NovelToon NovelToon

Berondong Nakalku

Di Kamar Hotel

Hilir mudik arus jalanan malam dan kerlap kerlip lampu, menambah indahnya sebuah kota malam ini. Di dalam kamar hotel bintang 5, disebuah kota besar, terlihat dari atas kamar yang dihuni oleh sepasang manusia.

Kasur king yang mewah, aroma mawar yang wangi dan kelopak bunga yang berserakan dari kasur hingga lantai dengan cahaya yang remang.

“Aaahh!!! Satria, hentikan!!!” pekik Nurbaya marah.

Ia tidak menikmati sedikitpun keindahan tempat ini. Yang ia rasakan sekarang, hanyalah kegusaran, dan merasa tertipu oleh pria remaja yang berumur belasan, yang ia anggap bau kencur.

Ya, manusia laki-laki yang dianggap anak kecil, tapi bisa membuat anak kecil.

“Satria, hentikan.” Ia mendorong tubuh pemuda yang sekarang mengungkung tubuhnya.

“Mm...mmmhmm...” Ia tak bisa lagi berkata, apalagi bersorak sekarang, karena sekarang mulutnya telah dibungkam dengan ciuman paksa oleh pria muda tersebut.

Ia terus memberontak dan mendorong tubuh pemuda itu. Namun kenyataannya, walaupun pria itu dia anggap remaja kecil, tenaga nya sangatlah kuat. Bagaimana tidak, tubuh pemuda itu jauh lebih besar dan tinggi dari pada Nurbaya.

Pemuda itu terus menciumi bibir Nurbaya, lalu menjalar ke leher dan menggigit daun telinganya. Bahkan, sekarang bibirnya sudah dilepas, seharusnya sekarang ia sudah bisa berbicara dan bersorak. Tapi, lidah Nurbaya tak berdaya mendapat serangan ciuman paksa tadi.

Ia merasa paham adegan apa yang selanjutnya akan terjadi, tak perlu di tebak lagi. Semua ini akan terjadi padanya, di ranjang ini. Otak Nurbaya pun mulai blank!

Pemuda itu menghentikan aktivitasnya dan menatap wajah Nurbaya yang telah memerah dan sedang mengontrol debaran jantungnya yang hebat, bahkan sesekali keluar suara dari nafasnya yang memburu.

Pemuda itu membelai wajah Nurbaya, kemudian melanjutkan menciuminya dan mulai meraba area dada dan menciumnya.

Seketika itu juga, Nurbaya tersadar kembali, karena ia merasa nyeri saat dadanya di mainkan Satria.

“Satria, apa yang kau lakukan?!” pekiknya. Ia mendorong wajah Satria yang menempel di dadanya dengan kuat.

“Aawww!!” Ia meringis sakit.

Pemuda itu menjepit dada Nurbaya dengan bibirnya.

“Satria, apa yang kau lakukan?!!! Ini sakit!!!” teriaknya keras. Ia tak peduli lagi, apakah ada orang yang mendengar di luar kamar mereka.

Walaupun ia bersorak dan memberontak, pemuda itu tidak melepasnya, malah semakin mempererat pelukannya dan melanjutkan bermain di dadanya. Akirnya, Nurbaya memiliki ide. Ia memencet lubang hidung pemuda itu agar tak bisa bernafas.

Seperti seorang Ibu yang menutup hidung bayinya, saat sang bayi mulai menggigit sang Ibu saat meminum ASI nya. Itulah yang dilakukan oleh Nurbaya sekarang.

Terbukti, usahanya itu berhasil.

Pemuda itu melepaskan bibirnya dari dada Nurbaya karena kekurangan oksigen untuk bernafas. Nurbaya mendorong sekuat hati, namun tangan pemuda itu sungguh erat memeluknya.

Dan akhirnya, Nurbaya tidak punya cara lain, selain melakukan jurus terakhir.

Brugh!!!

Nurbaya menendang siotong nakal pemuda itu dengan lututnya.

“Aaawwwcchhh!!!!” Ia berteriak dengan sangat kuat.

Ia memegangi siotong yang sekarang sangat menderita itu. Apakah sekarang siotong sudah menjadi jamur busuk dan telur mata sapi? Entahlah...

Setelah menendang, Nurbaya terlepas dari pelukan erat pemuda itu. Ia bergegas melompat dan menjauhi ranjang king itu. Ia dengan cepat merapikan pakaiannya yang sudah berantakan oleh pemuda itu.

Toktoktok!!! Suara ketukan pintu sedikit keras.

“Tuan Muda, apa Anda baik-baik saja, apakah Anda tidak apa-apa?” tanya seseorang yang cemas dari luar pintu.

Sepertinya, ada penjaga di luar pintu mereka.

“Hei, apa yang kau lakukan. Diamlah!” perintah temannya satu lagi dengan menyenggolnya. Mereka berdua berdiri tepat di luar pintu kamar.

“Tapi Bang, bukan kah tadi suara pekikan Tuan Muda?” balasnya lagi.

“Kau ini masih kecil, diamlah. Itu pekikan nikmat!” jelasnya.

Pemuda itu terbengong mendengarnya. “Apa kau masih mendengar suara lagi, setelah pekikan itu?” tanya laki-laki dewasa itu.

Pemuda itu menggeleng. Setelah terpekik, Satria memang terdiam dan menggigit bibirnya, menahan ngilu.

“Nah, itu tadi pekikan Nikmat. Jika nanti kau dewasa dan sudah menikah, kau akan merasakan itu.” jelasnya dengan tersenyum mesum.

“Lain kali, kalau kau menjaga kamar Tuan Muda seperti ini, apa pun yang kau dengar itu adalah suara nikmat. Kau mengerti?” sambungnya lagi.

“Ia, saya mengerti, Bang.” jawab pemuda itu mengangguk pasti. Mengerti atau tidak mengerti, yang jelas dia mengangguk dengan sangat yakin.

Laki-laki dewasa itu tersenyum dan memberikan jempol pada pemuda di depannya.

Namun kenyataannya, semua yang di kira oleh penjaga itu, tak seindah fakta yang sebenarnya.

Nyatanya, Tuan Muda mereka sedang menderita. Meringis dan masih meringkuk memegangi si Otong.

Nurbaya yang awalnya ingin kabur pun terdiam karena mendengar suara dari pintu. “Ah, sial! Kalau aku keluar, aku pasti akan tertangkap.” gumam Nurbaya dalam hati.

“Apa yang harus aku lakukan sekarang, apakah aku harus menyerahkan ke perawanan ku kepada dia?” pikir Nurbaya menatap Satria yang masih memegangi siotong.

Tiba-tiba, mata Nurbaya terbelalak. Karena melihat Satria terdiam lama. “Apakah dia mati?” pikir Nurbaya.

Ia yang awalnya berniat kabur, sekarang malah cemas. “Bukankah, siotong adalah nafas para kaum pria? Apakah dia mati, karena aku menendang itu nya dengan sangat kuat? Aku bisa masuk penjara karena membunuh orang!!!” pikir Nurbaya kacau.

Ia mulai berjalan mendekat, meraba Satria yang diam. Kemudian ia membalikkan tubuh Satria menjadi tertelentang. Satria yang awalnya memang sedang menahan sakit, sekarang berpura-pura pingsan, saat tau Nurbaya mendekat.

Nurbaya melihat perut Satria naik turun. “Ia masih hidup, buktinya perutnya masih bergerak naik turun.” gumam Nurbaya.

“Coba aku dengar denyutan jantungnya, apakah dia pingsan, apakah harus aku tekan dadanya seperti dalam film?” Nurbaya berkata sendiri sambil menggaruk-garuk kepalanya kebingungan.

Dan akhirnya, Nurabaya mendekatkan telinganya ke dada bidang satria, mendengar debaran jantung pemuda itu. Satria tak bisa lagi menahan tawanya, dan Ia juga sudah tergoda dengan kelucuan Nurbaya.

Pemuda itu langsung memeluk dan membalik tubuh Nurbaya, sehingga posisi Nurbaya di bawah dan pemuda itu di atas. Ia menghimpit kedua kaki Nurbaya dengan kuat, agar gadis itu tidak bisa lagi menendang.

“Satria!!! Kau berpura-pura!” teriak Nurbaya marah. Satria hanya diam saja, ia menempelkan keningnya dengan kening Nurbaya.

“Tenanglah Sayangku. Jangan buat aku marah, atau kau akan menanggung akibatnya. Kau tau, apa yang kau lakukan tadi? Itu sangat menyakitkan.” ucapnya pelan. Namun jelas terdengar oleh Nurbaya.

“Lain kali, jika kau menendangnya lagi, kau akan menyesal, aku tidak akan bisa memuaskan mu lagi nanti.” lanjutnya.

“Siapa yang ingin kau puaskan, hah?! Dasar bocah!!!” pekik Nurbaya, kemudian Ia membenturkan keningnya dengan kening satria kuat.

“Aucwhh!” Satria meringis, ia mengelus keningnya dan melepaskan pelukannya.

Kemudian Satria bergeser ke ujung, mengambil bantal. Lalu, meletakkan bantal di punggungnya, duduk bersandar di ranjang.

“Kau benar-benar membuatku jengkel. Pergilah!” ucapnya ketus.

Nurbaya yang mendengar kalimat pengusiran itu, bahagia luar biasa.

“Apakah aku tak salah dengar? Yesss!!” ucap Nurbaya dalam hati.

“Makasih, Tuan Muda.” ucap Nurbaya tersenyum bahagia.

“Oh, kau sekarang sudah sadar ya, kalau aku ini Tuan Muda? Bukankah tadi, kau dengan berani memanggil namaku dengan bebas.” ucap Satria dingin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Hallo Satria lover...🤗😘

Sebelum membaca cerita ini, saya akan menjelaskan sedikit alur... Selama beberapa waktu berlalu, saya mendapatkan beberapa komentar katanya cerita ini diulang-ulang, ada yang bilang gak paham alur dll...

Cerita ini “Maju-mundur-maju, cantik” Satria lover.... Jadi, bab 1-5 itu Bab Maju, Pembukaan saat tokoh pria dan wanita sedang dikamar hotel, sedangkan bab 6 sampai bab 69 bab yang ditarik mundur, lalu bab 70 sampai tamat, bab maju lagi.... Menyambung adegan dari bab 5 tadi.... HM, begitu... bukan adegannya diulang-ulang ya 😘😘😘

Makasih banget buat yang udah paham dengan cerita alur ini sebelumnya.....

Cium Aku!

“Oh, kau sekarang sudah sadar ya, kalau aku ini Tuan Muda? Bukankah tadi, kau dengan berani memanggil namaku dengan bebas.” ucap Satria dingin.

Nurbaya tersenyum canggung. Ya, dia sadar itu.

Namun, siapa yang tidak akan marah, jika pemuda itu menipunya. Dia yang awalnya berniat memanfaatkan Satria, malah berlawanan arus. Dia yang akirnya masuk dalam jebakan Satria.

“Kenapa kau masih berdiri di sana? Cepat keluar!” usir Satria.

“I...Iya, Tuan Muda.” jawab Nurbaya terbata.

Ia berjalan mendekat ke arah pintu, memutar gagang pintu agar pintu terbuka. Beberapa kali ia lakukan, namun pintu tak terbuka, karena pintu itu dikunci.

Kemudian, Ia hanya bisa diam berdiri di sana.

“Kenapa kau masih belum keluar? Jangan sampai aku berubah pikiran.”

Nurbaya hanya diam mendengar perkataan itu. Ia yakin, Tuan Muda itu sengaja melakukan ini padanya. Nurbaya memutar badannya, menghadap ke arah Satria bersandar. Pemuda itu menatapnya tajam.

“Tuan Muda, pintunya dikunci.” jawab Nurbaya memelas. Berharap pemuda labil itu berubah pikiran, dan benar-benar melepaskannya.

“Oh.” ucap Satria santai. Kemudaian Ia bergerak, menarik laci dan mengambil kunci dalam laci itu.

“Jadi, kau ingin kunci ini?” tanyanya dengan senyuman nakal. Nurbaya pun mengangguk.

“Sial!!! Bocah ini, benar-benar mempermainkan ku, dasar bocah penipu!” gerutu Nurbaya dalam hati.

“Kemarilah!” perintah Satria, sembari memainkan jari telunjuknya untuk memanggil Nurbaya mendekat padanya.

Nurbaya masih diam ditempat itu. “Apa kau tak ingin kunci ini?” tanya Satria lagi.

“Iya, Tuan Muda.”

“Kalau kau mau, kemarilah! Mendekat padaku! Aku akan memberikan kunci ini padamu.” ucap Satria tersenyum.

“Apakah Tuan Muda berjanji, tidak akan melakukan yang seperti tadi?” ucap Nurbaya.

“Seperti tadi, yang mana?” tanya Satria, pura-pura lupa.

“Yang seperti tadi, Tuan Muda.” ucap Nurbaya kembali.

“Seperti yang mana? Aku tak tahu. Kemarilah, jika kau ingin kunci ini.” Satria memainkan kunci itu.

“I... iya, Tuan Muda.” Nurbaya berjalan perlahan. Ia bersiaga, waspada jika Satria akan menangkapnya seperti tadi lagi.

Ia sekarang sudah berdiri di ujung ranjang. “Kemarilah, mendekat padaku.” perintah Satria lagi.

Nurbaya mendekat satu langkah.

“Lebih dekat lagi!”

Nurbaya mendekat satu langkah lagi.

“Lagi!”

Nurbaya mendekat satu langkah lagi.

“Sebenarnya, kau ingin kunci ini atau tidak?” tanya Satria mendelik.

“Iya, Tuan Muda.” Nurbaya mendekat. Satria tersenyum kecil, kemudian Ia menarik dan manangkap Nurbaya, lalu menindih tubuh itu.

“Coba katakan lagi, apa keinginan mu tadi.” ucapnya menatap Nurbaya yang berada di bawah tubuhnya.

“Saya berharap, Tuan Muda tidak melakukan yang seperti tadi.” ucap Nurbaya pelan.

“Seperti tadi? Hm...”

Satria langsung mencium bibir Nurbaya, lalu menciumi leher gadis itu, “Apakah maksudmu seperti ini, Sayang?” tanya Satria.

Nurbaya hanya bisa pasrah dan menahan nafas. “Apakah malam ini, keperawanan ku akan direnggut oleh bocah ini?” pikirannya menerawang.

“Bagaimana dengan nasibku kedepannya?” Nurbaya masih berkutat dengan pikirannya.

“Hei, Kau begitu menikmatinya, Sayang?” ucap Satria mengecup antara dua alis Nurbaya.

Satria terkekeh kecil, kemudian Ia melepaskan tubuh Nurbaya yang di peluknya dan kembali duduk.

“Nih, kuncinya.” ucapnya.

Mendengar itu, Nurbaya yang tadi pikirannya sudah melayang sampai hal masa depan, bergegas duduk dan hendak meraih kunci itu. Namun kunci itu dimainkan Satria, sehingga ia tak bisa mengambilnya.

“Cium Aku!”

Nurbaya terdiam dengan bola mata yang membulat.

“Cium aku dulu.” ucap Satria.

“Tuan Muda, bukankah sejak tadi, kau telah menciumku.” sahut Nurbaya.

“Oh, Kakak cantik ku tersayang.” ucap Satria dengan senyuman mengejek, ia memegangi dagu Nurbaya. “Bukankah sejak tadi, hanya aku yang menciummu?” tanya nya menatap Nurbaya dalam.

“Aku ingin, kau yang menciumku. Seperti waktu itu.” ucapnya tersenyum kecil. Mengingatkan Nurbaya akan kejadian beberapa minggu yang lalu.

Wajah Nurbaya langsung berubah merah padam. Ia sangat malu sekali. “Tuan Muda, jangan bahas itu lagi.” ucapnya lirih.

“Kenapa?” Satria mendekatkan wajahnya dengan sangat dekat ke wajah Nurbaya. Gadis itu hanya diam menundukkan pandangannya. Pipinya masih saja merah padam.

Satria mengangkat dagu Nurbaya, sampai wajah itu mendongak melihat manik mata indah milik satria. “Tapi, aku suka itu, Sayang. Aku suka.” Kemudian Satria kembali mengecup bibir Nurbaya.

Setelah berciuman, Nurbaya menampung tangannya. Satria menautkan alisnya melihat tangan yang menampung itu. “Apa?” tanya Satria.

“Kuncinya, Tuan Muda.” ucap Nurbaya.

Satria terkekeh kecil. “Bukankah sudah aku katakan, Kakak ku Sayang? Jika kau ingin kunci ini, kau harus menciumku.”

“Bukankah tadi kita sudah berciuman?” protes Nurbaya. Karena setelah Satria mengecup nya, Ia pun membalas ciuman itu.

“Itu? Tentu saja bukan.” jawabnya.

Nurbaya menatap Satria kesal. Akirnya dengan kesal, Ia mendekat dan menarik wajah Satria. Mencium bibir Satria, dan mereka pun berciuman.

Setelah beberapa saat berciuman, Nurbaya pun melepaskan dan mengambil nafas. “Apa kau sedang menggodaku, Kak?” ucap Satria dengan seringai liciknya.

Mata Nurbaya terbelalak. Bukankah tadi pemuda ini yang memintanya untuk dicium? Dan kenapa sekarang, Ia yang di tuduh sedang menggoda.

“Baiklah Kakak ku Sayang, karena kau ingin menggodaku, aku akan melayani sebaik mungkin.” ucap Satria tanpa rasa malu.

“Hah??!” Nurbaya benar-benar tercengang dengan tuduhan itu.

“Ka..kapan....” Belum selesai ia menyahut, ia ingin protes, kalau bukan ia yang menggoda, namun mulutnya sudah di tutup dengan bibir nakal Satria.

Sekarang apapun dalihnya, ia tetaplah mangsa. Dan dia sekarang sedang berada di kandang harimau lapar yang sedang bersiap-siap menerkamnya.

Ia tidak akan pernah lolos, dan pemuda ini hanya mempermainkannya sejak tadi.

“Baiklah, selamat tinggal keperawanku. Bocah ini tidak akan melepaskan ku.” ucapnya pasrah dalam hati.

Ia mulai menikmati sentuhan demi sentuhan dan ciuman manis Satria.

Satria mencium bibir, leher, dan dada Nurbaya. Setelah puas menciumi, Ia merapikan kembali pakaian Nurbaya dan mengecup kening gadis itu.

Gadis itu sudah terlihat kacau, sendi-sendi nya sudah mulai lemas, Ia sedang menikmati perasaan yang aneh, lalu sekarang kegiatan itu terhenti.

Satria berbaring disebelah Nurbaya. “Ini kuncinya. Ingat, kau hanya boleh pergi kemanapun dan harus diantar oleh Pak Hamdan.”

Nurbaya yang masih mengatur nafasnya, masih mencerna yang terjadi, “Maksudnya?” tanya Nurbaya bodoh.

Satria yang tadi sudah berbaring di sebelahnya, kini kembali naik di atas tubuhnya. “Jadi, kau ingin aku melayanimu, Sayang?” ucap Satria membelai wajah cantik Nurbaya.

“Si..siapa yang ingin dilayani?” elaknya.

“Jadi, kau yakin tak ingin malam ini?” tanya Satria, Ia mulai meraba tubuh Nurbaya, dan memeriksa bagian bawah sensitif Nurbaya.

Dan benar saja, gadis itu sudah ....

“Pfft!!” Satria menutup mulutnya dan terkekeh kecil. Lalu mengecup kening Nurbaya.

“Baiklah Sayang. Malam ini sudah cukup dulu, istirahatlah. Besok masih ada waktu yang panjang.” ucapnya masih terkekeh.

...***...

Menikah

“Baiklah Sayang. Malam ini sudah cukup dulu, istirahatlah. Besok masih ada waktu yang panjang.” ucapnya masih terkekeh.

Lalu Satria berdiri dan memakai bajunya.

“Kenapa masih berbaring? Bukankah kau ingin pergi?” tanya Satria yang telah selesai memakai bajunya.

Nurbaya terperanjat duduk dari tidurnya. “I-iya, ini mau keluar.” jawabnya gelagapan. Ia tadi masih mengumpulkan nyawa yang sempat melayang ke surga, tapi terhenti di tengah jalan.

Satria menyunggingkan senyuman nakalnya, kemudian keluar dengan bersiul-siul. Nurbaya menatap punggung kekar yang berjalan keluar itu.

“Haaaaaaah!!!” Nurbaya menghembuskan nafas panjang. Lalu menjatuhkan tubuhnya kembali di atas ranjang. Ia menatap langit-langit kamar, lalu melamun.

**

Tiga hari yang lalu, Ia dan Satria menikah. Aneh, sangat aneh. Satria yang baru satu bulan yang lalu berumur 17 tahun, menikah dengan dirinya yang sudah berumur 29 tahun.

Pria remaja itu masih kelas 2 SMA di SMA ELV SCHOOL yang dimiliki oleh Kakeknya Arnel Harviz Damrah berkeluarga.

Satria Develv Damrah adalah cucu satu-satunya dari keluarga kandung Damrah, dan juga cucu satu-satunya dari keluarga Hardwork Group. Ia sudah dilimpahi harta warisan sejak kecil. Orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan semenjak ia berumur 5 tahun.

Ia memilih tinggal bersama Kakek dan Neneknya, Aira dan Arnel. Walaupun ia tidak bekerja dan hanya menghabiskan uang, hartanya tidak akan pernah habis, namun pemuda remaja itu lebih memilih belajar bisnis semenjak kecil dan memulai bisnisnya.

Semenjak orang tuanya kecelakaan, Ia memilih untuk belajar dan membaca buku tentang bisnis kedua keluarganya. Jadi, saat Ia kelas 3 SMP sudah mulai mengendalikan anak cabang perusahaan Damrah Groub.

Setelah ia berhasil, kemudian mulai mengendalikan beberapa anak perusahaan dari Damrah Groub dan Hardwork Group.

Sedangkan Nurbaya adalah anak dari Pelayan Ayah dan Bibi dari Satria yang telah lama mengabdi di rumah Arnel Harviz Damrah.

Selama ini, Nurbaya menganggap Satria bocah kecil yang sangat menggemaskan, imut dan menyenangkan. Namun, sejak kejadian 2 minggu yang lalu, pria remaja yang dianggap bocah itu menunjukkan sifat aslinya.

Dan di akhir kejadian, Ia harus menikahi satria.

“Kakek, Aku ingin Kak Nurbaya bertanggungjawab padaku, Kek.” ucap Satria merengek kala itu.

“Kak Nurbaya menciumi dan melihat tubuh telanjangku, dia telah menodai ku, aku ingin Kakak Nurbaya bertanggungjawab!” pinta Satria dengan wajah mengiba pada kakeknya.

Nurbaya benar-benar syok sekaligus takut. Apakah nanti Ibu dan Ayah nya akan di pecat? Sedangkan Ibu nya sudah lama bekerja di keluarga Damrah. Bahkan semenjak beliau gadis.

“Apakah itu benar, Nurbaya?” tanya Arnel.

“Maaf, Tuan Besar. Saya sungguh tidak sengaja, saya khilaf. Saya hanya mencium saja, belum menodai Tuan Muda.” sahut Nurbaya menunduk karena sangat malu dan takut.

Bagaimana tidak malu, semua orang sedang berkumpul disini, termasuk ayah dan ibunya. Satria benar-benar melakukan ancamannya. Dengan tak punya malu menjelaskan secara detail bagaimana mereka berciuman.

“Belum? Tapi, bisa saja nanti akan terjadi. Lalu, apakah kau akan bertanggungjawab pada cucu saya?”

“Maksudnya bagaimana, Tuan?”

“Kamu masih bertanya? Jadi, kamu tidak mau bertanggungjawab pada cucu saya? Setelah kamu menodainya?”

Hah?!!!!

“Sejak kapan kalau perempuan menodai laki-laki? Dan sejak kapan perempuan dimintai tanggung jawab? Apakah zaman berubah?” Nurbaya bermonolog dengan hati dan pikirannya.

“Apakah kamu tidak mau bertanggungjawab kepada cucu saya?”

“Aya, kenapa kamu diam saja?!” Mona, Ibu Nurbaya berbisik sambil memelintir pinggang putrinya.

“Adduuhh, sakit Bu.” ringis Nurbaya pelan.

“Iya, saya bersedia Tuan. Bagaimana cara saya bertanggungjawab atas cucu Tuan?” tanya Nurbaya.

“Tentu saja dengan menikahinya.”

What???!!!

“Me..menikah? Maksudnya, saya harus menikah dengan Tuan Muda Satria, Tuan?”

Arnel menjawabnya dengan mengangguk.

“Tapi... Tuan Muda masih sekolah Tuan.”

“Apa salahnya? Dia sudah berumur 17 tahun. Sudah memiliki KTP, sudah bisa membuat surat nikah, dan dia juga punya cukup uang untuk menikah.”

Deg!!!

“Gila!!! Sumpah, ini gila? Apa saya sedang berhalusinasi? Atau saya sedang gila? Bagaimana mungkin, Tuan Besar dengan entengnya menyuruh saya menikah dengan cucu semata wayangnya?” Nurbaya berkata dalam hati sembari memijat pelipisnya.

“Kakak, apakah Kakak tidak mau bertanggungjawab padaku? Apakah aku sangat jelek? Apakah aku bukan tipe pria idaman Kakak?” Satria berkata dengan memelas.

“Aya!” Ayah Nurbaya menepuk pundak Nurbaya.

“Tuan Muda, jangan bersedih. Itu tidak benar. Tuan Muda sangatlah tampan, bagaimana mungkin bukan tipe putri saya yang jelek ini. Aya pasti akan bertanggungjawab.” ucap Ayah Nurbaya.

“Benarkah, Ayah?” tanya Satria dengan mata berbinar.

“Ya ampun... Tuan Muda, Anda memanggil saya dengan Ayah?!” Ayah Nurbaya langsung terharu.

Belum saja menikah, Satria dengan gampangnya memanggil Ibu dan Ayah Nurbaya dengan panggilan Ibu dan Ayah.

Dan akhirnya, mereka pun ke esokan harinya menikah. Dengan penghulu, saksi nikah dan keluarga dekat datang ke rumah.

Setelah menikah, Arnel dan Aira telah membelikan tiket bulan madu. Pakaian mereka sudah disiapkan pelayan, hingga tadi pagi mereka tinggal berangkat.

Dan malam ini, seharusnya malam pertama mereka.

Nurbaya dengan semua keterpaksaan untuk menikahi pria remaja ini, tentu saja tidak ingin melakukannya. Ia membuat seribu macam alasan semenjak tadi sore, hingga harus dikurung di dalam kamar hotel yang di jaga oleh pengawal.

Ya, kemanapun Satria pergi. Selalu ada beberapa pengawal untuknya. Arnel benar-benar mementingkan keselamatan cucu satu-satunya.

Semenjak sore, bibir Nurbaya sudah terasa tebal karena selalu di cium oleh Satria. Pria remaja itu terlihat sangat rakus. Bahkan pemuda itu masih saja menciumnya hingga malam, bahkan ciuman itu semakin menjadi nakal dan kemana-mana.

Hingga Ia berpikir untuk pasrah menyerahkan dirinya pada remaja yang menjadi suaminya. Namun, Nurbaya masih tidak percaya dengan pernikahan aneh ini.

“Uffftt!!” Nurbaya menghembuskan nafas kasar. “Jika aku pikir-pikir, ini benar-benar aneh!”

“Aku menikah dengan pria berumur 17 tahun dan itu majikan Ibu dan Ayah ku. Apakah Tuan besar tidak menyayangkan menikahkan cucu semata wayangnya dengan anak pembantu?” Nurbaya bergumam.

“Memangnya kenapa dengan pembantu? Pembantu juga manusia, memiliki hati, dan sama di mata Tuhan.” sahut Satria. Entah sejak kapan pemuda itu masuk kembali ke dalam kamar.

Nurbaya terkejut saat Satria menanggapi gumamannya.

“Tu...Tuan Mu...”

“Kenapa masih belum pergi?” tanya Satria memotong perkataan Nurbaya.

“Apa kau sudah tak tahan, Sayang?” ucap Satria dan langsung melompat ke arah Nurbaya.

Satria langsung memeluk Nurbaya dan menciumi pipi Nurbaya.

“Apa yang kau lakukan, lepaskan?!” Nurbaya memberontak.

“Bukankah kau menginginkan nya, Sayangku?”

“Siapa yang menginginkannya, lepaskan!”

“Tentu saja Kakak ku, Istriku, Sayangku ini.” sahutnya dengan terkekeh. Masih menciumi wajah Nurbaya bertubi-tubi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!