NovelToon NovelToon

Card Cultivation System

CCS-1 (Arc 1 : Fate, Poem, and the Slaughter)

Desa Crucosyta, malam hari.

"Arggghhhhhhh"

"Hahaha, teriakan yang indah"

Slash!

Sebuah kepala menggelinding ke bawah.

Terlihat seseorang yang mengenakan pakaian hitam tersenyum. Ia lah yang membunuh pria malang tadi. Dengan ini, beres sudah tugasnya dan teman temannya.

"TIDAKKKKKK"

Ternyata belum semua penduduk desa ini mati, masih ada seorang anak yang berusia sekitar 5-6 tahun.

Terlihat tumpukan mayat disekitar anak itu. Mayat-mayat itu merupakan mayat dari para penduduk desa yang berusaha melindungi anak itu, namun gagal.

"PERGILAHH!! PERGI KALIAN!!!! PERGIIII!!!"

Seorang anak kecil yang mengenakan baju merah dan terlihat beberapa tahun lebih tua daripada anak tersebut  tersenyum mendengar perkataan itu.

Sang anak berbaju merah berkata "Hei Sha, urus anak itu."

"Baik tuan muda."

Pembunuh yang dipanggil Hei Sha membungkuk hormat pada anat tersebut kamudia ia mendekati anak tersebut secara perlahan.

"Baiklah. Mari kita lihat apakah dirinya masih bisa berteriak setelah melihat- "

Pembunuh itu mengangkat sebuah mayat dan memotong kepalanya.

"-ini"

Bruk!!

Anak tersebut jatuh melihat pemandangan tersebut. Mayat yang kepalanya baru saja dipotong tadi merupakan salah seorang penduduk desa yang cukup dekat dengannya.

Melihat orang yang sebelumnya masih bisa bercanda tawa dengannya kini kepalanya tergeletak di dekat kaki dirinya merupakan sebuah pemandangan yang menakutkan.

"Hahahahaha"

"Hahahaha"

Melihat anak tersebut jatuh mengundang gelak tawa pembunuh lainnya. Sementara si anak berbaju merah hanya tersenyum sinis.

Ternyata pembunuh itu tidak sendiri, ia berkelompok dengan temannya, total 6 orang termasuk si anak berbaju merah tadi.

Salah seorang pembunuh yang menggunakan baju biru maju dan memegang pipi anak itu.

"Heh, mana teriakanmu tadi hah?"

PLAK!

Si biru menampar anak itu.

"Mana teriakanmu?'

PLAK!

"Hei aku bertanya.

Dimana-"

PLAK!

"-Teriakanmu-!'

PLAK!

"Tadi?"

PLAK!!

Anak itu hanya berlutut terdiam. Ia tidak bergeming dengan tamparan yang ia terima. Pandangan matanya kosong.

Salah seorang yang merupakan penduduk desa yang cukup dekat dengannya baru saja dibunuh. Lebih parah lagi kepala orang itu tergeletak tidak jauh darinya.

Salah satu pembunuh yang berbaju merah maju dan bertanya pada teman-temannya.

"Tuan muda, harus kita apakan anak ini?"

"Terserah" jawab si anak berbaju merah tidak peduli.

Mendengar perkataan anak tersebut, para pembunuh itu berdiskusi.

"Bagaimana kalau kita bermain?"

Salah seorang pembunuh memberi usul.

"Masing masing dari kita akan menyerangnya. Siapa yang berhasil membunuh anak itu lah yang akan menang"

Seseorang yang mengenakan pakaian hijau maju dan berkata.

" Ide bagus , aku setuju"

Begitu pula dengan si baju kuning.

" Aku juga"

Para pembunuh itupun dengan santai  membuat hal yang keji terlihat seolah hal yang biasa, bahkan menyenangkan. Sementara si anak berbaju merah hanya diam tak peduli.

" Baiklah ayo kita mulai, aku pertama"

Segera lelaki berpakaian hitam itu mengambil sebuah batu dan melemparkannya pada anak itu.

Whushhhhhhhh

Sebuah batu mendarat dengan telak di kening sang anak. Segera, anak tersebut kehilangan kesadaran.

" Hei hei, bagaimana ini, baru 1 lemparan , masa sudah pingsan?"

" Kau melemparnya terlalu kencang"

" Apaboleh buat, kita gantung saja dia"

Kelompok pembunuh yang berjumlah 5 orang tersebut pun segera mendekati anak itu.

Saat si merah menarik bajunya, sebuah tangan melayang menuju mukanya.

BUAK!

Si merah terhuyung mundur.

"Sial, anak ini belum pingsan rupanya. Dia sengaja"

Anak tersebut menoleh ke kiri dan kanan, mencari harapan. Dan ia menemukannya.

Ia melihat seorang anak yang usianya tak jauh berbeda darinya, mengenakan pakaian mahal berwarna merah dengan lambang naga dan burung yang sedang bertarung.

Ia segera mendekati anak berbaju merah tersebut berharap mendapat pertolongan.

Namun, bukan pertolongan yang ia dapat, melainkan sebuah ucapan yang mengejutkan seperti petir di siang bolong.

"Jauhkan dia dariku" kata anak berbaju merah itu dengan tatapan jijk.

Mendengar perkataan tuan muda mereka, para pembunuh itu segera mengepungnya.

Anak tersebut yang seolah kehilangan harapan berteriak dan memukul pembunuh yang paling dekat dengannya.

"AHHHHHHHHHH"

Anak itu berteriak sekeras mungkin, tidak terima dengan nasibnya, bingung, sedih sekaligus sakit hati, melihat satu-satunya harapannya musnah.

Pukulan tersebut mendarat di wajah pembunuh berpakaian hijau.

BUAK!

"AHHHHHHHHH"

Lagi, si anak terus berteriak.

Pembunuh berbaju biru maju dan menendang dagu anak itu.

DUAKK!

Anak itu terlempar mundur.

"Payah kalian. Masa bisa kena serangan lemah seperti itu"

Meskipun anak itu mengerahkan seluruh kekuatannya, hal itu belum cukup untuk menghajar para pembunuh itu. Terlihat dua orang yang tadi dipukulnya kini berjalan mendekat seolah tak terkena apa-apa.

Hei Sha berjalan maju sambil mengangkat tangannya keatas.

"Yang tadi sepertinya kurang"

Swushhhh!

Awan mulai berkumpul di langit.

"Black Thunder"

Bersamaan dengan mengepalnya tangan pria itu, sebuah petir pun turun menyambar anak itu.

JLEGER!!

Bruk!

Kelihatannya anak itu benar-benar pingsan sekarang. Seluruh tubuhnya hitam, beberapa kali anak itu bergerak kejang kejang.

Bersamaan dengan hilangnya kesadaran, anak itu mengingat-ingat hal terakhir yang ia lihat, pembantaian, lambang naga dan burung yang bertarung, dan tatapan mati yang sangat dingin seolah dirinya tak layak hidup.

Pembunuh yang mengenakan baju hijau mengangkat kerah anak itu.

Ia menoleh dan berkata pada pembunuh berbaju hitam.

"Kau curang. Kau menyerangnya dua kali"

Namun Hei Sha diam saja tak peduli.

Melhat lawan bicaranya tidak peduli, pembunuh berbaju hijau itu juga tidak melanjutkan pembicaraan.

Ia kini menatap si anak.

"Cyclone Rage"

Telapak tangan si hijau kini dikelilingi angin yang membentuk ujung tombak.

DUAKK!

Sebuah pukulan mendarat tepat di perut anak itu.

Pukulan itu membuat perut anak itu terkoyak.

Si hijau membawa anak itu ke pohon terdekat, kemudian menggantungnya.

"Meteor-"

Sebuah meteor muncul di dekat kaki pria berbaju merah.

"-Shoot"

Ia menendang meteor tersebut.

DUAK

WHUSSHH

Meteor itu melaju kencang hingga akhirnya berhenti di dada anak itu.

DUAKKKK!!

Kini bukan hanya perutnya yang hancur, dadanya pun terluka parah.

Melihat serangan yang tadi cukup dekat dengannya membuat si hijau protes.

"Sialan kau hampir mengenaiku!"

Sedangkan si merah hanya bersiul tak peduli.

"Giliranku"

Si kuning kini melakukan pose aneh.

"Needle from Hell"

Ia melemparkan sebuah jarum tepat diatas pusar anak itu.

KRAK!

Si baju merah protes.

"Hei, kau mengenainya tepat di dantiannya. Itu curang"

Si baju kuning hanya tersenyum dan berkata

"Siapa cepat dia dapat"

Si baju biru maju.

"Baiklah. Biar kuselesaikan"

"Whirlpool Spear"

Sebuah tombak dari air yang ujungnya terus-terusan berputar muncul di tangan pria berbaju biru itu.

WHUSSSH!

Ia melemparkan tombaknya ke arah yang sama dengan serangan pria berbaju kuning sebelumnya.

DARRR!!!

Terdengar suara seperti ada yang pecah.

KRAK...

"Kau sengaja ya?"

KRAK...

"Aku yakin dia pasti sengaja"

BLARRRRR!!!

Terjadi ledakan besar diluar perkiraan kelompok itu.

Ledakan itu menghempaskan mereka berlima cukup jauh.

Mleihat ledakan itu, si anak berbaju merah pergi dengan diikuti pembunuh-pembunuh itu.

Pria berbaju hijau melihat tempat anak itu berada sebelumnya.

"Anak itu pasti sangat berbakat. Ledakan sebesar itu pasti berasal dari dantian yang besar. Sayang sekali"

"Apa kau yakin dia sudah mati?"

"Dengan ledakan sebesar itu?"

Pria berbaju biru balas bertanya.

Mereka saling menatap hingga akhirnya meninggalkan desa yang kini sudah hancur lebur.

------------------

Beberapa hari kemudian....

Terlihat seorang pria berusia paruh baya sedang berjalan menuju desa Crucosyta.

Ia hendak menemui sahabatnya yang tinggal di desa tersebut.

Alangkah terkejutnya ia ketika mendapati pemandangan berupa sebuah tempat yang hancur lebur.

Tempat dimana desa sahabatnya tinggal seharusnya berada.

" Apa apaan ini? Siapa yang menghancurkan desa Crucosyta?"

Mendadak raut muka pria itu berubah sedih bercampur amarah.

Ia menelusuri tempat yang sudah hancur lebur itu. Berharap menemukan seseorang yang masih hidup.

Mudah mudahan saja masih ada beberapa orang yang bertahan hidup.

Tiba tiba ia melihat sebuah tangan dari bawah pohon. Tangan yang cukup kecil, mungkin pemiliknya hanyalah seorang yang berusia 5-6 tahun.

Pria paruh baya tersebut  tidak berharap bahwa pemilik tangan itu masih hidup. Bahkan sebuah desa saja hancur apalagi seorang anak yang berusia 5-6 tahun?

Namun ia tetap mendekati pohon tersebut untuk melihat kondisi anak(yang dianggapnya sudah meninggal) tersebut.

Alangkah terkejutnya ia melihat tubuh anak tersebut masih utuh-meskipun dipenuhi luka, tapi tidak ada bagian tubuh yang hilang-apalagi ketika melihat muka anak tersebut.

"X-Xi ka, Xika, tidak salah lagi dia Xing Xika, anak sahabatku Xing Taiyang, apa yang terjadi pada mu Xika? Ja-jangan-jangan..."

Pria tersebut mengulurkan tangannya dan hendak menyentuh dada xika namun mendadak mata xika terbuka

"...."

"Xi-Xika! Xika, kau tidak apa-apa? Ini aku paman Fa Diala, kau ingat aku kan?"

Xika tampak tak mendengar perkataan pamannya, ia hanya terdiam beberapa saat, dan akhirnya pingsan lagi.

Fa Diala segera membawa Xika kembali ke klannya-setelah memeriksa sekitar.

------------------

Fa Diala kembali teringat saat ia menyelamatkan Xing Xika. Sepuluh tahun telah berlalu, anak itu sudah besar sekarang, bulan depan ia akan resmi berumur 15 tahun.

Xika tumbuh menjadi anak yang memiliki pikiran yang cukup dewasa dibanding anak seusianya, hal itu dikarenakan Xika tidak dapat berkultivasi.

Ya, kejadian sepuluh tahun lalu sukses merengut kesempatan Xika untuk berkultivasi. Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya terjadi. Saat hendak menyerap qi, Xika merasakan sakit yang teramat sangat.

Tabib mengatakan bahwa penyebab sakit yang dirasakannya dikarenakan dantian nya retak. Bila ia terus menyerap qi, besar kemungkinan dantiannya meledak dan hancur.

Mengetahui hal tersebut membuat Xika dan Fa Diala teramat sedih. Semenjak hari itu, Xika berhenti mencoba menyerap qi. Meskipun begitu, ia tetap tidak berubah, masih menjalankan kegiatan sehari-harinya seperti biasa. Tetap tertawa riang seolah tak ada apa-apa.

Namun teman-temannya yang lain tidak demikian. Mereka mengejek Xika karena tidak bisa berkultivasi. Beberapa bahkan memukulnya. Namun diam dan pasrah pada keadaan bukanlah sifat Xika.

Meskipun mereka lebih kuat dan lebih banyak, Xika tidak pernah mundur.

"Sekalipun aku mati, aku akan membunuh sebanyak mungkin musuhku" adalah prinsip hidup yang dipegang Xika.

Sekalipun ia terluka dipukuli anak-anak lain, ia tidak tinggal diam. Setidaknya setengah dari jumlah mereka terluka juga.

Karena tidak bisa berkultivasi, Xika dikucilkan oleh hampir seluruh anak sebayanya, sehingga membuat Xika tidak memiliki teman.

Waktunya ia habiskan untuk membaca buku di perpustakaan. Hal itu membuat Xika memiliki pengetahuan yang diluar anak seusianya.

Namun sayangnya, karena dirinya yang tidak mampu berkultivasi, ia tidak diijinkan menaiki lantai atas, ia hanya diizinkan memasuki lantai pertama-itupun dengan banyak tatapan sinis dan merendahkan. Meski begitu, Xika tetap sering membaca di perpustakaan.

Kecintaanya pada buku perlahan-lahan menarik hati penjaga perpustakaan. Kini setidaknya berkurang satu orang yang menatapnya dengan sinis. Selain pamannya, penjaga perpustakaan lah yang bersikap biasa pada Xika.

Selain perpustakaan, tempat yang paling sering dikunjungi Xika adalah gunung belakang klannya, Diamond Shake. Diamond Shake adalah gunung kekuasaan Shaking  Card Clan, gunung itu cukup berbahaya, bahkan seorang kultivator tahap forming 7 dapat terbunuh jika tidak hati-hati.

Diamond Shake terbagi menjadi 3 bagian, daerah luar, daerah inti, daerah terlarang. Hanya para penatua tertinggi dari klan yang dapat memasuki daerah terlarang.

Tentu saja Xika hanya dapat memasuki daerah luar, bagaimana mungkin ia dapat bertahan hidup tanpa kultivasi di tengah sarang binatang buas seperti ini?

Siang ini, Xika tengah berjalan-jalan di gunung belakang klannnya, mencari tanaman-tanaman spiritual, yang mungkin bisa membantu kultivasi  pamannya, atau paling tidak bisa menambah uang saku.

Ya, semenjak pamannya merawat dirinya, muncul banyak penolakan dari klannya sendiri, hal yang membuat Xika sedih. Karena itu ia berusaha membantu pamannya dengan mengumpulkan uang, walaupun sedikit, mungkin bisa membantu.

"Hm?"

"Apa itu?"

Saat tengah berjalan, Xika menemukan suatu hal aneh.

Ada mayat Ice Bear.

"Mengapa ada mayat Ice Bear disini? Bukankah Ice Bear merupakan Spirit Beast tingkat White-3 yang setara dengan kultivator tahap qi gathering 7? Ice Bear kan harusnya hanya terdapat di daerah inti"

Saat tengah mencari penyebabnya Xika merasakan sebuah aura mengerikan dibelakangnya.

"Hm?"

Saat menoleh Xika menemukan sesuatu yang mengejutkan.

Seekor...

"3 Horn Winged Snake!!!!!!"

Xika segera berlari secepat mungkin. Ia berlari seperti orang gila, tidak peduli ke mana ia pergi, yang ia pikirkan hanyalah lari dari 3 Horn Winged Snake tingkat White-4 yang setara dengan kultivator tahap qi gathering 9.

"Pantas saja ice bear itu mati"

Xika menoleh kebelakang, dan menemukan ular itu sudah cukup dekat dengan dirinya.

Xika semakin mempercepat larinya.

Duaakkkkk!!!

Sialnya, ia tersandung akar pohon,dan terjatuh.

Saat hendak menoleh, Xika mendengar suara ular yang ia yakini sebagai suara ular yang mengejarnya tadi seolah tersiksa.

Saat ia menoleh, ia tidak menemukan apapun.

Tidak ada!

3 Horn Winged Snake yang mengejarnya tidak ada!

Xika memeriksa sekitarnya.

Hm? Dimana aku?

Saat tengah berlari dari kejaran 3 Horn Winged Snake, Xika lupa ke arah mana ia berlari. Tanpa sadar kini ia sudah di daerah inti.

Xika merasakan hal yang aneh, meskipun ia sedang di daerah inti, ia tidak menemukan satu hewan pun disini, 3 Horn Winged Snake yang mengejarnya pun tak terlihat seolah menghilang begitu saja.

"Mmmm, memang ular rasanya paling enak, meskipun hanya tahap White-4, tapi lumayanlah"

Mendadak Xika mendengar sebuah suara.

"Si-siapa itu?!"

Hening. Tak ada jawaban.

"Sepertinya hanya perasaanku saja" ucap Xika sambil mengelus dada.

"Manusia huh? Sudah lama sekali aku tidak bertemu manusia. Apa yang kau lakukan disini manusia?"

Terdengar lagi! Suara tadi bukan hanya perasaannya. Suara tersebut benar-benar nyata!

Xika agak ragu menjawab suara tersebut mengingat ia berbicara seolah sudah lama sekali ia melihat manusia, sepertinya ia bukan manusia. Terlebih kemungkinan mahkluk inilah yang membuat 3 Horn Winged Snake yang mengejarnya tersiksa.

"Salam, senior. Saya hanya tersesat, saya tidak bermaksud mengganggu senior, saya akan pergi segera. Permisi"

Xika tidak berani bersikap tidak sopan, ia juga tidak berani berlama-lama di tempat ini, namun saat ia hendak pergi...

"Tunggu!"

Deg!

Xika segera membungkukkan badannya dan menyatukan kedua tangannya.

"Senior! Mohon ampun jika junior berbuat salah, saya tidak bermaksud mengganggu senior, sungguh! Tolong biarkan saya pergi."

"Bagaimana kalau kau tidak dapat pergi?"

"Aku tidak mengerti maksud senior. Sampai jumpa"

Xika melemparkan sesuatu ke tanah dan mendadak kabut muncul.

Ia segera berlari secepat mungkin. Menjauh sebisa mungkin dari mahkluk tak dikenal itu.

BRUK!

Xika menabrak sesuatu.

"Apa ini?"

Ia mengulurkan tangannya meraba-raba. Tangannya menyentuh sesuatu. Lebih tepatnya sebuah dinding.

"Heh, tempat ini dipenuhi auraku, sehingga membuat tak ada satu hewan spiritual pun yang berani dekat dekat, kalau kau keluar dari tempat ini, kau tidak akan bertahan sejam pun, banyak hewan spiritual diluar sana siap untuk memangsamu, terlebih kau bukan lah kultivator, bukan, lebih tepatnya kau tidak bisa berkultivasi, kau hanyalah manusia cacat."

Sorot mata Xika berubah menyeramkan. Tidak bisa berkultivasi merupakan titik lemahnya. Meskipun ia sendiri seolah tidak peduli, tapi ia sebenarnya sangat iri dengan teman sebayanya. Dan suara itu dengan santai menghinanya membuat Xika marah.

"Aku bisa berkultivasi atau tidak bukan urusanmu!"

Nada suara Xika berubah, begitu juga dengan bahasanya, ia tidak peduli lagi dengan kesopanan.

Suara itu terkekeh sebentar, kemudian berhenti seolah menyadari sesuatu.

"Hm? Tunggu dulu...... Itu.... Begini.... Lalu...... Benar juga..... Ya! Bisa-bisa!"

Suara itu mendadak bicara sendiri. Terdengar seperti  mencari cara untuk melakukan sesuatu.

Xika yang menyaksikan hal ini -walau tidak bisa dibilang menyaksikan karena ini hanya suara- hanya diam dengan alis mengkerut dan hati yang bertanya-tanya.

Selang beberapa waktu, suara itu akhirnya mengingat keberadaan Xika.

"Dengar nak, saat ini aku tidak mempunyai tubuh. Bahkan jiwakupun sangat lemah, sampai sampai aku harus menghisap energi mahkluk lain.

Dulu jangankan menghisap energi mereka, bahkan untuk berpikir menghisap energi mereka aku tidak akan sudi"

"?"

Alis Xika semakin mengkerut. Bingung karena suara itu mendadak bercerita. Namun ia tidak berani menganggu, sehingga diam saja.

"Aku merupakan hewan spiritual campuran yang sangat langka, banyak yang mengincar nyawaku, bahkan klan ibuku pun mengincarku. Aku akhirnya melarikan diri. Kedua orangtuaku ditangkap demi melindungiku"

"Apa yang kau bicarakan?"

"...... "

Suara itu terdiam sebentar.

Ia melanjutkan.

"Aku melihat sesuatu didalam dirimu, sesuatu yang akan membawaku kembali ke kejayaan masa lalu ku, bahkan lebih"

Xika mengernyitkan alisnya.

"Mungkin dulu 'sesuatu' yang kau lihat itu ada, namun sekarang sudah sirna. Dantianku retak, bila aku menyerap qi, dantianku akan meledak dam hancur, bagaimana mungkin aku bisa mengembalikan kejayaanmu di masa lalu.

"Dantian mu mungkin akan meledak. Tapi tidak hancur"

 

 

CCS-2

"?!! Apa maksudmu?"

"Hehehe... Selama ini kau pasti menderita bukan? Sampah tak berguna yang tak bisa berkultivasi. Cacat. Mahkluk rendahan. Dihina. Dikucilkan. Diabaikan. Tak ada lagi yang memperlakukanmu seperti manusia"

"......."

Xika hanya terdiam.

Benar. Semua yang dikatakan suara itu benar. Selama ini ia diperlakukan tidak seperti manusia. Ia selalu menerima hinaan. Ejekan. Hanya ada dua orang yang memperlakukanya seperti manusia. Pamannya dan penjaga perpustakaan.

"Tidakkah kau berpikir itu tidak adil? Semua orang bisa berkultivasi, namun kau tidak. Dan karena itu kau dihina. Bukan kau yang memintanya. Kau juga tidak mau seperti ini bukan?"

Benar. Suara itu benar. Itu semua bukan salahnya. Bukan dia yang menginginkannya. Itu tidak adil. Hanya dia yang tak bisa berkultivasi.

"Apa maksudmu? Langsung saja ke intinya."

"Kau tidak berguna. Hidup pun hanya menyusahkan saja bukan? Mengapa tidak mati saja? Bukankah semua penderitaan mu akan berakhir? Tidakkah itu lebih indah? Bukankah sudah cukup bagi mu untuk menerima semua ini? Sudah saatnya bagimu untuk berhenti berjuang."

"........"

Xika terdiam.

Suara itu benar. Tidak ada gunanya lagi hidup. Dia sudah cukup berjuang.  Sekarang sudah saatnya untuk berhenti.

"Tidak.

Memang aku tidak bisa berkultivasi. Aku tidak berguna. Keluar rumah pun selalu menerima hinaan. Tapi bukan berarti aku harus pasrah menerima kenyataan.

Memang benar hidup itu tidak adil. Tapi itulah dunia. Coba kau bayangkan. Orang yang telah berlatih sepuluh tahun dapat disaingi oleh orang yang baru berlatih satu-dua tahun.

Orang yang telah belajar berhari-hari sebelumnya untuk ujian, nilainya kalah oleh orang yang baru belajar semalam. Aku sudah berlatih ratusan, ribuan kali. Namun tetap kalah oleh orang yang berlatih hanya puluhan kali.

Tapi bukan berarti aku akan menyerah. Jika ribuan kali belum cukup maka aku akan berlatih puluhan ribu, jika itu masih belum cukup aku akan berlatih ratusan ribu, aku akan berlatih terus sampai itu cukup.

Pergilah. Jika yang kau inginkan memanipulasi pikiran dan memakanku itu tidak ada gunanya."

"Hehehehe....

Hebat. Kau berhasil keluar dari ilusi ku. Selamat. Sekarang-"

"Aku tidak tertarik mendengar ocehanmu. Biarkan aku pergi"

"Kalau tidak?"

"Kau mungkin kuat. Sepuluh kali bahkan lebih, jauh lebih kuat dari diriku.

Tapi aku tidak akan menyerah. Mendengar kau berbicara terus dari tadi, kau pasti tidak memiliki tubuh. Kau hanyalah jiwa yang lemah. Kau sendiri yang bilang kau membutuhkan jiwa mahkluk lain untuk bertahan hidup.

Itu berarti satu satunya serangan yang bisa kau berikan padaku adalah serangan mental. Dan itu tidak mempan.

Jika kau bersikeras ingin membunuhku. Akan ku pastikan membawamu bersamaku. Setidaknya setengah dari jiwamu akan mati bersamaku"

Xika menatap tajam pada arah yang ia yakini sumber suara tersebut.

"....."

"Hehehehe....... Hebat sekali nak. Aku kagum padamu. Kau benar. Satu-satunya serangan yang bisa kulakukan hanyalah serangan mental dan itu tidak berguna. Karena itu aku ingin menawarkan mu sesuatu."

Alis Xika mengernyit.

"........tidak. Aku tau kau pasti menginginkan sesuatu dari diriku. Maaf, aku menolak"

"Benarkah? Bagaimana bila ini bukanlah sesuatu yang bisa kau tolak?"

"...... Katakan."

"Aku dapat membuatmu berkultivasi"

Mata Xika melebar.

Kultivasi. Sebuah metode untuk menyerap qi ke dalam tubuh dan memperkuat tubuh.

Di dunia ini tersebar qi di mana-mana. Hampir tidak bisa ditemukan tempat tanpa qi. Hanya saja beberapa lebih tebal, beberapa lebih tipis.

Saat manusia menyerap qi, mereka menyimpan qi suatu wadah. Wadah itu bernama dantian. Dantian tiap orang berbeda-beda. Ada yang besar dan ada yang kecil. Bakat seseorang ditentukan besar kecilnya dantian mereka. Semakin besar dantian yang dimiliki semakin banyak qi yang dapat diserap dalam tubuh. Semakin banyak qi yang dimiliki tubuh semakin kuat seseorang.

Xika memiliki dantian yang retak. Setiap kali dirinya menyerap qi, retakan di dantiannya akan semakin besar. Dan hanya masalah waktu sampai dantiannya benar benar hancur sepenuhnya dan meledak. Setidaknya itu yang dikatakan para tabib.

Namun sekarang, suara itu menawarkannya sebuah kesempatan untuk berkultivasi. Sama seperti anak lain.

Xika menghela nafas.

Ia tidak mempercayainya. Semua tabib mengatakan tidak ada cara agar dia dapat berkultivasi.

Dan sekarang suara ini, entah dari mana asalnya, tiba-tiba menawarkannya kesempatan untuk berkultivasi?

"Dengar. Aku sudah bilang bukan? Dantianku retak. Bila aku menyerap qi dantianku akan meledak dan aku akan mati."

"Sudah kubilang. Dantianmu mungkin akan meledak, tapi tidak hancur"

Xika mengerutkan alisnya.

"Apa maksudmu?"

"Entahlah. Mengapa kau tidak mencobanya? Lagipula cepat atau lambat kau akan mati bukan? Apa bedanya mati sedikit lebih cepat?"

"......"

Xika terdiam. Ia memikirkan perkataan itu dalam-dalam.

"Bagaimana? Kau mau?"

".....Apa yang kau inginkan?"

Bagaimanapun juga, perkataan itu ada benarnya juga. Cepat atau lambat dia akan mati. Daripada diam dan menunggu kematian menjemputnya, lebih baik bertaruh pada kesempatan ini.

"Hehehe.... Bukankah kau tadi bilang menolak?"

"Lupakan"

Xika berjalan menjauh.

"He-hei tunggu. Aku hanya bercanda."

Xika berbalik.

"Jadi.... Apa maumu?"

"Mmmm.... Tidak banyak. Aku hanya butuh tiga hal. Pertama, aku membutuhkan energi. Seperti yang kau bilang aku membutuhkan energi mahkluk lain untuk bertahan hidup.

Kedua, aku membutuhkan materi. Kau tahu bukan aku hanyalah sebuah jiwa? Aku membutuhkan materi untuk membangun kembali badanku.

Ketiga, aku membutuhkan wadah. Saat ini, tanpa wadah, aku membutuhkan energi terus menerus untuk bertahan. Bila aku memiliki wadah setidaknya jiwaku tidak akan menghilang selama 100 tahun meskipun tidak menerima energi.

Jadi? Kita setuju?"

"Ditolak"

Xika menyilangkan kedua tangannya.

"A-apa? Me-mengapa? Bukankah itu cukup menarik ?"

"Pertama, energi, jangankan untukmu, mencari sumberdaya untukku saja sulit apalagi untukmu, yang ada bukannya aku memberimu energi, malah aku berebut energi denganmu.

Kedua, materi, seperti yang kubilang tadi, sumberdaya saja sulit apalagi materi, aku memang tidak tahu materi apa yang kau butuhkan, namun untuk membentuk tubuh pastilah merupakan materi yang langka dan itu sangat sulit.

Ketiga, wadah, aku tidak bisa mencarikanmu wadah untuk bertahan hidup, kalaupun bisa pasti sangat sulit, dan akupun tidak mau menawarkan tubuhku padamu"

Jelas Xika panjang.

"Kalau begitu kurasa kita sepakat. Pertama tentang energi, kau tidak perlu repot mencarikanku energi, kau hanya perlu membawa ku jalan-jalan di gunung ini, aku akan menyerap semua energi hewan spiritual yang kau temui, mengenai materi, itu bisa ditunda dulu, tunggu kau semakin kuat baru kita bicarakan lagi"

"Lalu... Mengenai hal ketiga? Wadah apa yang kau butuhkan?"

"Tubuhmu"

"Kau gila? Tidak. Sekalipun aku memiliki energi dan materi yang cukup, aku tidak akan pernah menyerahkan tubuhku."

"Hei hei. Dengar dulu. Kurasa ada yang salah dengan perkataanmu. Kau tidak perlu menyerahkan tubuhmu. Aku tidak akan mengambil alih tubuhmu. Aku hanya akan tinggal di salah satu dantianmu"

"Apa? Salah satu dantianku? Apa maksudmu?"

"Kau akan tahu bila kau menerimanya"

"Dasar rubah tua" pikir Xika.

"Lalu... Apa yang akan terjadi bila kau tinggal di tubuhku? Apa aku masih bisa menggunakan dantianku untuk berkultivasi?"

"Apa maksudmu apa yang akan terjadi? Tidak ada yang akan terjadi. Selain mungkin kau akan mengalami sedikit sakit selama prosesnya"

Xika akhirnya setuju setelah berpikir keras.

"..................................... Baiklah. Sepakat"

"Bagus"

"Ngomong-ngomong kau ini mahkluk apa?"

"Aku adalah campuran antara Cygnus sang angsa es dengan Phoenix sang burung api, Cygnix!"

"Ooooh.  Jadi apakah ayahmu burung Phoenix yang turun ke dunia ini lalu jatuh cinta pada angsa es yang cantik?"

"Tidak. Kau salah"

"Eh?"

"Ayahku adalah Cygnus sang angsa es, ibuku adalah Phoenix sang burung api"

"Hahhh, Phoenix yang menawan dan anggun bisa-bisanya jatuh cinta pada angsa dekil di kolam tetangga"

"Cih! Ayahku dihina oleh bocah dekil yang bahkan tidak bisa berkultivasi!"

"...."

"....."

Mereka saling tatap dan akhirnya tertawa bersama.

"Pffttt-"

"Pffftt-"

"Huahahaha sialan kau burung dekil"

"Hahahha kau yang sialan bocah cacat"

Entah mengapa mereka mudah sekali akrab, seolah sudah lama berteman. Dipanggil cacat oleh suara itupun mendadak terasa berbeda, bahkan tidak terasa hinaan.

"Lalu siapa namamu? Apa kupanggil burung dekil saja?"

"Hehehe.... Dengar baik-baik namaku. Namaku adalah Huo Bing. Huo 火 yang berarti api dan bing 冰 yang berarti es"

"Bagaimana denganmu? Apa kupanggil saja kau bocah cacat?"

"Hahaha, sialan kau. Namaku Xika. Xing Xika. Namaku diambil dari kata Heng Xing Xi (恒星系,galaksi) dan Ka (卡, kartu)"

"Galaksi dan kartu ya... Menarik. Apa ayahmu suka bermain kartu atau semacamnya?"

"Mengenai hal itu, ayahku memang suka bermain kartu, ia pandai sulap kartu, bahkan ia meninggalkan 1 kotak kartu untukku. Yah, hal itu menurun padaku sepertinya"

"Hm? Kau juga pandai bermain kartu?"

"Yaaaaahh..... Pandai sih tidak, tapi aku senang. Kenapa memangnya?"

"Yah, meskipun tempat yang kita tinggali ini bernama Card Continent, tapi sebenarnya tidak banyak orang yang menyukai kartu disini. Ironis sekali bukan?"

Xika hanya tertawa mendengar perkataan Huo Bing.

"Sepertinya namamu tidak sesederhana hobi ayahmu saja aku yakin ada makna lain dibalik namamu"

"Begitu ya.....Jadi? Apa yang harus kulakukan?"

"Menyerap qi ke dantianmu tentu saja. Kau tidak tahu bagaimana cara berkultivasi?"

"Apa kau gila?! Sudah kubilang dantianku akan meledak!"

"Dan sudah kubilang dantianmu tidak akan meledak"

"........ Jelaskan terlebih dahulu. Atau semua kesepakatan kita batal."

Terdengar suara itu menghela nafas.

"Baiklah baiklah.

Begini, saat aku berkelana di sebuah reruntuhan kuno, aku membaca sebuah tulisan yang aneh. Bahkan sampai sekarang pun aku masih tidak tahu apa artinya."

Alis Xika naik sebelah.

"Sampai aku bertemu denganmu."

"Sialan! Hentikan itu. Aku masih normal"

Jawab Xika yang sepertinya salah mengerti perkataan Huo Bing.

"Hah-apa maks- Sialan! Bukan itu yang kumaksud.

Aku ini lelaki, dan aku juga masih normal, sialan!"

"Jantan lebih tepatnya. Kau seekor burung bukan?"

"Sialan! Bisakah kau diam setidaknya  sampai ceritaku selesai?"

"Baiklah baiklah"

"Kembali ke topik. Aku tidak mengerti tulisan di dinding reruntuhan itu sampai aku bertemu denganmu"

"Lewati bagian itu"

"Diamlah! Tulisan itu mengatakan:

Sebuah jiwa yang malang

Yang tertindas

Sebuah wadah yang retak

Hanya menunggu waktu

Sampai hancur

Seorang teman

Yang akan datang

Yang tertindas

Akan bangkit

Yang hancur

Akan terpecah dan bersatu."

"......."

Xika mengerutkan alisnya. Mencoba memikirkan baik-baik perkataan Huo Bing.

Setelah beberapa saat ia menyerah.

"Aku tidak mengerti"

"Dasar bodoh"

"Sialan! Cepat jelaskan!"

"Kau tidak mengerti? Jiwa yang malang itu dirimu. Wadah yang retak itu dantianmu. Di bagian akhir mengatakan : wadah yang hancur akan terpecah dan bersatu.

Jadi bila kau menyerap qi, dantianmu mungkin akan meledak, hancur, setelah itu pecahannya akan bersatu kembali"

Mata Xika berbinar-binar.

Jadi selama ini yang perlu ia lakukan hanyalah menyerap qi? Andai saja ia tau hal itu lebih cepat.

"Setidaknya itu teoriku"

Dan sorot mata yang berbinar-binar itu hilang.

"Teorimu? Teorimu? Jadi aku harus mempertaruhkan nyawaku untuk teorimu yang bahkan belum tentu benar?"

"Setidaknya itu layak dicoba. Toh sama saja bukan? Retakan-retakan di dantian mu terus bertambah seiring waktu. Entah akan benar-benar bersatu kembali atau tidak tetap saja itu akan terjadi cepat atau lambat. Kalaupun mati, setidaknya penderitaanmu akan berakhir bukan?"

"Aku mensyukuri setiap detik hidup yang kujalani"

"Benarkah? Setiap detik hidup yang kau jalani? Setiap penghinaan yang kau terima? Setiap pukulan yang kau derita? Itukah detik hidupmu yang kau syukuri?"

".................."

Hening.

Hening yang cukup lama.

Tak ada yang berbicara.

Mungkin keduanya sibuk merenungkan pikirannya masing-masing.

"......... Apa jaminanmu?!"

Xika bertanya dengan tatapan tajam.

"Setidaknya bila aku gagal, aku harus mendapatkan kompensasi"

".........."

Suara itu terdiam cukup lama.

"Bila kau gagal, aku akan menggunakan sisa kekuatanku untuk membuatmu bertahan hidup.

Bila itu gagal juga setidaknya aku juga akan mati, atau umurku berkurang.

Bagaimana?"

"...................."

Xika berpikir cukup lama baru menjawab.

"Cukup adil."

Xika tersenyum.

Tetapi mendadak senyumannya hilang terganti oleh tatapan yang mengerikan.

"Tapi bila kau tidak menepati perkataanmu, aku berjanji aku akan kembali dari kematian dan membawamu bersamaku"

"Setuju"

"Baiklah"

Xika duduk di batu terdekat. Ia mulai menyerap qi.

Perlahan, retakan di dantian Xika semakin besar.

Terdengar bunyi giginya saling beradu menahan sakit yang dirasa.

Retakan semakin banyak dan besar......

KRAK.....

KRAKK....

Dan akhirnya.....

BOOOOOM!!!!!

"Uhuk....."

Xika terlempar dari tempatnya duduk.

"Hei nak. Kau tidak apa-apa?"

Terlihat darah keluar dari sudut mulutnya.

Pandangannya mulai buram.

"Hei! Xika!"

Brukk!

"Xika! XIKA!"

Xika hilang kesadaran.

################

*Cat

Cygnus: dibaca siginus

Phoenix: dibaca feniks/finiks

Cygnix: dibaca siginiks

Btw, Cygnus sama phoenix beneran mahkluk mitologi, klo cygnix murni ciptaan gw.

 

 

CCS-3

 

 

Xika mulai membuka matanya.

"uhhhhh...... apa yang terjadi?"

"kau pingsan saat kau sedang menyerap qi. Bagaimana dantianmu?"

"Dantian? Benar! Dantian. Bagaimana dantianku?"

Xika mulai memejamkan matanya, merasakan dantiannya.

...........

"Tidak Ada!"

"Apa?!"

"Dantianku! Tidak ada!"

"Coba rasakan sekali lagi. Kali ini lebih dalam."

Xika memejamkan matanya.

TIdak ada.

Tidak ada dantian.

Tunggu! Apa itu?

Sebuah kristal kecil. Tetapi mengandung qi. Itu bukan dantiannya. Tunggu! Kristal itu sangat mirip dengan dantiannya hanya saja....... lebih kecil.

Xika membuka matanya.

"Bagaimana?"

"........"

Xika bingung menjawab pertanyaan Huo Bing.

"Apa dantianmu ada? Apa itu bersatu kembali?"

"Entahlah....."

"Apa maksudmu?"

"Dantianku memang ada..... Tapi tidak sekecil ini sebelumnya......Tunggu!"

Xika kembali memejamkan matanya.

"Ada apa?"

Ia merasakannya lagi. Kristal kecil itu lagi. Ada yang lain. Tidak hanya satu. Ada dua.Tidak.Tunggu. Ada lagi.Lagi.Lagi.

Xika dapat merasakan banyak sekali kristal kecil itu. 40? Tidak, mungkin 50.

"Huo Bing...."

"Ada apa? Kenapa?"

"Dantianku......lebih dari satu...."

"APA?! Jadi kau tidak memiliki satu tapi dua dantian? Luar biasa!"

"Tidak..... Dantianku lebih dari dua."

"Lebih dari dua? Keberuntunganmu luar biasa nak! Jadi kau memiliki tiga dantian? Dua saja sudah jenius sekarang kau memiliki tiga."

"TIdak. Dantianku lebih dari itu"

".........."

Huo Bing terdiam.

"Baiklah. Katakan. ada berapa dantianmu? Lima? sepuluh? Katakan nak!"

Sebenarnya Huo Bing hanya bercanda. Seorang manusia memiliki dantian lebih dari satu itu sangat jarang. Paling banyak memiliki dua. Itupun sudah dianggap jenius luar biasa. Pasti dia ingin mempermainkanku, pikir Huo Bing.

"Sekitar....lima puluh mungkin?"

"........Baiklah nak. Sudah cukup main-mainnya."

"TIdak. Aku serius. Kalau kau tidak percaya, coba saja lihat sendiri."

"Baiklah"

Sebuah aura aneh menutupi tubuh Xika. Aura itu adalah bagian dari jiwa Huo Bing. Huo Bing menggunakannya untuk memeriksa dantian Xika.

"........."

Huo Bing terdiam menatap Xika setelah memeriksa dantiannya.

Sementara Xika hanya menatap balik dengan pandangan 'sudah kubilang bukan?'

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

".........Entahlah.......... Aku tidak tahu....... Aku sempat menduga kalau kau akan memiliki dantian lebih dari satu. Tapi aku tak pernah menduga sebanyak ini. Aku akan memikirkannya lagi nanti.

Untuk sementara kita abaikan saja dahulu masalah ini.  Setidaknya kau bisa berkultivasi."

Xika hanya mengangguk setuju.

"Baiklah. Sekarang, mari kita lanjutkan. Biarkan aku masuk ke dantianmu"

".......Yang mana?" Tanya Xika dengan tatapan sinis. Ia masih tak rela Huo Bing diam di badannya.

"Yang mana saja. Sudah punya banyak dantian seperti itu juga, masih saja pelit"

"Baiklah"

Xika menghela nafas.

"Apa  yang harus kulakukan?"

"Aku akan masuk ke salah satu dantianmu. Jangan serang jiwaku. Kalau tidak, aku akan mati."

Aura yang sama yang menutupi tubuh Xika muncul sekali lagi, tetapi kali ini lebih banyak.

"Aku peringatkan sekali lagi, jangan serang jiwaku. Aku akan benar-benar mati. Aku juga akan membawamu jika aku mati. Bukan hanya kau saja yang bisa melakukan itu!" Ujar Huo Bing yang tampaknya mengetahui niat buruk Xika.

Xika yang niat buruknya ketahuan oleh Huo Bing hanya bersiul-siul sambil memalingkan muka.

Kini aura itu mulai bergerak secara aneh, hingga membentuk sebuah burung. Namun Xika yang tengah berkonsentrasi tidak menyaksikan hal itu.

Sosok burung itu berputar beberapa kali, sebelum akhirnya menjadi mutiara merah dan biru kemudian terbang menuju salah satu dantian Xika.

Perlahan tapi pasti, aura Huo Bing mulai meresap kedalam tubuh Xika, jiwa Huo Bing mulai masuk kedalam tubuh Xika, akhirnya Tubuh Xika berhasil menampung jiwa Huo Bing.

Perlahan Xika membuka matanya. Ia mulai merasakan tubuhnya. Mencari apakah ada yang berbeda.

Tiba-tiba terdengar suara yang sangat menyebalkan.

"HAHAHAHAHAHAHAHA..........."

"Akhirnya..... dengan begini, setidaknya jiwaku tidak akan hilang selama 100 tahun"

Ternyata itu adalah suara Huo Bing yang kini berada dalam tubuh Xika.

"Berisik, sialan!" Ujar Xika yang masih terkejut karena suara yang muncul tiba-tiba di kepalanya.

"Xika.

Terima kasih"

"Sama-sama"

Xika pun tersenyum.

"Ngomong-ngomong, apa Patriach tidak akan merasakan auramu? Kau kan hewan spiritual khusus, harusnya auramu cukup kuat"

"Hehehe, tidak perlu khawatir, aku dapat menyembunyikan auraku, apalagi di tempatmu tinggal tidak ada kultivator yang kuat, kecuali kalau kau tidak segera pulang, dan membuat klan mu curiga"

"Apa maksudmu? Saat aku pergi tadi masih pagi. Mungkin sekarang sudah sore hari. Aku sering pulang ke rumah sekitar jam segitu"

"Pergi pagi dan pulang.... ESOK SORENYA!! Menyerap jiwaku tidak memakan waktu yang sebentar kau tahu"

"Apa!!! Paman pasti cemas. Aku harus segera pulang"

Xika segera berlari menuju klannya.

Namun kali ini ia tidak pulang sendiri, ia membawa seorang teman.

--------------------

"Xing Xika! Kemana saja kau? Aku sudah mencarimu seharian kau tahu!"

Xika langsung dimarahi oleh pamannya saat ia sampai di rumah.

Wajar saja, Xika sudah menghilang sehari tanpa kabar. Orang tua macam apa yang tidak akan panik bila anaknya hilang?

Ya, meskipun Xika dan Fa Diala tidak ada hubungan darah, mereka sudah seperti pasangan ayah-anak, Xika dan Fa Diala pun masing-masing sudah saling menganggap sebagai ayah dan anak.

Xika sendiri sebenarnya ingin memanggil Fa Diala sebagai ayah, namun Fa Diala menolak. Katanya, ia tak cukup pantas untuk dipanggil ayah. Ia merasa belum memberi Xika kehidupan yang layak. Xika sendiri hanya bisa terdiam mendengar jawaban seperti itu.

"Maaf paman, aku menemukan tanaman spiritual yang berharga, saat hendak memetiknya, ternyata tanaman itu dijaga oleh hewan spiritual, aku berlari dan bersembunyi sampai hewan itu pergi, namun sayangnya hewan itu masih berjaga-jaga cukup lama, baru sekarang aku bisa pulang"

Xika merasa bersalah karena membohongi satu-satunya orang yang peduli padanya. Namun apa boleh buat, Huo Bing bilang keberadaanya harus dirahasiakan, bahkan oleh orang terdekatnya sekalipun, karena keberadaannya dapat menyebabkan bencana.

Fa Diala menghela napas.

"Memangya untuk apa tanaman spiritual itu?"

"...."

Fa Diala tahu, selama ini Xika selalu berusaha membantunya, dan saat ini yang paling bisa dilakukan olehnya adalah memberinya tanaman spiritual untuk semakin kuat, atau untuk dijual agar dapat membantunya.

"Sudahlah... Jangan lakukan itu lagi lain kali, ini sudah larut malam, pergilah tidur"

"Baik paman"

Xika segera menuju kamarnya

---------------------------------

Xika tak langsung tidur, begitu ia sampai di kamarnya. Ia masih berbincang-bincang dengan Huo Bing.

"Hei, Xika, aku penasaran"

"Hm? Tentang apa?"

"Coba kau berkultivasi sekarang. Cobalah untuk menyerap qi sebanyak-banyaknya."

"Lalu diarahkan ke dantian yang mana?"

"Tidak ada, serap saja sebanyak mungkin, coba biarkan saja, jangan diarahkan, biarkan ia mengalir sendiri"

Xika segera melakukan hal yang dikatakan Huo Bing.

Ia menyerap qi semaksimal mungkin. Ajaib! Qi nya berkumpul di satu titik, di salah satu dantiannya, padahal ia tidak mengarahkannya.

"Hei, apa yang terjadi? Aku tidak mengarahkan qi nya, namun mereka semua berkumpul di satu dantian."

"Hmmm..... Seperti yang kuduga. Dantian yang tersebar di tubuhmu tidak tersebar secara merata, ada yang besar ada yang kecil. Yang besar digunakan untuk menyerap dan menyimpan qi di kolam spiritual dan tersimpan di keningmu, sedangkan yang kecil digunakan untuk menyerap dan menyimpan qi ditubuh."

"Hah? Di kolam spiritual? Di tubuh? Kenapa tidak di satu tempat saja?"

"Hahhhhh... Xika..Xika.. kau itu benar-benar tidak tahu apa-apa tentang dunia kultivasi ya.

Dengar ya untuk bisa berkultivasi, manusia membutuhkan dantian yang cukup besar.

Jenis yang ini mengkultivasi roh/spiritual, tidak semua manusia memiliki dantian yang cukup besar, bagi yang tidak cukup besar, mereka memiliki alternatif lain, yaitu mengkultivasi tubuh mereka.

Karena itu kultivator dibedakan menjadi 2, yang mengkultivasi rohnya, dan yang mengkultivasi tubuhnya. Yang mengkultivasi rohnya disebut kultivator, yang mengkultivasi tubuhnya disebut Body Cultivator, meskipun sesama kultivator tapi cara mereka berlatih sangat berbeda"

"Nggggg.... Lalu aku disebut apa dong?"

"...... Aku juga tak tahu. Kasusmu ini sangat jarang, bahkan tidak pernah terjadi, memang ada yang dantiannya pecah, tapi sesudah itu ia tidak bisa berkultivasi lagi. Sedangkan yang memiliki dua dantian biasanya mengkultivasikan keduanya ke arah yang sama."

"Lalu kenapa qi nya berkumpul di satu tempat? Padahal tidak aku arahkan"

"Memang dantianmu tersebar, tapi tubuhmu membaginya menjadi beberapa tahap, dan di tubuhmu terdapat 4 dantian yang terbesar, saat kau mulai mengisi dantian terkecil dari 4 dantian terbesarmu, itu artinya kau sudah memasuki tahap qi gathering 1, saat kau sudah bisa mengisi dantian kedua, dan dantian pertama penuh itu menandakan kau sudah forming qi 1, dan seterusnya"

"Berarti aku sudah masuk tahap Gathering Qi 1 dong sekarang?"

"Ya, kau sudah memasuki tahap gathering qi 1. Pada tahap ini kau masih mempelajari cara memperkuat tubuhmu, dan cara-cara meyerap qi, kau juga bisa menggunakan qi, tapi hanya sebatas dalam tubuhmu, tidak dapat dikeluarkan dari tubuhmu. Tahap ini sama seperti Body Refining Cultivator, kultivator pun setidaknya harus menempa tubuh mereka, meskipun para ahli tingkat tinggi jarang yang memperhatikan tubuh mereka karena dianggap tidak berguna. Pada tahap gathering qi lah kultivator menempa tubuhnya "

Xika segera merebahkan diri di kasurnya.

"Ha..."

"Hahaha..."

"Hahahahahahhaha"

Xika tertawa, namun tanpa ia sadari butiran air mata telah turun dari matanya. Ia menangis.

Perasaanya akhirnya lega setelah selama ini, setelah 10 tahun akhirnya ia dapat berkultivasi, setelah 10 tahun akhirnya ia bebas dari penghinaan, setelah 10 tahun akhirnya ia dapat memberikan kabar gembira pada pamannya, serta kepada ayah ibunya yang sekarang entah dimana.

"Hei, ada apa? Kau tertawa sambil menangis"

"Tidak... Aku hanya merasa senang... Setelah 10 tahun....akhirnya aku dapat berkultivasi....aku dapat berjalan dengan bangga di klanku...aku dapat membanggakan paman,ayah,serta ibuku........

Terima kasih Huo Bing."

Huo Bing hanya mendengus, namun di dalam hatinya ia turut senang mendengar bahwa beban Xika terangkat.

--------------------------------

Esok harinya, saat sedang berjalan-jalan di klannya, Xika bertemu Fa Duolang dan pengikutnya, grup yang paling sering membully Xika.

"Hei,hei, lihat, siapa itu yang berjalan? "

"Lihat gayanya itu, sombong sekali dia"

"Huo Bing berapa tingkat kultivasi mereka?"

"2 orang tahap  gathering qi 1, 2 orang tahap gathering qi  2, dan 1 orang orang tahap gathering qi 3"

"Mau apa kalian?"

"Mau apa? Seperti ini cara mu berbicara pada seniormu?"

"Umurmu sama denganku Fa Duolang, kau bukan seniorku"

"Sudah kubilang, senioritas tidak diukur dari umur, tapi dari tingkat kultivasi, karena aku bisa berkultivasi dan kau tidak, maka aku seniormu"

"Sudah mengerti, anak haram?"

Tatapan Xika menajam. Banyak rumor buruk yang beredar tentang dirinya, salah satunya mengatakan bahwa Xika adalah anak haram Fa Diala, Fa Diala baru berani mengajak Xika ke klannya setelah istrinya meninggal. Memang, tidak lama setelah istri Fa Diala meninggal, Fa Diala membawa Xika ke Shaking Card Clan.

"Aku tidak sudi memanggil mahkluk hina seperti kalian sebagai senior. Aku menghormati orang berdasarkan perbuatan, dan kau sama sekali tidak layak"

"Lihat cara anak ini berbicara, sepertinya perlu diberi pelajaran"

Fa Duolang menjentikan jarinya.

"Hajar dia"

Dua orang segera maju, mereka adalah Fa Da dan Fa Xiao, pengikut Fa Duolang yang paling baru, sehingga kultivasi mereka baru tahap gathering qi 1.

Xika segera menghindari pukulan Fa Da, lalu meninju muka Fa Xiao.

Duaaakkk!!

Dalam 1 pukulan Fa Xiao langsung jatuh tersungkur.

"Sialan! Beraninya kau memukul adikku!"

Fa Da segera menendang Xika tepat di perut.

Tendangan itu sukses membuat Xika mundur lima langkah.

"Xika, jangan gegabah, mungkin kau sudah bisa berkultivasi, tapi kau belum pernah berlatih, belum lagi kau tidak pernah menggunakan kekuatanmu, kau bahkan hampir tidak bisa disebut kultivator, kau tidak bisa mengalahkan mereka!"

"Tenang saja, aku tahu batasku"

Xika segera berlari dan menendang Fa Da. Fa Da segera jatuh tersungkur.

Melihat 2 orang dikalahkan dengan cepat, pengikut Fa Duolang yang lain tidak tinggal diam. Mereka segera berlari menuju Xika.

Xika segera mengambil sebuah batu, ia melemparnya pada salah satu dari mereka, lalu segera berlari.

Whuusssh!!

Duaaakkkk!

Salah satu pengikut Fa Duolang berhasil menghindari batu yang dilempar Xika, namun sayang, batu itu malah mengenai Wajah Fa Da.

"Sial! Dia lari, jangan diam saja kalian! Cepat kejar dia!"

Xika berlari menuju Diamond Shake.

Fa Duolang, Fa Xi, Fa Sha dan Fa Xiao yang berhasil bangkit lagi, segera mengejar Xika ke Diamond Shake.

"Hah..hah...hah.."

Xika sudah berlari cukup jauh, namun keempat orang itu masih saja mengejarnya.

Xika sudah tak mampu berlari lagi, semua tenaganya sudah habis, terlebih lagi, perutnya masih sakit karena tendangan Fa Da tadi.

!!!!

Karena tak sadar berlari, Xika sudah sampai di ujung area luar, sedikit lagi ia akan masuk ke area inti.

Ia jadi ragu. Lebih baik masuk atau tidak. Jika ia masuk besar kemungkinan dirinya diserang hewan buas, tapi jika ia tidak masuk ia akan dihajar habis-habisan oleh Fa Duolang dan kawan-kawannya.

Mata Xika menatap sesuatu. Melihat hal tersebut, Xika tak ragu lagi dan segera berlari memasuki area inti.

"Kak Duo, dia masuk ke area inti. Apa yang harus kita lakukan?"

"Sialan! Ikuti dia!"

Mereka berempat pun masuk ke area inti.

 

 

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!