NovelToon NovelToon

Simple But Perfect

Festival

...Hai, Budies 🖐️...

...Ini karya pertama aku 🙈...

...Maafkan jika tak sempurna 😍...

...*...

...*...

...*...

...~ Happy Reading ~...

...___________________...

Drrt drrt drrt ....

Bunyi alarm dari jam weker mini size berdesain kepala panda, berwarna hitam putih itu, cukup memekik telinga. Gaungnya menggema, membangunkan tiga gadis cantik yang masih betah dalam dunia mimpi mereka.

Ya, ini sudah menjadi tradisi akhir pekan untuk ketiganya. Mereka akan menikmati hari libur seperti ini, dengan bertaruh siapa pemenang tidur terlama. Akan tetapi, tidak untuk sekarang.

Ketiganya sudah membuat janji dengan teman se-fakultas masing-masing. Mereka akan menonton pentas seni budaya pada akhir pekan ini, yang bertempat di taman budaya kota tersebut.

Rossa yang dewasa dengan sikap keibuan, sudah membantu mengatur alarm untuk menolong ketiganya. Dia sangat tahu, akhir pekan merupakan hari yang membuat mereka lupa akan waktu. Nyatanya terbukti juga, dialah yang bangun paling awal kala jam weker itu berbunyi nyaring.

"Hei, bangun gadis-gadis pemalas! Mau nonton pentas nggak sih?" Rossa bertanya dengan sengit, sambil mengguncang tubuh dua sahabatnya.

"Issh, bisa pelan-pelan dikit nggak banguninnya? Ini juga masih terlalu pagi, Sa." Putri mendengus kesal.

"Noh, liat dah jam berapa ini? Terlalu pagi pala lo tu." Rossa menoyor kepala si Putri.

"Arrgh! Dah kek emak-emak aja lo! Iya, iya ... nih gue bangun," omel Putri sembari beranjak malas dari tempat tidur.

"Apaan sih? Berisik benget. Masih pagi juga, kerjaannya ribut terus. Heran gue," cerocos Jenn tiba-tiba.

Gadis cantik itu terbangun bukan karena bisingnya alarm, tetapi karena kedua sahabatnya yang berisik.

"Apa?"

Jenn menjadi salah tingkah dengan tatapan tajam dua sahabatnya.

"Gue tau ... gue selalu cantik tiap bangun pagi begini. Terima kasih!" sambung Jenn dengan menyunggingkan senyum manisnya.

Rossa dan Putri saling tatap sambil menepuk jidat disusul teriakan serempak.

"Kita sudah terlambat menonton festivalnya, Mini!" Rossa dan Putri kompak memecahkan gendang telinga Jenn.

Mini adalah nama panggilan untuk Jenn, yang dinobatkan teman-temannya karena bertubuh mungil.

Jika diteriaki seperti ini, Jenn mungkin akan menghajar kedua sahabatnya habis-habisan. Namun, tidak untuk kali ini. Ketiganya bak mengikuti ajang lomba lari internasional menuju kamar mandi. Secepat kilat, mereka pun mandi bersama. You know-lah, timnas dara kalau bersatu, keseruannya mengalahkan kekonyolan Mr. Bean.

Ketiganya sudah siap dengan tampilan santai masing-masing. Rossa yang selalu sopan dalam penampilannya. Celana jeans panjang dengan kaos berkerah warna hijau bergaris, dilapisi sweater rajut hitam miliknya, dilengkapi tas selempang dan flatshoes senada.

Putri yang santai dengan gaya tomboinya. Celana training dan kaos putih kedodoran membungkusi bikini yang dipakainya untuk jadwal renang nanti siang. Tidak lupa sepatu sport dan ransel kesayangannya.

Satu lagi, Jenn yang selalu dengan gaya cueknya dan tidak pernah peduli terhadap apapun. Menggunakan celana jeans sobek di bagian lutut, kaos berwarna hitam, sneaker, dan tas punggung mini miliknya tidak pernah ketinggalan. Tidak lupa, rambut indah kecoklatan miliknya dibiarkan tergerai begitu saja.

Bukan maksud ingin tebar pesona, no! Jenn sengaja membiarkannya seperti itu, agar di jalan dia bisa menyisir menggunakan jemari, karena memang belum sempat saking terburu-buru. And then, penghargaan The Queen of malas sisiran tetapi selalu cantik, jatuh pada sosok mini itu.

Tidak ingin semakin terlambat, ketiganya melajukan motor masing-masing meninggalkan rumah. Jenn yang dibonceng Rossa, sedangkan Putri sendirian dengan trail-nya yang berisik.

...*****...

Tiba di taman budaya.

"Jenn, Sa, gue langsung ya. Sampai ketemu di rumah. Bye!"

Putri melambaikan tangan dan berlalu meninggalkan dua sahabatnya di parkiran. Jenn dan Rossa lalu berlari kecil memasuki hall yang sudah dipenuhi lautan manusia. Tanpa keduanya sadari, mereka telah berpencar berbeda arah.

Mereka tengah berusaha mencari teman-teman satu fakultas yang entah di mana rimbanya. Mudah bagi Rossa yang tinggi, tetapi tidak untuk Jenn yang memang pendek. Gadis cantik bertubuh mungil itu berjalan sambil berjinjit sedikit kesusahan.

Serangkaian acara tarian dengan musik yang berkumandang kala itu, serta teriakan-teriakan penonton yang turut memeriahkan suasana, membuat Jenn kewalahan dan kehilangan konsentrasi. Tidak menemukan keberadaan teman-temannya, ia malah bersua dengan kesialan hakiki, membuatnya berhenti sejenak dari usaha pencarian yang melelahkan.

"Aish, apes banget," sungut Jenn kala ponselnya terjatuh.

Saat ia hendak menunduk untuk memungut benda pipih itu, sialnya sebelah kaki panjang yang dilapisi sepatu converse, telah lebih dulu mendarat manis di atas ponselnya.

"Sh*it!" umpat Jenn. Herannya, sang pelaku tidak sadar sama sekali.

"Mas! Mas woe, Mas!" teriak Jenn dengan kencang.

Tak hanya itu, ia sampai harus menepuk pundak sang pelaku, karena suasana yang gegap gempita menelan suaranya.

Si pelaku tersentak dan berpaling menengok ke belakang. Tampak di mata Jenn, seorang pemuda tampan dengan penampilan yang sederhana. Melihat seraut wajah cantik di belakangnya, pemuda itu seketika membalikkan tubuh menghadap Jenn.

Bukannya bertanya ada apa, ia malah bengong menatap teruna berparas cantik di hadapannya.

..._________💕💕💕💕_________...

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

...To be continued .......

...__________________...

Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah 🙏

Please like, komen, dan tambahkan ke favorit 🥰

Ig author : @ag_sweetie0425

Tanggung Jawab

...~ Happy Reading ~...

...___________________...

...*...

...*...

...*...

"Halo!"

Jenn melambaikan tangan tepat ke wajah pria tampan di depannya. Sang pelaku kaget dan tentu saja malu, tetapi dia berusaha terlihat cool dan agak cuek.

"Ehm." Ia berdehem sekedar menetralkan degup jantung dan rasa malu.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" tanya laki-laki itu. Ia sedikit gerogi lalu memasukan kedua tangan ke dalam saku jaketnya.

"Of course! Banyak sekali yang Anda harus lakukan." Jenn menyilangkan kedua tangan di dadanya.

"Pertama, ambil ponsel saya. Setelah itu, silahkan bawa ke konter untuk diperbaiki, karena saya yakin layar pasti sudah hancur. Kedua, kembalikan dengan utuh, saya tunggu sekarang juga!" titah Jenn dengan galak.

Dahi pria tampan itu berkerut lalu sedikit membungkuk. Ia menatap manik indah dari sosok kecil di depannya dengan wajah bingung.

"Apa Anda baik-baik saja, Nona? Apa hubungannya handphone Anda dengan saya? Kenapa juga harus saya perbaiki?" tanya lelaki itu tanpa dosa.

"Jelas ada!" Jenn mulai emosi. Melihat wajah polos dengan tidak ada rasa bersalah itu, saraf-saraf di kepala Jenn menegang.

"Memangnya Anda tidak merasa gitu, ada yang mengganjal di dasar sepatu Anda?" Jenn menunjuk tepat ke arah sepatu yang menimpa ponselnya.

Lelaki itu kaget dan refleks mengangkat sebelah kakinya. Benar saja benda tipis persegi itu telah retak. Merasa malu? Tentu saja. Ia kemudian menunduk dan memungut ponsel malang tersebut.

"Oh, maaf! Saya tidak tau, tapi saya akan memperbaiki sesuai keinginan Anda, Nona." Tetap bersikap tenang.

"Ya tentu saja, dan ... itu memang harus!" Mode judesnya mulai on.

"Tunggu apa lagi? Sudah sana pergi! Saya tunggu di sini, sekarang!" sambung Jenn tak sabaran. Ia mengeja setiap katanya penuh penekanan.

Hal lazim dewasa ini, hampir seluruh penghuni bumi terutama di kalangan anak muda, ponsel merupakan salah satu benda kesayangan, dari sekian banyak benda berharga lainnya. Hampa, galau, gelisah dan berjuta rasa hambar yang dirasakan ketika seseorang jauh dari benda tersebut. Hal itu pula yang dirasakan Jenn.

"Bagaimana kalau ke konternya sama-sama? Sekalian sambil nungguin di sana aja, biar saya tidak perlu bolak-balik," tawar pria tampan itu.

"Ogah! Saya capek baru nyampe, lelah muter-muter nyari teman-teman saya. Gak! Saya di sini aja. Lagian itu tanggung jawab Anda. Saya gak mau tau!" Jenn makin kesal.

"Oke, oke! Tapi Anda jangan kemana-mana, Nona. Tetaplah di sini sampai saya kembali, atau saya akan kesulitan mencari anda." Lelaki itu berpesan.

"Hmm ... ya, pergilah!" sahut Jenn dengan malas.

Ia sudah sangat lelah mencari teman-temannya, ditambah berdebat dengan pria asing ini, lelah hayati semakin memperburuk mood.

Tidak ingin lagi memperpanjang masalah, lelaki itu pun segera berlalu dari sana. Tinggallah Jenn dengan kekesalannya.

Tanpa mereka sadari, perdebatan kecil tadi menjadi sekat tuk membatasi sedikit perkenalan yang semestinya. Minimalnya nama serta alamat, hanya untuk mempermudah jika pria asing itu kembali, dan Jenn tidak di tempat tadi.

Benar saja, Jenn melanjutkan pencariannya dan bertemu teman-teman se-jurusan. Lebih tepat lagi, teman satu genk-nya, dan ia mulai lupa dengan masalah ponsel.

"Hai, genks!" sapa Jenn dengan lambaian tangan. Senyum manis menghiasi bibir mungilnya.

"Mini!" teriak genk-nya dengan kompak.

Begitulah kaum hawa jika bertemu. Mereka akan berpelukan, berteriak, sambil melompat-lompat. Seolah baru bertemu pasca setahun tidak bersua, padahal hampir setiap hari bertatap muka di kampus. Kebiasaan aneh yang belum tersingkapkan hingga kini. Entahlah, tetapi memang seperti itu adanya.

...*****...

Di sisi lain, pria tampan itu melajukan motornya menuju sebuah konter. Sambil menunggu perbaikan ponsel, ia mengingat insiden tadi yang mempertemukannya dengan seorang gadis cantik bertubuh mungil. Ia membayangkan wajah kesal si gadis sambil senyam-senyum sendiri, dan terlihat sesekali menggelengkan kepala.

Apa gue jatuh cinta ya? Hati kecilnya bertanya.

Tanpa ia sadari, banyak pasang mata yang memandangnya aneh. Bagaimana tidak? Melihat tingkahnya yang seperti itu, tentu saja orang-orang akan beranggapan bahwa pemuda itu sakit jiwa. Mungkin saja ada yang pernah mengalami seperti ini? Berarti ia paham betul bahwa mereka satu server, falling love.

Pemuda tampan itu teringat sepupunya yang ia antar ke tempat pertunjukan seni budaya tadi. Ia lalu merogoh saku celananya, mengeluarkan telepon genggam dan menghubungi sang sepupu.

📱 "Masih di tempat tadi, Ren? Maaf ninggalin sebentar, lagi ada urusan dikit. Ini dah mau balik kok."

📱 "Santai kak! Gue juga masih pada ngumpul sama teman-teman nih."

📱 "Baiklah! Tunggu gue di sana, jangan kemana-mana."

...___💦💦💦💦___...

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

...To be continued .......

..._________________...

...###...

Jangan lupa tinggalkan jejaknya 🙏🥰🥰

Please like, komen, rate, dan tambahkan ke favorit juga yah ❤️

Makasih semuanya 🙏🤗🤗

👇

Ig : @ag_sweetie0425

Sepupu

...~ Happy Reading ~...

...___________________...

...*...

...*...

...*...

Jenn and the genk-nya begitu heboh dengan sorak-sorai, men-support budaya masing-masing. Yes, mereka memang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Tentu saja dengan ragam budaya yang bercorak. Di tengah kehebohan itu, tiba-tiba datang segerombolan mahasiswa menghampiri mereka. Ternyata, teman-teman dari satu organisasi.

"Hai, ladies!" sapa salah satu pemuda dari mereka.

Mampus gua, gak pernah nunjuk batang hidung di basecamp lagi.

Jenn merasa terciduk begitu diperhatikan ketua HM. Gadis manis itu terdesak dan tidak bisa mengelak. Tetap diam di tempat dengan senyum pepsodent, memperlihatkan deretan giginya yang putih.

"Hai, Jenn! Lama gak ketemu, apa kabar?" Seorang gadis mengulurkan tangan pada Jenn, lalu mereka bercipika-cipiki.

"Seperti yang lo liat sekarang, gue baik dan sehat. Cuman ... ya gitu, sibuk dengan tugas yang numpuk aja, jadi jarang kumpul di basecamp. Sorry yah!" Jenn sedikit beralasan.

Show your charm, Jenn!

Gadis mini itu membatin seraya menyunggingkan senyum khasnya yang memabukkan. Cara jitu dari seorang Jennifer.

Mungkin dengan itu, dia dapat menyelamatkan posisinya sebagai salah satu anggota dari organisasi yang merangkumnya. Tidak sendirian, Jenn bersama beberapa temannya yang juga sudah lama mengabsen di sekretariat HMJ.

Benar saja, apa yang dilakukannya dimaklumi oleh ketua HMJ, yang juga adalah kating dari satu program studi. Katakanlah dia tersihir oleh senyum maut Jenn.

"It's ok! Gue tau kalian banyak tugas. Cuman mau ingatin, minggu depan ada rapat bersama. Gue harap partisipasi kalian semua," timpal seorang pria tampan berkacamata dengan santai pada semua Juniornya.

Ia adalah ketua HMJ. Berbicara pada semua, tetapi pandangannya hanya tertuju pada Jenn dengan tatapan memuja.

"Siap, Kak!" jawab semuanya kompak.

Pada waktu yang bersamaan, dering ponsel dari seorang di antara mereka berbunyi.

Dia gadis yang menanyakan kabar Jenn awal tadi. Sedikit menjauh dari kerumunan, gadis itu lalu menjawab panggilannya. Tak memakan waktu lama, ia sudah kembali bergabung dengan teman-temannya.

"Pacar ya?" cerocos Yuni.

"Enggak! Sepupu gue," sahutnya kalem.

"Sepupu aja kok pake menjauh segala. Gak percaya tuh," goda Maureen.

"Iya, Sist! Ngaku aja napa, gak usah malu lah sama kita-kita," tambah si Fio.

"Hadew, pada gak percaya banget sih," keluh gadis itu.

"Udah, udah! Gak usah ribut. Noh, nonton pentas di depan lebih menarik, berfaedah, dan menambah wawasan anak bangsa." Jenn menyudahi candaan teman-temannya.

Tidak lama setelah itu, dering ponsel gadis tadi kembali berbunyi, mengalihkan atensinya dari pentas seni budaya yang sedang berlangsung.

Karena tidak ingin kembali digoda oleh teman-temannya, ia memutuskan untuk menjawab telepon di tempat saja.

📱 "Iya kak, udah beres urusannya?"

📱 "Iya! Nih lagi di jalan, udah mau nyampe juga kok. Masih di tempat tadi kan? Tunggu gue ke sana!"

📱 "Oke, kak!" jawabnya singkat.

Ia lalu melirik teman-teman yang juga sedang menatapnya. Ia cukup paham dengan tatapan itu, pastinya adalah tatapan penuh tanya. Tak membuang-buang waktu, ia langsung menjelaskan pada teman-temannya yang kemal alias kepo maksimal.

"Biasa aja kali liatinnya," terkikik geli melihat tingkah aneh manusia di sekitarnya saat itu.

"Oke! Tadi itu kakak sepupu gue. Katanya sudah on the way, ingin nyusul gue ke tempat tadi karena emang gue datang bareng dia. Tadi dia lagi ada urusan mendadak, trus dia ninggalin gue bentar, dan sekarang dia mau balik lagi ke sini jemput gue. Terus ... apalagi yah," Mencoba berpikir sejenak. "Semua itu atas perintah nyokap gue yang adalah tantenya. Udah? Udah cukup kan? Paham kan?" jelasnya panjang lebar sembari bertanya.

Hal menjengkelkan pun terjadi. Tanggapan manusia-manusia kemal itu sangatlah tidak menyenangkan. Pecah tawa dari teman-temannya, membuat mereka menjadi tontonan orang-orang di sana. Gadis itu terlihat lucu saat menjelaskan panjang lebar dengan serius pula, padahal teman-temannya hanya menggoda saja.

"Udah ah, becanda mulu. Gue cabut ke tempat tadi, mau nungguin kakak gue." Ia mulai kesal. "Mau ikut gak?" sambungnya galak.

"Guys! Kita pamit cabut duluan yah. Ada yang ngambek soalnya," pamit seseorang pada Jenn and the genk-nya.

"Tunggu! Kita ikut. Di sana keluarnya lebih mudah," kata Alena.

Jenn yang sudah lupa masalah ponsel, pun setuju dan mengikuti teman-temannya berpindah posisi dari tempat yang mereka duduki.

Sementara masih di gedung yang sama, tapi berbeda tempat. Seorang pemuda tampan kesana-kemari mencari gadis cantik. Gadis pemilik ponsel yang baru saja diperbaikinya beberapa jam lalu. Gadis yang diam-diam telah mencuri sedikit perhatiannya awal ketemu tadi.

Di tengah lautan manusia seperti ini, sangat sulit untuk mendapati sosok bertubuh mungil itu. Bagai mencari jarum pada tumpukan jerami.

Di mana sih, gadis kecil itu?

Batinnya bertanya-tanya.

...____💦💦💦💦___...

...*...

...*...

...*...

...*...

...*...

...To be continued .......

...###...

Jangan lupa tinggalkan jejak 🙏🥰🥰🥰

Thanks sudah mampir ke mari 🤗🤗

👇

Ig : @ag_sweetie0425

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!