NovelToon NovelToon

Penyesalan Evelyn

Satu

Dengan jantung yang berdetak kencang Evelyn masuk ke ruang kepala sekolah. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah yang baru.

Orang tuanya dipindah tugaskan hingga mau tidak mau Evelyn yang baru menjalani 2 bulan masa putih abu-abu di kotanya harus ikut pindah.

Setelah urusan di ruang kepala sekolah selesai Eve dengan di antar oleh kepala sekolah sekarang menuju kelasnya.

"Kamu dihukum lagi Noah"

Kepala sekolah berhenti menyapa seorang siswa yang bisa dibilang sangat tampan sedang berdiri di luar kelas dengan mengangkat satu kakinya.

"Biasa pak, beda cara pandang saja"

Laki-laki yang dipanggil Noah itu hanya tertawa santai. Mata Eve terpaku melihat senyuman laki-laki itu, Noah Ibra Handoko nama yang tertulis di name tag. Dari papan petunjuk di atas pintu menunjukkan anak laki-laki itu adalah kakak kelas Eve dua tingkat di atasnya.

"Hah alasan saja"

Noah kembali tersenyum mendengar gerutuan sang kepala sekolah.

Senyuman Noah memberikan getaran tersendiri di hati Evelyn hingga panggilan kepala sekolah menyadarkan Eve dari keterpanaannya pada Noah.

"Ayo Eve, kenapa malah melamun"

"Eh maaf pak"

Eve menunduk dengan wajah yang merona malu, entah kenapa melihat guratan merah di wajah gadis itu membuat Noah ikut terpana. Ia begitu menyukai raut wajah malu-malu Evelyn.

****

Langkah Evelyn berhenti saat di pintu gerbang Noah berdiri sambil tersenyum menatap ke arahnya. Dada Eve berdetak kencang, Ia menoleh ke kiri dan kanan serta ke belakang ingin memastikan bahwa Noah tengah melihat ke arahnya.

Evelyn sedikit kecewa karena ada banyak siswi yang berada di sekitar nya, jadi kemungkinan besar Noah bukan tersenyum padanya. Belum lagi bisikan-bisikan para siswi yang masing-masing menyatakan bahwa Noah sedang tersenyum pada mereka.

Eve dapat menyimpulkan bahwa Noah siswa populer yang banyak digilai di sekolah ini. Tidak heran dengan wajah setampan itu siapa yang bisa menolak?

Berbeda dengan dirinya yang terbilang sangat biasa. Dibandingkan dengan siswi yang ada di sekolah ini Evelyn merasa dirinya masuk ke dalam kategori menengah.

'Tidak istimewa sama sekali'

Ucap Evelyn di dalam hati sambil tersenyum tipis, mengusir segala harapan yang menghampiri hatinya.

"Hai Eve, pulang sama siapa?"

Evelyn mengernyit bingung, apakah Eve yang disebut Noah adalah dirinya.

Karena tidak ingin mempermalukan diri jika salah, Eve terus berjalan tanpa menjawab. Namun langkahnya terhenti saat tangannya dicekal.

"Maaf kak ada apa?"

Evelyn berusaha memasang wajah biasa meski jantungnya terasa akan lepas merasakan tangan hangat pria itu

"Kamu kakak tanya kenapa malah lewat gitu aja"

Ucap Noah lembut, membuat Eve merasa akan meleleh.

"Ehm, maaf aku kira bukan aku yang kakak tanya"

Eve tersenyum kaku.

"Nama kamu Eve kan?"

Evelyn hanya mengangguk

"Terus tadi aku sebut nama Eve apa bukan?"

Tanya Noah lagi sambil mengulum senyum

Lagi-lagi Eve hanya mengangguk.

"Terus kenapa nggak jawab?"

"Aku kira kakak nanya sama Eve yang lain"

Ucap Evelyn

"Nggak, Eve yang aku maksud ya kamu. Jadi pulang sama siapa?"

"Sendiri kak, naik angkot"

Eve merasa risih banyak yang memperhatikan mereka sambil berbisik.

"Kakak antar ya"

Eve memggeleng cepat

"Jangan kak, Eve nggak mau ngerepotin"

Noah malah menarik Eve menuju motornya

"Kakak nggak menerima penolakan"

Noah memasangkan helm ke kepala Evelyn sambil tersenyum. Senyuman yang lagi-lagi membuat tubuh Evelyn serasa melayang.

Noah menjadi teman pertama bagi Eve di sekolah yang baru tersebut. Meskipun Noah adalah kakak kelasnya.

"Besok pagi kakak jemput ya?"

Ucap Noah saat Eve menyerahkan helm yang tadi dipakai

"Eve nggak enak ngerepotin kak"

"Kakak malah senang. Rumah kita searah jadi sama sekali tidak merepotkan"

Noah tersenyum, membuat Eve kembali terpaku untuk sesaat. Menikmati keagungan Tuhan lewat lukisan yang nyaris sempurna pada senyum menawan laki-laki itu.

"Heii kenapa malah melamun?"

Noah mengibas-ngibaskan tangannya di wajah Eve. Membuat gadis itu tersentak.

"Eh maaf kak"

Eve menunduk malu dengan wajah yang merona merah. Ia merasa tertangkap basah menikmati senyuman kakak kelasnya itu.

Noah terkekeh melihat Eve salah tingkah. 

"Kakak pulang yah. Bye"

"Hati-hati kak, makasih"

Noah tersenyum kemudian mulai menjalankan motornya meninggalkan Evelyn yang masih berdiri menatap kepergian laki-laki itu.

Senyum mengembang di bibirnya, Ia merasa jatuh hati bukan hanya pada wajah tampan Noah, namun kebaikan terhadap dirinya begitu menancap di hati gadis itu.

****

Gadis-gadis yang tergabung dalam grup 'Pecinta Noah' memandang sinis pada Eve yang dibonceng laki-laki idola mereka. Selama ini tak satupun yang berhasil mendudukkan tubuhnya di motor Noah, tidak heran mereka merasa kalah langkah dengan Eve yang menurut mereka biasa saja.

"Kak, kayaknya cewek-cewek di sekolah ini nggak suka aku naik motor kakak. Mereka melihat aku sinis banget"

Ucap Eve yang merasa risih dengan tatapan yang seolah mampu mencabik-cabik tubuh Eve dengan ketajamannya.

"Cuekin aja"

Noah malah meraih tangan Eve dan menuntun gadis itu menuju kelas. Eve mengikuti langkah Noah dengan wajah menunduk. Ia sangat takut akan tatapan membunuh para siswi sekolahnya.

"Belajar yang benar. Jangan pedulikan orang lain. Nanti istirahat kakak jemput"

Ucap Noah sebelum meninggalkan Eve setelah gadis itu duduk di bangkunya.

"Iya kak"

Jawab Eve singkat. Noah pun melangkah menuju kelasnya.

Setelah melewati 4 jam pelajaran bunyi bel istirahat telah terdengar. Karena memang Eve seakan diasingkan hingga tak punya teman Eve diam di kelas menunggu Noah menepati janji untuk menjemput dirinya

"Sok cantik, kamu punya apa sampai berani deketin Noah"

Meja Eve digebrak sejumlah siswi sepertinya mereka salah satu anggota pecinta Noah.

"Wajah pas-pasan aja sok mau deketin idola sekolah."

Timpal cewek lainnya. Eve mengerut takut, berdoa di dalam hati agar Noah segera datang.

"Ngomong bodoh!!"

Seorang siswi yang terlihat lebih bar-bar dibanding yang lain menarik rambut Eve

"Aww lepasin sakit"

Eve meringis lirih

"Dengerin ya, jangan coba-coba buat deketin Noah atau.."

"Atau apa?!!!"

Seketika wajah para siswi yang mengganggu Eve memucat saat Noah menggebrak meja dengan penuh amarah.

"Apa hak kalian melarang Eve? Bukan Eve yang deketin gue, tapi gue yang mau deket sama dia. Awas ya kalau sampai kalian nyakitin dia dan ngelakuin ini sekali lagi kalian akan terima akibatnya. Dengar kalian semua!!"

Bentak Noah, hingga perlahan gerombolan siswi baik para pelaku maupun yang menonton perlahan mundur membubarkan diri.

Mereka terus berfikir apa keistimewaan Eve hingga membuat seorang Noah begitu marahnya.

"Kamu nggak apa-apa?"

Noah menatap lembut Eve sambil mengusap rambut gadis itu. Membuat jantung Eve berdetak seolah ingin kabur dari tubuh gadis itu.

"Aku nggak apa-apa. Makasih kak"

"Jangan dengerin mereka ya, kamu harus tetap di dekat aku kalaupun kamu menjauh aku yang akan terus mendekat ke kamu"

Ucap Noah sambil tersenyum tulus, Eve membalas senyum Noah dengan rona merah di wajahnya.

Dua

Semakin hari Eve dan Noah semakin dekat, Noah yang selalu ada di samping Eve membuat para pecinta Noah semakin cemburu dan iri pada Eve, mereka menghasut siapapun agar tak berteman dengan gadis itu.

"Hai manis, kenapa murung?"

seperti biasa Noah datang menjemput Eve untuk mengajak gadis itu makan di kantin.

"Aku kayak asing banget di sini kak. Semua sinis banget"

Eve menghela nafas dan menghembuskan nya perlahan.

"Nggak usah dipeduliin. Kan ada kakak"

Noah mengusap rambut Eve

"Kakak juga nggak lama lagi lulus, aku akan benar-benar sebatang kara di sini"

Noah terkekeh mendengar kegusaran Eve.

"Apa perlu kakak jawab asal ujian nanti biar nggak lulus-lulus?"

Eve ikut tersenyum, meski tak memiliki teman namun sebenarnya keberadaan Noah lebih dari cukup bagi Evelyn. Noah memang sosok idaman, laki-laki itu sangat peduli dan perhatian padanya.

Namun mengingat Noah akan lulus beberapa bulan lagi membuat Evelyn cukup gamang, membayangkan tak memiliki teman apalagi para pecinta Noah yang begitu membencinya. Siapa yang akan menolongnya jika geng bar-bar itu menindasnya.

"Ve nanti pulang sekolah kita jalan ya?"

Noah mengusap sudut bibir Eve dari bekas makanan yang menempel. Noah selalu berlaku spontan. Entah tau atau tidak perlakuan itu membuat dada Eve bergetar hebat.

Eve berulang kali mengingatkan diri sendiri agar tidak jatuh cinta pada Noah. Laki-laki itu terlalu sempurna untuk seorang gadis biasa seperti dirinya.

Noah memang sangat baik, namun Eve tidak boleh salah tanggap atas kebaikan laki-laki itu. Siapa tau Noah memang tulus hanya ingin menjadi sahabatnya.

*****

"Eve, Aku pinjam catatan kamu ya"

Darrel adalah satu-satunya siswa yang pernah menyapa Eve dan bersikap manusiawi terhadapnya. Meski tidak bisa disebut berteman Tapi Darrel beberapa kali menyapa Eve.

"Yang mana Darrel?"

"Semua pelajaran kemaren Ve"

Eve mengerti, kemaren Darrel memang tidak masuk sekolah karena sakit.

"Besok aku bawain ya"

Darrel mengangguk dan tersenyum, Eve membalas senyuman Darrel

"Aku duluan ya, Pangeran kamu uda jemput tuh"

Darrel melambaikan tangan sambil berlalu meninggalkan Eve. Gadis itu tersenyum menatap kepergian Darrel, tak menyadari raut kesal di wajah Noah yang mendekat ke arahnya.

"Keren nya apa tu cowok, sampai mata kamu nggak berkedip natap dia"

Ucap Noah sinis. Eve menoleh sambil tersenyum ke arah Noah.

"Cuma dia di sekolah ini selain kakak yang mau menyapa aku. Aku menaruh harapan bisa berteman sama dia"

Ucapan Eve semakin membuat Noah gusar.

"Jadi berteman sama aku aja nggak cukup Ve? Kamu suka sama dia?"

"Enggak, kakak tau sendiri aku nggak punya teman. Coba bayangin aku kayak gimana kalau kakak uda tamat nanti? pasti para fans nya kakak bakalan nindas aku, siapa coba yang bakalan belain aku? kalau aku punya teman setidaknya ada yang kasih tau keluarga aku kalau aku tiba-tiba meninggal akibat disiksa di sini"

Eve hanya bercanda namun Noah tampak serius menanggapi.

"Meskipun aku uda nggak di sini aku pasti tetap akan jagain kamu kok. Nggak usah khawatir ya"

Noah mengusap wajah Eve dengan lembut. Jantung Eve selalu tak bisa dikondisikan jika di dekat Noah, terlebih dengan perlakuan manis yang secara spontan selalu Noah lakukan padanya.

"Jangan tertarik sama cowok lain ya?"

Noah menatap ke dalam mata Eve, membuat gadis itu sedikit salah tingkah"

Eve hanya mengangguk, meski ribuan tanya menyeruak akan makna ucapan Noah.

****

Noah memacu motornya dengan kecepatan yang tidak seperti biasanya. Ia merasa cemburu melihat Eve tersenyum pada laki-laki selain dirinya.

Ia harus segera tiba di tempat tujuannya, Eve memeluk tubuh Noah erat. Ia sangat takut melihat Noah yang tidak seperti biasanya.

Noah tidak pernah mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi sebelumnya.

Noah menurunkan kecepatan kemudian membelokkan motornya keluar dari jalan raya, melewati jalan setapak yang sedikit mendaki. Pemandangan di sekitar nampak indah dengan hamparan rumput dan pepohonan yang rindang.

"Kita mau ke mana kak?"

Tanya Eve sedikit berteriak, suara motor sport milik Noah menelan suaranya.

"Lihat aja nanti"

setelah melewati waktu beberapa menit, mereka tiba di puncak bukit, Noah menghentikan motornya. Evelyn turun perlahan dan menatap takjub sekitarnya. Dari atas bukit mereka bisa melihat kota.

"Harusnya datang ke sini sore. Bisa lihat sunset dan kalau malam bisa melihat kerlip lampu d kota"

Noah membantu Eve melepaskan helmnya.

"Kakak sering ke sini?"

"Sering kalau lagi galau"

Ucap Noah sambil tersenyum

"Emang kakak pernah galau?"

Noah menatap Eve

"Kakak ini manusia yang juga punya hati. mana mungkin nggak pernah ngerasain galau"

"Yah aku fikir kakak punya kehidupan yang sempurna, Kaya, pintar, ganteng, digilain semua wanita. Terus mau galau karena apa lagi?"

Bibir Noah sedikit terangkat saat Eve memuji dirinya

" Kamu termasuk dalam wanita yang menggilai aku juga nggak?"

Noah tersenyum penuh arti, Eve membelalakkan matanya. Tak menyangka ia terjebak dalam ucapannya sendiri.

"Jawab Eve?"

Ucap Noah masih menatap dalam Eve. Membuat gadis itu semakin salah tingkah.

"A-aku, Akku kagum sama kakak. Kita kan berteman"

Eve tersenyum kaku.

"Jadi kamu nggak suka sama aku kayak cewek lain?"

Noah mengubah raut wajahnya menjadi sedih.

"Suka kok"

Ucap Eve cepat. Ia segera menutup mulutnya setelah menyadari dirinya keceplosan.

Noah terkekeh dan mendekat ke arah Eve. Ia memegang bahu gadis itu. Matanya tak lepas menatap Eve.

"Ve, kamu harus tau kakak jatuh cinta sama kamu dari pertama kali kita ketemu. Kakak harap kamu mau jadi pacar aku"

Ucap Noah, Eve terhenyak tak menyangka akan mendapatkan pernyataan cinta dari laki-laki yang selalu hadir di mimpinya.

"Eve, kamu mau nggak jadi pacar kakak?"

Tanya Noah lagi saat Eve tak kunjung memberikan jawaban.

"Kakak serius?"

"Kakak serius, Kamu gadis pertama yang berhasil membuat aku jatuh cinta Eve, satu-satunya gadis yang membuat hatiku bergetar, membuat hariku bersemangat, satu-satunya gadis yang ingin aku miliki dan aku lindungi sepanjang hidupku"

Ucapan tulus Noah membuat buliran bening jatuh dari kelopak mata Evelyn.

Ia tidak menyangka pria sempurna di mata manusia ini akan jatuh cinta pada gadis biasa seperti dirinya.

"Kakak jangan bohong, mana mungkin kakak bisa suka sama aku yang biasa aja, nggak cantik, nggak populer nggak..."

Ucapan Evelyn terhenti saat Ia merasakan bibir Noah mendarat di bibirnya, Noah membungkam ucapannya.

"Berhenti bicara omong kosong Evelyn Zoya. Di mata ku kamu itu sempurna, banyak hal yang ada pada dirimu yang tidak dimiliki wanita lain. Jadilah kekasihku Evelyn"

Ucap Noah lembut namun penuh ketegasan. Evelyn semakin terisak, ia hanya bisa menjawab dengan anggukan kepalanya.

"Terimakasih sayang, terimakasih. Aku cinta banget sama kamu"

Bisik Noah sambil memeluk Evelyn erat.

Tiga

Hari-hari berlalu, Noah sedang disibukkan dengan tambahan belajar menjelang ujian kelulusan. Eve terkadang menemani Noah menunggu di depan kelas nya. Semenjak kehadiran Eve, Noah yang seringkali membuat masalah menjadi lebih penurut. Pada dasarnya Noah anak yang sangat cerdas, karena kecerdasannya tidak jarang ia memprotes guru saat menyampaikan materi hingga berujung hukuman untuk anak itu.

"Sayang, hari ini bimbelnya sampai sore. Aku antar kamu pulang dulu nanti aku balik lagi ke sekolah"

Noah datang ke kelas Eve saat bel pulang telah berbunyi.

"Kamu nanti capek, aku pulang sendiri aja ya yang?"

Ucap Evelyn lembut.

"Nggak boleh, nanti kalau ada apa-apa di jalan aku pasti nggak bisa maafin diri aku sendiri karena lalai jagain pacar aku"

Ucap Noah tegas.

"Aku bukan anak TK lagi yang, aku nggak mau kamu kecapean akhirnya sakit. Aku jadi pacar yang egois kan jadinya?"

Noah terkekeh, meski sedikit kesal namun selalu tak sampai hati untuk marah pada kekasihnya itu

"Keras kepala banget, selalu ngebantah. Pokoknya aku anterin kamu"

Noah meraih tangan Eve dan menelusupkan jemarinya ke jari-jari gadis itu.

Sepasang kekasih itu berjalan beriringan menuju parkiran. Seperti biasa dengan telaten Noah memasangkan helm di kepala Eve.

Noah memacu motor sportnya dengan kecepatan sedang, hingga 20 menit berlalu Noah menghentikan motornya di depan rumah Eve.

"Hati-hati ya yang, semangat ya belajarnya"

Ucap Eve dengan senyum manisnya.

"Iya sayang"

Noah membalas senyuman Evelyn dan mengambil helm yang di ulurkan oleh Eve kepadanya.

"Besok pagi seperti biasa aku jemput ya. Bye sayang, aku cinta kamu"

Bisik Noah dengan tatapan penuh cinta.

"Aku juga cinta kamu yang"

Balas Evelyn dengan mengulum senyum disertai rona merah di wajahnya. Membuat Noah begitu gemas pada pacarnya tersebut.

*****

Jam istirahat seperti puluhan hari yang telah mereka lewati Noah selalu menyambangi Eve di kelasnya, menjemput pujaan hati untuk makan berdua di kantin sekolah.

Mata Noah menatap nanar melihat pemandangan di depannya yang membuat darahnya mendidih.

Eve sedang tertawa bersama Darrel. Memang Evelyn telah berteman dengan laki-laki itu, tapi Noah selalu memperingati Eve untuk tidak terlalu dekat. Ia tidak suka ada laki-laki lain yang dekat dengan Evelyn selain dirinya.

Noah tidak mau ada orang lain yang menarik perhatian Evelyn. katakanlah ia egois, tapi rasa sayang yang begitu besar untuk Evelyn membuat Noah ingin menjadi satu-satunya laki-laki di hidup Eve

Evelyn terdiam saat menyadari keberadaan Noah yang telah menatapnya dengan tatapan penuh kekecewaan. Gadis itu merasa bersalah sekaligus takut, bukan sekali dua kali Noah menyatakan ketidak sukaan nya pada Darrel, Noah terlalu kuat mengikatnya meski sebenarnya Evelyn juga tak keberatan dengan sikap posesif Noah. Hanya saja Evelyn juga butuh berteman.

"Sayang, Ayo ke kantin"

Ucap Noah dingin sambil mengulurkan tangannya.

Evelyn dengan cepat menerima uluran tangan Noah, Ia memaksakan senyumnya dengan tubuh bergetar takut.

"Aku ke kantin dulu Darrel"

Ucap Eve sebelum melangkahkan kakinya.

"Masih laper? Nimbrung makan bekal aku belum cukup bikin kamu kenyang rupanya"

Balas Darrel santai. Ia tidak menyadari ucapannya menyayat kan luka di hati Noah.

Noah melengos, melihat ke sisi lain. Tak ingin kekasihnya semakin takut dengan kemarahan di matanya.

Sementara Evelyn semakin salah tingkah, Ia tau Noah sedang dipuncak kemarahan saat ini, Ia memutuskan untuk diam saja.

"Ayo yang"

Ajak Evelyn

"Kalo kamu emang uda kenyang nggak apa-apa yang. Aku sendiri aja"

Noah melepaskan tautan tangannya dengan Evelyn. Ia melangkah dengan cepat.

Evelyn tak tinggal diam, Ia mengejar Noah berusaha meraih tubuh kekasihnya. Namun Noah semakin mempercepat langkahnya, bukan menuju kantin melainkan menuju rooftop sekolah tempat ia sering kali menyendiri sebelum hadirnya Evelyn.

Noah berdiri menatap ke arah lapangan basket di mana beberapa siswa sedang melakukan olahraga tersebut. Tidak lama kemudian Evelyn tiba dengan nafas ngos-ngosan.

"Sa-sayang, kenapa?"

Tanya Evelyn di sela helaan nafas beratnya.

Noah menatap iba Evelyn yang sudah bercucuran keringat, Ia meraih tubuh gadis itu menuntun Evelyn untuk duduk di sampingnya.

Noah meraih saputangan di sakunya dan mulai mengelap keringat di wajah Eve.

"Kenapa nyusul, capek banget kan?"

Ucap Noah dingin.

"Aku tau kamu marah yang, aku minta maaf"

Ucap Evelyn lirih.

"Kenapa minta maaf kalo ngerasa nggak salah?"

Tanya Noah dingin

"Aku ngerasa salah kok yang, Aku tau kamu nggak suka aku dekat-dekat Darrel tapi aku masih aja ngelakuin"

"Yang, aku tau mungkin aku uda mengikat kamu terlalu kuat, tapi aku ngelakuin itu karena aku sayang kamu banget, aku tu cinta banget sama kamu. Nggak mau kehilangan kamu. Kamu gadis pertama yang berhasil menggetarkan hati aku, gadis pertama yang bisa menumbuhkan perasaan cinta di hati aku. Jadi aku nggak mau kehilangan kamu yang"

Ucap Noah dengan penuh ketulusan, Eve merasa sangat beruntung Noah bisa mencintainya sebesar ini.

Mungkin lebih baik mengubur impiannya memiliki teman, Melihat kekecewaan Noah membuat hati Eve merasa sakit.

"Iya maafin aku yang, aku akan jauhin Darrel. Aku juga sayang banget sama kamu, cinta kamu juga"

Evelyn mendekat dan memeluk erat tubuh Noah. Hati Noah menghangat, gadis ini benar-benar telah menguasai keseluruhan isi hatinya.

"Maafin aku juga kalau aku egois ya sayang? kamu nggak perlu jauhin Darrel, cukup pastiin aja kalau hati kamu cuma buat aku. Aku juga akan belajar untuk menahan kecemburuan aku. Kamu mau janji jaga hati cuma buat aku?"

Noah menatap wajah Evelyn. Berusaha membuktikan kesungguhan ucapannya. Evelyn mengangguk

"Iya yang, Aku janji cuma ada kamu di hati aku. Cuma Noah, nggak ada yang lain. Sebisa mungkin aku juga akan jaga jarak dari Darrel, aku nggak mau pacar aku tersiksa. Aku nggak mau hati kamu yang tertulis nama aku tergores"

Ucap Evelyn, matanya juga tak lepas menatap Noah. Ia tak mau kekasihnya meragukan dirinya.

Noah terbawa suasana, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Evelyn, menyadari itu Eve perlahan memejamkan matanya, membiarkan Noah mendaratkan bibirnya. Sejenak mereka hanyut dalam kelembutan cinta yang tertuang dalam sentuhan tubuh mereka.

Noah terus menyesap bagian yang telah menjadi candu baginya. Evelyn berusaha mengimbangi, berusaha meneriakkan betapa ia pun sangat mencintai pria ini lewat lenguhan lembut nafasnya.

Noah melepaskan tautan bibirnya, Ia menempelkan keningnya pada kening Evelyn. Menatap dengan senyuman wajah Evelyn yang meninggalkan rona kemerahan, entah karena gairah atau karena rasa malu yang masih seringkali menghinggapi gadis itu untuk setiap perlakuan dan ucapan manis Noah. Noah menatap bibir Eve yang sedikit membengkak akibat sesapannya.

"Sayang aku mencintai kamu"

Bisik Noah, entah sudah berapa ribu kali ia menyatakan betapa ia mencintai, menyayangi bahkan begitu memuja Evelyn Zoya.

"Aku juga cinta kamu"

Balas Eve lirih, Noah kembali mendekap Eve dengan erat. Kemudian mengajak gadis itu turun menuju kelas saat suara samar bel menyapa telinganya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!