NovelToon NovelToon

Kesabaran Istri Kedua

Prolog, Masalah

Dinda Larasati, gadis manis, umur 18 tahun, baru saja tamat SMA, ceria, mudah bergaul, anak kedua dari pasangan pak Yanto dan Ibu Tatik, mempunyai Cita cita menjadi desainer ternama, itulah yang membuatnya tak pernah lelah untuk menjahit bersama sang Ibu sembari menunggu janji sang kakak yang akan meng kuliahkan nya.

Alan Sudrajat umur 26 tahun, Putra semata wayang Pak Heru Sudrajat dan Ibu Yanti Sudrajat, menjabat sebagai direktur utama Perusahaan manufaktur di bidang tekstil. Di usianya yang masih sangat muda Alan adalah pembisnis kondang yang bergelimang harta dan membuat istrinya yang bernama Syntia merasa bahagia. Namun di balik itu semua ada kendala dalam rumah tangga mereka, karena pasangan tersebut tak di karuniai seorang anak.

Faisal, kakak dari Dinda, Umur 26 tahun, sekretaris Alan, yang di pilih karena kecerdasan Faisal sangat luar biasa, apa lagi Faisal sebagai pemuda sangat bertanggung jawab dan lebih mementingkan pekerjaan dari pada pacarnya sendiri, meski begitu Faisal sangat menyayangi Dinda dari kecil sampai keduanya dewasa.

Bagi Faisal, Dinda adalah Dinda kecil yang butuh perlindungan darinya, sebelum Dinda benar benar mendapatkan tambatan hatinya.

Namun kisah Dinda akan menjadi tragis setelah terikat pernikahan dengan Alan sebagai istri kedua, Bagaimana jika Faisal, sang kakak mengetahui bahwa hidup Dinda menderita dalam pernikahannya, sedangkan dia ikut andil dengan perjodohan Alan dan Dinda, apakah dia tetap mementingkan jabatannya, ataukah dia lebih memilih Dinda adiknya dan melepas pekerjaannya, kisah mereka akan segera di mulai........

Cuaca sangat mendung, se redup hati Alan saat menginjakkan kakinya di Arkana grup, sebuah perusahaan Tekstil ternama yang berdiri berpuluh puluh tahun tak pernah mengalami penurunan karena karyawannya yang begitu kreatif dan efision dalam bekerja.

Langkah kakinya makin lunglai saja saat memasuki ruangannya, ucapan Dokter Daka tak henti henti terngiang ngiang di telinganya.

Istri kamu mandul.

Alan langsung saja menghempaskan tubuhnya di sofa ruangannya. Mungkin dengan memejamkan matanya bisa sedikit menghilangkan beban yang menyelimutinya saat ini, pria yang dingin itu jarang sekali mengeluh dengan masalahnya pada siapapun kecuali sekretarisnya.

''Permisi...'' suara familiar itu terpaksa membuatnya membuka mata, ternyata Faisal sang sekretaris yang masuk membawa tumpukan proposal.

''Kenapa lagi?'' Ucapnya, karena memang mereka sahabat jadi jika tidak dalam acara penting Alan meminta Faisal untuk berbicara santai.

Faisal mengambil tas Alan yang di lemparkan ke sembarang arah, tau kalau kondisi bosnya saat ini sedang kacau.

''Syntia mandul.'' masih dengan merebahkan tubuhnya, menatap langit langit ruangannya.

''Terus?'' tanya Faisal lagi yang memang selalu membantu permasalahannya, namun kali ini kayaknya Faisal nggak bisa.

''Ya kamu tau sendiri lah, bagaimana Mama dan Papa, mereka itu mengharapkan cucu dari aku, tapi Syntia nggak bisa ngasih itu...'' Alan mulai menceritakan semua masalah yang meliputi rumah tangga dan keluarganya.

Alan kembali menjambak rambutnya pusing tujuh keliling, pernikahan yang tidak terlalu di setujui kedua orang tuanya itu kini malah membuatnya gedeg saja dengan kenyataan pahit.

Sedangkan Alan sangat mencintai Syntia dan tak mau berpisah dengannya seperti keinginan orang tuanya.

Ngeri juga, aku fikir hanya orang susah yang punya masalah, tapi ternyata malah orang kaya masalahnya lebih berat.

''Apa kamu nggak punya ide untuk membantuku?'' Tanya Alan serius. Dengan cepat Faisal menggeleng, tak tau bagaimana caranya, sedangkan dia saja belum menikah, pacar pun tak pernah di urusnya, kencan jika malam minggu, itu pun jarang, dan pemikirannya belum sampai sana.

''Adopsi.'' mengangkat jari telunjuknya ke arah Alan.

Heh..... Alan tersenyum mengejek. Karena itu berulang kali yang di ucapkan pada sang Mama, namun dengan tegas kedua orang tuanya menolak.

''Nggak semudah itu.'' Beranjak menuju kamar pribadinya.

Ya terserah, ide ku kan itu, kalau nggak setuju fikirin saja sendiri, kenapa juga aku ikut pusing dengan masalah keluarga kamu, belum lagi dengan pekerjaan kamu yang selalu numpuk.

Mungkin dengan mencuci muka akan mengembalikan semangat yang turun drastis untuk menghadapi dokumen yang sudah melambai lambai minta di sentuh oleh jari lentiknya.

''Apa jadwal hari ini?'' tanya Alan saat keluar dari kamarnya. Faisal kembali membuka ponselnya sedikit lupa setelah mendengar curhatan Alan.

''Tidak ada meeting penting, semua lancar, pengiriman barang juga sukses, dan akhir akhir ini peminatnya naik, sebisa mungkin tidak ada kelalaian, supaya pelanggan tidak ada yang komplen dengan barang kita, dan aku akan pastikan mereka puas, kamu tinggal tanda tangan saja.''

Alan hanya mendengar penjelasan Faisal seraya membuka map yang ada di depannya, sedangkan Faisal sibuk dengan ponselnya.

''Maaf, nanti aku minta izin sebentar untuk keluar, aku harus ke terminal, adikku yang di kampung datang, aku mau menjemputnya.'' ucapnya memasukkan ponselnya kembali.

Alan yang sibuk memegang pulpen mengernyit, karena selama bertahun tahun bersama, baru kali ini Alan tau kalau Faisal mempunyai seorang adik.

''Adik? Alan memastikan, menutup satu dokumen dan beralih ke dokumen lainnya.

''Iya, Dinda, dia mau kuliah di sini, dia ingin jadi desainer terkenal, jadi kalau bukan aku siapa lagi, mengangkat kedua bahunya, ''Bapak dan Ibu sudah tua, mereka tidak bisa membiayainya.''

Meskipun menjadi tulang punggung keluarga, Faisal merasa tak terbebani dengan apa yang kini menjadi nasibnya, sudah wancinya sebagai anak pertama harus melindungi keluarganya.

Alan merasa salut karena di balik sikap tegasnya, Faisal terlihat sangat menyayangi Adiknya dan keluarganya.

Selang beberapa menit bekerja di ruangannya, kini Faisal buru buru keluar dari kantor setelah mendapat telepon dari Dinda yang sudah berada di terminal, sebuah senyuman terus terukir di bibirnya, kangen, meskipun Ia sering pulang menemui kedua orang tuanya dan adiknya, tak mengelak jika saat ini Ia pun rindu dengan adiknya.

Faisal melajukan mobilnya dengan kencang, tak mau jika Dinda harus menunggu lama, apa lagi gadis itu baru kali ini pergi ke kota besar, itu memang keinginannya untuk naik Bus, karena Dinda tak mau merepotkan Faisal yang harus pulang kampung hanya untuk menjemputnya.

Setelah turun dari mobil, Faisal langsung tersenyum merekah saat melihat dari jauh gadis itu melambaikan tangannya.

Faisal berlari menghampirinya begitu juga gadis yang bernama Dinda.

Sebuah drama pelukan pun terjadi, saling melepas rindu antara saudara.

''Abang telat.'' ucap Dinda manja mengerucutkan bibirnya.

''Maaf, abang kan harus kerja, ini saja abang keluarnya belum waktunya istirahat, tapi tenang, bos abang baik kok, dia nggak mungkin marah sama abang, nanti kalau ada waktu abang akan kenalkan kamu dengannya.'' Jawabnya memasukkan koper Dinda ke dalam mobil.

Abang memang baik mau mengorbankan waktu untuk menjemputku, padahal aku kan bisa ke tempat abang sendiri jika di kasih alamatnya, terus seperti apa bos abang yang katanya baik itu ya?

Perkenalan

Setelah sampai di apartemen, kini Dinda bersih bersih ruangan yang akan di jadikan kamarnya, maklum, Faisal adalah laki laki yang super sibuk, mana sempat Ia membersihkan ruangan selain kamarnya sendiri. Bahkan Apartemen itu saja sedikit terbengkalai, di tempatinya cuma malam hari, itu pun langsung tidur, Faisal tak perduli, mau jorok juga nggak ada yang lihat termasuk Amel sang kekasih, karena Faisal tak pernah membawa pacarnya itu ke apartemen, takut khilaf.

''Kasihan juga Abang, di kota nggak ada yang urus.'' gerutunya lagi saat membuka lemari pendingin yang juga kotor, bahkan banyak barang kadaluarsa di sana yang mengharuskan Dinda untuk sabar.

Setelah makan waktu beberapa jam, kini giliran Dinda menghempaskan tubuhnya di kamar sebelum lanjut lagi untuk memasak, rencananya, karena siangnya bilang mau belanja, dari pada melamun Dinda memilih untuk memejamkan matanya.

Baru saja traveling ke angkasa belum ke langit sapitu, Dinda di kejutkan suara ketukan pintu yang membuatnya harus cepat beranjak meskipun malas karena lelahnya belum hilang.

''Abang...,'' serunya membantu Faisal membawa barang belanjaan yang begitu banyak.

''Kamu sudah masak?'' Tanya Faisal tiba tiba.

''Yeee..... Apa yang di masak coba, semua barang kadaluwarsa, apa Abang mau mati, kan belum kawin.'' membuka lemari pendingin dan merapikan semuanya.

Faisal terkekeh, ternyata Adiknya itu masih sama saja, suka menyudutkannya jika urusan cewek.

''Maksud Abang, malam ini kamu nggak usah masak, pak Heru ngundang Abang makan malam, dan Abang akan ajak Kamu juga.'' Jelasnya, karena nggak mungkin Faisal meninggalkan Dinda sendiri di rumah.

Dinda manggut manggut setuju, ''Pak Heru bos Abang?''

''Heemmm.....tepatnya Papa nya Bos Abang, karena Beliau bekerja di perusahaan lain, bukan tempat Abang kerja, orangnya sangat baik sama abang.'' berjalan menuju sofa.

Faisal menceritakan keluarga Pak Heru yang memang baik padanya, sedangkan Dinda hanya bisa menjadi pendengar setia dan makin penasaran dengan wajah wajah dalam cerita Faisal.

Setelah puas bercakap, Faisal menatap jam yang melingkar di tangannya, ternyata satu jam lagi waktu yang di tentukan untuk datang ke kediaman Heru Sudrajat.

''Kamu siap siap, bentar lagi kita berangkat.''

Jika Faisal dan Dinda semangat untuk makan malam di rumah Sudrajat, beda dengan Syntia sang menantu yang pasti akan mendapatkan hujatan, makanya Ia selalu malas jika di ajak ke sana, belum lagi mama mertuanya itu tak menyukainya dari dulu, namun cinta Alan yang bisa mempersatukan mereka.

Bukan tanpa alasan Bu Yanti membencinya, karena Bu Yanti tau siapa wanita itu dari dulu, wanita matre yang suka menghamburkan uang Alan, belum lagi Bu Yanti pernah memergokinya jalan dengan laki laki lain di luaran sana, itulah yang membuat keluarga Alan membencinya, apa lagi di tambah sekarang wanita itu mandul.

''Ayo dong Syn, nanti kita telat, dan aku nggak mau mama memojokkan aku gara gara kamu.'' ucapnya meraih lengan Syntia yang masih setia duduk di meja rias, meskipun wajahnya sudah di penuhi make up, Syntia memang malas untuk keluar.

''Iya, bentar dong.'' memasukkan ponsel mahalnya ke dalam tas, meskipun beranjak, namun wajah malasnya masih saja ngikut.

Rumah pak Sudrajat begitu ramai, bukan hanya Alan dan Faisal, Pak Heru juga mengundang kerabat dekatnya di sana.

''Wah... rumahnya mewah ya Bang, nggak ada apa apa nya sama rumah kita, padahal kalau di kampung rumah kita yang paling mewah.'' Dinda kagum saat mendapati rumah besar di depannya.

Faisal tersenyum, benar juga, semenjak Ia menjadi sekretaris Alan, Faisal mampu merenovasi rumahnya di kampung, sampai rumah pak Lurah, orang yang nomer satu saja kalah dengan rumahnya saat ini.

''Sudah kita masuk!'' ajaknya, nggak ada pesan apa apa dari Faisal untuk Dinda, karena Ia yakin kalau Dinda pasti akan bisa menjaga sikap di depan orang kaya.

Baru saja beberapa langkah, sorotan lampu mobil membuat Faisal silau dan menghentikan langkahnya, ternyata mobil bosnya yang baru saja masuk dari gerbang.

''Siapa, bang?'' Tanya Dinda saat Faisal tersenyum ke arah pria tampan yang keluar dari mobil.

''Itu bos Abang,'' bisiknya menarik tangan Dinda menghampiri Alan dan Syntia.

''Kok telat banget, bukankah tuan rumah harus menyambut tamu?" cetus Faisal yang sudah menilai seratus persen pasti mereka habis debat.

Namun kali ini Alan tak menghiraukan Faisal dan menatap Dinda yang sedikit menunduk.

''Oh.. iya kenalin, ini Dinda, adik aku.''

Syntia ikut mendekat saat Dinda mengulurkan tangannya ke arah Alan.

''Syintia,'' sambil melengos ke arah lain.

''Dinda, Bu.'' ucapnya ramah, beralih pada Alan. ''Dinda, Pak.''

Aku kan belum tua masih juga seumuran kakaknya, kenapa di panggil pak?

''Alan menerima uluran tangan Dinda setelah lepas dari genggaman Syntia.

''Ya sudah kita masuk, dari pada Nyonya Sudrajat nanti ngoceh kayak burung beo,'' ucap Alan menggandeng lengan Syntia.

''Malam Pa, Ma,'' Sapa Alan memeluk kedua orang tuanya, begitu juga dengan Cyntia.

''Malam Om, tante, Kali ini giliran Faisal yang menyapa dengan menunduk sopan.

''Ini siapa, Sal, cantik banget, pacar kamu?'' terka Bu Yanti yang belum tau kisah asmara Faisal.

Tu kan, jika wajah yang tampan ini muncul, pasti yang di cari mereka padaku pacar, kenapa bukan Ibuku atau nenekku sih?

Faisal tersenyum kecil sambil menggaruk alisnya yang tidak gatal

''Bukan Tante, Ini Adik Saya dari kampung.''

Dinda mengulurkan tangannya menyalami Bu Yanti dan Pak Heru mencium punggung tangannya.

''Dinda tante,'' ucapnya di iringi senyum manisnya, apa lagi Dinda mempunyai lesung pipit dan gigi gingsul yang melengkapi kecantikannya.

Bu Yanti tersenyum dan memeluk Dinda dengan erat bagaikan anak perempuannya sendiri.

Sedangkan pak Heru menggiring Faisal menuju meja makan, kedua orang tua Alan memang menyayangi Faisal seperti mereka menyayangi Alan, itulah yang membuat Faisal menjunjung tinggi keluarga Sudrajat.

Sedangkan Syntia yang melihatnya pun menampakkan wajah datarnya.

''Dinda umur berapa?'' tanya Lagi Bu Yanti saat mereka sudah berkumpul di meja makan, Dinda menoleh ke arah Faisal yang duduk di sampingnya, karena sang Kakak mengangguk pelan, Dinda kembali fokus menatap Bu Yanti yang menyiapkan nasi untuknya.

Dinda yang terkejut sudah mulai berkeringat, ada rasa gerogi mendominasi dengan rasa takut lengkap, tangannya sedikit gemetaran, takut jika Bu Yanti dan yang lain tak suka dengan kehadirannya.

''Delapan belas tante, baru lulus SMA.'' jawabnya singkat.

''Kesini mau kuliah?'' Tanya Bu Yanti lagi, Kali ini Dinda mengangguk tanpa suara, dia merasa menjadi pusat perhatian seluruh keluarga pak Sudrajat termasuk tuan rumah yang sedang duduk di garda terdepan.

''Cita citanya pengin jadi apa?'' tanya nya lagi, malah makin kepo dan ingin mengetahui tentang Dinda lebih dalam.

''Desainer, tante,'' jawabnya menerima piring yang sudah ber isikan nasi lengkap dengan menu makan malam nya.

Mimpi apa aku tadi siang, kenapa harus berada di antara mereka sih, ternyata berhadapan dengan orang kaya lebih mengerikan dari pada berada di depan kucing garong.

''Cocok dong, Tante juga punya butik lo, kapan kapan kita kesana, ya!" ajak Bu Yanti.

Permohonan sang Mama

Suasana makan malam sedikit hening, tidak ada pembicaraan yang serius, namun pandangan Bu Yanti tak ter alihkan, lekat dengan wajah Dinda yang terlihat menikmati makanannya.

Sedangkan Alan yang diam diam memperhatikan sang Mama mulai curiga dengan tatapannya yang tidak biasa, dan itu jarang sekali di lakukan Mamanya.

Jangan bilang kalau Mama akan menyukai Dinda dan menyuruhku menikah dengannya, batin Alan masih mengunyah makanannya dengan pelan.

Bukan tanpa alasan Alan menerka seperti itu, karena berulang kali Bu Yanti memilihkan wanita untuk di jadikan istri keduanya, namun Alan masih saja enggan dan tak menggubrisnya.

Seperti pada umumnya, Bu Yanti memang sangat merindukan kehadiran makhluk lemah tersebut, meskipun tidak menyetujui pernikahan Alan Dan Syntia, Bu Yanti tetap menerima kenyataan bahwa cinta Alan memang untuk sang menantu, namun setelah pernyataan dari Dokter bahwa Syntia mandul, Bu Yanti kembali bersi keras memaksa Alan untuk menikah lagi.

Usai makan malam yang berjalan lancar, sebagian kerabat pak Sudrajat pamit untuk pulang, sedangkan Alan berbincang bincang dengan Papanya, membicarakan bisnis mereka, begitu juga dengan Faisal yang ada di antara keduanya, karena pekerjaan Alan adalah pekerjaannya juga.

''Ikut Tante, yuk!" meraih tangan Dinda yang ikut membereskan meja makan bersama asisten rumah tangga di sana.

Sedangkan Dinda hanya bisa mengikuti tanpa bisa membantah.

''Sudah sampai mana pengetahuan kamu tentang mendesain baju?'' Mengajak Dinda duduk di ruang keluarga, di sana sudah ada Syntia yang sibuk dengan ponselnya, tak akan menghiraukan siapapun yang datang.

''Baru yang mudah mudah saja Tante, lagi pula tak banyak model baju di sana, paling juga kemeja, makanya saya pergi ke sini untuk mencari pengalaman lagi.'' Jawabnya masih malu malu.

Bu Yanti hanya manggut manggut mengambil dan membukakan buku gambar baju karya desainer terkenal yang bekerja sama dengan butiknya.

''Wah...'' Dinda terpana saat Bu Yanti memperlihatkan gambar berbagai type dan model baju yang saat ini sedang trend di kalangan seorang wanita, khususnya mereka yang memang menyukai fashion, dan itu persis seperti impiannya.

Namun Dinda hanya bisa mengerucutkan bibirnya karena menurut nya itu masih sangat rumit.

''Kenapa?'' tanya Bu Yanti saat Dinda mengerutkan alisnya.

''Nanti saja deh Tante, Kayaknya itu masih rumit, belum kefikiran juga untuk ke sana, Saya mau yang mudah mudah dulu.'' jawabnya, masih fokus membolak balikkan lampirannya.

Bu Yanti tersenyum dan menggenggam tangan Dinda dengan erat.

''Jika kamu bersungguh sungguh aku akan mengajari kamu, pasti kamu bisa, lagi pula kalau semua sudah kamu kuasai pasti akan mudah, tenang saja, jangan sungkan sungkan minta bantuan Tante ya?" mengelus rambut panjang Dinda.

Dinda mengangguk pelan.

Akhirnya ada orang yang mau membantuku, semoga ini awal yang baik.

''Dinda," suara Faisal membuyarkan otak adiknya yang sempat berkelana.

Dinda menoleh ke arah Faisal yang berjalan menghampirinya.

''Kita pulang, sudah malam.'' ucapnya sembari pamit dengan Bu Yanti.

''Tante, Saya pulang ya," mencium punggung tangan Bu Yanti.

''Kalian hati hati ya, sering sering kasini Sal!" mengantarkan Faisal dan Dinda menuju pintu.

Dinda cepat banget akrabnya sama tante Yanti, Syntia saja yang sudah bertahun tahun nggak bisa ngambil hatinya, Nih anak baru beberapa jam sudah membuat tante Yanti terhibur.

Setelah beberapa jam ramai, kini kediaman pak Sudrajat mulai sepi, tinggal Alan dan Syntia yang masih di sana.

''Alan, Mama mau bicara sama kamu dan juga Syntia." ucapnya saat menatap putranya sedang bercengkerama dengan istrinya.

Bu Yanti duduk di sofa, di samping pak Sudrajat yang juga di sana.

''Apa sih Ma, kelihatannya serius banget?'' tanya pak Sudrajat menyelidik, baru kali ini istrinya terlihat dengan wajah datarnya.

''Al, kamu tau kan, Mama dan Papa ini semakin tua, dan apa yang kami harapkan dari Kamu tidak bisa kalian kabulkan." ucap Bu Yanti tanpa basa basi.

''Tapi kali ini mama mohon dengan sangat lagi, mama hanya ingin mempunyai cucu dari darah daging kamu sendiri Al." ucap lagi Bu Yanti mengungkapkan keinginannya.

Meski permintaan itu tak asing di telinga Alan maupun Syntia, namun rasanya sangat berat untuk menjawab Iya, karena Alan sangat mencintai Syntia.

Namun kali ini Alan tak mau egois, dan mungkin akan menuruti sang Mama.

Sebelum menjawab, Alan menatap wajah Syntia yang terlihat biasa saja, bahkan Syntia tak berusaha untuk menolak keinginan Bu Yanti sama sekali.

''Oke, kalau itu yang mama mau, aku akan menikah lagi, Tapi jangan menyalahkan Aku jika Aku tidak bisa mencintai istri kedua ku." jelasnya lagi.

Bu Yanti yang merasa bahagia itu pun memeluk putra semata wayangnya.

''Terima kasih ya Al, kamu sudah mau menuruti permintaan mama." ucapnya di sela sela tangisnya, Bu Yanti bahagia, akhirnya apa yang dia inginkan akan segera di kabulkan Alan.

Mama yakin kamu akan mencintai istri kedua kamu, Dia wanita yang sangat baik, dan mama akan membuatnya menjadi wanita yang sukses, tidak seperti istri pertama kamu yang suka menghamburkan uang.

''Memangnya mama sudah punya calon untuk aku?'' tanya lagi Alan menyelidik.

Bu Yanti mengangguk di iringi dengan sebuah senyuman kecil.

''Siapa, Ma?'' Kini Pak Heru yang Penasaran.

''Dinda, adiknya Faisal, semua terbelalak termasuk Syntia, ''Dia gadis yang baik, dan kelihatannya cocok dengan Alan, Bu Yanti senyum semringah, namun tidak dengan Alan yang masih tak percaya dengan pernyataan Mamanya.

Tu kan, Apa ku bilang mama pasti menyukai Dinda, dan ternyata aku tidak salah terka.

''Ma, kenapa harus Dinda, dia itu masih sangat dini untuk menikah, apa lagi menjadi istri kedua?" bantah Alan, sedangkan Syntia cuwek tak mau tau dengan apa yang di lakukan suami maupun keluarganya, karena baginya selama Alan masih memberikan uang yang banyak cintanya akan terus berlanjut.

Alan mendesis, bingung dengan mamanya yang terus memaksanya untuk poligami.

Kali ini Bu Yanti menghampiri Alan yang memijat pangkal hidungnya.

''Al, tapi Mama sudah srek sama dia, kamu tau kan, Faisal itu baik, pasti adiknya juga baik, Pasti dia akan menerima Kamu apa adanya, tidak hanya hartamu saja." melirik ke arah Syntia yang dari tadi sibuk saja dengan ponselnya.

''Dan Mama yakin dia akan memberikan Mama cucu, Bu Yanti meyakinkan kalau Dinda adalah wanita yang pantas menjadi pendamping Alan yang sesungguhnya.

Gi mana ini, apa Faisal akan setuju dengan permintaan konyol Mama, apa gadis itu sanggup hidup dengan ku yang tak punya rasa cinta untuknya, apa dia mau menerima tawaran mama untuk melahirkan seorang bayi, dan masih banyak lagi yang Alan fikirkan.

''Oke, terserah mama, aku ikut saja, ucap lagi Alan sebelum beranjak menuju kamarnya." karena malam ini Alan berencana untuk menginap di rumah orang tuanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!