NovelToon NovelToon

7 Hari Bersama Althara

Prolog

Althara mengajak ku ke Caffe di Puncak Bogor. Caffe yang menjadi tempat Favorit ku untuk menyaksikan luas nya langit dengan taburan bintang-bintang yang terasa begitu dekat dengan kepala kita. Caffe ini juga menyuguhkan pemandangan yang begitu megah dengan lampu kota yang berkelap kelip di bawah sana.

21 Mei 2014. Hari itu adalah hari ulang tahun Althara. Yang di inginkan Althara hanyalah menghabiskan waktu dengan ku sampai tengah malam. Sama persis dengan keinginan nya di taun tahun sebelum nya,dia melarang ku untuk tidak memberikan nya apapun selain waktu ku.

“Kayak nya aku mau coba jurusan gastronomi molekul deh” Ujarku saat Althara bertanya akan kemana aku melanjutkan kuliah ku.

“Biar aku bisa belajar masak dan sekaligus meneliti bahan-bahan kimia dari makanan yang aku buat kan?”

Althara tertawa mendengarnya.

“Kalo kamu ? Kenapa kamu mau pindah Universitas ?”

Tanyaku saat mengingat bahwa Althara pernah mengatakan dia ingin pindah dari kampusnya.

“Aku mau pindah jurusan”

“Kenapa? Bukan nya jurusan Komunikasi Virtual udah sesuai sama potensi kamu ya?”

Dia coba memikirkan sesuatu dengan mata yang tidak terlepas dari pemandangan di hadapan nya.

“Aku mau coba jurusan Tata Boga”

Aku menahan tawaku saat mendengar ucapan nya yang membuatku tidak yakin.

“Mana mungkin?”

“Mungkin aja”

“Gak akan mungkin Althara,kamu bikin cake buat bunda aja gosong mana bisa kamu masuk Tata Boga”

“Ya karena itu ,aku jadi mau belajar,jadi aku bisa selalu buat cake seenak buatan bunda kan?”

Aku mengangkat satu halisku,karena melihat terlalu percaya dirinya dia.

“Mana bisa kamu buat cake seenak buatan bunda ?”

“Bisa”

“Aku ga yakin”

“Kalo aku beneran bisa gimana?”

“Buktikan dulu”

“Kalo iya aku bisa buat cake seenak buatan bunda aku mau kamu ngelakuin suatu hal”

“Apa?”

Althara terlihat memikirkan sesuatu, pandangan nya begitu kosong tersirat jelas dia sedang memikirkan sesuatu.

“Aku mau kamu jangan pernah berubah”

Dia membuatku diam,mencerna kembali keinginan nya

“Hanya itu ?”

Karena menurutku itu terlalu mudah untuk di lakukan.

Althara memutar tubuh nya dan duduk dengan sigap di hadapan ku, dia memegang kedua tangan ku dan menatap mataku begitu dalam.

“Alhena. Aku mau kamu jangan pernah berubah,tetap seperti ini ,dengan perasaan yang sama dan tetap menjadi Alhena yang aku kenal apapun yang terjadi”

Matanya begitu tulus mengatakan nya. Althara tidak main-main dengan ucapan nya. Harusnya Althara tau tanpa diminta pun aku akan tetap seperti ini. Althara mulai lagi dengan tatapan nya yang penuh ketakutan. Aku tidak tahu ada apa sebenarnya namun aku selalu berfikir positif agar aku tak selalu mencurigainya.

“Baiklah” jawab ku sambil tersenyum.

“Janji?” Althara mengangkat kelingking kanan nya.

Aku kembali tersenyum dan menyambut dengan kelingkingku

“Janji”

Aku sangat senang ketika kita sudah mengikrarkan janji seperti ini, karena kita tidak pernah sekali pun untuk mengingkari nya. Aku sangat mencintai Althara, aku ingin dia menjadi yang terakhir di hidupku. Dan aku pun merasakan jika Althara memiliki perasaan yang sama dengan ku.

Aku selalu tertawa ketika mengingat bahwa dulu aku begitu membenci nya,bahkan tidak pernah terfikir oleh ku untuk bisa mencintainya. Tapi sekarang semua keadaan telah berbalik,Althara yang begitu dingin dulu ku kenal,sekarang berubah menjadi begitu hangat dan penuh cinta. Sekarang dia menjadi sosok laki-laki yang selalu khawatir dengan kondisiku. Dia yang selalu perhatian dengan semua yang aku lakukan.

Keesokan nya aku terbangun dengan perasaan yang bimbang. Althara tidak menghubungiku hari itu,telepon nya pun tidak dapat di hubungi. Aku berfikir bahwa mungkin dia sedang sibuk dengan kuliah nya.

Sore harinya ku coba menghubungi dia lagi,namun tetap saja nomor nya tidak dapat di hubungi. Aku mulai cemas, aku coba menghubungi orang tua nya, ternyata sama saja nomornya tidak dapat di hubungi. Malam hari pun sama, dia masih tidak bisa di hubungi. Aku mulai mencari nya dengan menanyakan kepada teman-teman nya,dan teman teman nya pun tidak tahu keberadaan althara.

Ku coba menghubungi nya lewat sosial media,namun tidak di gubrisnya.

Keesokan nya aku coba mencari tahu Althara dengan datang kerumah nya. Dan tidak bisa ku percaya rumah nya sudah kosong, mereka semua tidak ada di rumah.

Aku masih berfikir positif, mungkin Althara dan keluarga nya sedang pergi berlibur namun mungkin dia belum sempat mengatakan nya padaku.

Hari hari pun berlalu,Althara masih tidak bisa di hubungi, dia mulai membuatku frustasi. Dia menghilang begitu saja. Dia membuatku di hantui rasa bimbang, kenapa Althara seperti ini ? Mengapa dia pergi tanpa pamit? Apa yang lakukan Althara ?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di dalam fikiran ku. Membuatku begitu kesal, menjadi bimbang, dan hancur.

Beberapa minggu telah berlalu. Althara benar-benar menghilang, dia tidak lagi memberiku kabar. Dia tidak ada menghubungiku, dia tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

Aku sudah mulai dengan kehidupan baruku di kampus. Kini aku berubah menjadi Alhena yang pendiam, tidak lagi ceria seperti dulu, Alhena yang kini adalah Alhena yang tertutup. Tidak senang bergaul apalagi dekat dengan laki-laki.

Althara berhasil membuatku hampir gila, dia membuatku terus di hantui rasa bersalah. Apakah aku membuat kesalahan kepadanya?

Apakah aku kurang terlihat mencintainya?

atau apakah dia menyembunyikan suatu rahasia besar dariku?

“Alhena kamu harus coba terbuka sama temen-temen kamu,kamu coba buat bergaul dengan mereka, kamu harus lupain masa lalu kamu, kamu ga bisa kaya gini terus sayang”

Mama ku yang selalu khawatir dengan keadaan ku,selalu memintaku untuk menjalani hari-hariku seperti dulu. Semua itu sudah kucoba namun tidak bisa. Setiap sudut kota Bandung yang aku lalui semua itu mengingatkan aku kepada Althara yang selalu mengajak ku keliling Bandung dengan motornya. Itu membuatku kembali sedih mengingat semua kenangan indah bersama nya. Sulit untuk ku melupakan semua kebahagiaan yang telah ku lalui bersama nya.

1 tahun berlalu.

Aku sudah tidak sanggup lagi hidup seperti ini. Tidak ada penyemangat lagi untuk ku melanjutkan kuliah.

“Kamu yakin mau ke jakarta?” Tanya Papa.

Aku menganggukan kepalaku dengan lemah.

“Jika kamu mau,kita bisa buat Caffe disini untuk kamu bikin usaha sayang”

“Pah , aku mau disana, ini peluang aku untuk bisa mempelajari usaha makanan luar negri,aku ga mau membuang kesempatan ini”

Padahal hatiku berkata lain,alasan terbesarku bukan lah itu. Restaurant itu memang adalah tempat dimana aku belajar memasak masakan Italia, dan beberapa hari disana aku merasakan adanya ketenangan. Dan ternyata pemilik Restaurant meminta aku untuk bekerja disana melihat potensi ku yang begitu baik dan cepat tanggap.

Dan akhirnya aku meninggalkan Bandung setelah dua tahun lamanya aku mengalami kekacauan di dalam hatiku.

Aku berusaha untuk melupakan Althara. Dan membuang semua kenangan manisnya disini lalu memulai kehidupan baruku di jakarta.

Aku memebencimu Althara.

Kehidupan baru

2 tahun sudah aku melakukan kehidupan ku di Jakarta. Aku mulai terbiasa dengan kehidupan ku disini. Bertemu dengan teman-teman baru,lingkungan yang baru, dan dengan pekerjaan yang telah membantu ku memiliki aktifitas rutin seperti ini.

Aku memang tidak memiliki banyak teman di Jakarta. Mungkin hanya memiliki beberapa di tempat kerja dan itupun hanya sebatas rekan kerja bukan sebagai teman yang biasanya bisa ku ajak untuk hangout ke luar,shooping,nongkrong dan kebiasaan teman-teman pada umumnya. Mungkin hanya ada satu yaitu Riani.

Riani adalah teman baik ku dari awal aku bekerja di Restaurant itu. Riani adalah teman setiaku, dia adalah teman yang ku percaya untuk bisa kuceritakan tentang semua kehidupan ku. Termasuk cerita masalalu ku dengan aAthara.

Riani adalah sosok gadis yang baik,cantik, dengan rambut pirang nya dan terlalu banyak bicara tentunya. Dia masih kuliah di kampus besar di Jakarta, dan dia pun memiliki jurusan sama dengan ku hanya beda nya aku tidak melanjutkan kuliah ku dan dia masih saja bergelut dengan skripsi nya yang masih saja di perjuangkan.

“Selamat pagi” ucapan selamat pagi ku untuk semua karyawan karyawan ku di dalam Restaurant.

Aku memiliki posisi General Manager di Restaurant ini, dan pemilik Restaurant ini bernama Daniel sang Owner. Daniel telah sukses memiliki beberapa Restaurant Italia di Indonesia, dia adalah pengusaha muda yang berasal dari Italia dan telah hidup disini lebih dari 15 tahun dengan keluarganya.

Sosok Daniel begitu gagah dan tampan,dengan wajah nya yang sangat kontras keturunan luar Negri, dan penampilan nya yang selalu casual,membuat siapapun yang melihat nya pasti akan terpesona. Matanya berwarna coklat terang,bulu matanya lentik namun tidak membuat dia seperti wanita,malah membuat dia semakin tampan. Kulitnya yang putih mulus, dan rahang nya yang kotak membuat dia terlihat sempurna.

Daniel sebelum nya memiliki kekasih, kekasihnya sering di bawa nya ke Restaurant. Wanita itu sering di bawa Daniel ke Restaurant,kami selalu terpanah melihat kecantikan wanita itu dulu,dia selalu berdandan layak nya model. Terlihat sekali Daniel memiliki tipe yang begitu tinggi ketika melihat sempurna nya wanita itu.

Namun hubungan mereka kandas setelah beberapa tahun, tidak di ketahui apa penyebab nya mereka berpisah. Karena itu bukanlah urusan ku dan urusan seluruh karyawan nya,pasti Daniel pun tidak ingin urusan pribadi nya di urusi karyawan nya.

Dan sekarang Daniel malah selalu terlihat aneh kepadaku. Sikap nya yang berubah drastis kepadaku membuatku risih. Daniel jadi sering mengunjungi ke Restaurant dengan alasan nya untuk mengecek data,tapi aku tahu itu hanya alasan nya saja,karena tidak biasanya dia mengecek data sesering itu. Menurut Riani,Daniel sepertinya mencari perhatian dariku dan terlihat menyukaiku. Karena perhatian yang di lakukan nya sangat terlihat berbeda.

Aku pun ingin mengiyakan prasangka Riani,namun aku terus menepis nya. Karena aku tidak ingin Daniel terlalu jauh bertindak dan memaksakan diri untuk masuk kedalam kehidupan ku.

Daniel datang ketika Restaurant baru saja di buka.

“Hay al”

Sapa Daniel saat dia masuk dan berdiri di depan meja kasir untuk mulai menggangguku.

“Hay pak” jawab ku dengan kikuk.

“Please panggil aku Daniel aja al”

“Pak aku udah bilang,ga enak di denger karyawan lain kalo aku panggil nama aja”

Aku sudah muak sebenarnya dengan percakapan ini.

“Oke, tapi di luar kamu harus panggil aku Daniel aja ya” Aku mengangguk dengan sedikit senyuman.

“Kamu udah sarapan?”

Dia mulai lagi dengan pertanyaan yang akan membuatku malas mendengarnya.

“Aku mau ngajak kamu makan di luar”

“Tadi pagi aku udah sarapan di rumah,dan sekarang masih kenyang”

Aku terus memberikan dia senyuman yang manis,agar dia tidak terlalu kecewa dengan penolakan ku.

“Okee” jawab nya dengan raut wajah kecewa seperti biasa.

Aku terus berusaha menyibukan diri di depan komputer ku agar terlihat sibuk.

Bel pintu berbunyi tanda bahwa pelanggan telah masuk kedalam restaurant.

Restaurant ini di kelilingi oleh kaca,bahkan pintupun terbuat dari kaca tebal. Daniel bilang ini agar mempermudah orang melihat mewah nya di dalam Restaurant dan agar orang-orang yang melintas di Restaurant bisa menarik perhatian mereka dengan design-design yang bak seperti restaurant bintang 5. Daniel memang begitu hebat dalam merancang design restaurant nya. Semua ini patut di acungi jempol.

Aku melirik kanan kiri,seperti nya semua karyawan ku masih sibuk prepare di dalam dapur dan tidak ada yang standby di dalam lobby dalam.

“Sebentar ya pak aku samperin dulu customer nya”

Izinku sambil menenteng sebuah notebook untuk mencatat pesanan.

Aku berdiri di depan pelanggan pertama laki-laki ini.

“Selamat pagi mas, sudah siap untuk pesan?”Tanyaku dengan manis kepada customer yang fokus dengan buku menu di tangan nya.

“Saya pesan Macchiato,Bruschetta dan Panino”

Sepertinya tanpa melihat buku menu pun dia sudah tahu akan memesan apa. Karena terlihat buku menu hanya di bulak balikan saja dan dia berbicara tanpa melihatku.

“Ada yang lain?” Tanyaku saat dia memberikan buku menu nya kepadaku.

Dia melihat ku dan terpaku. Aku menatap nya dengan bingung.

“Ada yang lain ?” Tanya ku sekali lagi dengan lebih perlahan karena mungkin saja dia tidak mendengar karena aku berbicara tidak jelas.

“Oh ngga” jawab nya dengan tersadar sambil tersenyum.

“Boleh saya tahu nama nya?” Tanyaku untuk memasukan nama di daftar pesanan. Agar bisa memudahkan pesanan langsung di antar ke customer yang tepat.

“Rey” singkat nya sambil terus memerhatikan wajahku dengan senyuman yang manis.

“Nama kamu siapa?” Tanya nya yang membuat ku mengangkat kedua alisku,dan aku pun tersenyum dengan kesalah pahaman nya.

“Maaf mas bukan maksud ku untuk..”

“Saya tau” potong nya membuatku diam.

“Saya cuma mau tau nama kamu”

“Alhena” lalu aku meninggalkan nya dengan memberikan sedikit senyuman kepadanya.

Aku kembali ke meja kasir dan kembali melanjutkan pekerjaan ku di depan komputer. Pesanan sudah otomatis masuk ke monitor yang ada di dapur jadi aku sudah tidak perlu lagi memberitahu pesanan yang perlu di buat.

Daniel kembali menghampiri ku dengan menenteng beberapa kertas di tangan nya.

“Oke al, data bulan lalu aku udah ambil ya, nanti sore jangan lupa untuk memberikan data-data penjualan tahun lalu dan comp sales nya” ujar Daniel sambil mengacung kan sebuah berkas di tangan nya.

“Oke pak”

“By al”

Aku hanya menganggukan kepala dan tersenyum.

Kemudian Riani berlari ke arah ku dengan heboh nya.

“Alhenaaaaa” teriak Riani begitu melihat Daniel sudah pergi.

“Apaansih lo ngagetin aja” Ketusku.

“Itu si babang ganteng yaa”

Tanya nya sambil melirik customer satu-satunya di pojok Restaurant.

“Lo kenal?”

“Dia langgangan disini al,hampir tiap pagi dia sering kesini masa lo ga ngenalin sih”

“Ya mana gue tau,pengunjung disini kan banyak,mana sempet gue perhatiin satu satu sih”

“Ish,ya kalo yang tampan ini lo perlu tau”

Aku mulai memutarkan bola mataku,sudah tahu persis akan seperti apa percakapan nya ini.

“Dia itu pelanggan paling ganteng yang pernah gue liat,dan pesen nya tuh selalu Macchiato dan Bruschetta kan? ih ganteng banget tau al, biasanya dia tuh dateng kesini sama temen-temen cowo nya dan semuanya pun sama pada ganteng pokoknya, lo harus dapetin salah satu dari mereka al kali aja lo..”

“Riani” potong ku dengan tegas memanggil nama nya dan menatap dia begitu sinis.

Riani terkejut melototi ku.

“Kembali kerja, saya tidak mau melihat kamu malah ngobrol disini ya!” ucapku sambil memegang kedua pinggangku. Seolah aku ini adalah bos galak yang kejam.

Riani hanya menunjukan sederet gigi nya

“Apa senyum senyum kembali kerja” tegas ku berperan menjadi sosok antagonis.

“Baik Bu Bos Daniel” ledek nya pergi sambil tertawa.

“Apa lo bilang?” Kataku sambil tertawa juga dan memukul nya dengan lap kotor yang ada di mejaku.

Riani pun berlari.

Haruskah aku melupakan nya ?

Malam hari di kamar ku.

Aku melempar tas gendong ku ke atas kasur, menghempaskan diriku ke atas kasur dan melentangan kedua tangan ku disana, menatap langit-langit di dalam kamar ku dan melihat manik manik bintang yang menempel di sana yang akan menyala jika ruangan gelap.

Aku menyukai bintang, amat sangat menyukai nya, bahkan hampir semua barang-brang ku berbentuk bintang dan bergambar kan bintang. Termasuk kalung yang sedang ku kenakan ini, bintang ini hanya separuh saja, dan separuh lain nya ada di Althara, karena dia lah yang memberikan kalung separuh bintang ini kepada ku pada 4 tahun yang lalu sebelum dia menghilang.

Aku jadi mengingat nya kembali, aku jadi teringat perkataan dia yang dulu “jangan pernah berubah tetap seperti ini, menjadi Alhena yang aku kenal apapun yang terjadi”

Aku masih selalu memikirkan kalimat itu, apa yang di maksud Althara adalah ini ? Dia ingin aku jangan berubah walaupun dia meninggalkan ku ? Sungguh gila memang keinginan nya, mana mungkin aku bisa bertahan mencintai nya dengan keadaan seperti ini ?

Keesokan nya aku kembali bekerja dengan suasana hati yang masih terasa hampa , namun akan sedikit terlupakan dengan sibuk nya pekerjaan ku.

Seseorang berdiri di hadapan ku ketika aku sibuk di depan komputer ku.

Aku tahu itu adalah pelanggan.

“Silahkan mas ada yang bisa saya ban….tu” suara ku sempat tertahan ketika aku melihat customer yang ada di hadapan ku.

Rey.

“Hay, lagi sibuk ya?” Tanya nya, membuatku terkejut.

“Hah ? Oh iya” aku terkejut karena aku bingung dengan pertanyaan nya yang seolah olah kita sudah saling kenal.

“Mas belum di layani ya, sebentar saya panggil pelayan dulu, DEAAA!!!” Teriak ku memanggil karyawan yang ada di dapur.

“Udah, udah ko aku udah di layani, meja aku di sebelah sana, aku kesini bareng temen-temen aku” ucap nya sambil menunjuk meja favorit nya kemarin.

Segerombolan itu,adalah teman-teman laki-laki ini yang di ceritakan Riani kemarin.

Aku mengangguk dengan bingung.

“Kemarin kita baru kenalan sebentar aja kan?”

“Hah ?” Spontan ku yang masih saja kikuk.

“Hahahhah, kenapa setiap aku tanya kamu cuma jawab dengan hah aja ?” Baginya ini lucu, namun awkward untuk ku. Karena aku sama sekali tidak mengenal nya dan tidak berniat sekali untuk bisa berkenalan di keadaan seperti ini.

“Kamu kayak nya karyawan baru disini ya ? Karena aku seperti baru lihat kamu disini”

“Ngga, saya pekerja lama kok disini, cuma saya jarang melayani customer seperti kemarin, jadi mungkin mas baru lihat saya kemarin”

“Kaku banget jawab nya” ledek nya sambil tersenyum.

“Santai aja, aku cuma mau kenalan aja sama kamu” aku tersenyum malu kepadanya, dan kembali mengotak atik komputer di hadapan ku, berharap dia mengerti bahwa aku sedang bekerja.

“Oke, kayak nya kamu lagi sibuk banget, aku permisi yaa, bye al” dan dia pun pergi sembil mengangkat tangan nya, aku tersenyum dan menganggukan kepalaku.

Benar-benar aneh memang dia fikir ku.

Setelah beberapa jam aku dan seluruh karyawan sibuk dengan ramai nya pengunjung, aku dan Riani menyempatkan diri untuk berisitirahat keluar. Aku dan Riani pergi ke Restuarant Junkfood membeli makanan yang pasti akan di terima perut kami dan membuat kenyang perut kami. Tidak seperti makanan Restaurant kami yang hanya memiliki porsi sedikit dan rasa begitu aneh.

“Al, lo sama sekali ga ada tertarik gitu buat deketin Daniel?” Tanya yang tiba-tiba saja membuat ku menatap dia dengan sinis.

“Jangan mulai deh ri, gua lagi gamau bahas hal itu” ketus ku dan kembali melanjutkan makan burger ku.

Riani menatap ku dengan pilu.

“Al, mau sampai kapan sih lo kayak gini?” Ucapan nya yang masih saja tak ku hiraukan, berpura pura tak mendengarkan nya.

“Lo nyiksa diri lo sendiri kalo kayak gini terus,kali-kali lo harus coba buka hati lo buat orang lain, ya seengganya sampai lo ngerasa udah bener-bener lupain masa lalu lo”

“Rii, please” aku benar-benar malas mendengarnya.

Riani diam menatap ku.

“Ini bukan saat nya buat kita bahas tentang itu oke, mending sekarang lo habisin makanan lo karena kita harus kembali ke Restaurant, disana lagi rame kita ga bisa lama lama di luar” ucap ku dengan ketus dan kembali makan. Aku mendengar helaan nafas Riani.

Aku tahu maksud Riani itu baik, dia sangat mengkhawatirkan ku dengan apa yang sedang aku alami, dia begitu perhatian dan hanya ingin yang terbaik untuk ku,namun aku pun tidak tahu bagaimana aku bisa mulai membuka hati untuk orang lain, jika hatiku saja masih berharap Althara kembali.

Lalu aku memikirkan apa yang di ucapkan Riani.

‘Sampai kapan aku akan terus seperti ini?’

Pulang dari resto aku tidak melajukan motorku ke rumah, namun ke suatu tempat di puncak. Ke caffe ‘milky way’ atau dalam artinya adalah galaxy bima sakti. Tempat dimana kita bisa menyaksikan milyaran bintang di tempat sana. Ini akan selalu menjadi tempat favorite ku walaupun sudah terlalu banyak kenangan yang sangat menyakitkan yang akan aku ingat.

Pelayan datang menghampiri ku dengan membawa nampan di tangan nya.

“Ini coffe latte nya mbak silahkan” pelayan itu menyimpan coffe di atas mejaku.

Aku tersenyum ramah kepadanya.

“Tumben banget mba kesini nya malem banget”

setidak nya satu bulan sekali aku selalu datang kesini, dan membuat aku menjadi pengunjung tetap caffe ini selama beberapa tahun.

“Iya resto lagi rame tadi” jawab ku sambil tersenyum dia pun menundukan kepala dan pergi meninggalkan ku.

Aku mengambil cangkir besar ku dengan kedua tangan, merasakan hangat nya coffe ini di telapak tangan dan meneguk nya sedikit demi sedikit merasakan kenikmatan coffee latte masuk kedalam tenggorokan ku dan menghangatkan tubuhku.

Ku tatap lagi lampu-lampu kota yang indah di hadapan ku dan mengingat suatu kalimat.

‘Kalo di langit malam mendung ga ada bintang, kamu bisa liat pemandangan lampu kota ini,anggap aja ini bintang, sama saja banyak dan kelap kelip kan?’

Mataku kembali basah mengingat Althara. Begitu menyakitkan rasanya, terlalu sulit aku untuk melupakan semua kenangan indah bersama dia. Terlalu indah masalalu dengan nya, hingga aku tidak sanggup membuka hatiku untuk orang lain. Aku terlalu mencintai nya bahkan sampai saat ini. Aku begitu sakit karena terlalu mencintai nya, aku begitu sakit karena cinta ku ditinggalkan disaat aku berharap kita bersama selamanya.

Aku sungguh berharap keajaiban akan datang,dan berharap bintang yang aku tatap setiap harinya bisa menyampaikan rasa rinduku kepadanya, aku begitu yakin bintang yang aku lihat setiap malam nya adalah bintang yang sama yang kan selalu di lihat oleh Althara walaupun aku tidak tahu dia ada di bagian bumi sebelah mana.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!