Arsen POV
Malam itu tepat di hari anniversary Mami dan papi ku, Aku melihat seorang gadis kecil tengah duduk di lantai sambil menikmati Eskrim.
Aku yang tengah sibuk mengatur tempat untuk acara selanjutnya dengan teman temanku, begitu tertarik dengan gadis kecil itu, Aku tidak tahu kenapa yang jelas Gadis kecil itu memiliki daya tarik tersendiri.
Entah setan apa yang merasuki ku, Aku meninggalkan teman teman ku untuk menghampirinya.
" Hai." Sapa ku, dia hanya melihatku sekilas setelah itu ia kembali menikmati Eskrim nya. wajahnya yang belepotan terlihat begitu mengemaskan. " Nama kamu siapa?" Tanyaku, ikut duduk di lantai tepat dihadapannya.
" Sevi." Jawabnya tanpa menatapku. Aku mengambil dua lembar tissue yang terletak di atas meja untuk membersihkan wajahnya.
" Umur kamu berapa." Tanyaku lagi.
" Empat." Jawabnya sambil terus menyuapi Eskrim ke dalam mulutnya.
" Boleh kakak cium kamu?" Mungkin kalian yang mendengar pertanyaan aku berpikir aku Seorang pedofil atau apapun itu, aku tidak peduli, sebab aku hanya mengikuti kata hatiku. Aku terus menatap wajahnya tidak begitu cantik sih tetapi sangat manis dan menarik di mataku, menunggu ia menjawab pertanyaan ku tadi.
" Ndaa tata mommy yang boleh cium Dede itu, olang olang yang sayang sama Dede aja." Jawabnya terdengar begitu lucu dan menggemaskan. Ia menolak sekaligus memberikan peluang untuk aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Jangan salahkan aku jika aku memanfaatkan kepolosannya. karena semuanya bukan sepenuhnya salahku tetapi
Jika ada yang harus di salahkan disini. Orang itu adalah aku dan juga mommy-nya. kenapa begitu? Ya karena aku telah salah memanfaatkan kepolosannya sedangkan mommy memberikan larangan sekaligus peluang jadi ia juga patuh di salahkan. " Maaf Tante yang aku tidak tahu siapa namanya! aku izin mencium putri Tante ini." Suara hatiku di ikuti senyum kemenangan.
" Kakak juga sayang sama kamu! berarti kakak boleh cium kamu dong." Seperti yang sudah aku perkirakan gadis kecil itu langsung mengangguk. Tanpa membuang waktu aku langsung mengecup bibirnya, " Ciuman pertama yang manis, sangat manis malah." Ucapku kembali mengecup bibirnya.
Setelah itu aku melepaskan gelang pemberian nenekku, aku pasangkan pada pergelangan tangannya. " Kamu adalah milik." Aku berkata seperti itu padanya.
" Arsen." Panggil Yudha. Aku langsung menoleh kepadanya. Ia bertanya tentang club yang akan kami gunakan untuk acara perpisahan aku dengan mereka, sebab besok aku akan berangkat ke Aussie untuk melanjutkan kuliah di sana sekaligus menemani Nenekku. Ayahku berasal dari Aussie menikah dengan mama asli Indonesia dan menetap disini. Begitu selesai berbicara dengan Yudha aku berbalik untuk mengajak gadis kecil itu tetapi sayangnya dia sudah tidak ada di sana Aku dan Yudha sempat mencarinya tetapi kami tidak menemukannya.
Itulah sepenggal kisah tentang Cinta pertama yang akan ku jadikan cinta terakhirku! Bisa di bilang itu juga alasan kenapa sampai saat ini aku masih sendiri, sendiri dalam arti tidak memiliki pacar atau Istri. Tetapi aku tetap seorang lelaki Dewasa, aku juga membutuhkan penghangat ranjang sekaligus pelepasan dong. Keponakan aku yang baru berusia 18 tahun saja sudah mahir dalam hal itu apalagi aku.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Setelah 15 belas tahun di luar negeri, akhirnya Arsen memilih pulang, Karena desakan dari maminya, tujuannya tidak lain tidak bukan untuk membalas seorang gadis yang telah mempermalukan keluarganya serta membuat cucu kesayangannya mendekam di penjara khusus remaja.
Arsen yang tidak tahu permasalahan yang sebenarnya dengan sadisnya menghancurkan gadis tak berdosa itu. Merenggut kesuciannya, membuat ia di keluarkan dari sekolah sebulan sebelum ujian kelulusan bahkan mempermalukan nama besar keluarganya, tidak sampai disitu Iya bahkan menawarkan gadis itu kepada teman temannya.
Sungguh tega bukan! lalu apa jadinya jika ia tahu wanita yang ia hancurkan adalah wanita yang menguasai relung hatinya selama ini?
Apakah sebuah penyesalan dan kata maaf mampu mengobati luka yang begitu dalam di hati gadis kecilnya. Bukan kah penyesalan itu selalu dan terlambat. Lalu bagaimana Arsen memperbaiki semuanya?
Nanti Next Bab nya.
...🖤Perkenalan 🖤...
Arsen Givano Aldrich. Anak kedua dari dua bersaudara. Seorang CEO di perusahaannya sendiri serta pewaris pertama dari perusahaan Hoslimt crop.
Amira Aksevina Firmasha. Anak ketiga dari tiga bersaudara, Umur 17 tahun itu yang tercatat pada Akte kelahirannya. Di sekolah ia di panggil Mira sedangkan di rumah dia di panggil Sevi.
Mira memiliki Tiga orang sahabat tetapi salah satu sahabatnya telah meninggal, Ia bernama Risya, sedangkan dua sahabatnya lagi bernama Nadila Angraeni dan Intan Cahyati.
Intan.
Dila.
Ananda Pradev Firmasha. Kakak tertua sevi.
Putra Viksel Firmasha kakak kedua Mira.
Frans Fais Dinata. Keponakan Arsen.
Selamat membaca 🤗🤗🤗
🖤 Tinggalkan jejak kalian dengan cara Like, komen , Rate 🌟 dan vote semampuhnya saja biar aku nggak males. Follow aku juga ya! ngarep 🤣🤣 Kalau mau tanya tanya di Gc Aja! nanti kalau aku on aku jawab ko! bagi yang ingin masuk Gc sebut salah satu nama pemeran Antagonis di novel aku! Oke.💋💋💋💋
Pagi itu Mira berangkat ke sekolah seperti biasa, Ia mengunakan motor sport kesayangannya. " Pagi Sayangku." Ucap Intan, begitu Mira sampai di parkiran sekolah.
" Pagi juga Tan! Udah dari tadi." Tanya Mira, Ia memeluk tubuh sahabatnya itu.
" Baru Lima menit." Jawab intan." Aku kangen." Ucap Intan lagi, membuat Mira mengerutkan dahinya.
" Kangen."
" Iya dong! kitakan baru masuk sekolah setelah libur kenaikan kelas! Jangan bilang kamu lupa Ra." Mendengar ucapan Intan, Mira langsung memutar bola matanya.
Kletok
Satu jitakan mendarat dengan mulus di kepala intan " Aduuhh sakit tahu." Jerit Intan sambil mengusap kepalanya. Bukan Mira pelakunya melainkan Dila.
" Makanya punya otak tuh di pake! Dasar bego." Ucap Dila.
" Maksud Lo apa bilang gue bego." Protes Intan. " Datang datang main Jetak aja."
" Ya karena Lo bego makanya gue Jitak kepala Lo, biar sadar! kalau kemarin tuh kita bertiga habis jalan bareng."
" Oh iya ya, ko gue lupa."
" Tau ah! Bomatlah." Dila menarik tangan Mira. " Apel yuk! Udah bel tuh." Mira mengangguk. Keduanya langsung berlari masuk kedalam barisan siswi di ikuti intan.
Setelah kepala sekolah selesai memberikan Arahan dan Nasehatnya kepada seluruh siswa siswi, terutama murid kelas tiga! barisan Apel itu langsung di bubarkan dan seluruh murid masuk di kelas mereka masing masing, begitu juga Dengan Nadila, Intan dan Mira.
" Nggak kerasa ya! udah kelas tiga aja." Ucap Mira.
" Iya Ra!" Sahut Dila.
" Rasanya baru kemarin masuk sekolah ini." Intan pun turut menimpali, obrolan kedua Sahabatnya itu.
" Waktu berlalu begitu cepat, kemarin kita berempat! sekarang kita tinggal bertiga." Sahut Mira. Raut wajahnya yang ceria, langsung berubah sedih.
" Jangan ngomong gitu dong Ra! kan Aku jadi kangen sama Risya." Seru Dila, Ia memeluk tubuh Mira.
" Aku juga." Sahut Intan.
" Maka dari itu! Mulai sekarang kita harus jujur satu sama lain! Apapun masalah kita nanti, harus cerita Nggak boleh simpan sendiri. Jangan sampai apa yang terjadi sama Risya terulang kembali." Ucap Mira.
" Iya Ra pasti." Intan mengiyakan ucapan Mira begitu juga dengan Dila.
" Best." Mira menadahkan satu tangannya.
" Friend." Intan meletakkan telapak tangannya di atas tangan Mira.
" Forever." Giliran Dila yang melekatkan tangannya di atas tangan kedua sahabatnya.
" Aku sayang kalian! Berpelukan." Ucap Mira, ketiganya pun berpelukan layaknya Teletubbies.
" Selamat pagi anak anak."
" Selamat pagi Pak."
Mira, Dila dan Intan Kembali ke tempat duduk mereka masing masing, begitu juga dengan murid murid yang lain.
" Selamat datang di tahun ajaran baru! Perkenalkan nama Bapak Risno, Bapak Guru mata pelajaran Kimia sekaligus wali kelas kalian, Karena kalian sudah berada di kelas 3 bapak harap kalian lebih giat belajar lagi."
" Iya Pak."
Setelah sesi perkenalan, pak Risno langsung memulai pelajarannya. Murid kelas tiga IPA B mengikuti pelajaran dengan khidmat. Kelas Mira dan kawan kawan memang terkenal sebagai kelas yang paling tenang.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Jika Mira menikmati hari harinya dengan damai, maka berbeda dengan keluarga yang satu ini.
Semenjak Cucu kesayangan masuk rumah tahanan atau penjara untuk anak anak di bawah umur. Meisya Aldrich dan suaminya Aldrich Anggara selalu saja berdebat.
Meisya Seperti biasa selalu menemani suaminya sarapan. walaupun sarapan itu selalu berakhir dengan perdebatan antara Meisya dengan sang suami Aldrich Anggara, hal itu sudah terjadi Selama enam bulan terakhir ini.
" Pi, kapan Faiz di bebaskan." Selalu saja pertanyaan itu yang memulai perdebatan pasangan paruh bayah itu.
" Tunggu sampai masa tahanannya habis." Jawab Sang suami.
" Tapi Pi, ini udah lebih dari 6 bulan dia ditahan, Lagian perempuan itu juga baik baik saja Pi."
" Tetapi cucu kita tetap harus di hukum atas perbuatannya."
" Itu Nggak adil buat Faiz." Rasa sayangnya kepada cucunya membuat iya melupakan hukum yang berlaku.
" Sudahlah mi, kalau mami kangen! mami bisa jenguk Faiz." Mendengar ucapan suaminya , Meisya menghentikan sarapannya, ia meninggalkan sang suami begitu saja.
Meisya, mengambil benda pipih yang iya Letakkan di atas nakas samping tempat tidurnya. Wanita paruh baya itu, mengusap ponsel pintarnya. Mencari nomor ponsel putra bungsunya. Begitu ketemu Meisya langsung menghubunginya.
Tut... Tut...Tut..
" Hallo mi." Jawab suara Barito khas orang bangun tidur
" Mami nggak mau tahu, besok kamu sudah harus ada disini." Ucap Meisya tanpa basa basi.
" Tapi mi, Arsen lagi sibuk belakang ini, maaf mi, Arsen belum bisa pulang."
" Sibuk puasin ****** ****** kamu haah."
" Benaran mi, Arsen lagi sibuk."
" Kalau sampai besok pagi kamu belum sampai disini, siapkan diri kamu untuk menjadi piatu."
" Tapi mi.." Sambung telponnya telah di akhir.
Meisya meletakkan ponselnya di tempat semula. wanita paruh baya itu duduk di pinggiran ranjangnya, Ia terus memikirkan nasib cucunya.
...🖤🖤🖤🖤🖤...
Di saat Meisya sedang termenung memikirkan nasib cucunya, Sang putra yang jauh di Negara hewan berkantung itu justru sedang di selimuti amarahnya.
Bagaimana tidak, tidurnya yang nyaman selalu terusik karena ulah maminya, yang terus memintanya pulang.
" Arrrrgggghh." Arsen melempar ponselnya begitu saja. Ia menyibak selimut yang menutupi tubuh polosnya. bergerak perlahan turun dari tempat tidurnya, berjalan menuju kamar mandi. Udara dingin tidak dapat menghalangi seorang Arsen untuk menyegarkan pikirannya saat ini.
Arsen berdiri menghadap dinding kamar mandi yang terbuat dari kaca, Ia letakkan kedua telapak tangannya pada dinding kaca itu, kepalanya sedikit menunduk membiarkan guyuran shower menenangkan pikirannya.
" Baiklah mungkin ada baiknya aku pulang untuk melihat seperti apa wajah wanita yang telah menghancurkan nama baik keluargaku serta kebebasan Faiz." Arsen bermonolog, ia segera menyelesaikan mandinya, Setelah itu mengerjakan pekerjaan yang memang harus ia siapkan sebelum ia tinggalkan kepada asistennya! sebab untuk kembali tidur rasanya itu tidak mungkin karena kantuknya telah hilang entah kemana.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Bel sekolah telah berbunyi, waktu belajar untuk hari ini telah selesai, semua murid bersiap siap untuk pulang ke rumahnya masing masing, begitu juga dengan Dila, Intan dan Mira.
" Ra jalan jalan dulu yuk." Ajak Dila. Mereka kini tengah berada di parkiran sekolah.
" Besok besok aja ya! lagi banyak tugas nih, padahal baru hari pertama masuk sekolah." Sahut Mira.
" Tau nih, nih anak! udah tahu banyak tugas masih aja pengen kelayapan." Intan pun turut angkat bicara.
" Aku juga tahu banyak tugas, tapi aku bosan di rumah sendiri. Kalian kan tahu bonyok aku lagi di luar Negeri."
" Kalau bosan kerjain aja tugas tugas sekolah dari pada jalan jalan." Seru Mira.
" Iya bener tuh apa yang di bilang Mira."Intan turut membenarkan ucapan Sahabatnya itu.
" Kalian berdua ko tega banget sih sama aku."
" Apa sih lebay banget." Mira mentoyor kepala Dila.
" Ihhh sakit tahu." Dila membalas dengan menjambak rambut Intan. " Ra! Aku buat tugasnya bareng kamu ya ? sekalian Numpang nginap." Dila tersenyum sambil menaik turunkan Alisnya.
" Ya sudah hayo! Tapi ingat jangan gangguin ka Putra. Izin juga sama Tante Hana."
" Jangan mau Ra! buang buang beras aja! tampung dia tuh."
" Iya sayangku yang paling bawel." Dila mencubit pipi Mira dengan gemasnya. " week bilang aja kamu mau ikutan."
" Kalau di bolehin sama Mira, aku juga mau." Ucap Intan.
" Rumah aku tuh bebas buat kalian berdua! tetapi ingat apa kata mommy aku, harus Izin dulu."
" Pasti dong Ra."
" Ya udah kita balik! tapi anterin aku ambil baju dulu ya." Pinta Dila.
" Iya." sahut Mira dan Intan. Mereka pun meninggalkan parkiran sekolah menuju Rumah Dila.
.
.
.
.
Bersambung.
🖤 Tinggalkan jejak ya kalau kalian suka
Pagi itu, Arsen meminta orang kepercayaannya untuk mengurus beberapa perusahaannya, yang dia rintis di negara kangguru itu. Begitu segala urusannya Selesai, Siang harinya Arsen langsung pulang ke Indonesia mengunakan pesawat komersial. Hampir tujuh jam pesawat yang Arsen naikin mengudara, tepat pukul 11 malam pesawat itu mendarat dengan selamat di bandara Soekarno Hatta.
Arsen di jemput Salah satu Sahabatnya yang bernama Yudha. " Weeii selamat datang bro." Ucap Yudha Sambil berpelukan ala lelaki dengan Arsen. " Gimana perjalanannya?"
" Lumayan! Sedikit melelahkan." Yudha mengangguk.
" Yuk balik, biar kamu bisa istirahat." Ajak Yudha, ia merangkul pundak Arsen. keduanya melangkah menuju parkiran mobil, Arsen membawa ranselnya sedangkan Yudha menyeret koper Arsen.
" Sen mau gue antar kemana nih? Apartemen atau rumah besar." tanya Yudha begitu Keduanya duduk dalam mobil.
" Ke apartemen dulu, Setelah itu baru ke rumah besar, aku ingin membuat kejutan untuk mami.
" Baiklah." Yudha mulai melajukan mobilnya membela jalan di malam hari. Selama perjalanan baik Arsen maupun Yudha hanya Dian. Arsen menyadarkan kepalanya pada sandaran kursi, memejamkan matanya tangan Arsen memijit pangkal hidungnya.
" Kamu tahu masalah yang di buat Faiz." Tanya Arsen tanpa menatap kearah Yudha.
" Secara mendetail nya sih, aku nggak tahu! soalnya papi sama kak Erna yang mengurus kasus ini." Jelas Yudha.
" Papa sama Mbak Erna?" Tanya Arsen.
" Iya! Bahkan Tante Meisya aja nggak bisa berbuat apa apa."
" Berarti benar kasus pemerkaosa itu, benar benar perbuatan Faiz." Arsen menatap Yudha yang tengah fokus menyetir mobilnya.
" Nggak tahu juga! soalnya yang aku lihat korbannya itu baik baik aja. Dimana dimana kalau korban pemerkaosaan itu pasti meninggalkan trauma kan? Kecuali suka sama suka! lagian kalau pun suka sama suka harusnya dia malu berhadapan sama publik tetapi dia justru biasa saja! melakukan aktivitas seperti biasa seolah tidak terjadi apa apa." Jelas Yudha membuat Arsen mengerutkan dahinya. " Yang membuat Aku bingung itu papi sama Ka Erna Nggak ada tuh niatnya buat bebasin Faiz, untungnya dia masih di kasih kebijakan untuk ikut ujian."
" Memangnya siapa sih wanita itu! apa hebatnya dia sampai Mbak Erna dan papi begitu tunduk sama dia."
" Mungkin Nama keluarga besarnya yang menjadi pertimbangan papi."
" Siapa sih namanya?"
" Namanya Amira Aksevina Firmasha. biasa di panggil Mira Anaknya cantik, imut banget! tapi kalau jalan sama gue, gue takut bro."
" Takut! takut kenapa?" Arsen dibuat geleng kepala, mendengar ucapan Sahabatnya itu. Sesungguhnya Arsen merasa sesuatu yang aneh dari dalam dirinya begitu mendengar Nama itu, tetapi ia menepisnya.
" Takut di kira pedofil." Ucap Yudha di ikuti tawanya. " Satu poin lagi yang buat gue bingung disini, tuh anak kan kecil tuh tinggi satu meter kotor lah! di perkaosa empat orang secara bergilir, Ko nggak ada trauma fisik maupun psikis kan Aneh." Penjelasan Yudha membuat Arsen semakin bingung.
" Udah jangan tunjukkin tampang Lo seperti itu! kalau Lo bingung tanya aja sama papi Lo atau ka Erna." Ucap Yudha memberi saran.
Arsen tidak bersuara, ia hanya mengangguk tanda setuju dengan saran Yudha. Mobil Arsen berhenti di basemen sebuah apartemen elite.
Arsen dan Yudha segera turun dari mobil, mengambil koper dan ransel di bagasi Setelah itu Keduanya berjalan menuju lift.
Lantai 21 Gedung itu, menjadi letak apartemen seorang Arsen Givano Aldrich. Begitu sampai di apartemennya Arsen bergegas membersihkan dirinya sedangkan Yudha menunggu sambil berbaring di sofa ruang tamu sekaligus ruangan keluarga, karena ruangan itu telah tersedia TV LED 60 inch.
...🖤🖤🖤🖤🖤🖤...
Dilain tempat dengan waktu yang sama, Mira dan kedua sahabatnya masih bergulat dengan tugas tugas sekolah mereka.
" De, kalian belum tidur?" Tanya Nanda yang baru pulang. Nanda mengecup kening adiknya.
" Iya ka! Nanggung sedikit lagi." Jawab Mira Sambil menyalami Kaka sulungnya, pandangannya tidak berpindah dari tugas tugasnya. " Kakak dari mana."
" Habis bantuin ayah di perusahaan sama putra juga." Dila berpindah kesamping sofa tempat Intan duduk, memberikan tempat untuk Nanda, begitu melihat Nanda mendekati mereka.
" Terus ayah sama Ka putra mana?"
" Kamu tanya sama kakak atau sama buku buku kamu." Pasalnya pandangan Mira tidak sedikit pun melihat kearah Kakaknya.
" Ya sama kakak lah! Gimana sih." Ucapnya masih dengan posisi yang sama.
" Sayangnya kakak Nggak di bawah De! tapi di samping kamu." Nanda merangkul pinggang Mira, memberi satu kecupan lagi di pipi adiknya.
" Ihh kakak jangan peluk aku! Kakak bau." Mira melepas rangkulan Nanda.
" Kalau ka Putra Nggak dong." Ucap putra merangkul leher Mira dari belakang.
" Sama aja! mommy mommy." Teriak Mira.
" Kenapa sayang." Tanya Devi, mommy nya Mira.
" Kakak nih gangguin kita.."
" Nggak kok Tante, Dila nggak keganggu sama sekali." Ucap Dila Sambil Tersenyum manis kearah putra.
" Eehh bego, siapa juga yang lagi nanya pendapat kamu." Intan mentoyor kepala Dila.
" Apaan sih Tan, aku kan cuma jelasin ke Tante Devi, biar nggak nyalahin calon imam aku."
" Sudah sudah jangan berantem." Ucap Devi menengahi kedua sahabat anaknya. Devi berjalan kearah Aksel papanya Mira, meraih tas kerjanya tak lupa juga Devi menyalami suaminya. " Mandi dulu yah! airnya udah mommy siapkan." Aksel mengiyakan, ia mengulur tangannya untuk di Salami Mira Sebelum meninggalkan ruangan keluarga.
Setelah Ayah Mira masuk ke kamar, di ikuti Devi! Mira Kembali mengerjakan tugasnya di temani Nanda dan Putra. Aktivitas mereka seharian diluar rumah tidak menjadi alasan untuk mengabaikan sang adik yang masih bergulat dengan tugas Sekolahnya.
Inilah kebiasaan kakak beradik itu, Jika salah satu diantara mereka masih sibuk Meraka akan saling menunggu walaupun mereka tidur di kamar yang berbeda. Selesai membantu suaminya Devi langsung bergabung di ruangan tamu, tidak peduli mau itu tengah malam atau subuh sekali pun, kebersamaan adalah hal yang paling utama dan pantan untuk di lewatkan dalam keluarga ini.
Mira, Dila dan Intan merapikan buku buku setelah tugas sekolah mereka Selesai, menyimpan buku untuk mata pelajaran besok di tas masing masing. " Kalian tidur gih udah tengah malam nih." Ucap Nanda Sambil melihat jam yang melingkar di tangannya.
" Nggak mau! Aku masih mau ngobrol sama kakak." Tolak Mira, tangan Mira merangkul lengan Nanda.
" Iya aku juga pengen ngobrol sama kak Nanda dan kak Putra." Dila ikut menimpali obrolan kakak beradik itu.
" Kak Nanda apa kak Putra, Haaah." Tanya Intan.
" Ya dua duanya, tapi lebih ke kak Putra aja." Jawab Dila, Mendengar ucapan Dila, membuat sudut bibir Putra sedikit tertarik keatas.
" Ganjen! jadi cewek murah amat." Intan mentoyor kepala Dila seperti biasanya.
" Biarin! orang cuma sama kak Putra aja."
" Yeey Tante Devi juga ogah punya menantu kaya kamu gini." Intan menunjuk wajah Dila.
.
.
.
.
Bersambung.
🖤Tinggalkan jejak ya kalau kalian 👍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!