NovelToon NovelToon

Secret Of The Kingdom

Kelahiran Penerus

Malam yang sangat indah disinari bulan purnama, di sebuah kerajaan terlihat para dayang yang tampak sibuk mempersiapkan keperluan sang Permaisuri yang diramalkan akan melahirkan malam ini.

Di tempat lain, Sang Raja tampak mendiskusikan sesuatu dengan penasehat kerajaannya.

"Apa yang mulia yakin dengan keputusan anda?" tanya sang penasehat.

"Ya aku sangat yakin Shikaku, dan karena hal itulah aku ingin Permaisuri dibawa ke tempat yang jauh dari wilayah kerajaan" jawab Raja  dengan tenang walau raut kekhawatiran nampak jelas diwajahnya.

"Semuanya sudah kusiapkan dengan matang, aku ingin kau mengawasi kerajaan ketika aku sedang pergi. Dan jangan sampai mereka mengetahui hal ini" sambungnya kemudian.

"Hamba mengerti Yang Mulia" jawab Shikaku sang penasehat kerajaan. Pria itu menunduk menghormati keputusan serta kepercayaan dari Rajanya.

Malam itu pun, mereka melaksanakan rencana. Tanpa diketahui oleh siapapun. Dengan sangat berhati-hati mereka meninggalkan kerajaan.

Setelah perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai ditempat tujuan, sang Raja segera bergegas membawa sang permaisuri masuk kedalam rumah yang telah disiapkan.

"Sakitt.. Ini sakit sekali" sang permaisuri merintih karena rasa sakit yang dialaminya, proses persalinan pun dimulai.

Raja duduk bersimpuh sambil menggenggam erat tangan permaisuri, tatapannya hawatir melihat orang yang dicintainya tengah berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan anak pertama mereka.

"Kamu harus kuat isteriku.." bisik sang Raja pada permaisurinya.

Setelah lama berjuang mempertaruhkan nyawa, akhirnya sang penerus pun lahir dengan selamat.

"oeeek... oeekkk..!"

Kekhawatiran sang Raja pun usai setelah mendengar tangisan bayi, ia menatap permaisuri nya dengan penuh haru dan senyuman.

"Selamat yang mulia, puteri anda sangat cantik." ujar sang tabib sambil menyerahkan puteri kerajaan pada sang Raja.

Raja pun menerima puteri pertamanya, menggendongnya dengan hangat. Sungguh bahagia rasanya ketika jemarinya digenggam oleh sang puteri.

Namun kekhawatiran itu muncul kembali ketika melihat sang permaisuri berteriak kesakitan, sang tabib langsung mendekat setelah membersihkan sang bayi, beberapa menit kemudian bayi kedua pun lahir.

Raja tersenyum melihat sang buah hati dan permaisuri nya.

"Mereka sangat cantik Yang Mulia" ujar sang Permaisuri tiba-tiba.

"Cantik?" tanya sang Raja bingung, Kurenai tersenyum.

"Ya kedua putri kita sangat cantik yang mulia, apa anda punya nama untuk mereka Yang Mulia?" tanya Kurenai pada suaminya, Raido terkejut tentu saja, ia pikir salah satu bayinya berjenis kelamin laki-laki. Namun Raido berusaha menutupinya dengan raut tenang.

"Ya tentu saja aku sudah punya nama untuk mereka, permaisuri ku." jawabnya sedikit ragu, ada jeda sebentar.

"Yukari untuk sang kakak, dan Yukatta untuk si adik." sambungnya kemudian.

"Nama yang sangat indah suamiku, nah sayang namamu Yukari semoga kau tumbuh menjadi anak yang tegar dan kuat." ucap Kurenai pada putri pertamanya, sambil mencium pipi gembil Yukari dan ia juga melakukan hal yang sama dengan putri kedua nya.

Dengan kehadiran putri kembar mereka, maka bertambahlah  kebahagiaan dalam hidup mereka. Namun sayang, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama bagi sang Raja, karena ia teringat dengan satu hal.

Jika sang Raja tidak mempunyai pewaris ( Putra Mahkota )  maka kemungkinan besar tahta kerajaan akan jatuh pada Genma, adiknya yang tamak.

Raja hawatir bagaimana nasib kerajaan dan rakyatnya kelak,

jika kerajaan dipimpin oleh sang adik.  Karena sifat sang adik sangat berbeda dengannya, Raja mempunyai sifat tegas, adil, bijaksana dan menyayangi rakyatnya.

Sedangkan sang adik berbanding terbalik dengannya, adiknya bersifat pemarah, kejam, dingin dan selalu mementingkan dirinya sendiri.

Ia terus berfikir bagaimana caranya, agar kerajaan tidak jatuh ke tangan adiknya.

Setelah berpikir dengan sangat keras hingga akhirnya Raja menemukan solusi terbaiknya, dengan menyembunyikan identitas dari salah satu putri tercintanya.

Mungkin ini adalah hal yang tidak masuk akal dan kemungkinan juga akan menyakiti hati istrinya. Namun Raido tidak memiliki pilihan lain. Selain menjadikan salah satu puterinya sebagai putera mahkota. Dengan itu, kerajaan dan rakyatnya akan berada di posisi aman. Serta salah satu puterinya tidak akan bernasib malang.

Kurenai melihat ada yang aneh dengan suaminya, ia merasa sang suami tidak bahagia dengan kehadiran putri kembar mereka. Kurenai menyentuh lengan suaminya dan itu membuat sang suami kembali tersadar dari lamunan.

"Yang Mulia ada apa? Apakah ada yang mengganggu pikiran Yang Mulia?" tanya Kurenai.

"Ti-tidak, tidak ada, tidak ada yang mengganggu pikiran ku. Jangan hawatir, istirahatlah" ucap Raido sambil tersemyum.

"Hm.. Baiklah.. Aku mengerti." jawab Kurenai, setelah itu Kurenai membaringkan tubuhnya di samping putri-putrinya.

Setelah melihat istrinya tertidur, Raido pun keluar. Ia langsung pergi menemui Kakashi, orang kepercayaan nya untuk merundingkan langkah yang ia ambil.

Setelah sampai, Raido melihat Kakashi yang telah berdiri disana dengan tegap. Raido menghela nafasnya pelan, ia bingung darimana akan memulainya. Menjelaskan semuanya pada Kakashi.

"Kakashi..." panggilnya pelan.

"Ya yang mulia?" jawabnya pelan.

"Ada masalah saat ini.. masalah yang sama ketika aku lahir."

Kakashi terkejut, menatap Raido dengan tuntutan penjelasan. Raido pun mengangguk. "Kurenai melahirkan bayi kembar, mereka perempuan."

Kakashi terdiam, ini masalah yang cukup rumit menurut mereka.

"Aku sudah memikirkan masalah ini, dan aku sudah memutuskan untuk merahasiakan identitas salah satu dari mereka." ujar Raido lirih.

"Jadi bagaimana menurut mu Kakashi, apakah langkah yang ku ambil ini benar atau tidak." tanya Raido pada Kakashi.

Kakashi menatap sang Raja, ia tahu pasti berat untuk Raido mengambil keputusan ini. Tapi, Kakashi yakin ini memang keputusan terbaik untuk kerajaan mereka.

"Kalau ini demi kebaikan kerajaan saya setuju Yang Mulia, tapi kita juga perlu memberitahu Permaisuri bagaimana pun rencana ini akan berjalan jika beliau menyetujui nya." ujar Kakashi.

Raido menghela nafasnya perlahan, entah kenapa bebannya semakin bertambah berat.

"Baiklah, aku akan membicarakan ini dengan Kurenai."

Tanpa mereka sadari ada seseorang yang mendengar pembicaraan mereka di balik pintu, dan ia tidak percaya dengan apa yang dengar sekarang.

Ia tidak ingin hal itu terjadi, bagaimana pun ia harus menggagalkan rencana Raido. Iya, Ia harus melakukan sesuatu! Harus.

Sebelum semuanya terlambat, atau posisinya akan semakin terancam dengan kehadiran putera mahkota palsu.

"Aku harus mencari cara untuk menghentikan mereka." ujarnya sebelum pergi.

Namun, dengan cepat Kakashi menyadari orang tersebut. Diam-diam Kakashi mengejarnya. Sebelum jauh dari tempat persembunyian mereka.

"Apa yang kau lakukan disini?" ujar Kakashi setelah berhasil menyusul penguntit tadi.

"Heh.. Tak kusangka akan secepat ini aku ketahuan anjing Raja." ejeknya.

"Kau!" Kakashi begitu murka ketika orang tersebut berani mengejek dan menyulut emosinya.

"Kenapa Kakashi?" tanyaya santai.

"Aku bersumpah akan melenyapkanmu jika kau membocorkan informasi!" ujarnya dingin.

Bersambung..

Sebuah Keputusan

Setelah perbincangannya dengan Kakashi, Raja langsung pergi menemui Permaisurinya. Raido mencoba untuk bicara mengenai rencananya tadi.

Langkah panjang menuntunnya ke kamar tempat dimana sang istri dan putrinya beristirahat.

Raja menghentikan langkahnya, ketika sudah sampai di tempat tujuan. Ia ingin masuk namun ia sedikit ragu, tapi akhirnya ia masuk juga karena ini adalah hal yang sangat penting. Dan mau tidak mau Raja harus membicarakannnya dengan Permaisuri.

"Kurenai" panggil Raja pelan pada Permaisuri, ia melihat Kurenai tersentak.

"Aku ingin membicarakan sesuatu" Raja menambahkan, wajahnya terlihat serius.

Kurenai pun beranjak bangun, duduk bersandar ditempat tidur.

"Hal penting kah?" tanya Kurenai, Raido mengangguk mengiyakan.

"Benar, ini hal yang sangat penting." jawab Raido tenang.

"Kalau begitu silahkan, aku akan mendengarkannya." ujar Kurenai sambil tersenyum tipis.

"Aku sudah memikirkan semuanya, kuharap kau setuju dengan keputusanku." ujar Raido sambil menatap dalam Kurenai.

"Sebenarnya aku bingung harus memulainya dari mana." ujarnya lagi, Kurenai masih bertahan dengan senyum tipisnya. Namun, jujur saja Kurenai agak takut.

"Kurenai, kau tau bukan? Kerajaan butuh pewaris untuk kedepannya dan kita tak mempunyai nya." ujar Raido ada jeda sebentar, sebelum ia melanjutkan.

"Aku ingin salah satu dari putri kita mengemban tugas tersebut." sambungnya.

Kurenai terkejut saat mendengar ucapan suaminya, ia reflek memandang kedua putrinya yang bergelung nyaman di tempat tidur.

"Tapi Yang Mulia, anda tahu sendiri mereka perempuan. Bukankah seorang perempuan tidak boleh menjadi seorang pemimpin?" tanya Kurenai heran sekaligus bingung.

Raido tersenyum tipis saat mendengar pertanyaan Kurenai, kemudian rautnya kembali datar.

"Ya, karena itulah aku ingin salah satu dari mereka menjadi Putra Mahkota." Kurenai terkejut, sebelum Kurenai menyela Raido kembali berkata.

"Begini, bukannya aku tidak menerima kehadiran mereka. Kau bahkan tahu, bagaimana aku sangat menantikan mereka. Aku bahkan sangat bahagia ketika mendengar tangisan mereka. Tapi, sebagai seorang Raja aku juga harus memikirkan kesejahteraan rakyatku, rakyat kita. Kau tahu betul jika adikku sangat terobsesi untuk menggantikanku bukan?" Raido menjeda kalimatnya dan ia melihat Kurenai, ia ingin tahu jawaban dari Kurenai dan ia tersenyum saat Kurenai mengangguk kemudian ia melanjutkan.

"Dan kau tahu jika adikku itu memiliki sifat seperti apa, kalau sampai dia yang menggantikanku maka bagaimana dengan nasib rakyat kita nanti hm.."  Ia menghela nafasnya terlebih dahulu.

"Dengarkan aku, kita hanya menutupi ini untuk sementara Sampai mereka dewasa. Kita juga tidak sepenuhnya merubah dia secara fisik, kita akan tetap memperlakukannya sebagai putri kesayangan jika kita hanya bertiga. Bahkan adiknya pun jangan sampai tahu kalau kakaknya seorang perempuan. Kita melakukan ini untuk melindunginya" belum sempat Raido menyelesaikan kalimatnya Kurenai menyela.

"Tapi kalau Genma tahu bahwa kita punya anak laki-laki, kurasa justru itu akam membahayakan nyawa anak kita bukan? Genma pasti akan terus mengincar nyawanya. Tidak, kurasa itu tidak benar aku tidak mungkin membiarkan anakku terancam bahaya. Kau juga pasti tahu bahwa Genma bukan orang yang main-main dengan ucapanya, jangan lupakan itu Yang Mulia"

"Untuk itulah kita akan mendidiknya seperti pangeran sesungguhnya, kita akan mengajarinya cara bertarung agar dapat mengindar dari serangan Genma. Kita juga akan mengajarinya tentang semua sistem pemerintahan agar dia tidak mudah terpengaruh dan terkecoh dengan ucapan orang lain" ucap Raido tegas. Raido berharap ia dapat meyakinkan istri tercintanya itu.

"Apakah itu tidak terlalu berlebihan, kurasa ia akan sulit untuk melakukan itu semua dan mungkin dia juga akan sulit untuk menerima keputusan kita" jawab Kurenai sambil menatap sendu putrinya.

"Tidak, kurasa dia pasti bisa melakukannya dan menerima keputusanku. Kau tidak lupa bukan bahwa dia anakku, dan aku yakin anakku mampu melakukannya percayalah."

Kurenai menatap mata suaminya, dan ia melihat ada keyakinan yang sangat besar disana. Baiklah, mungkin ia harus mengikuti keinginan suaminya, lagi pula ia percaya sepenuhnya pada Raido.

"Baiklah, aku setuju. Lalu siapa yang akan melatihnya?"

"Aku sudah memikirkan ini matang-matang, aku memilih Hinata Kakashi untuk mengajarinya cara bertarung dan Aoki Shikaku akan mengajarinya tentang sistem pemerintahan. Aku percaya mereka dapat menjadikan anak kita  anak yang hebat." ucap Raido penuh harap.

"Dan kau tenang saja, masalah ini hanya kita berlima yang tahu." sambungnya kemudian.

Sebenarnya Raido merasa bersalah pada istri dan anaknya, apalagi ketika melihat mata sang istri terus memandang sendu kedua putrinya. Sekali lagi ia menghela nafas berat, yah mereka harus melakukan ini demi kepentingan rakyat mereka.

Kurenai yang mengetahui tatapan suaminya itu tersenyum berusaha mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja dengan keputusan Raido, ia tidak ingin suaminya terus merasa bersalah padanya dan juga putri mereka.

"Ah.. Kau belum memberikan ia nama bukan?" ucap Kurenai.

Raido tahu bahwa istrinya itu sedang berusaha mengalihkan pembicaraan mereka agar ia tidak terus menerus memikirkan.

Tapi ia merasa bahwa ia sudah memberikan nama pada anak mereka. Kurenai tersenyum melihat dahi sang suami betkerut, ia pun kembali berkata.

"Kau belum memberi nama Putra Mahkota kita." Raido pun akhirnya mengerti, ia memandang putrinya tersebut sambil memikirkan nama yang bagus untuk putrinya.

"Yukari? Yuuren, bagaimana kalau Yuuren? Tachibana Yuuren." ucap Raido sambil tersenyum, Kurenai pun ikut tersenyum dan mengangguk.

"Yuuren, nama yang bagus"  jawab Kurenai. Mereka pun akhirnya tersenyum satu sama lain dan sedikit melupakan permasalahan yang mereka bicarakan tadi.

Skip time

11 tahun kemudian.

Ketika sang surya telah menampakan dirinya dan burung-burung pun berkicauan, seakan menambah kesan keramaian pagi ini.

Orang-orang pun banyak yang sudah berlalu lalang melakukan aktivitas mereka seperti biasa, begitupun dikerajaan para dayang terlihat tengah mengerjakan tugas mrreka masing-masing.

Semua orang telah melakukan aktivitas mereka, tak terkecuali dengan Putra Mahkota kita.

Ia terlihat sangat serius melakukan latihan pedang seperti biasanya, ia tampak sedikit kewalahan menghadapi lawannya.

Ya maklum saja, kali ini lawannya adalah gurunya sendiri dan itu merupakan tantangan besar baginya.

Melihat sang murid tampak terengah ia pun menghentikan latihannya.

"Baiklah, kurasa hari ini sudah cukup" ucap sang guru, Hinata Kakashi.

"Hai.." jawab Yuuren dengan sedikit terengah, ia tampak mengatur nafasnya.

"Yang Mulia sudah mengalami banyak kemajuan, teruslah bersungguh-sungguh dalam latihan. Oh ya, istirahatlah dulu Yang Mulia. Setelah ini Yang Mulia harus ikut pergi dengan paman Shikaku bukan?" tanya Kakashi sambil tersenyum menatap muridnya itu.

"Baiklah aku mengerti paman Kakashi"

Mereka pun meninggalkan tempat latihan bersama-sama, namun di tengah perjalanan mereka berpisah.

Kakashi pergi menuju tempat Shikaku, dan sang pangeran menuju ke taman yang terletak di belakang kerajaan.

Bersambung...

Pertemuan Para Putera Mahkota

  Pangeran beranjak dari taman setelah cukup beristirahat, ia melangkahkan kakinya dengan santai sosoknya semakin bersinar ketika berjalan dibawah teriknya matahari.

"Onii-sama" panggil seseorang ketika dirinya melewati kolam ikan yang tak jauh dari taman kerajaan.

Langkah sang Pangeran terhenti ketika mendengar suara tersebut, Yuuren menolehkan kepalanya kemudian ia tersenyum saat melihat sang pemilik suara.

Melangkahkan kakinya pelan namun mantap menuju seseorang yang telah memanggilnya. Yuuren duduk bersila dihadapan gadis cantik yang mirip seperti dirinya.

"Onii-sama tadi terlihat buru-buru sekali. Ada apa?" ucapnya pelan, ada kerutan samar didahinya ketika melihat ekspresi geli sang kakak.

"Tidak juga, aku sebenarnya harus menemui paman Shikaku sekarang." jawabnya tenang sambil tersenyum manis, ia menahan dirinya untuk tidak tertawa saat melihat adiknya yang sedang tersipu malu.

Ia berpikir, apa yang membuat adiknya bertingkah seperti itu.

"Begitu, apakah hari ini Onii-sama mempunyai waktu luang?" tanya sang adik. Yuuren berpikir sejenak, ia mengingat-ingat agenda hari ini. Kemudian ia menggelengkan kepalanya ketika mengingat jadwalnya hari ini sangat padat.

"Gomen ne Yuka-chan, nii-san sibuk sekali hari ini. Kita akan mengobrol di lain waktu saja ne?" ujar Yuuren pada adiknya.

Yuuren merasa tak enak hati setelah melihat raut kecewa Yukatta, tapi mau bagaimana lagi? Ini sudah tugasnya sebagai seorang Putra Mahkota bukan?

Ia pun selalu mengingat kata-kata ayahnya, bahwa ia harus menyelesaikan tugasnya dengan baik. Melihat wajah adiknya berubah menjadi suram, buru-buru Yuuren menegurnya lagi.

"Hei, jangan bersedih seperti itu. Nii-san sudah berjanji kan?" ujarnya sedikit ragu, namun Yuuren mencoba untuk menghibur adiknya.

Yuuren tersenyum lega saat melihat Yukatta menganggukan kepala, tanda bahwa ia setuju.

"Nah ini baru adikku yang manis" ucapnya sambil tersenyum tipis.

"Gomene Yuka-chan, nii-san harus pergi sekarang. Nii-san tidak mau membuat paman Shikaku menunggu. Sampai jumpa." sambungnya kemudian.

Yuuren beranjak bangun dan meninggalkan tempat tersebut.

Kini ia melangkah dengan lebar menuju tempat penasehat kerajaan.

"Nii-sama... kau bahkan hanya menghabiskan waktu sedikit denganku." gumam Yukatta sedih.

*****

"Shikaku, ku rasa biar aku saja yang pergi ke pertemuan itu." ucap Kakashi sambil memandang kesal Shikaku.

Shikaku mendelik, tak terima. Bukankah mereka sudah membicarakan masalah ini?

"Kenapa begitu?" tanya Shikaku pelan, ia melihat Kakashi memijit pelipisnya.

"Apakah kau tidak membacanya? Dalam surat undangan tersebut tertulis bahwa sang Pangeran Putera Mahkota harus hadir dengan senseinya, dan sekarang kau tahu apa maksudku Shikaku." jawab Kakashi datar.

Ia kesal, harusnya sahabat seperjuangannya itu mengerti.

Shikaku berdiri tegap, bersidekap sambil menatap sahabatnya tajam.

"Aku juga senseinya Kakashi, kau harus ingat itu."

Kakashi menghela nafasnya, ia membenarkan ucapan Shikaku.

"Tapi kau seorang Penasehat kerajaan Shikaku, Raja sangat membutuhkan kehadiranmu disini." jawab Kakashi.

Shikaku tampak menimbang-nimbang jawaban Kakashi dan akhirnya ia pun mengalah.

"Baiklah, kau yang akan pergi dengan Yang Mulia. Kau benar Raja membutuhkanku disini." putus Shikaku, walaupun ada sedikit ketidakrelaan dalam hatinya.

Kakashi menghembuskan nafasnya lega, ia pikir Shikaku akan bersikeras dengan pendapatnya.

"Kalau begitu aku pamit undur diri." pamitnya sambil beranjak.

Saat akan membuka pintu, Kakashi terkejut karena pintu tersebut sudah terbuka duluan.

"Eh Kakashi-sensei?" serunya pelan.

Kakashi mengangguk dan tersenyum tipis.

"Apakah Yang Mulia sudah bersiap-siap?" tanya Kakashi.

Yuuren menggelengkan kepalanya, ia memang belum bersiap-siap. Lagi pula senseinya ini berbicara tentang apa? Latihankah? Tapi ia akan pergi ke kerajaan lain. Itu pun ia pergi dengan Shikaku, dan Kakashi juga sudah tahu tentang hal ini.

Kakashi tersenyum tipis saat melihat raut bingung sang Pangeran.

"Begini Yang Mulia, anda akan pergi dengan saya untuk menghadiri undangan dari kerajaan Kurosawa." ujar Kakashi pelan.

"Bukankah aku akan pergi dengan paman Shikaku?" jawab Yuuren heran.

Kakashi menggelengkan kepalanya saat mendengar jawaban tersebut.

"Tidak Yang Mulia, anda akan pergi bersama saya. Bersiaplah, kita akan berangkat sebentar lagi."

Yuuren terlihat linglung, namun dengan cepat ia tersadar.

"Baiklah aku mengerti."

*******

Disisi lain para dayang dan prajurit kerajaan Kurosawa terlihat tengah sibuk mempersiapkan tempat yang akan digunakan untuk pertemuan para Putra Mahkota beserta guru mereka.

Pertemuan ini diadakan setiap lima tahun sekali oleh kerajaan Kurosawa dan tentunya sudah disetujui oleh kerajaan-kerajaan lainnya, bahkan mereka pun selalu menghadiri pertemuan tersebut.

Tujuan dari pertemuan ini adalah untuk melatih para Putra Mahkota dari masing-masing kerajaan agar mereka dapat menjalankan tugas mereka dengan baik.

Para Putra Mahkota juga akan ditempa pelatihan secara khusus selama satu bulan, mereka akan dilatih oleh beberapa orang yang dipercaya bisa menjadikan mereka lebih kuat dan bijak untuk dijadikan sebagai seorang Raja kelak.

Mereka merupakan Mentri kerajaan Kurosawa yang sudah dipercaya menjalankan tugas mereka dengan baik.

Seperti A akan melatih  pertahanan mereka ketika diserang musuh. Mui yang akan melatih tentang hukum-hukum yang ada di kerajaan, baik kerajaan sendiri maupun tetangga. Lalu ada juga Samui yang akan melatih tentang pengaturan keuangan, dan tentang lainnya yang akan diajarkan berdasarkan kedudukan Menteri masing-masing.

Merekapun sudah menyelesaikan persiapannya, tempat itu sudah bisa digunakan untuk besok. Ya karena para Putra Mahkota akan tinggal disana mulai besok.

Tempat tersebut terletak di sebelah selatan kerajaan Kurosawa dan jauh dari keramaian sehingga para peserta bisa berkonsentrasi pada kegiatannya.

Selama masa pelatihan peserta dilarang untuk menemui siapa pun, termasuk anggota keluarganya. Kalaupun bisa hanya dalam keadaan genting saja.

Guru merekapun ikut pelatihan, namun berbeda dengan mereka. Para guru ditempatkan disebelah utara kerajaan Kurosawa, mereka pun sama akan mendapat pelajaran dari para Mentri kerajaan Kurosawa namun agak sedikit berbeda dengan para Putra Mahkota.

Putera mahkota Kurosawa sendiri tengah mempersiapkan dirinya untuk menyambut tamu mereka.

"H-hah... sebenarnya ini hal yang merepotkan." gumamnya malas.

"Tapi kau memang harus melakukannya dengan baik putera mahkota." ejek seseorang baru saja masuk kedalam ruangan putera mahkota kerajaan Kurosawa.

"Kau sudah sampai? Bukan kah acaranya-" pertanyaannya terpotong.

Pemuda bersurai merah bata itu duduk dihadapan putera mahkota kerajaan Kurosawa. "Aku punya undangan khusus kan?" ujarnya penuh dengan percaya diri.

"heh.. kau ini." Hidan berdecak sebal. Entah kenapa ia terlihat lebih santai ketika sahabatnya telah tiba. "Apa yang lain juga sudah.."

"Kami sudah sampai disini, Pangeran." ujar mereka dengan kompak.

Satu-persatu dari mereka duduk ditempat kosong, melingkar dengan sang putera mahkota.

Hidan mendengus, terkekeh pelan setelahnya. "Baiklah...Dengan ini tim kita sudah lengkap." ujarnya pelan. Seketika ruangannya penuh dengan remaja sebayanya.

Bersambung....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!