"Antok, mana gambar konstruksi dari CV Multi Guna kemarin?"
Teriak seorang lelaki dari atas tebing
Yang di panggil segera naik keatas, setengah buru buru mengambil tas yang di sangkutkan pada motor di dekat nya
"Ini bos, semua nya sudah di antar sama admin kantor CV Multi Guna" jawab si Antok pada lelaki itu seraya memberikan map merah berisi rincian anggaran dan denah pekerjaan
Lelaki berusia 33 tahun itu tampak mengerutkan kening. Topi putih proyek bertengger manis di kepalanya. Tak mengurangi gurat ketampanan dan kedewasaan yang ada di wajah yang sedikit hitam tersengat sinar matahari.
Ya, dia adalah Adi Prasetyo. Mandor proyek lapangan dari Barata Konstruksi.
Pria ini duda beranak satu, dari pernikahan dengan seorang wanita asal Surabaya. Cinta nama putrinya, berusia 7 tahun dan baru masuk sekolah dasar.
Adi bercerai dengan istrinya yang bernama Nadia, saat Cinta berusia 1 tahun setelah sebelumnya beredar isu Adi selingkuh namun tidak ada buktinya. Nadia tetap bersikukuh untuk bercerai, tanpa mau mendengarkan penjelasan dari Adi. Setelah bercerai perempuan itu menghilang entah kemana, tak pernah sekalipun menengok putri kandung nya..
Adi tampak sibuk menghitung jumlah material dan dengan cepat menentukan berapa kebutuhan pekerjaan yang dia tangani.
'Shitt,
kenapa harga satuan pekerjaan nya turun begini'
gumam Adi
"Tok, berapa orang yang kamu pasang di sini?" tanya Adi pada Antok, kepala tukang nya di pekerjaan itu
"14 bos, termasuk saya" jawab Antok..
Mata Adi seketika menoleh pada pekerja yang ada di tempat itu.
Pas 13 dan Antok.
Berarti kepala tukang nya jujur pada nya.
Adi melangkah turun ke sisi bawah tebing
Cukup terjal, Adi turun bergelayutan akar agar tidak jatuh
"Ok, jangan lupa siapkan absensi pagi sore seperti biasa"
"Siap bos"
"Usahakan pondasi talud nya jangan sampai kurang dari 1 meter ya Tok, sebab pasangan ini tingginya 6 meter. Di bikin trap. Terus itu galian mu di dekat batu besar, harus pres biar tidak beresiko terhadap longsor"
ujar Adi memberi pengarahan sambil menunjuk lokasi yang dia maksud
"Memang di gambar ngetrap ya bos? " tanya Antok
"Iya, makanya pondasi nya harus kokoh"
jawab Adi
Adi lalu mendekati seorang lelaki berumur yang nampak asyik mendongkel batu dengan linggis
"Pak, istirahat dulu. Ini saya bawa rokok"
Lelaki tua itu menoleh, lalu tersenyum
"Nanggung mas bos, kurang sedikit lagi"
jawabnya
"Ndak papa, nanti di lanjutkan lagi pak. Istirahat dulu. Tok, sudah kau belikan air minum?"
tukas Adi pada lelaki tua itu lalu menoleh ke arah Antok
"Sudah bos, tuh di bawah pohon"
"Yuk semua, istirahat sebentar. Minum dulu." kata Adi sambil memandang kearah pekerja.
Adi bergegas ke bawah pohon rindang di sisi proyek. Mengeluarkan sebungkus rokok dan meletakkan di samping galon air minum.
Semua pekerja segera menuju ke arah Adi.
Rokok memang beracun, tapi hanya itulah pelepas kepenatan sejenak bagi pekerja kasar dan buruh bangunan seperti mereka.
Semua sudah meyulut rokok sambil beristirahat.
"Semua nya, kalau mau kasbon bilang sama Antok ya, jangan mendadak. Belum tentu Antok pegang duit, karna dia cuma pegang untuk kebutuhan lapangan sehari-hari"
ujar Adi
Semua pekerja mengangguk.
Memang beberapa orang yang sudah lama ikut Adi paham betul cara kerja Adi dalam mengelola keuangan dan pekerjaan. Adi terkenal baik hati dan jujur, namun juga tegas.
Sedangkan para orang baru, tampaknya cukup mengerti.
Toh Adi juga tidak terlihat arogan terhadap pekerja di bawah nya.
"Tok, usahakan galian pondasi nya sedikit lebih cepat ya, karna Pak Basuki ( Direktur CV Multi Guna) minta progres pembangunan Minggu depan" kata Adi
Belum sempat Antok menjawab
Triiiingggg tringgg
Tringgg tringgg..
Ponsel Adi berbunyi.
Buru buru dia membuka tas kecilnya, dan nama Bu Sekretaris Barata muncul di ponselnya
'Duh ada apa lagi dengan perempuan ini' gerutu Adi tidak segera menjawab panggilan
Huffft
Setelah mendengus panjang, Adi memencet tombol hijau
"Halo Bu, selamat siang" ujar Adi sopan
"Ihh formal banget mas Adi.. Mas Adi dimana? Tuh di cari Bang Alex. Katanya mau ada rapat dengan asosiasi pengusaha konstruksi" jelas suara perempuan di seberang telpon.
Perempuan itu bernama Maya Barata. Usia 26 tahun. Adik bungsu dari Alex Barata, Direktur CV Barata Konstruksi. Sudah 2 tahun ini Maya menjadi sekretaris kantor Alex, setelah lulus S1 administrasi perkantoran di Malang. Alex sendiri memegang peranan penting di Barata Konstruksi setelah Dedi Barata, ayahnya memutuskan pensiun dari dunia konstruksi 4 tahun yang lalu. Dan Adi adalah orang lama kepercayaan Dedi Barata yang masih setia dengan Barata Konstruksi meski direktur nya berganti.
Satu hal yang Adi ketahui bahwa Maya menaruh hati padanya sejak masih kuliah di Malang. Dia selalu mencari cara agar bisa bersama Adi. Termasuk mendekati putri semata wayangnya, Cinta.
"Ini lagi di lokasi proyek dari pak Basuki. Bentar lagi mau ke proyek kita" , ujar Adi sopan.
"Ya udah, yang penting jam 2 sudah ada di kantor. Maya tunggu ya, assalamu'alaikum",
Maya pamit
"Walaikumsalaam"
Huhfffttt
"Ada apa bos? Kog lemes gitu?" tanya Antok melihat raut muka di tekuk dari bos nya
"Dasar kepo" sahut Adi sambil berdiri
"Lah si bos, gitu aja marah.. Sabar bos, orang sabar di sayang Tuhan. Kalau pemarah sulit dapat jodoh bos" cerocos Antok
"Berisik deh"
"Oiya Tok, lanjut dulu deh. Aku mau ke proyek dam sungai dulu" ujar Adi
Adi lalu beranjak dari tempat duduknya, mendaki tebing dengan bergelayutan akar.
Sesampainya di atas, pria itu menaruh gambar dan denah lokasi dalam map merah di tasnya.
Mendadak kepala Adi pusing
'Ahh kenapa ini,
Pasti gara gara belum ngopi dari tadi pagi'
Adi segera memakai jaket nya, tas ransel segera menyusul. Tak lupa helm KYT putih half face dia pakai, lalu Adi mendorong motor Vixion kesayangannya ke jalan
Grungggg...
Motor berjalan ke arah timur. Tidak terlalu kencang karna Adi sedang mencari sesuatu
'Sepertinya kemarin ada warkop di sekitar tempat itu'
Dan benar saja
Sebuah warung kopi sudah buka di tepi jalan raya. Belum ramai tapi sudah ada beberapa orang duduk di bangku warung kopi
Adi segera memarkir motor Vixion kesayangannya. Melepas helm KYT putih half facenya ..
Adi tolah toleh mencari penjaga nya. Lalu Adi duduk di salah satu bangku kosong di sudut.
Sambil menunggu, Adi berselancar di Internet, melihat pengumuman lelang tender proyek di dinas pekerjaan umum.
Tanpa di sadari Adi, seorang perempuan muda mendekati nya.
"Mas
Mau pesan apa?"
Adi yang sedang asyik memandang layar ponsel pintar nya kaget mendengar suara.
"Astaga, mbak bikin kaget saja.
Kalau saya mati kena serangan jantung, mbak mau tanggung jawab?"
Adi protes dengan nada bersungut-sungut.
"Eh lha si mas melotot liat hape melulu, sampe gak sadar ada bidadari dari surga mendekat hihihi", bukannya takut si mbak cantik malah cengengesan.
"Untung aja cantik, kalau tidak sudah ku lempar pakai hp" , balas Adi berkelakar.
"Terimakasih om ganteng,
Ya sudah om ganteng mau pesan apa??
Kopi luwak, kopi susu, kopi hitam, kopi cream ada
Teh hijau, teh melati , teh susu, teh tarik, susu putih, susu coklat, susu murni, es jeruk, es teh, joshua, jeruk anget, semuanya ada" ,
cerocos si mbak cantik kayak iklan baris di tv membuat Adi melongo..
"Woy om ganteng malah bengong"
Adi tersadar dari kebengongan nya
segera berkata " Kopi tubruk ada gak?".
"Ihh ganteng ganteng seleranya payah" sergah si mbak cantik.
Adi hampir mengumpat mendengar ejekan dari mbak cantik.
"Eits malah emosi, ada ada om.. gitu aja marah sih, bercanda kali" , potong si mbak cantik melihat Adi mendelik.
Adi geleng-geleng kepala melihat kelakar dari si mbak cantik.
Hemmmm
"Tambah mie goreng pakai kuah dikit, sama sayur sama telur ceplok dua. Telur nya jangan terlalu matang, kasih sedikit garam dan irisan daun bawang. Cepat gak pakai lama" , ujar Adi sambil mengalihkan pandangan kembali pada ponsel pintar nya.
Giliran si mbak cantik terbengong mendengar pesanan Adi.
"Yeeee, ganti bengong. Buruan saya laper"
ucap Adi setelah melihat si mbak masih berdiri di tempatnya.
Ganti si mbak cantik tersadar karna omongan Adi, dan segera bergegas menuju dapur.
'Dasar aneh. Di kerjain malah ganti aku yang dikerjain. Tapi ganteng juga sih walau sedikit tua' , gumam si mbak cantik.
Tak sampai 5 menit si mbak cantik sudah mengantar kopi tubruk pesenan Adi.
"Monggo kopi nya om ganteng", ucap si mbak cantik.
"Iya makasih" , ujar Adi tanpa mengalihkan pandangannya dari lembaran email di ponsel pintar nya.
"Eh mie nya mana?"
"Tunggu 5 menit lagi ya om ganteng, sabar dikit ya, ingat orang sabar rejeki nya lebar", jawab si mbak sambil tersenyum dan berlalu menuju dapur nya.
Adi mendengus panjang.
'Dasar wanita aneh'
Tiba tiba ponsel Adi bergetar.
Sebuah pesan WA masuk.
Adi bergegas membuka kunci layar ponsel nya
Terlihat pesan dari si Feri, juragan leveransir aspal.
'Aspal sudah di lokasi'
Lalu 2 foto aspal di turunkan menyusul berikut nya.
Adi hanya membalas dengan 2 emoticon jempol.
Kemudian log out dari aplikasi WA.
Adi lalu menyeruput kopi tubruk nya.
'Tumben kopi tubruk di warkop bisa enak seperti ini' , gumam Adi lalu menyesap kopi nya lagi..
Si mbak cantik itu datang lagi sambil membawa pesanan Adi.
Adi menoleh sebentar lalu asyik menikmati kopi tubruk nya.
Si mbak cantik sedikit terheran dengan Adi
Biasanya lelaki yang ngopi di warkop nya pasti iseng menggoda nya, tapi si Om ganteng ini cuek cuek saja.
"Om ganteng, kerja dimana kog jam segini baru makan? ", ujar si mbak cantik membuka percakapan.
Warung memang tidak terlalu ramai, sehingga si mbak cantik memutuskan untuk mengajak Adi ngobrolm
"Kuli mbak, tuh di proyek talud tikungan" , Adi cuek sambil menyantap mie.
"Lha apa sama istri tidak di masakin kog jam segini baru makan?" tanya si mbak cantik.
"Ndak punya istri mbak" Adi tetap pasang wajah cool nya.
"Masak om ganteng gini gak ada yang mau?" ,si mbak cantik mengernyitkan keningnya.
"Duda mbak" , Adi terus makan tanpa mempedulikan si mbak yang terus menatap wajah nya.
"Oohh gitu,
Eh katanya kuli bangunan di talud tikungan,
kenal gak dengan pak Lik saya??
Dia juga kerja di situ" , tanya si mbak cantik.
"Siapa namanya mbak?, kalau orang lama saya kenal semua" , Adi menghentikan makan nya.
"Pak Wito, sudah agak sepuh orang nya" , si mbak cantik menjelaskan.
Adi berupaya mengingat pekerja yang baru dia temui. Ada beberapa yang sudah berumur.
"Wah belum kenal mbak, kayaknya pak Wito itu baru masuk ya?".
"Iya om ganteng, tuh rumah nya di belakang " tunjuk si mbak cantik ke belakang warung kopi.
"Ohhh gitu" ,
Adi manggut-manggut saja.
"Mas namanya siapa?" tanya si mbak cantik kepo.
"Adi mbak,, kalau mbak siapa??"
Belum sempat si mbak cantik menjawab, suara berat di depan warung kopi berkata.
"Ndri, bikinkan aku kopi susu"
Si mbak cantik yang dipanggil Ndri segera menoleh,
"Eh sebentar ya om ganteng saya melayani pesanan Pak Tejo dulu ya".
Si mbak cantik itu langsung bergegas ke dapurnya..
Adi kembali ke dunia selancar internet nya.
Triiiingggg tringgg
Tringgg tringgg
Ada panggilan masuk, membuat Adi segera memencet tombol hijau.
"Halo bos, di cari pak Hasan bos.."
suara Didik, kepala tukang di pekerjaan Barata Konstruksi menelponnya.
Hasan adalah pengawas lapangan dinas pekerjaan umum. Orang nya gampang gampang sulit.
"Oke dik, aku kesana sekarang. 10 menit nyampe. Bilang ke pak Hasan untuk tunggu sebentar" .
Klik
Adi menutup telponnya.
"Mbak, mbak...
Berapa semuanya?"
teriak Adi sambil berdiri memakai jaket nya.
"Lho kog buru buru om ganteng?, tanya si mbak mendekati Adi.
"Ada urusan penting dikit" , jawab Adi sekenanya sambil memakai helm KYT putih half facenya.
"Kopi 3 ribu tambah mie 8 ribu om,
total 11 ribu dah" ucap si mbak cantik.
Adi mengambil dompet nya, mengambil 50 ribu. Lalu menyodorkan ke si mbak cantik.
"Yah si om, gak ada duit receh gitu?", tukas si mbak cantik bingung.
"Kenapa sih?", tanya Adi.
"Belom ada kembali nya om", jawab si mbak cantik.
"Ya sudah besok saja kembalian nya"
Adi bablas melangkah pergi. Menaiki motor Vixion kesayangannya, melesat menuju lokasi pekerjaan.
Si mbak cantik cuma geleng-geleng kepala.
10 menit kemudian....
Adi sudah sampai di jembatan pekerjaan CV Barata Konstruksi. Pria itu tolah toleh mencari Didik atau pak Hasan di lokasi proyek.
Seseorang menepuk pundak Adi dari belakang.
"Darimana kamu?"
Adi yang terkejut refleks melompat ke samping.
Kyaaaaaa.....
"Hahahaha"
Tawa keras pak Hasan melihat Adi yang sedang terkaget-kaget.
"Duh pak, bapak ini sungguh kejam ya?
Bapak mau saya mati kena serangan jantung?".
Adi ngos-ngosan mengatur nafas nya..
"Hahahaha senam jantung Di,
lagian sudah tau jadwal kunjungan. Masih aja molor", jawab pak Hasan.
"Maaf pak, kan semua di kejar deadline. Jadi mau tidak mau ya harus keliling biar semua selesai pada tanggal nya" , Adi sudah mulai tenang.
"Oiya pak, apa ada yang perlu saya benahi??,
"Gak, pekerjaan mu sudah bagus. Gak ada masalah", jawab pak Hasan.
"Lha terus tadi si Didik panggil saya kesini buat apa??",Adi melengos.
Pak Hasan tertawa kecil lalu berkata,
"Buat tak kagetin"
tanya Adi sopan.
Adi masih kesal dengan ulah pak Hasan
Deg-degan saat di kerjain lelaki paruh baya itu.
Selepas pak Hasan, Adi menemui Didik untuk menanyakan sampai mana progres pekerjaan mereka.
Didik menjelaskan detail progres pekerjaan dengan teliti. Selain Antok, Didik memang orang kepercayaan Adi mengelola pekerjaan di lapangan.
"Bagus, jika tidak ada halangan, berarti seminggu sebelum jatuh tempo, pekerjaan ini dah beres kan Dik?"
"Siap laksanakan bosku", jawab Didik alay.
"Gayamu kayak ABG, ngaca Dik ngaca..
Tuh ingat anak istri di rumah", omel Adi.
"Lah si bos, ini prokem bos.. harus up to date dong", Didik tak mau kalah.
"Dasar ABG tua! ", ujar Adi sambil melengos.
Eh Dik aku cabut dulu ya, bentar lagi mau rapat sama bos Alex".
"Hati hati bos, awas macan nya biasa nya ikut rapat nanti", kelakar Didik.
"Sipp..."
Adi mengacungkan jempol nya.
Memang Didik tau kalau adik bos Alex yang bernama Maya itu suka sama Adi. Maya juga terkenal galak sama bawahan kecuali Adi tentunya.
Adi menggeber motor Vixion kesayangannya menuju kantor CV Barata Konstruksi.
Alex sudah menunggu, di ikuti Maya dan Agung, staff administrasi.
"Darimana Di, lelet banget gak kayak biasanya?", tanya bos Alex.
"Dari lokasi bos, sempat jantungan gara gara pak Hasan", jawab Adi sambil ngeloyor pergi ke sudut ruangan.
Kricikkkkk..
Bunyi air minum dari galon segera memenuhi gelas. Adi meneguk air minum segera...
Ahhh segerr..
"Pertemuan nya dimana bos?", tanya Adi sambil memandang kearah Alex.
"Di Lesehan Presiden. Yok berangkat", ajak Alex.
"Aku naik motor aja bos, nanti habis pertemuan, aku mau langsung pulang. Ada acara di rumah" , sahut Adi.
Mereka berangkat. Alex, Maya dan Agung bareng di satu mobil Pajero sport milik Alex sedangkan Adi melaju dengan motor Vixion kesayangannya.
Mereka tiba di VIP Lesehan Presiden. Semua anggota asosiasi pengusaha konstruksi hadir, kecuali pak Toni yang berhalangan hadir karena masih di luar kota.
Rapat berlangsung alot, karna masing masing memiliki kepentingan yang berbeda.
Sampai sore belum juga kelar. Adi mencolek Agung.
"Gung, si bos kemana? ",
"Ke toilet mas" , jawab Agung sambil menatap kembali ke arah laptop Acer terbaru nya.
Adi bergegas menuju toilet.
"Bos, aku ijin duluan ya? Di rumah ada acara yasinan soalnya", ujar Adi saat ketemu Alex.
"Oke deh, serahin rapat sialan ini ke aku.
Kamu boleh cabut sekarang", jawab Alex sambil mengacungkan jempol.
Adi bergegas masuk ruangan, mengambil jaket dan ransel nya. Lalu melangkah menuju ke parkiran motor.
Lantas memacu kuda besi nya, menuju ke rumah nya.
Maya celingukan mencari Adi, tapi sosok lelaki yang di cari nya tidak kelihatan batang hidungnya.
Maya mendekati Agung staff administrasi.
"Gung, Adi kemana?"
Agung hanya mengangkat bahu.
"Tadi nyari bos Alex, habis itu tau kemana"
'Duh kemana sih tuh orang', batin Maya.
Padahal Maya berniat mengajak Adi keluar nonton film romantis yang baru rilis di bioskop.
Maya buru buru membuka layar kunci ponsel pintar nya.
Mencari kontak Adi, dan segera memencet tombol hijau.
Tuuutttttt...
Tuuttttt...
'Kog gak diangkat sih'
Maya kembali memencet tombol hijau.
Tuuttttt
Tutttttt...
Tak kekurangan cara, Maya mengecek aplikasi WA nya. Mencari kontak Adi, lalu mengirim pesan.
Centang dua abu abu.
Maya semakin kesal, saat di panggil Alex.
Rapat dimulai lagi...
"Woy, bibir kenapa tuh kayak ikan koi?"
tanya Alex melihat Maya menekuk wajahnya.
"Gak papa Abang sayang", Maya tersenyum aneh lalu melengos.
"Eh mas Adi kemana bang, kog belum balik?", tanya Maya setelah melihat Adi belum kembali ke ruang rapat.
"Tadi ijin. Ada yasinan di rumahnya", Alex santai.
"Lah kog di ijinkan sih bang??"
"Lah emang kenapa? Orang juga tinggal ketok palu keputusan doang", tanya Alex sambil memandang Maya dengan tatapan menyelidik.
"Iya sih, tapi kan....."
Belum selesai Maya berbicara, ketua asosiasi pengusaha konstruksi Pak Nanang masuk ke ruang rapat.
Sementara Adi terus menggeber kuda besinya, melintasi jalan propinsi.
Setelah melewati 7 tikungan dan 8 tanjakan, Adi sampai di rumah.
Rumah sederhana itu sedang ramai oleh para tetangga. Ada acara yasinan ibu ibu sekitar RT tempat tinggal nya. Sehabis yasinan, lanjut ngocok arisan.
'Ternyata sudah rame'
Adi segera memarkir kendaraan nya, lalu masuk ke rumah dari pintu samping.
"Sudah pulang Le?
Tumben cepat pulang mu??"
tanya Bu Siti pada putranya..
"Adi capek Bu, pengen tidur.
Cinta kemana? ", Adi celingukan mencari putri semata wayangnya.
"Di rumah mas mu, tadi di ajak Jenny maem kesana"
"Ohh ya dah", Adi berniat masuk ke kamar tidur tapi seseorang memanggilnya.
"Di Adi.."
Adi menoleh ke sumber suara, ternyata Bu Mamik tetangga beda RT tapi satu kelompok yasinan dengan Bu Siti, ibu Adi.
"Wah ternyata benar, aku pangling Lo jeng Siti dengan putra mu ini", Bu Mamik kelihatan ada mau nya dengan memuji seperti ini.
"Pangling gimana to jeng?
Wong Adi juga seperti itu dari dulu", potong Bu Siti.
"Lha sekarang jadi tambah ganteng Lo jeng , dulu waktu masih STM sama Fajar, dia dekil. Sekarang sudah kayak bos bos besar..
Eh Di, kamu kerja dimana?", Bu Mamik kepo.
"Di konstruksi Bu", jawab Adi singkat
"Wah pasti banyak duit ya..
Mbok sekali kali main ke rumah Di, dulu kamu sering main ke rumah waktu STM sama Fajar,
sekarang sudah gak pernah,
Apa karna Fajar sudah tidak ada di rumah?", cerocos Bu Mamik seperti iklan jamu.
"Ya kan begitu jeng mik,
Fajar tidak ada, terus Adi mau nemuin siapa coba?", sahut Bu Siti.
"Lah, Heni kan sudah gede. Sudah pantes loh diapeli Di", Bu Mamik seperti sales.
Adi tersenyum kecut.
Dulu Heni adik si Fajar ngejar-ngejar Adi, Tapi Adi hanya menganggap Heni anak kecil. Secara Adi STM kelas 3 dan Heni masih kelas 6 SD hehehehe.
Sekarang Adi sudah 33 tahun, Heni juga sudah berumur 26 tahun. Heni menjadi guru di sebuah SMA, walau belum PNS. Entah kenapa juga Heni belum mau menikah.
"Ahh jeng Mamik ini,
Mana mau Heni sama Adi jeng?", Sahut Bu Siti.
"Lha kenapa jeng? Apa karena Adi duda?
Eh jeng, tak kasih tau ya..
Sekarang itu musim nya punya suami duda, Jeng Siti sih kurang gaul hehehehe..
Walau Adi itu duda tapi Adi itu bukan duda biasa loh jeng", cerocos Bu Mamik seperti sales obat herbal di pasar.
"Maksudnya apa jeng?", Bu Siti bingung dengan kata kata Bu Mamik.
"Adi itu duren jeng", jawab Bu Mamik sambil tersenyum simpul
"Duren? Kog aku Ndak paham to..
Apa kamu jualan duren Le ?? ", tanya Bu Siti sambil menoleh ke Adi yang melongo mendengar suara Bu Mamik..
Belum sempat Adi menjawab, Bu Mamik sudah mendahului.
"Aduh jeng, kog ndeso nya ndak ketulungan to..
Duren itu maksudnya Duda Keren"
"Oalahh...."
.
.
.
.
.
*Hay reader yang budiman,
Ini novel kedua saya. mohon dukungan nya yak, dengan vote, like dan komentar nya..
Novel pertama saya "Babat Negeri Leluhur" saat ini masih on going.
Jadi maaf kalau cerita di novel ini masih lambat up nya.
Salam....
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!