Ini adalah hari pertamaku di sekolah, tepatnya kelas 2 SMA. Semasa aku kelas satu kehidupan di sekolahku berjalan dengan lancar. Tak ada gangguan sedikitpun, orang-orang juga sangat baik padaku.
Aku adalah seorang kutu buku, sekaligus aku mendapatkan julukan, "Jenius" dari para murid. Karena kepintaran ku yang melebihi batas manusia. Haha... sebenarnya itu adalah kata-kata mereka yang sering ku dengarkan.
Aku juga dikenal dengan murid yang baik di sekolah, aku menjadi pusat perhatian dari para murid. Semua murid perempuan pada dekat denganku, dan ingin menjadi temanku. Terkadang mereka juga diam-diam mengatakan kalau aku adalah orang yang tampan.
Ah iya aku hampir lupa kalau ada orang lain yang harus ku perkenalkan. Aku memiliki sahabat yang sangat dekat sekali denganku. Kami baru mengenal satu sama lain setahun lamanya.
Itupun kami berteman karena waktu kelas 1 SMA kami di kelas yang sama. Dia adalah seorang perempuan yang cantik, dan mungkin jutek. Jika dia mendengar ini, dia pasti akan sangat marah padaku.
Yah... dia juga sedikit tomboy, dia suka olahraga yang disukai oleh para laki-laki. Terutama adalah permainan sepak bola, setiap ada kontes atau acara dia selalu ikut dalam kontes itu, dan selalu memenangkan kejuaraannya.
Dia juga memiliki julukan yang diberikan teman-temannya, yaitu, "Ball Girl". Haha aku lupa untuk memperkenalkan diri, dan juga memperkenalkan sahabat ku. Perkenalkan semuanya... namaku adalah, Claude, dan nama sahabat ku ini adalah, "Glasya".
"Hei lagi-lagi setiap harinya aku hanya melihatmu membaca buku. Apa kau tak ingin mencoba hal baru?" kata Glasya.
"Hmm? aku sama sekali tak tertarik. Aku hanya tertarik pada buku saja" kataku.
"Hah sumpah! aku jadi kesal sendiri melihatmu berduaan bersama buku mu itu. Lebih baik ku hancurkan saja buku sialan itu!" kata Glasya.
"Hei! jangan...!"
"Selamat pagi anak-anak! loh Glasya apa yang kamu lakukan kepada Claude?" tanya ibu guru Rossy yang baru saja masuk kelas.
Kemudian ada seorang anak yang berteriak, "Glasya sedang memaksa Claude untuk menjadi pacarnya bu!" teriak Robin.
Dia adalah temanku, kami mengenal satu sama lain saat liburan akhir sekolah. Tanpa sengaja aku bertemu dengannya, dan menjadi seorang teman. Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata dia adalah tetangga ku.
Rumah kami bersebelahan, aku sama sekali tak menyadarinya. Karena aku selalu sibuk membaca buku di rumah setiap harinya, dan lagi dia juga selalu datang ke rumahku. Awalnya aku merasa terganggu karena sedang sibuk membaca buku.
Tapi karena hampir setiap hari dia datang, dan main ke rumahku. Aku mulai beradaptasi dengannya, mungkin meluangkan waktu untuk menghabiskan waktu bersama teman tidak ada salahnya juga.
"Awas saja kau Robin... setelah pelajaran pertama selesai, kau akan habis di tanganku" kata Glasya dengan suara kecil, dan kembali ke tempat duduk.
"Ah... ma-maafkan aku ball girl" kata Robin dengan suara kecil.
"Hah... dasar anak zaman sekarang, menyatakan cinta saja harus ya memaksa" kata ibu guru Rossy.
"Apa! bukan begitu bu! aku kan tadi sudah bilang kalau tak seperti itu kejadian sebenarnya. Hei bangun kau dasar sialan! jelaskan kejadian yang sebenarnya kepada ibu guru" kata Glasya.
"Kalian berdua ikut ibu sekarang!" teriak ibu Rossy yang sangat marah.
"Ba-baik bu" serentak kata mereka berdua.
"Haha... dasar, mereka berdua kelihatan cocok sekali" kataku dalam hati.
Begitu bu guru Rossy mengurusi mereka berdua, keadaan kelas menjadi kacau seketika. Anak-anak langsung pada berteriak, dan bermain kesana-kemari. Mungkin dulu aku tak bisa fokus belajar dalam keadaan seperti ini.
Tapi karena aku sudah terbiasa, jadi kejadian seperti ini sama sekali tak mengganggu ku. Ada satu hal yang menggangu ku dalam belajar, yaitu seseorang yang sedang menyatakan perasaannya padaku.
"Hai... Claude... ini ada coklat untukmu... tolong terima ini" kata seorang wanita yang ditemani oleh temannya.
Padahal baru saja aku berbicara begitu, ternyata di hari pertama ku naik kelas 2 pun sama saja. Masih saja ada orang yang menyatakan perasaannya padaku. Tapi apa boleh buat, aku hanya tinggal memakan makanan pemberiannya saja.
Aku tak perlu membalas perasaanku padanya, bukannya aku tak suka padanya. Tapi aku hanya ingin memfokuskan diriku hanya untuk terus belajar. Aku tak pernah sama sekali memikirkan cinta, atau hal semacamnya untuk saat ini.
Kemudian bu guru Rossy datang kembali ke kelas kami. Ku lihat wajah Robin, dan Glasya yang muram karena mungkin mereka baru saja di marahi. Haha... dasar mereka, dari dulu tak pernah berubah.
Mereka sudah berteman semenjak aku berteman dengan Robin. Saat itu aku sedang di kamarku, dengan Robin yang datang ke rumahku yang berniat untuk bermain bersamaku, dan di saat itu Glasya datang juga ke rumahku.
Dan tanpa panjang lebar aku ceritakan, mereka akhirnya menjadi teman, dan mengenal satu sama lain. Robin yang sifatnya suka mengusili orang, dia mulai mengusili Glasya setiap harinya tanpa berhenti.
"Baiklah anak-anak... ada kabar gembira untuk saat ini. Kita kedatangan murid pindahan... nak silahkan masuk" kata bu guru Rossy mempersilahkan masuk murid pindahan itu.
Aku sama sekali tak mendengar apa yang orang-orang bicarakan saat ini. Aku sama sekali tak tertarik dengan apa yang mereka bicarakan. Aku terus saja memandangi buku, dan tak terkecoh sedikitpun.
Sampai pada akhirnya, "Hei... Claude... kau lihat itu, dia sangat sempurna" bisik Robin, yang duduk di sebelah kananku.
"Dasar anak maniak buku, kau tidak sopan jika seperti itu. Lihatlah anak baru itu" kata Glasya yang duduk di sebelah kiriku.
"Dasar kalian... mengganggu ku saja, baiklah aku akan melihatnya" kataku.
Namun apa ini? apa gunanya aku mengatakan itu semua. Kalau pada akhirnya ada seseorang yang menarik perhatianku. Yang membuatku tak bisa lepas memandangnya. Dia adalah seorang perempuan yang sangat cantik, dan anggun.
Apa-apaan ini!? kenapa hatiku terasa sakit sekali? apa aku mau mati. Aku belum pernah merasakan hal ini? sebenarnya apa yang sedang kurasakan saat ini. Dasar! seharusnya mataku itu ku pergunakan hanya untuk melihat buku saja.
Tapi kenapa? kenapa pandangan ku tak bisa lepas dari perempuan ini. Siapa sebenarnya dia? apa aku pernah mengenalnya? atau mungkin aku sedang di santet ya?. Argh! ayolah Claude! sadarkan dirimu, dan kembali untuk membaca buku.
Kau tak boleh menggunakan matamu untuk urusan yang tak penting bagimu. Ayolah mataku! kau harus membaca buku. Ada apa dengan mataku ini argh! kenapa aku tak bisa fokus untuk membaca buku.
Apa yang dia lakukan padaku! apa dia sedang menyihir ku?. Tapi di dunia yang real seperti ini tak ada sihir, sihir hanya imajinasi seseorang. Perasaan apa ini yang sedang kurasakan? perasaan cinta? atau hanya kagum?.
Pulang sekolah...
Robin datang ke rumahku untuk bermain, seperti biasanya dia langsung masuk begitu saja ke rumahku. Padahal itu sangat tidak sopan, tapi karena itu sudah terbiasa, maka aku, dan keluargaku pun merasa itu bukanlah hal yang aneh.
"Hei! ah... lagi-lagi setiap kali aku bertemu denganmu, kau selalu saja membaca buku" kata Robin.
"Kalau mau datang ke rumahku chat aku dulu dong" kataku.
"Haha, kalau aku chat kamu sebelum main, yang ada kamu tak membuka ponselmu. Karena sibuk terus belajar" kata Robin.
"Ah iya, benar juga ya..." kataku.
"Hari ini kau tak seperti biasanya, kau sedikit berbeda dengan sebelumnya. Apa kau ada masalah?" tanya Robin.
"Eh!? ti-tidak kok, aku tak ada masalah apapun" kataku.
"Hmm... mencurigakan sekali dengan sikapmu yang seperti ini. Biar ku selidiki sikapmu yang seperti ini. Hmm... kalau tidak salah semenjak datang anak pindahan itu kau menjadi sedikit berbeda seperti ini" kata Robin.
"Eh!? apa maksudmu? aku masih sama seperti yang dulu kok" kataku.
"Jangan-jangan... kau sedang jatuh cinta kepada anak baru itu! haha... benarkan penyelidikan ku, bung" kata Robin dengan percaya diri.
"A-apa apaan kau... yang benar saja, masa a-aku suka sama perempuan. Seperti kau tak mengenaliku saja" kata Robin.
"Apa? astaga apa yang terjadi dengan Claude yang ku kenal. Apa itu berarti kau menyukai seorang pria? aku jadi takut" kata Robin gemetaran.
"Dasar bodoh! jika kau mengatakan seperti itu lagi, kau akan benar-benar mati di tanganku" kataku dengan kesal.
"Ya... ba-baiklah, aku hanya bercanda kok" kata Robin terkejut.
"Aku tak menyukai perempuan sampai aku benar-benar menjadi orang yang sukses. Untuk saat ini aku hanya menyukai buku saja" kataku.
"Hmm? buku, kata apa yang pas untuk seorang manusia yang mencintai bukunya ya?" kata Robin dalam hati.
"Hei! kau tak sedang memikirkan hal aneh lagi kan" kataku dengan melotot.
"Eh!? ti-tidak kok, kau itu pantas dengan buku. Karena kau adalah seorang kutu buku" kata Robin.
"Ya itu memang sebutan yang pantas untukku" kataku dengan sombong.
"Hei... sepertinya kau belum menjawab pertanyaan ku sebelumnya. Jadi... kau menyukai anak pindahan itu kan" kata Robin yang tiba-tiba mengganti topik pembicaraan.
"Ah dasar kenapa kau membahas hal itu lagi hah?" kataku.
"Kalau kau tak menjawab, itu artinya kau benar-benar menyukai anak pindahan itu" kata Robin.
"Argh! kau..."
"Ah sial! seharusnya aku tak menanyakan hal ini lagi" kata Robin dalam hati.
"Baiklah kalau begitu! kau benar! aku suka dengan anak pindahan itu! apa kau puas hah? d-e-t-e-k-t-i-f?" kataku.
"Haha... sudah kuduga, akhirnya kau mengakuinya... eh!? ada apa denganmu, kenapa wajahmu suram begitu?" tanya Robin terkejut.
"Aku... aku tak tahu harus bagaimana ke depannya. Semenjak ada dia, aku jadi tak fokus belajar" kataku dengan sedih.
"Memangnya hal apa yang menggangu mu selain membuatmu jatuh cinta padanya? dan orang-orang yang tak menyukaimu" tanya Robin.
Beberapa jam yang lalu, sebelum pulang sekolah...
Perkenalkan dirimu di depan kelas" kata bu guru Rossy.
"Hai... namaku Yaomi... aku pindah ke sekolah ini karena urusan keluarga, dan selanjutnya maaf aku tak menceritakannya lebih lanjut" kata Yaomi dengan dingin.
"Wah... dia cantik sekali bukan, bahkan cantiknya melebihi Glasya" kata Robin.
"Apa kau bilang! berani kau membedakan ku dengan anak pindahan itu" kata Glasya kesal.
"Lagi-lagi kalian berdua mencari masalah! cepat keluar dari kelas!" teriak bu guru Rossy dengan suara yang keras.
"Baik bu..." kata mereka berdua serentak.
"Haha maaf ya Yaomi, di hari pertamamu disini, membuatmu merasa tak nyaman karena dua anak itu" kata bu guru Rossy.
"Tak apa kok bu... kalau begitu aku akan pergi duduk" kata Yaomi.
Aku terus menatap wajahnya yang hampir sempurna itu. Begitu dia berjalan, dan berada di sampingku, dia menatapku. Seketika aku terkejut, tapi ada yang aneh dengannya. Dia hanya menatapku tanpa ekspresi.
Dia dingin sekali, itu membuatku kesal padanya, sekaligus rasa suka padanya. Aku tak tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang. Perasaan ku benar-benar campur aduk sekarang, antara kesal, dan suka.
Dia tak tahu siapa aku yang sebenarnya di sekolah ini. Jika dia tahu pasti dia akan terkejut, karena aku adalah murid yang paling populer di sekolah ini. Aku juga orang yang paling cerdas, dan mendapatkan julukan Jenius.
Ah tapi... ngomong-ngomong dia duduk di sebelah mana ya. Begitu aku melihat ke belakang, aku terkejut sekali. Kalau ternyata dia duduk di belakang ku, wajahnya itu benar-benar menyebalkan sekali.
"Apa lihat-lihat? kau ingin ku pukul? jangan melihat ku lagi" kata Yaomi dengan dingin.
"Ah... maaf" kataku.
Dia benar-benar menyebalkan sekali! dasar wanita cantik yang menyebalkan. Akan ku penggal kepalanya jika dia macam-macam denganku.
Tringgggg!
Bel istirahat telah tiba, seperti biasanya aku memulainya untuk belajar. Sedangkan anak-anak lain memulai waktu istirahat mereka dengan pergi ke kantin, atau hanya sekedar mengobrol di kelas.
Tapi sepertinya aku tak melihat Yaomi keluar dari kelas. Apa aku lihat ke belakang saja ya, tapi jika aku melihat ke belakang. Nanti dia akan marah lagi, dan membuatku sangat kesal. Aku pun tak bisa menahannya, dan mencoba mencari alasan untuk melihat ke belakang.
Aku sengaja menjatuhkan pulpen ku ke lantai, dengan begitu aku bisa melihat apa yang sedang dilakukan oleh Yaomi. Aku terkejut begitu melihatnya, kalau dia sedang membaca buku sama sepertiku.
Mata berbinar-binar di antara cahaya matahari yang silau. Dia terlihat begitu anggun, aku menjadi bengong lagi karena melihatnya.
"Ada apa? kau ini bodoh ya? sudah kubilang jangan melihatku" kata Yaomi seperti biasanya dengan wajah dingin.
"Apa kau bilang! aku bodoh hah!? kau ini benar-benar perempuan menyebalkan yang pernah ku temui!" kataku dengan keras, sampai-sampai murid yang ada di kelas terkejut.
"Lalu kenapa? apa kau mau mengetes kepintaran ku?" tanya Yaomi.
Karena kata-katanya yang pedas, akhirnya aku terpancing untuk menantangnya. Kami membuat tantangan, memberikan 10 soal setiap mata pelajaran. Tantangan ini dimenangkan oleh orang yang menjawab dengan benar lebih banyak dari lawannya.
Begitu aku sudah memberikan semua soalnya, aku sama sekali tak menyangka nya. Kalau dia bisa menjawabnya dengan benar semua, padahal aku memberi soal ujian begitu sulit. Tapi tidak denganku, yang ku maksud soal sulit untuk orang-orang biasa.
Ternyata dia sama sepertiku... dia jenius, sial aku mengakuinya. Orang-orang di kelas, dan dari kelas lain pun datang ke kelas kami. Untuk melihat pertarungan kami, pertarungan adu kepintaran.
Semua orang terkejut begitu Yaomi menjawabnya dengan benar semua. Aku juga ikut terkejut karena nya, dan sekarang adalah giliranku untuk menjawab semua soal yang dia berikan padaku.
Tentu saja semua orang pada mendukungku, walau hampir semuanya perempuan. Sedangkan para lelaki pada mendukung anak pindahan yang menyebalkan itu. Mereka tidak tahu betapa menyebalkan anak pindahan itu.
Kemudian dia melontarkan semua soalnya, dan aku menjawabnya dengan benar. Hasilnya seri, tak ada yang memenangkan pertarungan ini. Aku telah di buat kesal olehnya, aku sungguh tak bisa menerima ini kalau ada orang lain yang sama hebatnya denganku.
"Huh... hebat juga kau" kata Yaomi.
"Kau memujiku? haha aku memang hebat, dan pastinya aku lebih hebat darimu. Benarkan teman-temanku!" teriakku kepada semua orang.
Lalu para murid perempuan bersorak histeris memenuhi sekolah. Kemudian Yaomi pergi keluar dari kelas, entah kenapa aku tertarik untuk menguntitnya. Padahal biasanya aku hanya duduk di kelas, dan membaca buku.
Tapi dia telah menarik perhatianku, melebihi buku yang membuatku tertarik setiap harinya. Maafkan aku buku-buku ku, aku harus pergi, ada hak yang harus kulakukan. Selamat tinggal, aku akan kembali lagi di lain waktu.
Aku mengikutinya dari jauh tanpa sepengetahuannya. Namun tiba-tiba dia berbelok, apa yang dia lakukan ke sana?. Padahal disana hanya ada tempat pembuangan sampah, lalu tanpa basa-basi aku langsung mengikutinya.
Begitu aku ke sana, "Apa kau sedang mengikuti ku?" kata Yaomi.
"Eh!? mengikuti mu? untuk apa aku mengikuti orang sepertimu" kataku membuang muka.
"Lalu apa tujuanmu datang ke tempat pembuangan sampah?" tanya Yaomi.
"Ah... aku hanya ingin mencari udara segar" kataku asal bicara.
"Hah!? kau ingin mencari udara segar di antara tumpukan sampah, dasar bodoh" kata Yaomi.
"Apa kau bilang! kau ini menyebalkan sekali! kalau kau seorang laki-laki sudah ku hajar kau dari awal" kataku.
"Kyaaa! tolong aku!" teriak Yaomi dengan keras.
Sehingga banyak orang yang berdatangan, dan aku pun tak tahu apa yang harus kulakukan. Padahal aku tak melakukan apapun dengannya. Dia sengaja berteriak seperti itu agar aku disalahkan, dia benar-benar membuatku marah.
Lalu dia berakting layaknya seorang perempuan yang ketakutan. Sial jika begini semua orang akan berpikiran kalau aku telah berbuat sesuatu padanya. Aku harus bagaimana ini, apa yang harus kulakukan.
Kemudian Yaomi tersenyum seringai padaku, sambil menutupi wajahnya. Dia benar-benar keterlaluan, aku harus mencari cara untuk keluar dari masalah ini. Tapi cara apa yang pas? dan tak mungkin orang-orang akan percaya begitu saja padaku.
"A-aku tak melakukan apapun..."
"Hei Claude! apa yang kau lakukan pada Yaomi! kau benar-benar pria brengsek!" kata teman sekelas ku Peter.
Peter memukul wajahku dengan keras, hingga aku terdorong ke tembok. Kemudian aku berharap semua orang melihat ku dengan kasihan. Dengan begitu orang-orang pasti akan membelaku.
Tapi apa ini!? semua orang, tatapan mereka semua yang biasanya tersenyum padaku. Kini berubah menjadi tatapan yang penuh dengan kebencian padaku. Semua orang menatapku dengan tajam, dan membicarakan ku.
"Ada apa ini? apa yang terjadi sampai orang-orang berkumpul disini?" kata Robin yang menerobos masuk dari kumpulan orang-orang bersama dengan Glasya.
"To-tolong aku... huhu, aku takut" kata Yaomi yang memperburuk suasana.
Dia sangat hebat sekali berakting, sampai-sampai dia mengeluarkan air mata palsu kepada semua orang untuk meyakinkannya. Sementara aku hanya terdiam, dan tak bisa berbuat apa-apa.
"Hei semuanya! sudah terbongkar sifat asli si "Jenius" kita. Ternyata dia adalah orang mesum, kita beri julukan sebagai pria mesum!" teriak Peter.
Kemudian semua orang pada pergi menjauh dariku, dan membawa Yaomi ke UKS untuk menenangkan pikirannya. Kenapa? kenapa malah jadi seperti ini? padahal aku kan tak melakukan apapun padanya.
Kenapa malah menjadi seperti ini! kenapa semua orang berubah padaku. Kenapa tak ada yang mempercayai ku, padahal aku sudah mengatakannya. Seharusnya mereka mempercayai kata-kata ku seperti biasanya kan.
"Hei Claude... kau tak benar-benar melakukan perbuatan seperti itu kan" kata Robin.
Aku tak mendengarkan kata-kata Robin, karena aku sudah terpojok. Aku tak bisa menjawab apapun, percuma saja jika dia tak percaya padaku. Kepercayaan orang-orang hanya pada dirinya sendiri.
"Jawab aku brengsek! kau tak melakukannya kan!" teriak Robin sambil menarik kerah bajuku.
"Claude... kau tak melakukannya kan? hiks" kata Glasya sambil menangis.
"Lihat aku Claude! aku tanya sekali lagi apa kau melakukan perbuatan mesum!" tanya Robin yang sangat marah padaku.
Kemudian aku menatap wajah Robin yang penuh dengan belas kasih padaku. Dia menahan air matanya demi aku, aku melihat Glasya yang menangis tersedu-sedu sambil menutup matanya.
Kemudian aku menjawabnya, "Ya... aku melakukannya... kau sudah puas" kataku.
"A-apa!?... k-kau sudah gila!" kata Robin melepaskan tangannya, dan tak percaya dengan kata-kata ku.
Glasya yang mendengar kata-kata ku itu, langsung pergi berlari sambil menangis. Aku juga tak kuat lagi untuk menahannya, aku juga ingin menangis. Aku terus menahan air mataku, dan tidak untuk menangis.
"Aku tahu... kau tak akan melakukan itu, aku tak percaya dengan kata-kata mu barusan. Aku akan menunggu waktu yang tepat untuk kau membicarakan yang sebenarnya terjadi" kata Robin pergi meninggalkan ku.
Pada akhirnya tak ada orang-orang yang dekat dengan ku lagi. Semua orang telah pergi meninggalkan ku, tapi sepertinya Robin tidak begitu. Karena dia lebih mempercayai ku, terima kasih Robin.
Sedangkan Glasya... wajar saja jika dia percaya pada kata-kata ku barusan. Karena kita adalah sahabat, dan juga dia adalah seorang perempuan yang berhati lemah. Walau dia memiliki sifat yang kasar, dan seperti laki-laki.
Sebenarnya dia memiliki kelemahan pada dirinya, yaitu hatinya. Semua orang pasti memiliki kelemahannya masing-masing. Aku hanya terkejut setelah semua orang pergi meninggalkan ku.
Aku sangat kecewa sekali kepada mereka semua karena lebih mempercayai Yaomi dibandingkan denganku yang sudah mengenal ku lebih lama. Apakah aku harus hidup seperti ini? hidup untuk dibenci oleh semua orang.
Kalau saja... kalau saja waktu bisa di putar kembali. Aku tak akan mau berurusan dengan dia, dan menjalani kehidupan di sekolah seperti biasanya. Dengan orang-orang yang menyukai ku, dan senyuman mereka yang menghangatkan hati.
Tapi sayangnya kehidupan sekolah ku yang seperti itu sudah berakhir sekarang. Karena dia... karena Yaomi itu! aku sangat marah sekali!. Tapi hatiku tak berpikir seperti itu, hatiku... menyukai dia.
Aku sangat kesal, dan aku sangat suka dengannya. Otak, dan hatiku saling bertolak, aku sangat dilema, mana yang harus ku pilih. Antara balas dendam pada Yaomi, atau menyatakan perasaan ku padanya, walau ini agak konyol.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!