Reyna Angelica, murid baru keturunan Asia yang membuat heboh sejagat Senior High School ternama di Jakarta.
Karena kecantikan dan keelokan tubuhnya, Reyna diperebutkan banyak pria dan dipandang rendah oleh para siswi yang membencinya.
Tapi untuknya? Masa bodo!.
Jika bukan karena permintaan sang Daddy, malas gadis yang disapa Angel itu harus melanjutkan pendidikannya di Jakarta.
Well, dia tidak bisa apa-apa selain menurut.
Hidupnya nyaman di minggu awal. Namun berubah menjadi berantakan setelah hadirnya iblis pengganggu berkedok sepupu.
Morgan Eduardo, Osis sekaligus Most Wanted di sekolah.
Karena ketampanan dan tingkat kepercayadiriannya yang tinggi, juga bertaburannya para mantan serta gebetan, membuat Morgan dicap sebagai Playboy sekolah.
Bagi Morgan, sebutan itu tidak masalah! Malahan keren!.
Namun sejak kedatangan gadis yang suka mengigit bernama Reyna, perlahan hidupnya mulai berubah.
Entah ada apa pada diri Reyna, membuat seorang Morgan yang selalu dipuja dan dipepeti banyak gadis sampai cari-cari perhatian agar dilirik Reyna, gadis yang tinggal satu atap bersamanya.
Morgan senang Reyna tinggal di rumah Opanya, ya.. Mereka adalah sepupu. Ayah Reyna adalah Kakak dari Ibunya.
Hanya untuk dekat dengan Reyna, Morgan sampai meminta pada kedua orangtuanya untuk kembali tinggal di rumah Opanya. Dan jadilah mereka satu rumah!.
Saat tahu Reyna sekolah di sekolahan yang sama dengannya, Morgan semakin senang. Bahkan dia berulangkali tebar pesona agar Reyna meliriknya.
Tapi Reyna tetaplah Reyna! Si cuek yang tidak peka pada keadaan sekitar.
Mungkin karena kejadian di mana Morgan melempar boneka milik Reyna, gadis itu masih tidak suka kepadanya.
Sampai pada hari dimana datangnya kembali teman masa lalu Reyna, membuat Morgan kalang kabut.
Dia tidak suka Reyna bergaul dengan orang luar, apalagi dengan pria yang lebih dewasa darinya.
Morgan tahu kelakuan Reyna jika sudah bergabung bersama temannya itu. Nongkrong di pinggir jalan, minum-minum, merokok, juga balapan liar.
Antara sayang antar saudara, atau cinta sebagai pria dan wanita.
Morgan tidak tahu perasaan apa yang dia miliki untuk Reyna. Yang jelas, dia tidak ingin berjauhan dengan Reyna! Apalagi melihat Reyna berdekatan dengan pria lain yang membuatnya terjerumus dalam jalan yang salah.
Gavin Haydar, Mahasiswa tingkat satu dengan ketampanan yang tiada tara. Berasal dari keluarga berada membuatnya selalu mendapatkan apa yang dia inginkan, termasuk seorang wanita.
Namun dari dulu hingga sekarang, hanya satu gadis yang dia inginkan, Angel.
Sejak pertemuan pertama, hatinya sudah di curi oleh bocah gembul dengan wajah cantik itu. Entah mantra apa yang Angel berikan hingga membuat Gavin tidak bisa melupakannya sejak pertemuan mereka dulu.
Dan saat mendapat kabar jika gadisnya kembali ke tanah air, Gavin senang bukan main.
Dia akan menggunakan cara apapun untuk memiliki Angel. Termasuk merebutnya dari Morgan, sepupu yang Gavin yakini memiliki rasa lebih pada Angelnya.
Selain Reyna yang ditempatkan di antara sepupu dan masa lalu, ada juga sang Kakak yang sedang berjuang mendapatkan hati gadis panti berparas cantik.
Nayara, David mencintainya.
Namun sayang, Nayara terlebih dahulu dimiliki temannya sekaligus anak dari teman ibunya, Rey!.
David hampir menyerah. Namun saat tahu Rey hanya menjadikan Nayara bahan taruhan, serta rasa sakit hati yang seringkali Naya dapatkan karena perkataan pedas dan tindakan Rey, membuat David bertekat akan merebut Naya dari Rey.
Sekalipun Rey adalah teman baiknya.
Bagaimana perjuangan David mendapatkan Nayara? Jika David berhasil merebut Naya, akankah Rey sadar akan cintanya pada gadis yang sudah dia sia-siakan?.
Lalu Reyna? Siapa yang akan Reyna pilih? Si ganteng yang merupakan teman masa kecilnya atau si cengeng yang tidak lain adalah sepupunya?.
Jikapun Reyna memilih Morgan, apa keluarganya akan merestui hubungan mereka? Mengingat mereka adalah saudara sepupu, yang seharusnya juga memiliki rasa sayang layaknya sepupu, bukan sebagai pria dan wanita.
Lika-liku masa putih abu-abu dengan dibumbui cinta monyet dan cinta kera, juga cinta si anak kota yang ngampung David pada si peri Nayara, nantikan kelanjutannya!.
_-_
**TBC!
JAngan Lupa Like, Komen, serta Favorit ya Guys**!!
_________
Note: Novel ini hanya karangan semata. Tidak bermaksud menyinggung atau memprofokasi pihak manapun.
Jakarta, Indonesia. Bandara Soekarno Hatta, 12:40 Waktu Setempat.
Reyna Angelica, gadis cantik berusia 16 tahun keluar dari pesawat dengan menyeret koper kecil di tangan kirinya. Sementara tangan kanan dia gunakan untuk mengotak-atik ponselnya.
Di belakang, terlihat seorang wanita paruh baya beserta suaminya. Mereka membawa dua koper di tangan masing-masing. Dua milik mereka, dan dua lagi milik sang Nona yang menjadi alasan pasutri itu dipindah negarakan oleh sang majikan.
" Non, tunggu Bibi Non! ".
" Cepetan! ".
Sesampainya di luar bandara, Reyna masuk ke dalam mobil jemputannya. Di susul dengan pasangan pasutri paruh baya yang juga ikut menaiki mobil yang sama.
" Non, sudah mengabari Nyonya? " Tanya si Bibi di jok belakang.
Kedua pasutri itu memang orang Indonesia asli yang Bella bawa saat pindah ke New York dulu.
Dan sekarang, mereka sengaja Bella pulangkan. Selain memberi akses untuk bertemu keluarga, juga untuk menjaga putrinya selama di sana.
Reyna tumbuh di New York, bagaimanapun Bella melarang putrinya bergaul bebas, tetap saja Reyna mengenal yang namanya dunia luar.
Malah pernah sewaktu-waktu Reyna kepergok Marchel sedang merokok di pinggir jalan bersama teman-temannya.
Hal itulah yang menjadi pemicu besar Marchel memaksa putrinya untuk pindah ke Jakarta.
Arabella Sapitri, Ibu Reyna yang berdarah asli Indonesia. Dia menikah dengan Marchel Puth Alexander, pria keturunan barat yang pada akhirnya membawa Bella pindah ke negri asalnya saat Reyna berusia 3 tahunan.
Mereka membiarkan putri mereka sekolah di Jakarta karena ada sang Opa dan Oma yang tidak lain adalah kedua orangtua Marchel. Mereka menetap di Jakarta, dan di rumah merekalah Reyna akan tinggal!.
Reyna yang terduduk di samping supir menjawab tanpa menatap orang yang di ajak bicara.
" Waktu Indonesia sama New york beda jauh, Bi. Jam segini mereka tidur, Mybe! ".
Mobil mulai berjalan, membelah panasnya kota Jakarta.
Di tengah perjalanan, Reyna merasa gerah. Dia membuka alas penutup mobil dan menaikkan kaca mata hitam yang menutupi mata indahnya ke atas kepala.
" Denger gak aku mau dipindahin ke sekolah mana, Bi? Di New York aku udah masuk SMA, mungkin di sini baru mau awal semester. Jadi gak bakalan jadi murid baru 'kan aku? " Tanya Reyna menoleh ke belakang.
" Kalau masalah itu Bibi kurang tahu, Non. Tapi kemungkinan besar Nona akan bersekolah di sekolah yang sama dengan Tuan Muda, ".
Reyna berdecak.
" Si anak kampung aja gak masalah SMA nya lanjut di sini. Lah gue? Kenapa harus ikut-ikutan pindah ke sini sih? Mana gak punya kenalan lagi di Indo. Ah.. Si Mommy, ngerepotin aja. " Gerutu Reyna kesal.
Si Bibi mengulum senyumannya mendengar gerutuan si anak majikan yang cantik jelita ini.
" Memang Non tidak rindu sama Opa, Oma, Tante dan Omnya? Tuan David aja betah di sini, mungkin lama-kelamaan Nona juga gak bakalan mau pulang seperti Tuan muda. " Ucapnya cekikikan.
David Alexander, Kakak laki-laki satu-satunya yang Reyna miliki. David memang sudah tinggal di Jakarta sejak SMP, dan kini Kakaknya telah menginjak kelas 12 SMA.
Tadinya kedua orangtua mereka membuat keputusan, jika David hanya akan sekolah tiga tahun saja di Jakarta, yaitu saat SMP. Dan kembali ke New York setelah lulus. Tapi David menolak, dia memilih melanjutkan sekolahnya di Jakarta. Mungkin akan pulang saat kuliah nanti.
Untuk Reyna sendiri, memang sudah menjadi kesepakatan juga dia akan disekolahkan di Jakarta setelah lulus SMP.
" Ck, gini nih, punya orangtua beda Negara. Repotin anaknya, " Gerutu Reyna.
" Lagin kenapa Daddy mesti nikah sama Mommy sih? Perasaan di sana juga banyak yang cantik-cantik, ".
" Kalo Tuan tidak menikah dengan Nyonya, Non gak bakalan ada dong? " Celetuk si sopir.
" Diam! ".
--
Reyna berdecak kagum pada bangunan yang menjulang tinggi di depannya.
" Ck, sumpah.. Rumah Opa gede banget. Pantesan si anak kampung betah di sini, serasa jadi pangeran dia. " Gumamnya.
" Mari Non! Tuan dan Nyonya sudah menunggu Anda di ruang tengah! " Ujar si sopir.
Reyna mengangguk. Dia kembali menurunkan kaca mata hitamnya dan melangkah memasuki rumah besar yang akan menjadi tempat tinggalnya selama di Jakarta.
" Assalamu'alaikum.. " Bukan Reyna yang mengucap salam, melainkan kedua pembantunya.
" Wa'alaikum sallam, Angel!! " Lyandra memekik senang melihat kedatangan cucu perempuannya.
Lyandra memeluk Reyna, yang langsung dibalas oleh yang dipeluk.
Meskipun bertahun-tahun tidak bertemu, tapi mereka sering bertukar kabar dan video call. Sehingga Reyna tahu bagaimana rupa keluarganya di Indonesia.
Bukan hanya Lyandra dan Alex, Reyna juga tahu wajah dari bibi-bibi, paman-paman, serta Kakek dan Nenek dari pihak Ibunya.
" How are you bule nakal? Daddymu cerita yah, tentang kenakalan kamu sama Oma. " Ucap Lyandra melepas pelukannya.
Tanpa melepas kaca matanya, Reyna menyengir.
" Gak nakal kok, asli. Angel cuma.. " Perkataan Reyna menggantung saat beberapa pemuda turun dari lantai atas.
" Anjim barbie, " Latah salah satu dari mereka saat melihat Reyna. Kakinya hampir saja keseleo saking terkejutnya.
Kening Reyna berkerut, terutama setelah mata dibalik kaca mata hitam itu menatap sosok yang agak familiar di matanya.
" Apa lo? Lupa, sama Kakak sendiri? " Sewot pria yang tidak lain adalah David, Kakak Reyna.
" Kakak?! " Pekik tiga pemuda yang bersama David.
" Vid, gila lo. Punya adik cantik bohay mencrang bukannya kenalin malah— ".
" Alah bacot, yuk turun! ".
Keempat pemuda dengan tampang di atas rata-rata itu turun menghadap Lyandra dan Reyna yang masih berdiri di tempat.
" Salim! " David menyodorkan tangan kanannya.
" Salim? ".
" Iya, salim. Cepetan! Cium tangan gue, ".
" Ogah! " Dengan santainya Reyna berjalan melewati David.
Sambil berjalan, dia berteriak:
" Opa mana Opa? Oppa... Oh Oppa? Mana sih si Opa? Opa?!! ".
Ketiga teman David melongo melihatnya.
" Gila, Vid. Adik lo durhakim bener, ".
" Bener. Mulutnya juga.. Rrrr savage, ".
" Astaga.. Cantiknya calon makmum gue.. " Celetuk yang lain.
Peletak!.
" Keranjang lo! " Semprot pria bertahi lalat di kening sambil menjitak kepala temannya.
" Tahu tuh si Erza. Calon makmum apanya, yang ada kabur dia saat malam pertama. Lihat mamass lo yang kurang mancreng, ".
" Rey!! " Teriaknya tidak terima.
Pria bernama Rey itu malah tertawa.
" Btw Vid, serius adik lo? " Tanya Rey pada David.
" Iya. Dia Reyna, yang waktu itu gue ceritain suka gigit. "
" Suka gigit ya? Yo wes lah.. Not problem kalo dia suka gigit. Malahan gue seneng, kalau dia main gigit-gigitan sama gue, asekk.. Di gigit vampir cantik, ".
Peletak!.
Jitakan kembali mendarat di kepala Erza, namun kali ini bukan Rey pelakunya, melainkan..
" Astaga Tarzan!! Lo mau kepala indah gue benyok apa? Tar kalo gak ada yang suka gue lagi gimana? ".
Arzan, pria yang dipanggil Tarzan itu hanya mengangkat kedua bahunya acuh.
" Vin, aus gue. Ke dapur kuy! " Ajaknya.
" Alah.. Bilang aja lo mau lihat si bening, iya 'kan? " Tebak Erza sambil berjalan bersama yang lainnya.
" Tahu aja lo, " Cengir Arzan.
" Tuh, kan. Lo sama gue itu sama, " Ucap Erzan menggantung.
" Sama-sama aus yang bening! Ha ha.. " Ucap Keduanya bersamaan.
David dan Rey yang berjalan di belakang mereka hanya menggeleng kepalanya. Bukan hal aneh bagi mereka melihat tingkah somplak kedua temannya.
...Di dapur......
" Opa! " Reyna memeluk Alex yang sedang menyeduh kopi.
" Oh, Angel. Kau membuat Opa terkejut. Kamu datang, sayang? Apa kabar? " Alex berbalik memeluk cucu cantiknya.
" Baik, Opa. Opa sendiri bagaimana? Penyakitnya gak kambuh lagi 'kan? " Tanya Reyna sambil melepaskan pelukannya.
" Alhamdulillah, Opa sehat Nak. "
" Syukurlah, " Reyna tersenyum lega.
" Beres-beres gih! Kamar kamu di atas, yang bekas Onty Mikhayla. "
" Cih, sampingan dong sama si anak kampung. "
" Berhenti panggil gue anak kampung, bocah! " David datang dengan ajudannya.
Reyna berbalik, " Oh, ada ternyata. Opa, Angel beres-beres dulu ya? ".
Cup.
" Bye Opa!! ".
Saat Angel melewati jajaran pasukan David, secara tidak sengaja dirinya menginjak bekas pisang dan alhasil dia terseleo namun pada saat akan jatuh, sebuah tangan dengan sigap menahan punggungnya agar tidak terjatuh.
Hap.
Reyna menatap pria yang menolongnya, begitupun pria itu yang juga menatap gadis dalam pelukannya.
" Ck, bisa di lepas gak sih kaca matanya? Gue gak bisa lihat mata biru lo, cantik. "
Bruk!.
" Awh! " Reyna mendorong sang penyelamat sampai punggung Arzan menubruk tembok dekat wastafel.
" Jahat banget sih? Udah gue tolongin juga. Astaga... Pinggang gue.. ".
" Fttt.. Ha ha ha!! " David, Erza dan Rey tertawa menertawakan kemalangan Arzan.
Bukannya menang banyak, malah rugi banyak.
Reyna menggaruk belakang telinganya yang tidak gatal, dia gelagapan saat menatap Arzan.
" So-sorry, gue gak sengaja. Opa, Angel ke kamar! " Sedetik kemudian, Reyna ngacir dari hadapan para pemuda tampan teman Kakaknya.
" Vid, adik lo pemenang sabuk hitam yah? Tangan kecilnya kuat banget, sampe gue kepentok tembok. Auh.. Sakit asli, " Keluh Arzan mengelus pinggangnya.
" Yakuza kali dia, ".
" Gak ada darah Jepang dalam silsilah keluarga gue, ".
" Iya, adanya juga darah gila. "
" Siapa yang gila? ".
" Elo, ".
" Erza!! ".
" Hey kalian, diamlah! David, bawa kopi Opa ke ruang tengah! " Lerai Alex.
" Baik, Opa. "
Setelah Alex pergi dari dapur, David membawa dua gelas kopi sambil menggerutu.
" Si Alex, nyuruh-nyuruh mulu bisanya. Mentang-mentang di sini gue numpang, ".
" Woi Vid, kewalat lo sama orang tua! lo mau di kutuk jadi maling semp*k, " Celetuk Erza.
" Maling kundang, pea! Bukan maling s*mpak. Seenak jidat lo ganti-ganti nama orang, " Ralat Arzan.
" Malin kundang, onta! Emang malin kundang nama orang? Perasaan nama batu deh, ".
Mendengar pertanyaan polos dari Rey, membuat David menggeleng.
" Hanya gue yang waras di sini, " Gumamnya.
--
Di balkon dekat kamar Mikhayla yang kini di huni Reyna, para pemuda gesrek yang sayangnya tampan itu sedang main game online bersama, dengan ditemani beberapa kaleng soda dan snack kacang.
" Vid, Vid, si Morgan gak lu invite bangkee! Wah.. Wah.. Berabe nih, koid gue kalo gini. "
" Sabar elah.. Gak on dia, " Balas David dengan mata fokus pada benda miring di tangannya.
Dred...
" Eh si monyett, lagi gini dia telpon. " Gerutu David melihat nama Morgan tertera besar di layar telpon.
" Loud speakerin! ".
" Oke, ".
Tut.
" Hallo, Mor. Di mana lo?! ".
" Yo, Hellow my best friend. Gue lagi ngasuh bocah, cepet pada sini! Adik gue berakk, ".
" Eh monyett, gue tanya serius juga ah! Gak asik lo njingg, ".
" Serius gue. Gak percaya lo? Ntar gue alihin panggilannya, ".
David menekan tombol hijau saat Morgan mengalihkan pada Video Call.
Dan yang pertama mereka lihat, adalah pantat bayi dengan banyaknya kotoran yang belepotan sampai ke betis.
" Anjirt tayi, MORGAN!! ".
_-_
Tbc!
Brum... Cekik...
" Guys, Morgan!! ".
" Aaaaa!!! ".
Di pagi hari yang cerah, secerah ketiak Morgan, pria itu melepas helm dan langsung tebar pesona pada para siswi berteriak-teriak histeris melihatnya.
" Hello, guys! Osis tampan datang! ".
" Aaaa!!! " Teriakan-teriakan itu kembali terdengar, membuat Morgan si Osis narsis dengan kemesuman tiada tara tersenyum secerah mentari pagi ini.
Morgan Eduardo, siapa di Sekolah ini yang tidak mengenal dirinya? Ketua Osis dengan kadar ketampanan dan kemanisan yang membuat para siswi diabetes melihatnya.
" Pansos terus.. Pansos... " Rey datang dengan kedua temannya.
Morgan melirik teman-temannya, kemudian turun dari motor hijau kesayangannya.
" Hello, everybody! Mana si David? Gak kelihatan dia, " Tanya Morgan sambil menyalami tiga temannya dengan ala-ala remaja gaul.
" Belakangan dia, ".
" Oh, gitu ya. " Morgan menampilkan wajah tengilnya, " Gimana, kemarin? Pada percayakan kalo gue lagi ngasuh bocil? ".
Wajah marah terpasang jelas di wajah tampan Rey dan Arzan, berbeda dengan Erza yang menampilkan wajah mualnya.
" Tayi, kampret! Ngapain lo tunjukin yang gituan, hah?! Dikira gue gak jijik apa?! " Semprot Rey.
" Tau lo, dasar dodol! " Sambung Arzan menepuk kepala Morgan yang cekikikan.
" Eh.. Gue kurang solid gimana coba? Punya makanan gue kasih, lihat tayii bayi pun gue kasih lihat juga ke kalian. Takutnya kalian penasaran, sama warna beraknya bocil. Baik kan gue? ".
" Mor, sumpah. Lo jangan bahas lagi, please! Mual gue dengernya, ueks.. " Erza menutup mulutnya dan lari meninggalkan ketiga temannya.
" Lah, napa dia? ".
" Gara-gara lo, oon! " Arzan kembali menjitak kepala Morgan.
Memang gara-gara Morgan. Setelah menunjukkan hal menjjikan via video call kemarin, setiap makan Erza yang notabennya cowok jijian mengurungkan niatnya saat bentuk air warna kuning dengan kerikil-kerikil kecil kembali memenuhi ingatannya.
" Sakit anjingg, " Keluh Morgan mengusap kepalanya.
" Tahu gak lo? Kemaren— ".
" Gak tahu, ".
" Belum selesai ngomong, Morgan! " Geram Arzan.
" Iya iya, si ganteng diem, si ganteng dengerin. "
" Tayi adik lo ganteng, ".
" Dia cantik woy, mana ada cewek ganteng! ".
" Tayinya, ".
" Jijik kampret! Ngapain kalian bahas yang gituan? " Sang Rey Bramasta anaknya papa Bram dan Mama Elly angkat suara.
Morgan tertawa.
" Eh, bukannya itu mobil Opanya si David? " Morgan bertanya, padahal mobil itu bisa dibilang mobilnya juga. Karena Opa David adalah Opanya juga. Ya.. Mereka sepupuan.
Pandangan Rey dan Arzan teralih pada mobil hitam mewah yang baru datang.
" Yakin gue, si David muntah. " Ucap Morgan.
" Yakin gue, dia sama si barbie. " Lanjut Arzan.
" Barbie? Siapa barbie? " Tanya Morgan.
" Ad— ".
" Morgan! " Panggilan dari gadis bernama Nisa membuat perkataan Rey terpotong.
Morgan berbalik, " Ya? ".
" Ditungguin di ruang Osis. Lo gak lupa 'kan, kalo pagi ini ada rapat Osis? ".
" Oh, oke. Bro, gue duluan, " Pamit Morgan.
" Mor, David datang sama— ".
" Iya iya, ntar gue datengin si David. Eh, suruh aja dia ke ruangan Osis! Lu pada juga jangan lupa nyusul! ".
" Tapi— ".
" Bye! ".
Arzan menatap kepergian Morgan, " Yah.. Kurang beruntung dia. Padahal kan gue mau ngasih tahu, kalau si David datang bareng adiknya. Denger-denger si Morgan juga kenal kan, sama si cantik. Rey? " Tanyanya.
" Udahlah! Mungkin Morgan datangin nanti, ".
Sepeninggalan Morgan, David dan Reyna turun dari mobil. Yang mana membuat mereka langsung menjadi pusat perhatian publik. Terutama Reyna.
" Murid baru? ".
" Cantik bener. Siapa dia? ".
" Kok bareng David? Pacarnya ya? ".
" Saudara mungkin, ".
" Gila, cantiknya.. Kayak-kayak bule dia, ".
" Astaga.. Calon bini gue, ".
" Rambutnya pirang, di warna apa asli tuh? ".
" Bitchh, ".
" Cantik!!! ".
" Huuu!! ".
Jika tadi para siswi yang berteriak-teriak, kini giliran para siswa yang berteriak dan di balas sorakan oleh para siswi kaum iri.
David menyeka mulut dan keningnya yang banjir keringat.
" Gila, kenapa jiwa katro gue mendarah daging ya kalo pake mobil? " Gumamnya.
David beralih menatap Reyna, " Risih? ".
" Biasa aja, ".
" Buka kaca mata lo! Di sini aturannya ketak. Gak boleh pake kaca mata, topi, sama barang-barang lain. " Jelas David.
Reyna melirik, " Lo Osis? " David mengangguk.
" Pantesan, " Ucap Reyna membuang muka.
" Gak suka? ".
" Enggak, kita kan saudara. "
David menatap geram adiknya, " Siapa juga yang cinta sama lo, begoo! " Ucapnya menyentil pelan kening Reyna.
" Awh, Kakak! " Pekik Reyna kaget.
" Apa lo? Yuk masuk! ".
Reyna diam sesaat, kemudian ekor matanya tidak sengaja menangkap sosok dua orang pemuda yang dia ingat ada di rumahnya kemarin.
" Tar deh, Kak. Bukannya itu.. Temen-temen lo? " Tunjuk Reyna dengan matanya.
David mengikuti arah tatap Reyna. Seketika dia tersenyum, kemudian melambaikan tangan pada teman-temannya.
" Bro! ".
" Sini lo! ".
" Oke! " Balas David. " Yuk! " Lanjutnya menggenggam tangan Reyna.
" Mana si Erza? " Tanya David sambil menyatukan kepalan tangan dengan Rey dan Arzan.
" Toilet dia, ".
" Sepagi ini? ".
" Mual, gara-gara si Morgan bahas pantatt bayi. "
" Ftt.. Pantatt bayi, " David menahan tawanya.
" Vid, gak mau kenalin nih? " Arzan menunjuk Reyna yang matanya sedang meneliti bangunan sekolah.
" Oh, bentar. Dek, temen gue. " Ucap David menyenggol lengan adiknya.
Tatapan Reyna teralih pada keduanya, dia menatap Rey dan Arzan secara bergantian.
" Lo yang nolongin gue kemarin kan? " Ucapnya pada Arzan. " Makasih. Dan sorry juga gue dorong lo, ".
" It's okay. Btw, gue Arzan. " Arzan mengulurkan tangannya, yang langsung disambut baik oleh Reyna.
" Reyna, lo bisa panggil gue Angel. "
" Angel? Bukannya nama lo Reyna? " Tanya Arzan tanpa mau melepaskan tangan lembut Reyna.
" Kepanjangannya itu. Udah ah lepas! " David melepas kasar tautan tangan Arzan dan adiknya. " Modus lo! ".
Arzan menyengir.
" Cuma tanya, elah. Lo jadi Brother Posesif banget sih? Jangan-jangan lo cinta lagi sama adik lo? " Celetuk Arzan.
" Gila lo! Ya kali gue suka si bocah, ".
" Berisik lo, anak kampung! ".
" Angel! ".
" Apa? ".
Arzan dan Rey terkekeh melihat wajah nyolot Reyna dan raut emosi David.
" Gue Rey, anaknya Mommy Elly. Lo tahu pasti, " Ucapnya mengulurkan tangan.
Reyna mengangguk sambil menyambut uluran tangan Rey.
" Tahu gue. Gimana kabar Kak Dira? ".
" Baik. Mommy gue tahu lo jadi ke sini, katanya sesekali main gih ke rumah gue! ".
" Next time, " Balas Reyna seraya melepaskan tautan tangan mereka.
" I wait, ".
Kring....
Bel berbunyi, yang mana membuat Reyna menatap David.
" Kak, kelas gue? ".
" Gue anter ke Kepala sekolah, ".
" Oke, ".
" Bro, duluan! " Saat David dan Reyna hendak melangkah, suara cempreng terdengar memanggil:
" David!!! " Morgan datang dengan ajudan Osis yang lainnya.
" Mor, ke mana lo? ".
" Para anggota Osis di tunggu di lapangan. Lah lo sendiri, mau ke mana lo? Sama.. " Ucapan Morgan tergantung saat melihat Reyna.
" Elah Vid, punya gandengan bening aja lo. Siapa? " Goda salah satu anggota Osis.
" Dia— ".
" Lepas kaca mata lo! " Morgan berkata dengan dingin, khas seorang Ketua Osis yang siap menghukum murid pembangkang.
Reyna melirik, " Gue? ".
" Bukan, monyett. "
" Oh, ".
" Iya, elu. Emang di sini yang pake kaca mata siapa? ".
" Tuh, " Tunjuk Reyna pada satpam sekolah yang dikenal banyak gaya. Dan hal itu membuat para anggota Osis terkikik, kecuali Morgan yang menghela nafasnya panjang.
" Dia udah biasa, matanya kataran. Sini, kaca mata lo gue sita! " Morgan membuka kaca mata milik Reyna, dan Reyna hanya diam tanpa melawan.
Deg.
Morgan terkejut, mulutnya terbuka dengan mata membelakak melihat mata indah yang agak familiar di pandangannya. Tidak, bukan familiar lagi, tapi dia kenal!.
" Lo.. Astaga, Nana!! ".
_-_
TBC!
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!