiliki banyak harta termasuk dengan semua fasilitas mewah yang di berikan oleh kedua orang tuanya semenjak dari kecil.
Selalu menghambur-hamburkan uang, membuat pesta di setiap weekend, bahkan ia terkenal dengan julukan sang pemain cinta. Banyak wanita muda, cantik dan seksi yang satu profesi dengannya pernah menjalin kasih. Tapi .. hubungan itu tidak pernah bertahan lama karena Barra tidak pernah mau berkomitmen dengan siapapun.
Pun dengan dunia malam yang tidak pernah ia lewatkan di kala mempunyai waktu lenggang. Barra selalu menghabiskan waktunya berada di klub malam bersama teman-temannya hanya untuk bersenang-senang.
Di depan media pun, Barra tidak pernah bisa menjaga imagenya sebagai seorang publik figur.
Telah banyak berita skandal yang beredar mengenai tentang dirinya. Barra tidak pernah perduli tentang kabar miring yang beredar di luaran sana. Tidak masalah baginya jika reputasi nya sebagai seorang pekerja dunia hiburan pun harus berakhir. Barra selalu bisa mengatasi dirinya sendiri karena ia dan keluarganya adalah orang yang sangat berpengaruh di Indonesia.
Sebagai anak tunggal dari keluarga pembisnis, kesibukan kedua orang tuanya yang sering bolak-balik ke luar kota hingga luar negri pun, menjadikannya tumbuh menjadi seorang anak yang memilih untuk hidup bebas. Apapun akan ia lakukan demi untuk kesenangannya sendiri.
Berita tentang dirinya yang beredar luas di luaran sana telah sampai kepada kedua orang tuanya. Mereka bingung dengan sikap putra semata wayangnya itu, berbagai cara telah mereka lakukan agar putranya itu bisa berubah, tapi .. tidak ada satu pun cara itu yang berhasil.
Sebagai orang tua, Pras Bramantyo dan Karina Arum itu tetap mengawasi Barra, anak semata wayangnya itu. Meskipun mereka berdua sibuk dengan pekerjaannya, tetapi mereka ingin tetap memberikan yang terbaik untuk putranya itu.
Mereka berdua sering menggelengkan kepala dan mengusap wajah frustrasi ketika mendapat kabar mengenai putranya itu. Apalagi di saat mereka tahu, kalau Barra sering menjalin kasih dengan para aktris cantik dan model papan atas. Mereka berdua mengetahui siapa saja orang yang pernah dekat dengan putranya itu, hingga suatu hari, Karina yang sebagai ibunya pun harus terbang ke Jakarta untuk meminta gadis itu menikah dan bisa merubah kehidupan putranya itu. Tetapi sebelum itu terjadi, Tiba-tiba saja Barra sudah mengenalkan gadis lain ke hadapannya.
Ya, ibunya itu menyerah. Ia tidak tahu lagi cara apa yang harus dilakukan agar anak laki-lakinya itu bisa berubah?
Hingga kemudian, Pras Bramantyo yang sebagai ayahnya itu berniat untuk menjodohkan Barra dengan seorang gadis yang bernama Eira Fara Damira, anak gadis berkerudung putri dari temannya yang berprofesi sebagai seorang pengusaha kuliner dan guru mengaji di kota kembang tersebut.
• • •
Sedangkan Eira Fara Damira, yang biasa di panggil Rara oleh ibu dan ayahnya itu baru saja menyelesaikan pendidikan terakhirnya di salah satu Universitas ternama yang ada di kota Bandung. Terlahir sebagai putri pertama dari pasangan Haris Haryanto dan Widya Ningrum, Rara mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Kanayya Putri yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas.
Rara, di kenal banyak orang karena mempunyai kepribadian yang baik, berparas manis, pintar, ramah, serta lemah lembut. Rara, kini membantu kedua orang tuanya menjalankan bisnis kuliner. Karena berkat bantuannya, kini usaha ayahnya itu semakin berkembang pesat.
Rara adalah gadis yang sangat sederhana, semua karyawan yang bekerja untuknya sangat menyukai kepribadian dari gadis itu.
Hari-harinya selalu ia habiskan untuk bekerja di restoran milik keluarganya itu. Tidak lupa, setiap satu minggu sekali gadis itu sering menyempatkan diri untuk berkunjung dan memberi santunan kepada anak-anak yatim yang tinggal di Yayasan.
Rara, gadis yang baru saja menginjak dua puluh tiga tahun itu sama sekali belum memikirkan untuk menikah. Impiannya sejak kecil adalah bisa menikah dengan seorang pemuda yang akan membimbingnya menuju ridho ilahi. Rara, yang kesehariannya mengenakan jilbab modern itu memiliki banyak teman. Seperti kebanyakan gadis lainnya, Rara juga sering bertemu dan bergaul bersama dengan para sahabatnya. Tapi .. kalau untuk urusan lelaki, gadis itu memang punya batasan tersendiri. Rara selalu bisa menjaga sikapnya dengan baik di hadapan semua teman lelakinya.
Maka tidak heran kalau sebagian lelaki itu sangat mengagumi sosok gadis berhijab seperti Rara. Tapi .. entah kenapa Rara selalu menolak setiap kali ada lelaki yang mendekatinya. Dengan alasan, gadis itu tidak ingin berpacaran. Karena ia ingin menjaga nama baik dirinya dan juga keluarganya dengan tidak berpacaran. Rara yakin dan percaya kalau suatu saat nanti, tanpa berpacaran pun Tuhan akan mengirimkan seseorang yang akan menjadi calon imannya kelak.
Dan .. benar saja. Tuhan itu maha baik, tanpa berpacaran pun gadis itu akan segera di persunting oleh lelaki yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Sebagai seorang anak yang ingin melihat kedua orang tuanya bahagia, gadis itu tidak menolak saat mereka ingin mengenalkan seseorang sebagai calon suaminya.
Barra Malik Bramantyo dan Eira Fara Damira, bertemu untuk yang pertama kali dan satu minggu kemudian mereka akan Menikah Tanpa Pacaran terlebih dahulu. Mengucap janji suci di hadapan Tuhan dengan ikatan pernikahan.
Saat ijab kobul terjadi, saat itu juga Rara berjanji, kalau ia akan berusaha untuk menjadi seorang istri yang baik dan berbakti kepada suaminya itu. Apalagi ia ingat dengan permintaan kedua mertuanya itu, kalau mereka ingin, agar Rara bisa merubah kehidupan seorang Barra Malik Bramantyo, lelaki yang mempunyai kehidupan bebas di luaran sana.
Ya, dengan penuh keyakinan dan hati yang luas, gadis itu yakin, kalau suatu saat nanti ia akan bisa untuk menaklukan dan meluluhkan hati lelaki yang tidak pernah menginginkannya sama sekali.
Dengan mengucapkan kata Bismillah, gadis itu percaya kalau Tuhan akan selalu berada di dekatnya. Meskipun ia tahu, kalau yang namanya ujian hidup itu bisa datang kapan saja.
"Aku bukan orang yang lemah, dan aku tidak akan menyerah begitu saja.!"
• • •
Happy reading ..
Di bawa enjoy ya genks ..!!
**Semoga kalian suka sama cerita baru aku ..
Ingat .. para visual di atas hanyalah alat yang digunakan untuk menarik para pembaca.
Jika kalian tidak suka, tidak masalah.
Kalian bebas kok untuk menentukan siapa saja yang menurut kalian cocok untuk menjadi mereka.
Makasih buat semua yang selalu kasih aku dukungan.
Dan jangan lupa setelah membaca, tinggal kan like,komen,vote dan tekan tanda ❤ serta ⭐ juga ya?
Follow IG aku yuk @hakimparida
Sehat selalu semua ..
lopyuall** ..
•
•
•
"Selamat siang Bu. boleh saya masuk?" Ucap Sinta, salah satu karyawan yang bekerja di restorannya Eira itu.
Rara tersenyum lebar. "Masuk aja. Ada apa, Sinta?" Gadis itu meletakkan pulpen di atas tumpukan kertas yang sedang ia periksa.
"Itu .. bu, di luar ada yang mencari bapak Haris."
Rara mengernyit. "Ayah saya?"
Kepala gadis itu mengangguk pelan.
"Siapa?"
Sinta tersenyum tipis. "Saya kurang tahu, Bu."
"O .. iya udah, kalau begitu biar saya yang menemuinya." ujar Rara seraya berdiri dari duduknya.
Tak lama setelah itu, Rara dan gadis yang bernama Sinta itu keluar dari dalam ruangannya. Semua karyawan tersenyum begitu mereka berpapasan dengan sang pemilik restoran tersebut.
"Dimana orang itu, Sinta?"
"Itu, Bu." Sinta menunjuk salah satu sudut ruangan restoran tersebut. "Mereka ada di meja nomer delapan."
Tidak butuh waktu lama, Rara bisa melihat siapa orang yang di maksud oleh gadis itu. Rara melihat ke arah dimana lelaki paruh baya itu sedang duduk disana, bersama dengan seseorang yang berdiri di sampingnya. Rara yakin, kalau orang tersebut adalah bodyguard dari lelaki yang terlihat seumuran dengan ayahnya itu.
Gadis itu berjalan mendekati orang tersebut.
"Assalamualaikum .. selamat siang.!" Rara menyapanya dengan penuh hormat.
Lelaki itu segera menoleh ke arah dimana gadis itu sedang berdiri di sampingnya.
"Waalaikumsalam .. " Ia tersenyum. Lalu, menatap gadis itu dari atas sampai bawah. "Kamu ..? Putrinya Haris kan? siapa namanya ..?" lelaki itu seperti sedang berpikir untuk mengingat siapa gadis ini.
"Iya, Pak." Sela Rara cepat. "Perkenalkan nama saya Eira, bapak bisa panggil saya Rara. Dan saya putrinya pak Haris Haryanto." ia berujar dengan bibir yang tidak pernah berhenti tersenyum.
Lelaki itu tertawa, ia baru ingat kalau gadis itu adalah Eira, putri pertama dari sahabatnya yang sudah puluhan tahun tidak pernah bertemu. Dulu .. Eira adalah gadis kecil bertubuh gembil, berponi, dan juga begitu cerewet. Dan sekarang, gadis itu sudah besar, terlihat cantik, ramah dan benar-benar berubah. Bahkan, lelaki tua itu sampai tidak bisa mengenali nya sama sekali.
"Kamu .. beneran Rara?" Lelaki tua itu kembali bertanya seolah tidak percaya.
"Iya, Pak. Saya Rara."
"Oh .. ya ampun, saya benar-benar tidak bisa mengenali kamu, Ra. Ternyata kamu sudah besar dan cantik seperti ini."
Rara tersenyum kaku, sebenarnya siapa laki-laki ini? sepertinya lelaki tua itu sangat mengenali dirinya.
"Bapak kenal saya?"
Lagi, laki-laki itu tertawa. "Jangan panggil saya Bapak. Panggil saja saya Om Pras.!"
"Om .. Pras?" Rara mengernyit, menatap bingung laki-laki tua itu.
"Kamu pasti lupa dengan saya, Ra. Om ini sahabat ayah kamu dulu. Om pernah tinggal bersama kamu, sebelum Om pindah ke Jakarta."
Sungguh, gadis itu sama sekali tidak bisa mengenali siapa lelaki tua yang katanya sahabat ayahnya itu. Tapi .. ada satu hal yang membuatnya mengingatkan pada sesuatu. Dan ..
Rara menatap Pras Bramantyo itu dengan tatapan menyipit. "O .. aku ingat sekarang, Om Pras ini orang yang suka ngatain aku gendut kan?" sewot gadis itu dengan penuh selidik.
Lagi dan lagi lelaki itu tertawa. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya kalau ia akan kembali bertemu dengan gadis kecil yang dulu sering menangis karena tidak suka saat di panggil dengan sebutan gendut.
Ya, disinilah sekarang mereka berdua berada. Duduk di meja yang sama, menghabiskan waktunya hanya untuk berbicara dan bercerita tentang masa lalu. Banyak hal yang di ceritakan oleh Rara tentang ayah termasuk dengan keluarganya kepada Pras Bramantyo, sahabat ayahnya itu.
Sedangkan Pras Bramantyo sendiri, laki-laki paruh baya itu hanya tersenyum seraya memperhatikan Eira dengan lekat. Pras Bramantyo memperhatikan bagaimana cara seorang Eira bersikap, berbicara, bahkan .. ia memperhatikan dengan seksama bagaimana cara gadis itu berpakaian. Ya, Pras Bramantyo menilai kalau Eira adalah gadis yang benar-benar berbeda. Selain cantik dengan hijabnya itu, Eira adalah gadis yang baik, ramah, lemah lembut dengan penuh sopan santun.
Ya, Pras Bramantyo merasa kalau Rara adalah gadis yang tepat untuk menjadi menantunya, menjadi istri dari anaknya yang bernama Barra Malik Bramantyo.
"Ra .. ?" Panggil laki-laki tua itu seraya menyeka sudut bibirnya menggunakan kain.
"Iya, Om. Kenapa?"
"Apa kamu mau menjadi menantu saya?" Pertanyaan itu membuat gadis yang sedang memasukkan makanannya ke dalam mulut tiba-tiba tersedak begitu saja.
Beruntung laki-laki tua itu segera menyodorkan segelas air putih kepadanya.
"Makasih, Om" Ia ambil gelas berisi air itu lalu menenggaknya hingga tandas.
"Hati-hati, Ra?" ujarnya seraya terkekeh. "Gimana sama permintaan Om tadi.?"
Rara menatap wajah lelaki itu. "Permintaan apa, Om?"
"Kamu mau gak menikah sama anak, Om?"
"A - apa. Menikah?"
"Hmm .. "
Gadis itu tersenyum kaku. "Aku belum mau memikirkan itu, Om."
"Kenapa?" lelaki itu menatap Rara dengan kening yang mengkerut. "Anak Om tampan loh, dia juga seorang aktor dan model terkenal."
"Aktor?"
Kepala laki-laki itu mengangguk.
"Om ini bercanda ya?"
"Om gak bercanda, Om serius. Ra." ujar laki-laki itu meyakinkan. "Om butuh kamu, Ra?"
"Maksudnya, Om apa?"
Pras Bramantyo, lelaki paruh baya itu menarik nafas dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan. Ia tatap wajah gadis yang ada di hadapannya saat ini, entah kenapa saat melihat Eira, ia yakin kalau gadis ini bisa membuat putra satu-satunya itu berubah. Sebagai orang tua, Pras Bramantyo menginginkan yang terbaik untuk putranya itu. Dan Pras Bramantyo yakin, kalau Eira adalah gadis yang tepat untuk menjadi istri dari seorang Barra Malik Bramantyo, anak laki-lakinya itu.
"Om ingin anak Om itu berubah, Ra." Ia jeda kalimatnya. "Sebagai orang tua, memang Om dan tante Karina yang salah. Kami sibuk bekerja, hingga kami melupakan kalau kami punya anak. Dan anak Om itu .. merasa kalau selama ini ia kekurangan kasih sayang dari kami. Hingga .. ia berubah, Ra. Anak Om menjadi orang yang susah di atur, dia tidak pernah mau mendengarkan apa kata Om dan Tante. Dia lebih senang hidup bebas di luaran sana."
Bisa Eira lihat, kalau saat ini raut wajah dari Pras Bramantyo itu berubah. Lelaki paruh baya itu seperti menyesal dan menyimpan perasaan bersalah.
"Saat Om lihat kamu, entah kenapa Om merasa, jika kamu adalah gadis yang tepat buat anak Om itu."
Rara masih terdiam.
"Om butuh kamu, Ra.!"
"Kenapa Om begitu yakin sama aku?" Satu pertanyaan keluar dari bibir gadis yang sedari tadi hanya terdiam, dan membuat laki-laki paruh baya itu kembali menarik sedikit ujung bibirnya ke atas.
"Karena Om tahu siapa kamu. Om kenal kamu sejak kamu masih kecil, Om tahu seperti apa Ayah dan Ibu kamu. Kamu adalah gadis yang baik, mandiri dan juga .. kamu tidak seperti kebanyakan gadis lainnya. Om suka gadis yang berpakaian sopan seperti kamu. Kebanyakan dari mereka mendekati anak Om itu hanya untuk mengincar hartanya saja dan mencari popularitas semata."
Rara tersenyum tipis. Mimpi apa dia semalam?
Hari ini .. tiba-tiba saja datang seseorang ke hadapannya dan memintanya untuk menikah dengan anak laki-lakinya yang tidak pernah ia ketahui sebelumnya.
Dan apa? tadi Pras Bramantyo bilang, kalau anak laki-lakinya itu adalah seorang aktor dan juga seorang model.
Siapa dia?
Di saat ia sedang memikirkan siapa anak laki-laki yang di maksud oleh lelaki tua itu, di saat itu juga ia mendengar kalimat yang membuatnya membelalak tidak percaya.
"Barra Malik Bramantyo." Pras Bramantyo menyebutkan siapa nama putra tunggalnya itu.
"Apa? Dia kan .. ?" Eira tahu siapa cowok itu.
Tidak .. tidak mungkin seorang aktor yang sedang terkenal seperti Barra, mau menikah dengan gadis seperti aku?
Mimpi apa aku?
• • •
Bersambung ..
Sampai disini dulu ya genks ..
Nanti aku lanjut lagi ceritanya ..
Jangan lupa kasih like, komen, dan vote nya juga ya?
Makasih semua ..❤
•
•
•
Satu minggu yang lalu, dimana Rara dan Pras Bramantyo bertemu untuk yang pertama kali, di hari itu juga pertemuan antara Ayah dan Pras kembali terjadi. Laki-laki yang sudah sama-sama berumur itu kembali bertemu setelah sekian lama mereka berpisah dan tidak tidak pernah bertemu karena kesibukannya masing-masing.
Ya, masih di tempat yang sama, di restoran milik Haris lah mereka berdua bertemu. Pras Bramantyo tidak ingin membuang waktunya begitu saja, ia rela meninggalkan pekerjaannya demi untuk bertemu dengan sahabat masa lalunya. Satu jam yang lalu, Pras Bramantyo baru saja sampai di kota kembang tersebut setelah hampir empat jam lamanya laki-laki paruh baya itu menempuh perjalanan dari Jakarta menuju Bandung.
Pras Bramantyo dan Haris Haryanto, mereka berteman semenjak duduk di bangku sekolah menengah pertama. Pertemanan itu terjadi begitu lama sebelum akhirnya mereka berdua memutuskan untuk menikah dan menjalani kehidupan berumah tangga sebagaimana mestinya.
Mereka berdua masih tinggal di kota yang sama. Pras yang memulai karirnya sebagai seorang pengusaha kecil-kecilan, setelah di karuniai seorang anak usahanya itu semakin bertambah pesat. Dan di saat itulah Pras meninggalkan Bandung dan memilih untuk menetap di ibu kota sebagai seorang pembisnis yang telah memiliki perusahaan sendiri.
Pun dengan Haris, semenjak menikah Haris memulai usahanya sendiri di bidang kuliner. Karena istrinya yang pintar dan hobi memasak, maka disitulah awal mulanya seorang Haris membuka usaha tersebut. Haris tidak seperti Pras yang terlebih dahulu sudah di karunia seorang anak. Haris harus menunggu dan bersabar mana kala ia dan istrinya belum juga memiliki keturunan. Dan .. setelah tiga tahun lamanya sepasang suami istri menanti, akhirnya Tuhan mempercayai mereka berdua untuk memiliki seorang putri yang sangat cantik.
"Ris .. bagaimana, apa kamu setuju kalo aku meminta Eira putri kamu itu untuk menjadi menantu di rumahku?" Pras Bramantyo tidak ingin basa-basi dengan tujuannya menemui sahabat masa lalunya itu kesini. Setelah Pras dan Rara bertemu untuk yang pertama kali itu, entah kenapa Pras begitu yakin kalau Rara adalah gadis yang tepat untuk putranya itu.
Haris menarik nafas terlebih dahulu sebelum ia berujar.
"Pras .. kalo aku sih gak masalah, karena aku tahu siapa kamu, istrimu, dan keluargamu." Haris terdiam sejenak. "Tapi .. sebagai seorang Ayah aku gak mau memutuskannya sendiri. Aku harus tanya dulu sama Eira, apakah dia mau atau tidak." ujar laki-laki itu menjelaskan. "Lagian .. apa anak kamu juga mau menikah sama Eira? mereka belum saling mengenal kan?"
"Kalo itu urusan aku, Ris." Pras menyesap kopi dalam gelas itu. "Yang penting, kamu setuju dulu sama permintaan aku ini." ia taruh kembali gelas itu di atas meja, kemudian Pras mengangkat kedua tangannya, untuk ia taruh di atas meja.
"Pras .. Eira itu tidak seperti gadis-gadis yang lain. Aku sangat menyayangi dia. Aku takut jika dia menikah sama Barra .. "
"Jangan khawatir." Pras memotong pembicaraan Haris. "Aku sendiri yang akan menjamin kalo Eira akan baik-baik saja." Pras tahu maksud perkataan dari sahabatnya itu.
"Aku mohon .. kamu pikirkan dulu baik-baik. Aku sangat menyukai putri kamu itu, aku gak mau Barra menikahi orang yang salah. Kamu tahu sendiri kan, bagaimana kehidupan Barra?"
Kepala lelaki itu mengangguk.
"Aku yakin jika Barra menikah dengan Eira, dia akan berubah." Pras menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan memohon. "Percaya sama aku, Ris. Aku sendiri yang akan bertanggung jawab jika Barra sampai menyakiti putri kamu."
Haris menarik nafas dalam, ia tatap wajah sahabatnya itu. Haris percaya dengan Pras. Karena bagaimana pun Pras adalah sahabat terbaiknya, baik di masa lalu atau sekarang.
"Tadinya .. Aku berencana untuk menikahkan Eira dengan salah satu anak pemilik pesantren di kota ini." Jelas Haris kembali. "Tapi .." Haris menatap wajah Pras saat ini. "Baiklah, biar nanti aku bicarakan dulu sama Eira."
"Jadi kamu setuju, kalau Eira menikah dengan Barra.?" Entah kenapa ada perasaan lega di hatinya seorang pengusaha seperti Pras Bramantyo saat ini. Mengetahui Haris sudah memberinya lampu hijau seperti ini, Pras tidak akan membuang waktunya lagi. Ya, Pras akan memastikan sendiri, kalau Barra akan setuju untuk menikahi gadis sholehah dan cantik seperti Eira. Pras yakin, jika Barra akan menyukai Eira.
Semoga saja.
• • •
"Assalamualaikum .."
Ucap Eira saat ia masuk ke dalam rumahnya.
"Waalaikumsalam .. " Ibunya menyahut dari dalam dapur.
"Ibu .." Rara memeluk tubuh ibunya dari belakang. "Ibu lagi masak apa?" tanya gadis itu kembali seraya membenamkan wajahnya di pertolongan leher sang Ibu.
"Ra .. jangan seperti ini? Ibu kan lagi masak, lebih baik sekarang kamu mandi, ganti baju, setelah itu kita makan malam bersama ya?" ujar ibunya sembari mengusap wajah putrinya itu dengan lembut.
Rara tersenyum. "Ya udah, kalo gitu aku mandi dulu ya bu? setelah itu aku bantuin Ibu masak."
"Ya sayang .."
Setelah itu Rara meninggalkan Ibunya yang sedang memasak di dalam dapur. Ia melangkah menuju ke lantai dua dimana kamar gadis itu berada. Rara melepaskan semua pakaiannya dan segera masuk ke dalam kamar mandi. Setelah menghabiskan waktunya beberapa menit di dalam kamar mandi, gadis itu keluar dengan tubuh yang terlihat sangat segar dan wangi vanila yang menjadi ciri khasnya dari gadis itu.
Mengenakan pakaian rumahan dan kerudung instan, Rara keluar dari dalam kamarnya hendak turun ke lantai bawah. Di saat ia sedang menuruni anak tangga, Rara terkejut saat matanya menangkap sosok seseorang yang kemarin siang bertemu dengannya di restoran.
Ya, Rara mengenal siapa orang itu?
Pras Bramantyo, sahabat ayahnya sekaligus orang yang kemarin siang meminta dirinya untuk menjadi menantu di rumahnya.
Ngapain om Pras ada disini? gerutu gadis itu di dalam hati.
"Ra .. kok bengong?"
Rara terhenyak begitu mendengar suara sang Ayah.
"Kamu gak apa-apa kan?" Tanya ayahnya kembali saat melihat putrinya itu hanya diam saja.
Rara tersenyum. "Rara gak papa kok, Yah." Gadis itu turun dan berjalan ke arah dimana mereka semua sedang menunggunya untuk makan malam. Tak lupa, ia juga tersenyum kepada Pras Bramantyo yang sedari tadi hanya menatapnya.
"Om .. Pras. Apa kabar?"
"Alhamdulillah, Ra. Kabar om baik. Kamu sendiri gimana?"
Rara tersenyum lebar. "Baik juga, Om."
Setelah itu, tidak ada lagi perbincangan yang terjadi saat makan malam itu berlangsung. Mereka semua sangat menikmati dan menyantap makanannya dengan lahap. Bahkan .. Pras Bramantyo saja menyukai semua masakan yang ibunya itu buat.
Tapi .. ada satu hal yang membuat Rara penasaran dengan kehadiran Pras Bramantyo di rumahnya.
Dan rasa penasaran itu semakin bertambah saat ia melihat interaksi yang terjadi antara Ayah dan sahabatnya itu.
"Ra .. " Haris bersuara seraya menyeka sudut bibirnya menggunakan kain.
Rara mengangkat wajahnya, lalu menoleh ke arah sang Ayah.
"Ada yang ingin Ayah bicarakan sama kamu." Ujarnya kembali seraya menatap anak gadisnya itu.
Rara, gadis itu menatap sang Ayah yang kini sedang menatapnya. "Ayah mau bicara apa sama aku?"
"Ayah .. mau mengenalkanmu pada seseorang."
"Seseorang?"
"Hmm .." Kepala lelaki itu mengangguk. "Ayah ingin mengenalkanmu pada anaknya om Pras."
"Iya, Ra." Kali ini yang bersuara adalah Pras Bramantyo. "Om sudah bicara dengan ayah kamu, mengenai permintaan Om yang kemarin."
Rara, gadis itu menatap ayah dan Pras Bramantyo secara bergantian.
"Bagaimana, Ra?" tanya sang ayah kembali. "Apa kamu setuju, untuk menikah dengan Barra?"
"Rara .. " Gadis itu menurunkan pandangan matanya.
"Ayah gak akan maksa kalau kamu gak mau.?"
"Iya, Ra. Om juga gak maksa kamu."
"Ra .." sang ibu menggenggam tangan putrinya itu. "Ibu sudah tahu semuanya, dan Ibu akan mendukung apapun keputusan kamu."
Gadis itu bingung. Apa ini sudah waktunya untuk Rara menikah?
Rara ingat dengan keinginan kedua orang tuanya itu, mereka ingin agar Rara segera menikah. Dan Rara tidak bisa menolak saat Ayahnya itu ingin menjodohkannya dengan salah satu anak pemilik pesantren di dekat rumahnya, meskipun sebenarnya Rara tidak menyukai pemuda itu.
Mungkin .. ini adalah waktu yang tepat agar ia terhindar dari pemuda yang yang selalu datang menemuinya setiap hari.
Rara memejamkan matanya sekilas, lalu .. menatap semua orang yang sedang menunggu jawabannya.
"Rara .. " Gadis itu menunduk. "Rara setuju."
Bukan hanya Ayah dan Ibunya saja yang terkejut, melainkan ada seseorang yang lebih terkejut dari mereka. Siapa lagi kalau bukan Pras Bramantyo, ayah dari Barra Malik Bramantyo, laki-laki yang mungkin sebentar lagi akan menjadi calon suami untuk gadis itu.
• • •
Makasih buat semua yang udah mampir baca ..
Semoga suka sama cerita aku yang satu ini?
Jangan lupa untuk tinggalkan like, komen dan vote juga ya?
Follow IG aku juga yuk?
@hakimparida.
Makasih semua..
Salam sayang selalu ..
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!