NovelToon NovelToon

I Was Caught In My Trap

my sister

Terdengar suara pintu diketuk dari luar dan suara cempreng yang memekakan gendang telinga yang berteriak di pagi buta, padahal udara lagi dingin-dinginnya cocok untuk tidur memeluk guling, boneka kelinci dan merapatkan selimut motif kelinci kesayanganku.

"Mera... Mera…" terdengar teriakan dari depan pintu kamar, waktu menunjukkan pukul 07.00 pagi.

"Huu ammm…"

"Akh… menyebalkan, kakak berisik amat, masih pagi Aku masih ngantuk," timpal Amera yang dengan indahnya merapikan selimut kesayangan yang kini sudah kembali menutupi hampir setengah badannya.

"Dasar malas," gerutu Shena masih di depan kamar Amera. Awas kamu ya nanti kakak guyur air seember kalau belum bangun juga, ancam Shena geram terhadap sifat  putri kecil kesayangan ayahnya itu.

"Katanya mau bantu kakak untuk menjalankan bisnis ayah, tapi nyata nya jam segini masih tidur,"gerutu Shena mengeluarkan jurus andalannya. 

Mera langsung melompat dari tempat tidur setelah mendengar bisnis ayahnya disinggung. Semangat mudanya kembali berkobar ia berlari menuju meja makan dan menunjukkan senyuman termanis nya di pagi itu.

 "Siap komandan, Amera Syesha Atmaja   siap menjalankan perintah,"ucap Amera sambil cengengesan menggoda sang kakak. Tingkah Amera memang tergolong usil dan selalu ceria lain halnya dengan Shena yang selalu serius dan tak mau dibantah.

"Cepat mandi dan bersiap lah kita harus cepat ke kantor ,"ucap Shena ketus dan menyibukkan dirinya dengan memakai dress hijau tosca selutut dengan jas berwarna putih yang dengan cantik membalut tubuh nya yang tinggi dan berkulit putih, rambutnya yang hitam lurus menjadi gaya andalan nya.

"Wah..wah kakak rapi dan cantik sekali hari ini, Jangan-jangan kakak mau menggoda paman Dirga yea... ha… ha… ha ,"celoteh Amera dan ditanggapi dengan lemparan sendal butut ke arah kepalanya.

"Ihhh sakit… "teriak Amera kesakitan.

"Makanya jaga bicaramu bikin jengkel kakak saja." Ucap Shena marah dan sengit.

"Piss…" dengan menunjukan kedua jarinya ke arah sang kakak, Amera langsung ngeloyor pergi bersiap ke kamarnya.

"Ok… mata kuliah hari ini adalah manajemen bisnis, untung bapak ganteng yang mengajar kalau bukan pastinya bakal malas aku menyambut sinar matahari pagi. Ditambah lagi harus ke kantor ayah dulu untuk menyaksikan pergantian direktur perusahaan yang sekarang digantikan oleh paman Dirga, 

"Pria itu memang memuakkan," Aku dan kak Shena tidak suka padanya kalau bukan karena penyakit ayah yang sering kali kumat pasti ayah tidak akan digantikan oleh manusia licik seperti dia. Sedangkan kak Shena dianggap belum mumpuni untuk memegang peranan penting dalam perusahaan.

"Kak males lah ke kantor Ayah," ucapku saat menghampiri kak Shena. Pikiranku mulai tak tenang aku begitu malas bertemu dengan tampang-tampang penjilat dan palsu seperti mereka semua sungguh membosankan bagiku.

"Kenapa Mera? "tanya kak Shena menunjukkan wajah sedihnya ia begitu rapuh dan sendiri saat dikantor semua pendukung ayah kini malah berganti mendukung paman Dirga. Aku semakin tak tega melihatnya, aku yakin pasti paman Dirga terus menerus menekan kakak saat di kantor.

"Please…! Kali ini saja bantu kakak, beri dukungan mu waktu di kantor nanti." Bujuk kak Shena masih menunjukkan keseriusan dan kesedihannya. Shena tak mau datang sendirian ia membutuhkan dukungan orang terdekat nya untuk menumbuhkan rasa percaya diri nya.

"Ok…"

Akhirnya aku mengalah juga, ku temani langkah kak Shena menuju lobby utama perusahaan ayah ,sedangkan ayah kali ini menjalankan perawatan ke luar negeri. Didepan ruang direksi sudah berdiri paman Dirga yang dengan bangga nya menyalami tamu kolega bisnis Ayah.

"Aku semakin muak melihat nya,"ucap kak Shena lirih kepadaku. Tingkahnya sungguh menjijikkan.

Awas nanti kakak  cinta loh kalau terlalu benci padanya" ledek Amera menggoda sang kakak.

"Kamu tega ya mendoakan kakakmu dengan pria sombong itu.

" Oh… Mera, tujuh turunan pun aku tak sudi bersanding dengannya.

"Aku Pun begitu kak," jawab Mera singkat aku cuma takut  kakak akan kerepotan menghadapi tingkah keras kepala nya. Paman begitu bahagia melihat penderitaan ayah dan juga kita sepertinya memang sudah direncanakan dengan matang oleh paman Dirga.

Beberapa kata sambutan dan ucapan selamat diberikan kepada paman Dirga, semua mata tertuju kepadanya, terlihat senyuman kemenangan tersungging di sudut bibirnya.

"Kenyataan seperti ini tidak pernah kami bayangkan, kesehatan ayah semakin memburuk setelah meninggalnya mama, ayah begitu rapuh dan kesepian sedangkan kak Shena sudah cukup mati matian mengurusi perusahaan, tapi harus menerima kekalahan karena kelicikan yang paman Dirga lakukan.

 Kini dikantor kak Shena menjabat sebagai wakil direktur perusahaan, tentu dia berada dibawah paman Dirga dan tekanannya.

"Nona Shena setelah meeting selesai masuklah ke ruanganku," perintah dari Dirga

"Baik paman,"jawab Shena singkat dan kembali mengacuhkan kehadirannya. Berpura-pura sibuk melayani para kolega dan tamu yang lain.

"Cepat keruangan ku,"ucap Dirga menekankan setiap perkataan dan menunjukkan wajah datarnya ke Shena.

"Baik paman," jawab Shena dan pergi dengan meninggalkan tatapan aneh dari para rekan kerja yang lain.

"Kasian Nona Shena," kata salah satu karyawan menunjukkan rasa simpatinya.

"Sssttt… diam kamu, kita tidak perlu membicarakan tentang mereka ,daripada kena masalah di kantor ini. Pada akhirnya semua kembali diam dan melaksanakan tugas masing-masing.

"Mera tidak bisa terlalu lama di sini kak, aku berangkat ke kampus dulu,"pamitku kepada kak shena, sedangkan paman Dirga hanya melirik sekilas dan berjalan menuju ruangan kerjanya.

"Hati-hati dijalan adikku sayang!, tenanglah biar kakakmu aku yang jaga disini,"ucap paman Dirga sebelum kembali menutup pintu ruangan kerjanya.

"Cech…"ucap Amera tak tahan dengan sikap Dirga yang pura-pura peduli pada kakaknya, dan langsung pergi ngeloyor begitu saja meninggalkan sang kakak yang berjalan menuju ruang Dirga.

"Shena berada di satu ruangan bersama Dirga, Dirga dengan senyum kemenangan nya berjalan mendekati Shena dan mencoba memeluknya.

Shena mencoba menepis tangan Dirga dan melangkah mundur jauh mencoba menghindari pamannya.

"Paman, jaga sikap paman,"ucap Shena penuh dengan penekanan dengan masih menyimpan rasa takutnya hal diluar apa yang ia pikirkan tentang sosok Dirga selama ini.

"Kenapa, kamu tidak menyukainya?"tanya Dirga dengan tangannya meraih wajah, dagu Shena dan menatap kedua bola matanya dengan tajam. Shena nampak kaget dan gugup dengan serangan yang tiba-tiba ia dapatkan, hingga Shena mencoba melangkah mundur namun naas terhalang dinding di belakangnya. Dirga semakin erat menekan tubuh Shena ke dinding ruangan direktur yang juga merupakan tempat ayahnya bekerja.

"Cukup paman, lepaskan aku…!" berontak Shena dan berusaha keras untuk lepas dari cengkeraman tangan Dirga, yang semakin keras sehingga meninggalkan bekas yang memerah di pergelangan tangan yang putih milik Shena.

"Tidak akan pernah ku lepaskan, Dirga semakin memuncak kekesalannya hingga ia menumpahkan segalanya kepada Shena yang kini meringis kesakitan, akibat dari ulahnya.

"Jangan panggil aku paman!, aku bukan pamanmu! Hah..," jawab Dirga dengan semakin memperkuat cengkraman nya.

"Lepaskan aku…!air mata Shena mulai menetes, rasa sesak dan sakit di tangannya, membuat nya tak mampu mengontrol emosi lagi.

pemegang perusahaan ku.

Hanya segitu pertahanan mu?"ledek Dirga dengan senyum sinis nya yang telah berusaha mempermainkan hati Shena, ia tahu benar kelemahan gadis yang ada di depannya ini.

"Ha...ha...ha," tawa mengejek dari  Dirga terdengar menusuk ke telinga.

"Semua anak Atmaja memang payah, baru digertak sedikit sudah menangis. Kamu memang tak pantas untuk duduk di kursi singgasana perusahaan ini. Kamu bisanya hanya menangis dan merepotkan saja. 

"Dasar lemah,"gerutu Dirga yang semakin kesal melihat Shena menangis di depannya, bukan hal ini yang Dirga harapkan dari Shena, ia menyukai Shena yang melawan dan memberontaknya. Namun entah mengapa harus hal konyol yang harus didapatkan.

"Pergilah…!

Shena merapikan pakaian dan menghapus air matanya dan beringsut pergi dari ruangan terkutuk itu.

"Tunggu!

"Bawa semua berkas kerja milik ayahmu kemari dan letakan ke mejaku!, biar aku Dirga Hermawan yang mengurus nya mulai sekarang." Dengan senyum sinis tersungging di sudut bibirnya.

"Jangan lupa ayahmu menitip kan kalian berdua kepadaku, jadi jangan pernah berbuat macam-macam di belakang ku." Ucap Dirga menekankan setiap ucapannya. 

Shena bergegas meninggalkan ruangan dingin itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun rasa sesak di dadanya tak mampu ia tutupi, sehingga ia memilih untuk cepat pergi dari pada berbuntut panjang dan lebih menyakiti egonya.

"Keterlaluan…!

"Pria brengsek itu sudah berani menggertak ku ayah, apa yang harus Shena lakukan? Batin Shena semakin berkecamuk, perasaan tidak nyaman di kantor  terus menghinggapinya.

"Aku harus bisa bertahan, masih ada Amera dan ayah yang menjadi kekuatan ku, "batin Shena mencoba menyemangati dirinya dan memilih untuk menyibukkan diri dengan berkas-berkas di depannya.

"Ini perusahaan ayahku, kenapa harus aku yang mendapat tekanan seperti ini. Aku terlalu lemah dengan mudahnya pria brengsek itu menindasku.

"Ah…bodoh, bodoh…"Shena merutuki segala ketidakberdayaannya.

"Ayah aku tak kuat lagi,"batin Shena menangis merindukan sang ayah yang kini melakukan pengobatan di luar negeri.

Shena memang selalu menuruti semua perintah ayah, kecuali kalau membahas masalah pernikahan. Beberapa kali ayah mendesak  Shena untuk menikah namun jawabannya masih tetap sama yea itu masih sayang ayah ,tidak bisa jauh dari ayah dan Amera, dan lain-lain.

Pria satu-satunya yang dekat dengan Shena adalah Gilang Wiguna dokter pribadi ayah. Beberapa kali mereka kepergok jalan bersama, tapi selalu saja Shena berhasil membuat alasan untuk menutupinya.

Musuh terbesar Shena adalah Dirga yang sekarang mulai terang-terangan menunjukan sikap sukanya kepada Shena. Namun Shena tak pernah menyukai Dirga sekuat apapun Dirga berusaha itu hanya akan membuat sakit hati Shena dan menambah kuat kebencian Shena kepadanya.

***

"Selamat pagi sayangku…"

"Aku menunggu mu lama disini, tidakkah engkau rindu padaku,"gombalan Juna telah berhasil mengubah mood Amera pagi ini, kadang ia seperti pahlawan bagi Amera tapi juga terkadang seperti pengacau yang selalu menghadangnya ditengah jalan.

"Minggir lah, kamu menghalangi jalanku, Kakaku tercinta," ucap Amera dengan mendorong maju tubuh Juna yang memang menghalangi jalannya.

"Hai… sayang sejak kapan aku menjadi kakakmu? 

"Please, kumohon aku ingin jadi kekasihmu bukan sekedar kakak  untuk mu Mera. Setiap Amera sampai  gerbang kampus panggilan itu yang pertama kali pasti Amera dengar, ya dia Juna teman kampusnya ,pria yang tak pernah lelah mengejar cinta selama ini.

"Pagi juga yayang Juna,"jawab Amera sekenanya pada akhirnya ia lebih memilih mengalah membiarkan Juna terus mengikutinya. Ia masih terus mengikuti sampai depan ruang 11B, ia dengan gigihnya mengejar perhatian Amera sedangkan orang yang dikejar tidak menggubrisnya sama sekali.

"Kita makan bareng yuk, biar aku yang traktir,"kata Juna mencoba merayu dan mengejar langkah Amera yang sengaja dipercepat tapi tetap saja, Juna masih jauh lebih cepat di depannya. Apa boleh buat aku harus mengalah daripada aku capek sendiri karena menghindari nya pun tidak akan mengubah hasil apapun lawannya terlalu kuat dibandingkan dirinya.

"Ok kita lihat saja nanti, di jam ini aku ada mata kuliah penting,"jawab Amera  mencoba menjelaskan dan meninggalkan Juna sendiri an dengan segala pertanyaannya.

"Yes..

"Ok aku tunggu jam 1, di lobby kampus yea sayang.

"Em muachh…

Juna berjalan pergi menuju kerumunan tempat teman-teman seangkatannya suka nongkrong. Dia memang pria pertama yang berani dengan terang -terangan menyatakan cintanya kepada Amera, Juna bukanlah pria sembarangan dia juga seorang anak pemilik perusahaan besar di kota Y. Namun entah kenapa sampai sekarang hati Amera tidak tergugah sedikitpun untuk  bisa menerima cinta juna.

Amera memilih kursi paling pojok di belakang, di depannya sudah duduk bidadari kedua kampus yaitu Siska, sahabat karipnya semasa kuliah.

"Hay...

"Pagi-pagi udah melamun ajah, kenapa cerita lah? " Kata Siska mulai membuka percakapan nya, sambil memperhatikan muka masam sahabatnya itu.

"Ayo ceritalah ,"desak Siska mulai tak sabaran.

"Kantor ayah dipegang paman Dirga sekarang."ucap Amera terbata-bata aku tak sanggup melihat kakak terus dalam tekanan paman Dirga, dia bukan pria yang baik, aku tahu dia punya maksud tertentu dengan mendekati ayahku selama ini.

"Yang sabar yea Mera aku turut sedih dengan apa yang terjadi dengan keluarga mu dan perusahaan ayahmu sekarang,"ucap Siska penuh simpati.

"Makasih Sis, ucap Amera mulai merasa lebih tenang setelah cerita ke sahabatnya itu. 

Siska memegang erat tangan Amera, pandangan matanya menuju mata hitam milik Amera.

"Percayalah padaku,kamu sahabat terbaik ku sampai saat ini Mera, jadi kamu tak perlu takut sendirian lagi ,ada aku disini kita sahabatan sudah cukup lama kalau ada masalah ceritalah padaku. Pada akhirnya mereka saling berpelukan dan saling menguatkan. 

"Terimakasih, kamu memang sahabat terbaik ku."Ucap Amera.

"Eits...sudah...sudah jangan sedih terus,"Siska melepaskan pelukannya.

"Gimana dengan Juna?Apa dia masih sering mengganggumu?"tanya Siska yang terus memberondonginya dengan berbagai pertanyaan. Dan hanya dibalas senyuman oleh Amera.

"Dia pria yang tak pernah kenal menyerah, Sis. Setiap hari dia menungguku di depan gerbang kampus,dia hafal betul jadwal kuliahku.

"Hebat kan? Ha...ha...ha. Tawa Siska memecah suasana ruangan yang tadi tenang menjadi gaduh pada heran dengan  tingkah konyol Siska, yang mulai dengan aksinya berjingkrak-jingkrak keliling ruangan. 

Siska nampak semangat bercerita tentang Juna, baginya Juna adalah pria terbodoh di dunia yang rela datang pagi-pagi di depan gerbang kampus demi menunggu seorang gadis yang bahkan sama sekali tidak membalas cinta nya.

Sepasang netra coklat terus memperhatikan tingkah laku Siska yang semakin konyol, Siska memang tipe orang yang selalu gembira  mungkin pria itu juga menaruh hati padanya.

3. Menolak dijodohkan

"Surprise…

"Ayah pulang…"sambil mengusap puncak kepala anak sulungnya.

"Sejak kapan ayah pulang, kok tidak suruh Shena jemput ayah?" Tanya Shena yang terkejut dengan kedatangan ayahnya dan bergelayut manja di pundak sang ayah.

"Tentu ayah harus kasih surprise ke kalian berdua."jawab ayah yang turut bahagia dengan kejutan kecil yang disambut oleh anak gadisnya dengan gembira.

"Ayah sudah sembuh?

"Harusnya ayah tetap istirahat jangan melakukan perjalanan jauh sendirian." Shena mulai dengan semua omelannya, kekhawatiran anak gadisnya terlalu berlebihan.

"Ok... lain kali ayah akan lebih hati-hati. Pada akhirnya ayah lebih memilih mengalah daripada terus melakukan perdebatan kecil.

"Dimana putri kecil ayah?"tanya ayah dan merebahkan tubuhnya di sofa ruang keluarga.

"Jangan ditanya ayah pemalas satu itu tentu masih mimpi indah di jam segini. Shena masih sibuk dengan koper dan paper bag yang ayah bawa. 

Tiba-tiba  Amera muncul dan bergantian bergelayut di pundak sang ayah.

"Kak Shena bohong yah, sejak tadi aku ikut membantu membuat kue." Kata Amera bermaksud berbohong. Padahal sepanjang pagi ini Amera kerjanya hanya tiduran saja.

"Apa…"

"Please… jangan percaya dengan kata-kata manis putri kecil ayah itu," ucap Shena geram karena tahu Amera bermaksud mengambil hati sang ayah.

"Hi...hi...hi… kejahilan  Mera mampu membuat suasana ruangan kembali hangat, dengan mulutnya yang kini sudah penuh kue coklat bikinan sang kakak.

"Ampun… ampun… "

"Maaf kakakku tersayang," sanggah Amera cepat, ia begitu ngeri kalau melihat kakaknya marah bisa habis riwayat nya.

"Shena ayah ingin bicara dengan mu.

"Soal apa, yah, "jawab Shena. Ayah nampak serius dan penuh pertimbangan dalam ucapannya, menyiratkan ada hal penting yang ingin disampaikan.

"Kamu ingat dengan Kenandra Hutama Wijaya, anak keluarga Wijaya teman ayah.

"Tentu ingat ayah, siapa yang tak kenal pria angkuh yang pernah menjadi kakak kelasnya sewaktu kuliah dulu."batin Shena dan kembali menata makanan dimeja makan.

"Ada apa dengan Kenandra, yah? tumben ayah bertanya tentang pria itu padahal nama dia selama ini tidak pernah ada dalam daftar keluarga.

"Aku tahu…."

"Ha...ha...ha…"

Tiba-tiba Amera menyambar pembicaraan serius mereka, dengan mulutnya yang masih belepotan dengan kue coklat, tampak seperti bocah kemarin sore yang baru belajar makan kue.

"Bereskan makanmu!, jangan kebiasaan begitu, malu nanti di depan mertua kalau makan masih kayak anak kecil seperti mu." Ucap ayah menasehati, tapi Mera memang anaknya susah diatur dibilangin malah sengaja nyari perhatian.

"Tenang kakak duluan yang bakal menikah, yah." Jawab Amera yang diselingi dengan tawa meledek sang kakak.

"Ha...ha...ha…

"Atau jangan-jangan Kenandra pria yang akan dijodohkan dengan kakak ya, yah?

"Aduhh aku bakal punya kakak ipar yang ganteng, kaya.

 "He...he...he..."

Amera terus meledek kakaknya, yang sedari tadi pura-pura sibuk dimeja makan.

"Diam...!" Bentak Shena tidak suka karena moodnya kini mulai berubah setelah mendengar nama pria itu di sebut kenangan buruk tiga tahun yang lalu masih selalu terngiang dibenaknya betapa menyakitkan perlakuan pria itu padanya dulu hingga membekas sampai sekarang dihati Shena.

"Ayah… rengek Shena manja, aku harap itu tidak benar terjadi. Aku tak mau dijodohkan. Aku sudah dewasa ayah biarkan aku memilih jalan hidupku sendiri.

"Kenapa…?

"Apa ada yang salah dengan Kenandra, dia anak teman ayah dari keluarga baik-baik, dia juga gagah dan tampan ya sebelas dua belas dengan ayahlah , ayah mencoba bercanda agar tidak terjadi ketegangan di meja makan. Apalagi yang kamu cari,  sekarang dia yang memegang kendali Central Group dan itu bisa membantu perusahaan kita. 

"Ayah berharap banyak padamu Shena tolong pikirkan lagi permintaan ayah, sayang. Ayah kembali menatap Shena serius dan penuh harap.

Huhh…"

"Kenapa harus Kenandra, nggak ada pria lain apa. Batin Shena kesal dengan nasibnya dan juga keputusan ayah.

"Menikah karena bisnis, kenapa ayah sejahat itu padaku." Batin Shena aku seperti barang yang rela ayah tukar untuk kesuksesan ayah. 

"Kenapa  ayah sekejam itu padaku apa aku bukan anaknya," batin Shena semakin berkecamuk.

"Tidak… aku tidak percaya ayah tega melakukan itu  padaku. Aku harus bisa menolaknya pria itu bukan pria baik.

"Tapi Ayah, Shena tidak suka dengan pria itu aku mengenalnya sejak kuliah dia bukan pria baik ayah, Shena punya kekasih lain Shena harap ayah bisa mengerti." Ucap Shena terbata. Ia begitu takut kalau sampai penyakit jantung ayah kumat lagi karena ulahnya.

"Siapa pria itu ? Tanya ayah bersungguh- sungguh dengan menahan sesak di dadanya karena menahan kecewa akan penolakan dari putri sulungnya itu.

"Tentu Kenandra sekarang sudah berubah Shena tidak seperti dulu kekanakan di waktu kuliah, dia sudah bisa memegang tanggung jawab besar, yaitu memegang kendali Central Group itu tidaklah mudah. Ayah mencoba menjelaskan dan membujuk shena.

Shena belum berani menjawab dengan pria mana yang ia sukai ia tidak mau terlalu menyakiti hati sang ayah karena penolakannya yang cukup terang-terangan sehingga  sempat menimbulkan sesak di dada ayahnya

"Ayah...maafkan Shena." Ucap Shena lembut dengan derai air mata. Shena sungguh menolak keputusan ayahnya. Shena masih menyimpan dendam karena di masa lalu pria yang bernama Kenandra itu telah mempermalukan dirinya di depan mahasiswa lain.

"Ayah ku mohon mengertilah," ucap Shena kehabisan kata-kata hingga tangisnya tak terbendung lagi.

Ayah hanya diam terpaku melihat putri sulungnya menolak dijodohkan dengan pria harapan nya. Namun dia telah berjanji pada teman baiknya itu untuk menikah kan salah satu putrinya dengan anak dari keluarga Hutama .

Amera tidak lagi mengganggu pembicaraan serius mereka berdua ia cukup sedih melihat kakaknya menangis karena menolak dijodohkan dengan pria tersebut, ia lebih memilih masuk ke kamar nya, tak ingin ikut campur terlalu jauh dalam perdebatan antara kakak dan ayahnya. Namun tetap saja ia mendengar sekilas tentang perdebatan mereka.

"Kasian kakak," batin Amera memikirkan apa yang harus dialami kakaknya, berarti dewasa bukan membuat kita semakin mudah dan bebas menentukan pilihan tapi semakin dewasa semakin membuat kita menanggung tanggung jawab yang lebih besar dalam keluarga maupun pekerjaan dan hal seperti itu kini yang terjadi pada kakak dan keluarganya.

Apa harus sejauh itu menyelamatkan perusahaan Ayah, harus menggadaikan kebahagiaan putrinya. Tidak pernah habis pikir dengan jalan pikiran ayahnya selama ini. Ayah yang selama ini ia pikir baik ternyata mampu melakukan hal demikian hanya untuk mendapatkan harta semata.

Benarkah harta yang membuat ayah melakukan hal sejahat ini padaku, tapi apa salahku tidak habis pikir ayah akan setega ini dengan putri nya. Dan kenapa juga harus pria brengsek itu yang akan dinikahkan dengan ku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!