NovelToon NovelToon

Kutukan Cinta Sang Casanova

Merengek

Sekarang bukan lagi zaman Siti Nurbaya yang harus menerima perjodohan untuk memiliki seorang pasangan.

Bagi Dewa, jangankan menikah apalagi di jodohkan, bahkan ia tak pernah mengenal yang namanya cinta.

Namun Dewa justru terperangkap dalam perjodohan yang dengan seorang gadis yang mengatas namakan cinta dalam syarat utamanya. Sedangkan dirinya pun tak mampu menolak karena itu adalah perintah mutlak yang menentukan masa depannya.

Menolak, bukan perkara yang mudah. Menerima, juga tak bisa di katakan mudah.

Pasrah, tetap harus berjuang.

"Dewa, kutukan cinta akan jatuh atas dirimu karena kau yang tak pernah percaya dan tak mengindahkan rasa itu."

****

Bercintalah, dan lakukan apa yang kau suka. karena sungguh mustahil untuk mencintai tanpa sengaja.

Dewa...

Tatkala kau telah mencinta, kau akan selalu mencinta. Sebab apa yang ada dalam fikiran mu mungkin saja pergi, namun apa yang ada dalam hatimu tetap tinggal untuk selamanya.

Cyntia...

***

Di dalam sebuah club, dua pasang kekasih yang jauh dari kata halal sedang melaksanakan ritual haram seperti malam-malam sebelumnya.

Bisingnya ruang yang memekikkan telinga dari alunan musik yang di permainkan oleh seorang DJ tak mereka pusingkan.

Adegan hot yang di sajikan secara live oleh para wanita-wanita dengan pakaian kurang bahan membuat para setan berbisik manja pada makhluk-makhluk yang bisa di sebut sebagai manusia gak ada akhlak tersebut.

"Wa!

"Apa!!"

"Naek yok"

"Kemana?

"Sok polos lo, padahal demen polosan." Dewa terbahak mendengar ocehan si jeki, soulmate dalam bermesum ria.

"Lo duluan aja, Gue masih mau di sini. sumpek gue habis denger wejangan eyang gue."

"Kenapa lagi lo? ada yang ngaku bunting lagi?"

"Lebih parah men, dia minta cucu." Dewa terkekeh.

"Nah makanya cepet di bikin yok sekarang, kasihan tuh si imel udah kayak cacing kepanasan nungguin elo".

"Bentaran deh lo aja duluan, gue masih mikir gimana caranya tuh si eyang paduka biar gak halu nyuruh gue cepet nikah."

"Apa wa? lo mau kawin?

"Nikah jek! nikah! bukannya kawin. kawin mah udah saben hari kita. ha...ha.. "

"Emang beda ya kawin ma nikah, baru tau gue"

"Ya bedalah."

"Emang apa bedanya?" si jeki emang tingkat setan tololnya.

"Bedanya kalo nikah tuh cetak tanda tangannya di atas kertas, kalo kawin cetak tanda di atas t***t. tolol emang lu." Dewa geleng kepala.

"iya lupa gue." jeki nyengir.

"heh...nikah, apaan coba yang di cari, buang-buang waktu aja." Dewa mendengus kesal.

"Udah masalah nikah entaran aja, sekarang kita kawin yok, udah berat nih." ajak si Jeki menuju gelimang Dosa.

***

Di sebuah rumah yang penuh dengan kasih sayang, seorang gadis sedang merengek, merayu pada ibundanya agar mengizinkannya pergi menikmati liburannya di Bali.

"Buuu... boleh ya, ya.. ya..." Cintya merengek manja. si ibu masih tak bergeming.

"Kak, ayolah bantuin Tia." beralih ke Leo, sang kakak yang baru pulang dari kantor.

"Apa sih dek, hm?" membelai kepala dengan sayang.

"Tia mau pergi ke Bali, cuma Bali lo kak bukan Belanda." masih dengan jurus merengeknya.

"Tia, kakak lagi banyak kerjaan, gak bisa jagain kamu." sambil melirik ke arah ibunya.

"Tia kan mau pergi sama teman-teman kak, bukan sama kakak. lagian Tia udah gede kak bukan anak TK, bentar lagi sarjana lo." Cintya memanyunkan bibirnya.

"Sayang, ibu kan udah larang Tia, jadi kakak udah gak bisa bantu kamu. Aturan ibu negara mutlak tidak dapat di ganggu gugat." dengan menekankan kata Mutlak!

Cintya menyerah, gadis itu pergi dengan menghentakkan kakinya yang membuat ibu dan kakaknya menghela nafas kasar.

LEO, menghampiri ibunya dan mendudukkan dirinya di sampung ibunya.

"Emang kenapa sih bu si Tya gak boleh pergi?" tanya Leo pada ibunya.

"Kamu ni kayak gak tau adek mu saja, dia kan suka sembrono, entah apa yang di rencanakan mereka sampai mau mengadakan acara liburan segala. pasti dia mau bikin ulah." gerutu ibunda.

Dan Leo pun tak sanggup membantah ucapan ibunya yang di anggap sebagai orang berpangkat tertinggi di rumah itu.

Dan Tia, gadis itu mondar-mandir di dalam kamarnya, memikirkan cara agar dapat pergi bersama teman-temannya.

"Gimana ya, biar dapat izin dari ibu, kalau kak Leo udah pasti bakal ngizinin, mana tega dia ngebiarin air mata aku jatuh. secara air mataku kan lebih mahal dari berlian." Tia berbicara pada dirinya.

Gadis itu tidak tau kalau ada yang tengah menguping di belakang pintu.

Tapi bukan Tia namanya kalau tidak dapat mengendus keberadaan perdana mentri di rumah itu, yaitu Leo kakaknya yang berperan sebagai ayahnya, tegas namun sangat memanjakan adik kecilnya.

"Udah masuk aja, gak perlu nguping entar kupingnya panjang. jadi kambing baru tau rasa." tanpa melihat ke arah pintu bahkan Cintya tau kalau kakaknya berdiri di belakang pintu.

"Kok tau sih dek, kakak lagi nguping?"

"Dari ujung komplek sana Tya juga udah bisa ngendus parfumnya kakak, kakak kan limited edition." sambil nyengir menampakkan gigi putihnya.

"Wah hebat bener, udah kayak cenayang aja bisa tau dari jarak jauh. eh, itu apa tadi limited edition maksudnya apaan?"

"Iya, kakak emang limited edition tiada duanya. udah kek iklan shampo."

"Kamu nih ngelunjak!" sambil mengacak-acak rambut Tia gemes.

Kakak beradik pun duduk di sofabed di balkon kamar Cintya.

"Kak!" panggil ya dengan sedikit merengek.

"Apaan?" Leo menjawab tanpa menoleh.

"Boleh ya Tia ke Bali, bentaran aja paling cuma seminggu." masih dengan rayuan mautnya.

"Kalau kakak sih oke, tapi ibu kan gak ngijinin dek, mending gak usah ngeyel deh, entar di kawinin gimana? mau kamu?" Leo menakut-nakuti.

"Gak papa dah di kawinin asalkan habis dari Bali seminggu lanjut ke lombok seminggu terus keliling Eropa sebulan, gimana?" dengan smirk smile nya.

"Nih anak lama-lama nyebelin, masih kecil juga." Leo geleng-geleng.

"Ya gak papa dong, liburannya maraton, habis kawin kan Tia gak mungkin jalan-jalan sama temen-temen Tia lagi."

"Makanya nurut sama si Ibu negara, di kawinin sama konglomerat biar bisa keliling dunia tiap tahun."

"Siapa emang?" Tia antusias.

"Tau! nanya kakek sono, yang punya rencana jodohin kamu kan kakek."

"Hah! jadi beneran tuh kak, busyet dah si kakek masih aja pake tradisi Siti nurbaya." cerocos Cintya kesal.

"Yaudah terima nasib aja sih, kamu kan perempuan harus nurut. kakak mah ogah." Leo berlalu dari kamar Cintya dan di hadiahi lemparan bantal mengenai kepalanya.

"Kakak ih!" seru Cintya kesal.

***

jejaaak...

Eyang paduka

Happy Reading...

Di dalam kamar sebuah hotel mewah, seorang pria tampan masih setia dengan balutan selimut lembut. peluh sisa kenikmatan tak beradab masih menempel di dada bidangnya.

Tapi pangeran tampan itu hanya sendirian di atas kasur king size-nya. lalu kemana perginya para wanita itu pergi, tentu saja ia telah mengusir teman wanitanya.

Sudah menjadi kebiasaannya mengusir para wanita-wanita itu setelah ritual panas yang penuh dosa ia lakukan.

DEWA yang masih di liputi oleh rasa kantuk yang bergelayut di kedua matanya terpaksa harus membuka matanya karena pesan yang masuk ke gawainya.

From. Eyang Paduka.

"Pulang atau sekalian gak pulang..."

Dewa.

"Bentar lagi nanggung" sent..

From. Eyang Paduka

"Satu jam dari sekarang, Oke!"

Dewa.

"Kompensasi waktu, lamaan dikit napa." sent...

From. Eyang Paduka

"Di kabulkan, lima puluh persen saham untuk Panti Asuhan, Dua puluh persen untuk tempat ibadah, dan kamu dapat sisa, atau tidak sama sekali."

Dewa.

"Anda terlalu sadis yang Mulia! sent...

From, Eyang Paduka

"Masih bisa lebih dari ini"

Dewa menghela nafas berat. ia tau tidak akan menang berdebat dengan eyang yang menyandang predikat penguasa di keluarganya.

Mau tidak mau ia harus pulang saat itu juga meski waktu menunjukkan hampir pagi.

Gila nih si eyang, kagak tau apa nih badan masih capek banget. lagian ngapain sich nyuruh kerumah malem-malem gini. Gerutu dewa sambil mengenakan kembali pakaiannya.

Dewa mengambil gawai dan kunci mobilnya menuju basement hotel untuk mengambil mobilnya.

Dewa yang masih mengantuk mengemudikan mobilnya dengan kecepatan rendah. ia terlalu malas untuk cepat- cepat bertemu dengan penguasa rumah keluarga Herlambang.

Tentu saja dewa cukup mengerti dengan tabiat eyangnya yang tiba-tiba menyuruhnya pulang tak tahu waktu.

Mobilnya telah sampai di kediaman Herlambang, Dewa keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.

Suasana sepi karena hari telah larut dan hampir pagi. dengan langkah pelan ia naik ke lantai dua dengan menaiki tangga yang menuju langsung ke kamarnya agar tidak menimbulkan suara dari ketukan sepatu yang ia pakai.

Niatnya langsung menuju kamar untuk menghindari wejangan yang terlalu membosankan menurut Dewa. tapi ia lupa bahwa sang penguasa rumah tidak mungkin tidak mengetahui kedatangannya.

Baru satu langkah ia meninggalkan tangga terakhir, Dewa di kejutkan dari ketokan tongkat milik Eyang Herlambang.

Tokk!!!!

Satu ketokan dari tongkat pria tua mendarat cantik di kepala Dewa.

"Dari mana anak nakal?" suara bariton yang sangat di kenalnya memaksa ia menghentikan langkah dan berbalik menatap sang pemilik suara.

"Apaan sih Eyang?" Dewa mengusap-usap kepala bekas ketukan tongkat sang kakek.

"Dari mana kamu!" pertanyaan bernada bentakan terlontar dari mulut pria tua yang sangat Dewa hormati. pandangan mata laki-laki tua itu mengintimidasi dewa. sebrengsek apapun Dewa, ia tak pernah membantah satu katapun ucapan eyangnya.

"Itu.. Dewa habis dari..." ucapan Dewa terpotong karena ia tidak dapat menemukan alibi yang dapat menolongnya. sepintar apapun ia berkelit, Eyangnya pasti dapat mengetahui kebohongannya.

"Bermain j****g lagi, kapan kamu berhenti dari aktifitas gak berguna seperti itu?" cerca Eyang sengit.

"Dewa kan cuma main-main Eyang." sungguh Dewa tidak memiliki kuasa untuk melawan.

"Main-main... main-main... main terus yang kamu pikirin. Apa kamu tidak bosan, hah!" suara Eyang sudah seperti halilintar bersabung di keheningan malam.

Dewa yang di ketahui oleh umum adalah sosok tegas dan berwibawa menjadi tak berkutik saat suara tegas kakeknya menggelegar.

"Ingat Dewa, kamu ini sudah dewasa dan hampir tua, kapan kamu akan mengambil langkah untuk masa depanmu. apa kamu mau melajang seumur hidup dan jadi perjaka tua?"

"Apa Eyang memanggil Dewa malam-malam gini hanya untuk meneruskan obrolan yang membosankan ini? Dewa ngantuk capek, pengen tidur." pungkas Dewa. dan berlalu meninggalkan kakeknya yang masih berkhotbah.

"Kalau kamu tidak membawa calon cucu mantu dalam waktu dua minggu, kamu harus mau Eyang jodohkan dengan cucu teman Eyang." Dewa urung melangkahkan kakinya karena mendengarkan ultimatum dari Eyang.

"Ayolah eyang, kalo Eyang ingin ada resepsi pernikahan di hotel kita, itu sudah sering. karena hotel kita sudah sering di boking untuk acara resepsi. dan kalau Eyang ingin di rumah ini di adakan acara nikahan, Eyang boleh deh cariin Eyang puteri buat Dewa." Dewa mengakhiri obrolan panjang dengan Eyangnya dan mendapatkan satu ketokan lagi di kepalanya.

"Dewa! Dasar cucu gak ada akhlak kamu!" Geram Eyang dan berlalu meninggalkan Dewa. dan dewa yang merasa memenangkan acara debat pergi ke kamarnya dengan senyum kemenangan.

Dewa yang masih lelah dan mengantuk langsung merebahkan diri di atas kasur king sizenya tanpa mengganti pakaiannya.

***

Sang malam telah berlalu dan terganti pagi yang cerah secerah wajah Cyntia yang ceria karena berhasil menjalankan misi rayuan gombalnya kepada ibunya.

Saat ini gadis itu sedang bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Cintya bahagia karena telah mengantongi izin dari ibu negara. dan semua itu tak lepas dari bantuan kakaknya yang selalu memanjakannya.

Cintya telah rapi dengan kaos putih dengan jaket dari bahan denim dan dipadukan dengan celana jeans bolong di bagian lututnya, yang membuat gadis dengan perawakan tinggi tapi bertubuh mungil itu semakin keren.

"Selamat pagi!" sapanya riang.

"Pagi, adeknya kakak yang cantik, udah siap hmm?" Leo membelai kepala Cintya yang memeluknya dari belakang. kebiasaan yang tiap pagi ia lakukan.

"Pagi bu!" sambil mencium pipi ibunya kanan dan kiri.

"Pagi Tya, sepertinya ibu selalu jadi orang kedua melulu." ibu mulai merajuk.

"Tidak ada yang pertama dan kedua karena semua sama, kalian berdua adalah segalanya buat Vintya." sambil tangannya mengoles roti dengan selai. menggigit dan mengunyahnya.

"Oh ya? coba nanti kita lihat setelah ada anak orang yang halalin dia, apa dia masih bisa bilang begitu." ibu dengan senyum mencibir. kebiasaan si ibu yang suka goda si bungsu kesayangan.

Dan yang di bicarakan cuma senyum-senyum aja sambil terus mengunyah roti sebagai sarapan paginya.

"Dek, kamu berangkat naik taksi aja ya, kakak ada meeting pagi ini." Leo bangkit dari duduknya bersiap berangkat ke kantor mencium punggung tangan ibunya dan mencium pucuk kepala Cintya.

"Ok kak, siap!" sambil menirukan gaya prajurit.

"Tya, kamu jangan aneh-aneh di sana, ingat kamu anak perempuan, ibu ijinin kamu pergi karena ibu percaya sama kamu. kalau kali ini kamu bikin ulah setelah pulang dari Bali kamu harus siap ibu kawinin" ancam ibu. karena kebiasaan putrinya yang sering bikin ulah atau menghilang dari kawanan.

"Baiklah, kawin kan bukan nikah." timpal Tya cuek. sambil terus mengunyah roti di mulutnya.

"Tya, ibu serius!" bentak ibu karena merasa anaknya tidak mendengarkan kicaunya.

"Iya ibunda ku sayang, Cintya ngerti kok, gak usah berlebihan, Tya gak akan macem-macem, palingan cuma satu macem." sambil cengengesan menunjukkan gigi putihnya yang berjejer rapi membuat si ibu geram karena ketidak seriusan putrinya.

Dan siang itu Cyntia beserta rombongannya telah sampai di bandara dan berada di ruang tunggu.

***

Dan Dewa yang tengah tertidur, terbangun karena siang ini dia juga harus terbang ke Bali untuk menghadiri pesta pernikahan relasi bisnisnya.

Dewa bergegas ke kamar mandi dan membersihkan diri lalu berangkat menuju bandara. dan di sana, Alex asisten pribadinya telah menunggunya dengan segala persiapannya.

****

Part.03 salah kamar

Happy reading....

Sore itu di rumah keluarga Mahendra, dua orang tua tengah duduk di ruang tengah sedang menikmati Secangkir teh. kebiasaan dua orang sahabat yang telah terjalin sejak puluhan tahun yang lalu.

Mengunjungi tempat tinggal satu sama lain mereka lakukan setiap bulan sekali atau

setiap ada kesempatan. dan kali ini kakek wisnu menggunakan kesempatan itu untuk menagih janji dari sahabat lamanya itu.

Wisnu dan Mahendra, dua orang tua yang bersahabat sejak lama. persahabatan yang terjadi sejak mereka duduk di bangku sekolah hingga kini sama-sama telah menjadi seorang kakek yang sama-sama memiliki cucu yang dapat di banggakan.

Wisnu satria Herlambang kakek dari seorang pemuda berperawakan tinggi 180 cm dengan warna kulit coklat manly dan bermata coklat yang memiliki kadar ketampanan di atas rata-rata yang ia beri nama Dewa Herlambang. adalah pemilik kerajaan bisnis di bidang perhotelan dan banyak lagi perusahaan lain yang telah di miliki sehingga menjadikan keluarga Herlambang memiliki predikat menjadi salah satu orang terkaya di indonesia.

Kunjungannya ke rumah keluarga Mahendra memiliki satu tujuan yaitu menagih sebuah janji. janji perjodohan yang di lakukan oleh dua orang sahabat di masa lalu. janji yang harus di tepati oleh dua pihak keluarga.

Yang awalnya rencana Perjodohan itu telah terlupakan karena mereka berdua sama-sama memiliki anak laki-laki. namun siapa sangka perjodohan yang sempat tertunda harus di lanjutkan oleh cucu-cucu mereka.

"Bagaimana Hendra? apa kau sudah siap membayar hutangmu itu padaku hah?" gaya bicara yang tidak berubah dari usia muda sampai menjadi tua renta.

"Kau itu masih ingat aja, apa perlu perjanjian ini kita teruskan?" Hendra, kakek dari pihak perempuan yang tak pernah menang jika berdebat dengan sahabatnya itu.

"Jangan bilang kau mau mangkir, harusnya perjodohan itu kita lakukan dari dulu." wisnu yang masih getol memaksa sahabatnya untuk memuluskan rencananya.

"Apa mereka mau di jodohkan, ini jaman moderen serba canggih kenapa kita masih membahas masalah itu." Kakek hendra memberikan alasan.

"Kenapa kau menolak perjodohan ini, apa kau mau memungkiri untuk yang kedua kali." pria tua masih aja ngotot dan tidak mau mengalah.

"Ya sudahlah kita lakukan saja? kalau mereka berjodoh pasti gak akan kemana." kakek hendra mengalah karena ia tau tidak akan menang jika wisnu sudah bertitah.

***

Sementara itu, pesawat yang membawa rombongan Cyntia dan kawan-kawannya yang juga Dewa dan asistennya telah mendarat di bandara NGURAH RAI Bali.

Mobil travel yang telah di pesan oleh Cyntia dan kawan-kawannya telah membawa mereka ke hotel mewah yam memiliki fasilitas menghadap laut dari atas balkon.

Mereka yang saat itu telah sampai di hotel,memegang masing-masing kunci yang di berikan oleh seorang resepsionis segera berhambur untuk mencari kamar masing-masing.

Cyntia yang kebetulan mendapatkan kamar single room pun telah masuk kamar yang akan menjadi rumahnya untuk waktu seminggu ke depan.

Sedangkan Dewa yang juga di berikan fasilitas menginap di hotel yang sama dengan yang di tempati oleh cyntia dan kawan-kawannya pun mengambil kunci kamar yang berbentuk kartu kepada resepsionis.

Mamun gadis itu tidak sadar bahwa ia telah memasuki kamar yang bukan miliknya. kamar yang seharusnya ia tempati berhadapan dengan kamar yang ia tempati saat ini. entah apa yang terjadi, kenapa kunci yang bukan semestinya di pakai untuk kamar lain itu berhasil membuka kamar yang lainnya sehingga dia pun tidak sadar akan kekeliruannya.

Cyntia yang merasa capek karena perjalanannya itu langsung membuka sepatunya dan membuangnya asal.

Tanpa membongkar isi kopernya cyntia berlalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri. berendam di dalam bathup adalah hal yang paling di inginkan oleh gadis itu saat ini.

Dewa yang memegang kartu akses masuk pun mencocokkan nomor kamar yang telah ia yakini sebagai tempat pribadinya untuk beberapa hari kedepan dan benar-benar yakin bahwa itu adalah kamarnya melahkah dengan santai memasuki kamarnya.

Tanpa melihat kesana kemari, Dewa yang juga merasa kelelahan langsung melemparkan tubuhnya keranjang hotel yang berseprei warna putih itu tanpa melepas sepatunya.

Dan bersamaan dengan itu, seorang gadis keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk sebatas dada dan paha. dan satu handuk kecil melilit di rambut panjangnya.

Cyntia yang tidak menyadari sosok kaum adam di dalam kamarnya dengan santainya mematut diri di depan kaca besar yang ada di dalam kamarnya.

Masih dengan menggunakan handuk di tubuhnya ia hendak mengambil koper yang belum ia bongkar. dan matanya membulat saat ia melihat sosok pria tampan tak di kenalnya itu tertidur di atas ranjangnya.

"Aaàakh..." teriakan cyntia menggelegar di dalam ruangan, andai kamar itu tidak kedap suara pasti teriakannya akan terdengar sampai ke kamar sebelah atau bahkan ke lobi hotel.

Dewa yang terpejam terlonjak dan hampir melompat karena mendengar teriakan dari manusia yang berjenis kelamin perempuan itu.

"Heh, siapa kau? berani sekali kau masuk kedalam kamarku!" Bentak cyntia bertubi-tubi.

Dewa yang masih setengah nyawa pun berusaha mengumpulkan nyawa yang tercecer karena tidur singkatnya yang terganggu, ia mengerjapkan matanya melihat pemandangan live gadis cantik setengah bugil berdiri dengan cantiknya sambil berkacak pinggang di depannya.

Seketika ia sadar, sisi mesumya yang di luar batas itu membantunya melihat jelas bahwa gadis yang ada di hadapannya adalah karya Tuhan yang benar-benar sempurna.

Perfectly

"Hey, jawab aku! siapa kau? kenapa bisa masuk ke dalam kamarku? bentak cyntia untuk yang kedua kalinya.

Dewa yang masih melotot pun tersadar, "Aku?" sambil menunjuk ke arah dadanya. "Tentu saja aku bisa masuk karena aku punya kuncinya," dengan santai ia menjawab.

"Tidak mungkin, kamu pasti telah merusak pintunya sehingga kamu bisa masuk ke kamarku!" cyntia morang muring.

Dewa dengan santainya duduk kembali ke atas ranjang sambil bersandar ke kepala ranjang sambil melihat gadis di hadapannya yang makin gusar.

"Kenapa kau masih diam cepat keluar dari kamarku!" bentak cyntia untuk ketiga kalinya.

"Kenapa aku harus keluar, ini kan kamarku." ucap Dewa santai.

"Kalau kau tidak keluar sekarang aku akan memanggil manajer hotel" Masih mempertahankan kebenaran yang keliru.

"Hey nona kecil, kalau kamu mau memanggil manajer Hotel, kamu akan mempermalukan dirimu sendiri, coba lihat nomor di kartumu apa ini kamarku atau kamarku." Dewa bangun dari posisi tidurnya dan berjalan ke arah Cyntia dengan Devil smilenya.

Cyntia yang merasa posisinya tidak aman pun menelan salivanya dengan susah payah.

Kekhawatiran terlihat jelas di wajah cyntia.

Dewa yang melihat ketakutan di wajah gadis itu semakin gencar untuk menggodanya. ia senang karena merasa memiliki mainan baru.

Cyntia yang masih ketakutan berjalan mundur sambil memegang ujung handuk. keringat dingin tercetak di kening gadis itu karena hawa panas dari ketakutannya.

Cyntia berjalan terus dan terus ke belakang memundurkan tubuhnya sampai tembok kamar hotel menghalangi langkahnya.

Dewa yang masih dengan aksi isengnya senang karena mangsanya tidak berkutik dan terperangkap di antara tembok dan tubuh kekar dewa.

Dewa dengan senyum jahilnya makin gemcar menggoda gadis yang hampir menangis itu. ia memojokkan tubuh gadis mungil itu dengan satu tangannya bertumpu pada tembok untuk mengunci pergerakan cyntia.

Jarak yang hanya beberapa senti membuat tubuh yang hanya terbalut handuk itu bergetar karena ketakutan.

" Kalau kau mau kau tidak perlu keluar dari kamar ini, kita bisa berbagi kamar ini dan juga berbagi ranjang." ucapnya menakuti cyntia.

Dewa semakin mendekatkan kepalanya kearah ceruk leher cyntia. jarak mereka begitu dekat hingga cyntia dapat merasakan nafas dewa yang hangat di tubuh bagian atasnya. tubuhnya meremang karena bibir Dewa semakin dekat dengan lehernya dan...

***Dan tulisan othor pun menggantung...

🤗🤗🤗

Like, komen and vote please***....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!