Sudah menjadi rutinitas bagi Alexsa bangun pagi dan berangkat ke kantor sebelum jam 7. Dengan cepat Alexsa memasukkan map yang sudah disiapkan semalam. Sesekali Alexsa menoleh pada jam tangan yang melingkar cantik di pergelangan tanganya. Setelah memastikan semua sudah selesai Alexsa keluar dan memasuki lift menuju parkiran.
Alexsa Brina adalah seorang sekertaris di suatu perusahan yang cukup besar di kota ini. Bekerja di kantor memang adalah impiannya sejak kecil. Di usianya yang masih memasuki 23 tahun dia bisa diterima di perusahaan besar dan menjadi sekertaris adalah suatu kebanggaan untuknya.
Alexsa melaju mobilnya menuju kantor dengan sesekali melirik handpone menanti balasan dari seseorang. Iya Alexsa sedang menanti balasan dari sang kekasih yang juga sedang sibuk berangkat ke kantor. Laki-laki itu adalah Dikky Presetia. Mereka saling mengenal dari acara yang adakan kampus saat kuliah dulu dan sudah menjalin hubungan selama kurang lebih 2 tahun.
Tapi cinta mereka tidak mendapat restu dari Herman Dion ayah dari Alexsa. Tapi sampai saat ini Alexsa masih berusaha untuk menyakinkan kepada sang ayah bahwa Dikky adalah laki-laki yang baik.
Trutt ... Trutt..
Suara handpone yang nyaring memenuhi mobil Alexsa. Wajahnya langsung tersenyum melihat nama yang tertera di layar. Tanpa lama Alexsa cepat-cepat menyambarnya dan menggunakan earphone.
" Selamat pagi sayang" kata Dikky disana yang sudah terlebih dahulu sampai di kantor.
" Pagi sayang" sahut Alexsa sambil memperhatikan jalan yang cukup ramai.
" Kamu dimana sayang? Aku uda sampai kantor nih" ucap Dikki lagi menuju ruanganya.
" Aku uda di jalan kok sayang, bentar lagi sampai" jawab Alexsa.
" Oh yaudah,,, aku tunggu di kantor ya. Love you sayang" tambah Dikky pelan mengingat dia sedang berada di kantor.
" iya sayang, Love you to" jawab Alexsa dan mematikan sambungan telepon.
Sudah Hampir 3 bulan Alexsa memutuskan untuk tinggal di apertemen sendiri dengan alasan kepada kedua orangtuanya ingin lebih mandiri dan lebih dekat ke kantornya.
Awalnya Herman dan sang istri tidak setuju dengan permintaan putri mereka tetapi setelah Alexsa membujuk dan berjanji tidak akan membuat kesalahan mereka akhirnya memberi izin dengan catatan Alexsa harus pulang kerumah tempat tinggal Herman setiap akhir pekan. Dengan senang Alexsa pun setuju dengan persyaratan kedua orang tuanya.
Bukan hanya agar mandiri dorongan Alexsa ingin tinggal sendiri adalah agar sang kekasih yaitu Dikki dapat berkunjung kapan pun dia mau. Karena jika dirumah ayahnya Herman akan menunjukkan rasa tidak sukanya pada Dikky agar dia merasa tidak nyaman dan pergi.
Usai pulang kantor mereka berjanji untuk belanja keperluan Alexsa ke salah satu toko yang sudah menjadi langganan.
" Kamu ga bawa motor sayang?" tanya Alexsa sambil keluar dari kursi pengemudi digantikan Dikki.
" Lagi di bengkel sayang" sahut Dikki sambil memasukki mobil Alexsa dan memasang sabuk pengaman begitu juga dengan Alexsa.
Mobil merah kesayangan Alexsa pemberian sang ayah saat perayaan ulangtahunnya yang ke 22 tahun mulai melaju menuju toko.
Mereka berbincang dan di selingi suara tertawa. Setelah sampai Alexsa langsung keluar dan memasuki toko tempat biasa di belanja. Sedangkan sang pacar yaitu Dikki memarkirkan mobil sesuai dengan aturan.
Usai memarkirkan mobil dengan tepat dia pun menyusul Alexsa yang sudah mengambil beberapa keperluannya.
" Disini.. " Kata Alexsa sambil melambaikan tangannya.
Dikki yang mencari pun menoleh kesegala arah kebingungan karena banyak orang yang juga sedang belanja.
Tak menyerah Alexsa melambai lagi dan akhirnya Dikki melihat Alexsa yang sambil menahan tawa melihat wajah Dikki yang kebingungan mencarinya.
" Lucu banget muka kamu" Ejek Alexsa sambil mengambil saot tomat dan memasukkan ke dalam troli miliknya.
Dikki hanya tersenyum malu sambil mengambil alih troli dari Alexsa.
Beberapa kali Alexsa melihat lalu di kambalikan lagi ke raknya. Ciri-ciri wanita saat belanja harus memastikan semua dengan kebutuhan.
" Sayang dari tadi diliatin aja trus dikembalikan lagi" protes Dikki yang pasti sudah bosan melihat tingkah Alexsa.
" Kamu mah bawel amat" kata Alexsa sambil berdiri dan menuju kasir melihat Dikki yang sudah mulai protes ini itu.
Usai membayar semua barang yang di pilih Alexsa mereka langsung menuju mobil yang ternyata sedang gerimis.
Cepat-cepat Dikki membuka pintu untuk sang kekasih dan menyusulnya duduk di bangku kemudi.
" Rapiin dulu rambutnya" kata Alexsa sambil mengambil tisu dan mengusap rambut Dikki pelan.
" Kamu juga basah" ucap Dikki kemudian mengusap rambut Alexsa yang terkena gerimis tadi. Mereka pun saling memandang dan tersenyum.
Mobil mulai melaju dan di tengah-tengah perjalanan hujan deras menguyur kota. Jalanan mulai macet mengingat sekarang adalah jam pulang kerja.
" Macet bangat" kaluh Alexsa mengusap kaya yang berembun.
" Sabar ya sayang " kata Dikki mengusap rambut Alexsa yang panjang.
" Laper sayang" Kata Alexsa memukul pelan perutnya. Dikki pun hanya tersenyum melihat tingkah Alexsa yang manja.
Setelah drama perjalanan panjang akhirnya mereka sampai di apertemen Alexsa yang tinggi. Hujan belum reda juga.
" Sayang kamu turun di lobby aja ya, biar aku yang parkirin mobil" kata Dikki tak ingin Alexsa ikut terguyur hujan.
" yaudah,, ini payungnya sayang" sahut Alexsa menyodorkan payung.
Payung itu kini sudah berpindah tangan.
Mobil berhenti tepat di lobby Alexsa langsung keluar membawa barang belanjaannya dan memasuki apertemen tempat tinggalnya.
Menuju lantai 10 menggunakan lift.
Tak lama lift terbuka Alexsa langsung masuk dan menekan lantai 10.
Alexsa langsung membuka puntu dan masuk meletakkan belanjaan di atas meja dan segera mengganti pakaiannya.
Alexsa menoleh ke pintu sambil mengikat rambut panjangnya ke atas. Menunggu kedatangan Dikki memarkirkan mobil.
Alexsa langsung memasak mie instan untuknya dan Dikki.
" Ting ... Tong..." bunyi bel nyaring.
Alexsa langsung menghentikan mengupas bawang dan membukakan pintu untuk Dikki yang sedari tadi sudah di tunggunya.
Alexsa mempercepat langkah menuju pintu dan membukakan pintu.
" krik.."suara hendle pintu dibuka.
Alexsa kaget melihat Dikki yang hampir seluruh tubuhnya basah kuyup.
" Kok basah samua? ga make payung " ucap Alexsa mempersilahkan Dikki masuk.
" Payungnya rusak sayang" jawab Dikki mengusap wajahnya yang basah.
Alexsa langsung mengambil handuk dan kaos oblong yang berukuran besar untuk mengganti pakaian Dikki sementara.
" Sini biar aku aja" kata Dikki mengambil handuk dan menuju kamar mandi.
Aleksa berjalan kedapur melanjutkan kegiatan memasak mie instan yang tadi sempat tertunda.
" Masak apa sayang?" tanya Dikki mengusap rambutnya dengan handuk menambah ketampanannya.
" Mie instan nih, kamu uda laparkan?" sahut Alexsa memasukkan mie yang sudah masak ke dalam mangkok yang sudah disiapkan.
" Tau aja" sahut Dikki tersenyum berjalan menuju meja makan yang tak jauh.
Alexsa langsung menyajikan makanan yang sudah menggoda dari aromanya.
" Keliatanya enak bangat nih" ucap Dikki sambil
menelan ludah sudah tak sabar menikmati mie buatan sang kekasih.
" Nih cobain" sodor Alexsa sendok dan mie.
Mereka menikmati mie yang sangat pas dengan cuaca di luar mendung.
Usai menikmati mie buatan Alexsa, Dikki pindah ke sofa dan menonton tv.
" Serius amat nontonnya?" ucap Alexsa membawakan makanan ringan dan duduk disebelahnya.
" Uda siap beres-beresnya" kata Dikki mengambil makanan yang di sodorkan Alexsa.
" Uda sayang" jawab Alexsa singkat ikut menatap tv yang menarik perhatiannya.
Angin risau dan gemerisik pepohonan mengiringi hujan jatuh ke bumi.
Diruangan yang hanya ada mereka berdua Alexsa dan Dikki.
Tangan Dikki yang tadinya menggenggam cemilan kini beralih pendekap Alexsa yang duduk disebelahnya.
Suasana semakin canggung setelah Dikki mencium bibir Alexsa.
" Dik... ga boleh" tolaknya menjauhkan diri.
Dikki sontak terdiam dan mengusap wajahnya.
Ruangan sesaat hening Alexsa melirik Dikki yang sedari tadi menekuk kepalanya.
" Sayang?" panggil Alexsa pelan.
Dikki mengangkat kepalanya perlahan menoleh pada Alexsa sambil tersenyum paksa.
" Kamu marah?" tanya Alexsa lagi.
Dikki hanya diam dan mendekat pada Alexsa mengambil tangannya.
" Aku janji bakal setia bolehkan kali ini aja" minta Dikki dengan wajah memelas.
" Tapi,," sahut Alexsa melihat wajah sang kekasih yang penuh harap dia tidak tega menolaknya.
Dan malam itu kejadian yang seharusnya tidak pernah terjadi mereka lakukan.
Pagi-pagi buta Dikki bangun dan ingin pulang dari apertemen Alexsa dan meninggalkan Alexsa yang masih tidur dengan pulas mengingat kejadian semalam yang panjang.
Dikki mengambil kembali pakaian yang Alexsa jemur semalam. Dia memakainya yang masih sedikit lembab.
Dikki melirik Alexsa sambil tersenyum puas dan keluar meninggalkan apertemen.
Sepeninggalan Dikki ternyata Alexsa tidak sedikitpun tidur. Setelah dia melakukan kejadian semalam ada rasa penyesalan yang amat besar dihatinya.
Alexsa mengambil posisi duduk dan bersandar ke dinding kamarnya.
" Yah Tuhan apa yang harus ku lakukan sekarang? Papa dan Mama pasti marah dan malu punya anak seperti aku" batin Alexsa.
Tak terasa cairan bening keluar dari matanya.
Alexsa mencengkram rambutnya kuat.
Dia menoleh pada noda darah dan menambah rasa penyesalannya. Dengan Cepat Alexsa membuka sepray dan membersihkan diri.
" Kenapa aku bodoh " batinnya lagi air yang sedari tadi mengguyur badannya tidak dihiraukan lagi.
Alexsa mengusap badannya dengan kasar sambil menangis.
Perasaannya saat ini campur aduk ada rasa bodoh tidak bisa menjaga diri seperti yang dia janjikan kepada kedua orangtuanya.
Waktu terus berjalan setelah kejadian itu Dikki mulai menunjukkan aslinya. Dia mulai sering bertindak rendahan pada Alexsa.
" Ternyata laki-laki yang selama ini aku sayangi punya sifat rendahan" batin Alexsa.
Sepulang dari kantor Alexsa baru menyadari dia sudah 2 bulan tidak dapat bulanan.
Pikiran Alexsa mulai kemana-mana mengingat dia pernah melakukan itu dengan Dikki.
" Apa mungkin aku hamil?" ucap Alexsa sambil terduduk di sofa mengerutkan kening.
" Yah Tuhan jangan sampai aku hamil. Aku akan berubah" tambahnya lagi.
Untuk menjelaskan semua pikirannya yang entah kemana-mana Alexsa berniat ke apotek terdekat apertemen untuk membeli tets pack.
Dia berjalan dengan pandangan kosong seakan hidupnya bener-benar hancur sekarang.
Bagaimana kalau sampai dia benar-benar hamil.
Tak lama sesampainya di apotek Alexsa langsung menyebutkan barang yang dia butuhkan. Wanita berpakaian putih di depannya tersendak kaget mendengar Alexsa menyebut test pack karna setaunya Alexsa belum menikah. Alexsa sering membeli obat-obatan di apotek ini dan mereka cukup akrab.
" Al kamu ga salah?" tanya Dini mempercelas.
" Aku butuh sekarang Din, nanti kita ngobrol" sahut Alexsa pelan dengan suara cemas.
Mendengar ucapan Alexsa wanita yang ikut cemas dengan kondisi Alexsa saat ini langsung mengambil dan menyodorkan ke hadapan Alexsa.
Alexsa menyodorkan uang 100 ribu dan langsung pulang.
" Al... kambaliannya" teriak Dini pada Alexsa tapi tak dihiraukannya lagi. Dia tetap berjalan menuju apertemen.
Sesampainya di apertemen Alexsa langsung membuka berang yang dia butuhkan.
Berjalan cepat menuju kamar mandi ingin mendapatkan kepastian.
Tangan Alexsa mulai bergelar dan berat.
Alexsa mulai menarik nafas panjang dan menguatkan diri apapun hasilnya.
Perlahan tangannya mulai mengangkat benda yang tadi sudah di lakukan sesuai petunjuk.
Mata Alexsa melotot dan memerah melihat garis dua artinya positif dia hamil.
Tangannya bergetar dan menjatuhkan benda itu kelantai.
Dia sangat shock berat.
Jantung Alexsa seakan berhenti dan darah yang ada di tubuhnya seakan mendidih.
Air mata tak terbendung lagi Alexsa tangis histeris dan meremas rambutnya penuh amarah.
" Harus gimana aku sekarang?" teriak Alexsa dalam hatinya berjalan keluar kamar mandi.
Alexsa mulai panik harus bagaimana sekarang.
Tangannya meraba meja yang ada disebelahnya mengambil ponsel dan menghubungi Dikki.
Tak lama Dikki menggangkat telpon
" hiks.... hisk...Dik..." ucap Alexsa sudah menangis sesesanggupan.
" Ada apa Al?" suara Dikki yang masih baru sampai di kostnya.
" Aku mau ngomong kamu kesini ya" ucap Alexsa langsung mematikan telpon.
Dikki langsung mengambil pakaian dan menuju apertemen seperti permintaan Alexsa.
Motor mulai melaju kencang di tengah-tengah kota besar. Perjalanan cukup panjang mengingat ini adalah jam pulang kerja.
Alexsa mengambil test pack yang tadi dia jatuhkan dan menggenggamnya geram.
Tak lama Dikki sampai di apertemen dan dengan cepat memarkirkan motor di tempat yang sudah disediakan.
Krikk,, suara pintu dibuka.
Alexaa sangsung menoleh kearah pintu yang sudah dia tunggu kedatangnya.
" Ada apa Al?" tanya Dikki berjalan mendekati Alexsa.
Alexsa kembali memutar kepala dan menyodorkan benda kecil yang tadi dia belikan.
Tanpa lama Dikki mengambil benda itu.
" Apa ini?" tanya Dikki masih tak paham.
" Aku hamil" sahut Alexsa menoleh Dikki yang masih berdiri dihapannya.
Wajah Dikki yang semula biasa aja kini berubah panik. Dilihat lagi benda itu sekali lagi.
" Kamu bohongkan?" ucap Dikki tak percaya.
" Ngapain aku bohong masalah sebesar ini" jawab Alexsa meremas sofa.
Dikki berjalan ke jendela kaca.
" Aku belum siap jadi ayah" katanya dengan suara kesal.
" Kau pikir aku siap" jawab Alexsa dengan suara terisak.
" Jangan-jangan kamu hamil sama laki-laki lain
sama bos kamu itu. Kemarinkan kalian pergi 3 hari" kata Dikki kembali berjalan mendekat pada Alexsa yang masih menangis disofa.
" Kamu bilang apa barusan? hamil sama laki-laki lain?" suara Alexsa meninggi ikut berdiri.
Hatinya yang sudah hancur mengetahui dia hamil dan sekarang semakin hancur mendengar tuduhan dari Dikki ayah dari anak yang ia kandung.
" Asal kamu tau aku pernah tidur hanya sama kamu" ucap Alexsa melotot dan menunjuk Dikki.
" Aku ga mau tau kita harus gugurkan bayi itu" kata Dikki menunjuk perut Alexsa yang masih rata.
Sontak Alexsa kaget mendengar ucapan Dikki barusan. Bagaimana seorang ayah mmenginginkan untuk menggugurkan anaknya sendiri.
Plakkk.....
Alexsa menampak pipi Dikki kuat.
" Gila kamu ya? ini anak kamu. Dan sekarang kamu mau bunuh anak yang tidak berdosa" teriak Alexsa sudah penuh dengan amarah yang berapi.
Kesal dengan tindakan dan ucapan Alexsa sontak dia langsung mendorong Alexsa sampai terdorong kuat sampai terduduk di lantai.
Dikki keluar dari apertemen Alexsa dengan amarah yang berapi-api.
Wajahnya merah dan tangannya mengepal.
Sedangkan di dalam apertemen Alexsa menangis menyesali yang sudah terjadi di kehidupannya.
Alexsa berusaha berdiri dan mengambil handponenya yang ada di atas meja dan berniat untuk menghubungi sahabatnya.
Tapi ia ragu-ragu tak ingin membuat sahabat terbaiknya ikut dalam masalah ini.
Alexsa mulai meringis kesakit di punggungnya apalagi tindakan Dikki tadi sampai membuat ia jatuh kelantai.
Alexsa berjalan pelan menuju kamar dan bersih-bersih.
Di kamar yang kecil Dikki mulai memikirkan cara untuk menggugurkan kandungan Alexsa.
Dia mulai membuka handpone dan mencari disana.
Tak lama dia mendapat jawaban.
" Nanas muda" ucapnya sambil tersenyum licik dan mengambil kunci yang tadi sempat dilemparnya asal.
Dikki mulai mencari nanas muda dimana hari sudah mulai gelap. Tapi sampai berjam-jam dia mencari tidak mendapatkannya dan akhirnya menyerah dan pulang ke kost.
2 minggu kemudian
Hari ini Alexsa memutuskan untuk mengundurkan diri secara baik-baik dari kantor tempat dia bekerja. Bagaimana pun perutnya akan membesar dan semua akan tau dia sedang hamil. Dia tidak mau merusak citra perusahan yang dikenal baik selama ini.
" Kamu yakin dengan ucapan kamu barusan?" tanya Pak Arnol pemilik perusahaan tempat Alexsa bekerja.
" Saya yakin pak" jawab Alexsa dengan suara sedikit ragu.
" Jujur saya sangat kaget dengan permintaan ini. Karna saya sangat senang dengan kinerja kamu" tambah Arnol yang masih tidak percaya dengam permintaan Alexsa.
" Keputusan saya sudah bulat pak" ucap Alexsa kali ini dengan suara yang lebih jelas.
" Baik kalau itu mau kamu saya tidak bisa memaksa" ucap Arnol menyerah tidak lagi memberi pertimbangan.
" Terimakasih pak" ucap Alexsa berusaha tersenyum walaupun hatinya menangis melepas pekerjaan yang selama ini ia cintai.
" Saya pamit pak" kata Alexsa tanpa basa-basi hendak keluar.
Arnol hanya mengangguk kecewa dengan tindakan Alexsa yang memutuskan keluar dari perusahaannya.
Alexsa langsung keluar dari ruangan Arnol menuju ruangannya yang sudah lama dia tempati.
Alexsa duduk dikursi kebanggannya.
Melirik sekeliling yang pasti sangat dia rindukan nantinya.
" Kenapa tiba-tiba Al?" tanya seorang wanita yang tidak asing lagi ditelingan Alexsa.
Dia adalah Nabila. Sahabat Alexsa bahkan dia sudah menganggapnya sebagai saudara sendiri.
" Aku bisa liat dari sikap kamu akhir-akhir ini. Kamu pasti ada masalah besar kan? Al cerita sama aku" kata Nabila menatap Alexsa dalama. Berharap Alexsa akan menjawab pertanyaanya .
" Aku ga tau harus cerita mulai dari mana Bil" sahut Alexsa sudah bercucur air mata.
Kali ini dia sudah tidak bisa membendung air mata lagi. Beban yang selama ini dia pikul sudah tidak bisa ditahan lagi.
" Apa ini ada hubungannya sama Dikki?" tanya Nabila pelan.
Nabila juga kurang setuju dengan hubungan Alexsa dan Dikki. Setiap Alexsa bercerita tentang Dikki Nabila akan mengambil kegiatan untuk menghindari pembicaraan tentang Dikki.
Alexsa menggangguk mengiyakan pertanyaan Nabila.
" tok... tok..." suara pintu diketuk.
Pembicaraan mereka terhenti .
" masuk" ucap Nabila sedangakan Alexsa mengusap sisa cairan bening tadi.
" Mbak Aleaxsa, pak Arnol minta mbak keruangannya" Kata Siti. Siti adalah keliling service yang sudah cukup lama bekerja disini.
" Oh iya mbak, makasih ya"Jawab Alexsa berusaha tersenyum.
" Ada apa lagi ya?" tanya Alexsa pelan.
" Uda sana" ucap Nabila membuyarkan pikiran Alexsa.
Alexsa berjalan mendekati ruangan Pak Arnol dengan pikiran yang entah kemana.
" Apa pak Arnol mau nanya ;agi aku serius keluar dari kantor ini" batin Alexsa.
Tok..tokk...
Suara pintu diketuk oleh Alexsa.
" Masuk.." perintah dari dalam ruangan yang tak lain adalah pak Arnol.
" Ada apa pak?" tanya Alexsa sambil menarik kursi dan duduk dihapannya.
" Saya dengar kamu sakit dari Nabila" kata Pak Arnol sambil membuka laci di sempingnya dan mengambil amplop.
" Saya ada sedikit untuk bantu kamu berobat" ucap pak Arnol menyodorkan amplop yang cukup tebal.
Alexsa terkejut mendengar ucapan dari sang bos yang sebentar lagi dia tinggalkan.
" Tapi pak" ucap Alexsa ingin menolak.
" Anggap saja ini bonus buat kamu selama jadi sekertaris saya" tambah Pak Arnol lagi.
" saya minta maaf pak, harus meninggalkan perusahaan ini" kata Alexsa pelan.
" kalau itu sudah menjadi pilihan kamu saya tidak bisa paksa" sahut pak Arnol lagi.
" Tapi tolong terima ini" kata pak Arnol mengambil amplop yang sempat diletakkan diatas meja.
Alexsa menolah ke amplop coklat tebal itu dan menerimanya.
" Terimakasih ya pak" ucap Alexsa berterimakasih pada pak Arnol.
" Sama-sama" ucapnya tersenyum.
Alexsa kembali keruangannya dan membereskan barang-barang miliknya.
"Bil nanti aku cerita semua yah"
pesan terkirim.
Alexsa membawa barang-barang miliknya kemobil dan di bantu Siti karna diperintahkan oleh Arnol.
" Maaf ya mbak jadi repot bantuin saya" ucap Alexsa pada Siti tidak enak apalagi usia mereka cukup jauh. Alexsa merasa telah merepotkan orangtau.
" Tidak apa-apa mbak" jawabnya sopan dengan senyuman.
Mereka mulai melangkah kearah parkiran sesekali kariawan yang berteman baik dengan Alexsa. Wajah mereka penuh tanya kenap Alexsa keluar tiba-tiba seperti ini.
Tanpa menjawab Alexsa hanya tersenyum tipis meninggalkan mereka dengan penuh tanda tanya.
Dikki yang juga melihat Alexsa membawa barang-barang kantornya tak sedikit pun mempedulikannya.
Dia pura-pura sibuk dengan pekerjaannya.
Alexsa tak menghiraukannya dia berjalan di.belakang Siti dan menuju parkiran.
" Sekali lagi saya makasih banyak ya mbak.
Uda di bantuin angkat barang" kata Alexsa untuk kesekian kalinya.
" iya mbak sama-sama. Saya senang bisa bantu mbak " jawab Siti dengan wajah sedikit mengerut.
" Kok sedih mbak?" tanya Alexsa melihat perubahan wajah Siti.
" Saya sedih mbak ga kerja disini lagi" kata Siti dengan nada suara sedih.
Alexsa dan Siti memiliki hubungan yang cukup baik. Apalagi Siti menganggap Alexsa putrinya karna putrinya sudah menikah dan tinggal jauh dari Siti ikut suaminya.
Alexsa terharu ternyata masih banyak orang yang peduli dengan dia.
" Kita tetap bisa ketemu kok " kata Alexsa mengambil kotak ditangan Siti dan memasukkannya kedalam mobil.
Tanpa ragu Alexsa memeluk Siti hangat untuk siap pergi.
Rasanya dia memerlukan dekapan seperti saat ini.
" Saya yakin Mbak lagi ada masalah besar dan saya yakin mbak pasti bisa lewati semua ini" ucap Siti mengusap punggung Alexsa lembut.
Alexsa kembali mengeluarkan cairan bening.mendengar ucapan Siti yang seakan tau pesaannya walaupun dia tidak memberitahu masalah apa yang dia sedang hadapi.
" Makasih mbak, semoga kita bisa ketemu di lain waktu" kata Alexsa melepas pelukan dan menggenggam tangan Siti.
" iya mbak, hati-hati ya" ucap Siti lagi.
Alexsa tersenyum dan masuk kedalam mobil kesayangan pemberian sang papa.
" Saya pergi ya mbak" Ucap Alexsa membuka kaca melampai pada Siti yang belum kunjung beranjak.
Siti pun melambaikan tangannya mengikuti Alexsa.
Mobil melaju kejalan raya dan bersatu dengan banyaknya pengendara yang memiliki kesibukan masing-masing.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!