Anaza Putra Abdullah seorang pemuda berusia dua puluh lima tahun. Di dalam keluarganya Anaza adalah satu-satunya anak laki-laki. Orang tua Anaza adalah pengusaha terkenal di kota Palembang, tapi Anaza tidak mau jadi pengusaha seperti orang tuanya. Dia sudah mempunyai pekerjaan yang menghasilkan uang yang banyak tanpa sepengetahuan orang tuanya bahkan Keluarga besarnya.
Pekerjaannya itu di lakukannya dari zaman dia masih duduk di SMA, yaitu merayu tante-tante untuk mendapatkan uang. Anaza memang tidak tampan tapi badannya yang atletis dan mulutnya yang pintar bicara yang membuat dia bisa mendapatkan apa yang di inginkannya.
Anaza sangat terkenal di kalangan semua wanita sosialitas. Di komplek perumahan tempat dia tinggal, Anaza di angkat menjadi ketua karang taruna.
Walaupun begitu Anaza juga menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang bernama Novi, yang usianya di bawah Anaza dua tahun. Hubungan mereka sudah terjalin selama satu tahun, bahkan hubungan mereka sudah bukan seperti hubungan pacaran seperti biasanya.
Hubungan mereka sudah seperti hubungan suami istri. Dimanapun mereka mau melakukannya mereka akan lakukan baik itu didalam mobil sekalipun. Sebenarnya Anaza sangat jijik dengan semua wanita yang jadi pelanggannya, tapi demi uang Anaza mengesampingkan semuanya.
Novi pacar Anaza juga mempunyai pekerjaan yang sama seperti Anaza. Novi adalah wanita panggilan yang sangat terkenal di kalangan pengusaha dan pejabat.
POV Anaza.
Hari ini aku ada janjian dengan seorang wanita, tapi sudah setengah jam aku duduk di cafe ini wanita tersebut tidak datang- datang dan waktu Anaza mencoba menghubunginya wanita itu tidak mengangkat telepon dari Anaza.
Untuk menghilangkan rasa bosan aku mengedarkan pandangannya untuk melihat sekeliling cafe tersebut, dan pandangan aku tertuju pada seorang wanita yang berhijab yang duduk sendiri dan aku memperkirakan usianya sama dengan wanita yang sering dia tiduri.
"Wanita itu, apa yang dia lakukan di sini?, jangan-jangan dia selingkuh. Berhijab tapi kelakuannya?, kasihan suaminya yang ada di rumah" gumam Anaza sendiri.
"Lama banget tante ini, Kalau aku tidak butuh uang pasti aku sudah pergi" kata Anaza sendiri.
Tapi mata Anaza tidak lepas dari wanita yang dari tadi di lihatnya terus. Wanita itu yang hanya diam tapi tatapannya tidak lepas dari pintu masuk cafe.
"Sari" ucap seorang yang sudah berdiri di depan mejanya.
Sari pun melihat siapa yang memanggil dirinya, dan Sari pun tersenyum walaupun itu senyum terpaksa.
"Mas Arlan, ayo duduk" ajak Sari mempersilahkan orang tersebut untuk duduk.
Orang tersebut duduk di depan Sari "Apa kabarmu Sari" tanya Arlan Kemudian.
"Aku baik-baik saja mas" jawab Sari.
"Alhamdulilah, kalau kamu baik-baik saja. Sari mas ingin bertemu kamu karena ada yang mau mas katakan" kata Arlan.
Sari diam karena dia tidak tahu apa yang ingin di Katakan oleh Arlan.
"Mas ingin minta maaf setelah semua yang dilakukan mas dengan kamu Sari. Mas tahu itu meninggalkan luka Sangat dalam di hatimu. Gara-gara kejadian itu, mas sudah memberikan rasa sakit yang sangat dalam dihatimu" kata Arlan menunduk.
"Mas, hatiku memang sakit setelah apa yang mas lakukan dengan aku, tapi rasa kecewa yang membuat rasa sakit itu sangat besar. Bertahun-tahun kita pacaran aku sudah punya impian kita akan menikah, tapi impian tinggal impian mas. Semuanya tidak akan lagi sama seperti semula" ucap Sari lirik sambil meremas tangannya dan matanya menunduk ke bawah.
"Mas yang salah Sari, mas yang sudah menghancurkan semuanya. Maafkan mas Sari maaf" kata Arlan sambil memegangi tangan Sari.
Sari diam dengan semua perkataan Arlan, karena dia tidak tahu harus menjawab apa.
Anaza yang melihat mereka berdua tanpa tahu apa yang di bicarakan oleh Arlan dan Sari, hanya diam. Tapi tatapan matanya tertuju dengan Sari yang dari tadi bicara sambil menangis.
"Mas kalau tidak ada lagi yang di bicarakan, aku pamit pulang" ucap Sari berdiri.
"Sari, kamu sudah maafkan mas dengan semua yang terjadi" tanya Arlan dengan memegangi tangan Sari.
"Apa yang harus di maafkan mas, mas tidak ada salah yang salah disini aku. Aku yang tidak ada waktu untuk mas, karena pekerjaan aku yang super padat" kata Sari memandangi wajah Arlan.
"Tapi Sari..." ucap Arlan.
"Sudah mas, jangan bilang maaf terus di sini aku yang salah seharusnya aku lebih peka dengan hubungan ini" kata Sari memotong ucapan Arlan.
Arlan diam mendengar perkataan Sari, karena Arlan bingung harus menjawab apa.
"Mas aku permisi pulang jaga diri mas baik-baik. Asalamualaikum mas" ucap Sari berdiri dan meninggalkan Arlan.
"Wa'alaikumsalam Sari" jawab Arlan.
Anaza melihat Sari yang pergi meninggalkan cafe tersebut. "Manis" gumam Anaza sendiri.
Setelah melihat wajah Sari langsung, "Apa yang aku pikirkan" kata Anaza Kemudian.
Sari pun pulang kerumahnya dengan mengendarai motor.
"Assalamualaikum" ucap Sari setelah sampai di rumahnya.
"Wa'alaikumsalam" jawab ibu
"Ibu aku mau keatas dulu, mau istirahat capek bu." Kata Sari.
"Ya istirahatlah, tapi waktu makan malam ibu akan memanggil kamu" kata Ibu.
Sari pun ke kamarnya di lantai dua, dan sesampai di kamarnya Sari mengunci pintu dan dia pun menangis.
Sari Zirani seorang wanita berusia tiga puluh lima tahun, usia yang sebenarnya sudah matang untuk menikah tapi karena kesibukan Sari yang bekerja menjadi dosen di universitas negeri UNSRI. Jadi Sari tidak ada waktu untuk memikirkan pernikahan, sedangkan waktu itu dia menjalin hubungan dengan Arlan. Hubungan yang terjalin sudah sangat lama dari zaman mereka kuliah.
Sari anak pertama dari empat bersaudara, dan Semuanya perempuan. Dua adiknya sudah menikah dan sudah tinggal terpisah di luar kota. Ayah Sari mempunyai toko pakaian dan kain di pasar enam belas, dan Sekarang ayah di bantu oleh Adik Sari yang bungsu.
Hubungan Sari dengan Arlan harus kandas karena kesalahan yang di lakukan oleh Arlan. Arlan selingkuh dari Sari dengan perempuan yang bekerja di kantornya dan perempuan tersebut hamil.
Sari sebenarnya tidak tahu tentang perselingkuhan itu, kalau perempuan tersebut tidak datang menemuinya dan bilang dia hamil anak Arlan.
Semua impian yang sudah Sari bangun hancur seketika, apalagi Sari selalu percaya Arlan tidak akan pernah menyakitinya seperti ini. Tapi kenyataannya Arlan sudah menyakitinya terlalu dalam, apalagi Sari sudah mau menjawab lamaran Arlan.
Kembali lagi ke cafe, sudah satu jam Anaza menunggui wanita yang jadi kliennya tapi wanita tersebut tidak datang- datang dan handphonenya tidak diangkat.
"Jangan-jangan wanita ini ingin mempermainkan aku" ucap Anaza dalam hati.
Setelah menunggu satu jam Anaza pergi meninggalkan cafe tersebut. Ingin rasanya dia marah dengan wanita itu karena sudah membuat dirinya menunggu selama satu jam dan dia juga merasa di permainkan oleh wanita tersebut. Dengan rasa kesal Anaza menghubungi seorang.
"Halo sayang kamu dimana?, kita bisa bertemu sekarang" tanya Anaza dengan seorang yang dia tadi dia telepon.
" Iya sayang, hari ini kita bisa ketemu. Aku juga lagi tidak sibuk, kita ketemu di tempat biasa" jawab orang tersebut.
Anaza pun menutupi telepon tersebut dan pergi ketempat yang telah di katakan oleh orang yang di teleponnya tadi.
Anaza pun pergi menemui orang yang dia telepon tadi, walaupun ada rasa jengkel di hatinya.
Sampailah Anaza di tempat janjian tadi dan sudah di sambut oleh tuan rumahnya.
"Ayo masuk sayang, aku sangat merindukan kamu sayang" ajak orang yang ada di dalam rumah.
"Ya sayang, aku juga merindukan kamu" jawab Anaza.
Anaza pun masuk ke dalam rumah tersebut, ternyata pemilik rumah tersebut adalah Novi pacar Anaza.
Di rumah Sari.
Malam ini, akan diadakan makan malam spesial karena calon suami dari adik Sari datang dengan kedua orang tuanya. Sudah dua kali Sari dilangkahi menikah oleh adiknya dan kalau yang bungsu ini menikah berarti sudah tiga kali. Tapi semua hal itu tidak membuat Sari pusing.
Yang di lakukan Sari sekarang adalah membantu ibunya untuk menyiapkan makan malam.
"Sari, kapan ayah dan ibu Melihat kamu duduk di pelaminan menjadi pengantin" tanya ibu.
"Maaf ibu, aku belum bisa melaksanakan keinginan ayah dan ibu untuk melihat aku menjadi pengantin. Apalagi hubungan aku dengan mas Arlan harus berakhir" kata Sari santai sambil memasak sop ayam.
"Tidak apa-apa mungkin kamu dan Arlan tidak berjodoh" sahut ibu sambil menepuk pundak Sari dan meninggalkan Sari sendiri di dapur.
Sebenarnya Sari berusaha untuk santai tapi mendengar perkataan ibu tadi pertahanan Sari runtuh dan dia pun menangis.
Di kediaman Novi.
"Bagaimana sayang?, sudah lama kita tidak melakukannya" tanya Novi setelah yang mereka lakukan.
"Ya sayang terimakasihnya, kamu memang yang terbaik" kata Anaza sambil merokok dan menciumi bibir Novi.
"Mau menginap atau sayang mau pulang" tanya Novi setelah selesai memakai pakaiannya.
"Aku pulang sayang, hari ini orang tuaku akan pergi ke acara makan malam dirumah calonnya mas Salim" kata Anaza sambil memakai pakaiannya.
"Tapi aku masih merindukan kamu sayang" rayu Novi sambil meraba dada Anaza.
"Aku juga sayang, tapi aku tidak enak dengan mas Salim. Nanti dia mencari aku dan nanya kenapa aku tidak pulang" ucap Anaza.
Anaza pun berdiri dan berjalan ke ruang tamu, Novi mengikuti Anaza.
"Aku pulang sayang" kata Anaza dan mencium bibir Novi.
"Ya hati-hati sayang" ucap Novi memelas.
Anaza pun pergi dari rumah Novi, rasa kesal tadi sudah berganti dengan rasa bahagia setelah yang mereka lakukan tadi.
Di kediaman Sari.
"Menurut mbak, bagaimana penampilan aku malam ini" tanya Septi.
"Kamu sangat cantik, adik-adik mbak semuanya cantik" jawab Sari sambil memakaikan jiblab untuk Septi.
"Mbak juga cantik, mbak maafkan Septi ya. Septi menikah mendahului mbak, Septi...."
"Tidak apa-apa Septi, mbak tidak marah. Mungkin jodoh mbak belum datang" kata Sari memotong perkataan Septi.
Septi berdiri dan langsung memeluk mbaknya sambil menangis. Tanpa mereka sadari ada ibu yang mendengar perbincangan mereka berdua.
Ibu pun menangis karena dari dulu keinginan ibu, ingin melihat Sari menikah.
"Sudah jangan menangis, nanti make-upnya luntur dan mbak harus menghiasi wajah kamu lagi. Ayo duduk sini jiblabnya belum selesai mbak pakai" kata Sari.
Septi pun duduk dan Sari memakaikan jiblabnya.
"Anak-anak ibu sudah siap belum?, nanti Salim keburu datang dengan paman dan bibinya" kata ibu setelah tadi mencuci wajahnya dan membenarkan hiasan di wajah ibu.
Sari ketawa Mendengar perkataan ibu dan Sari pun langsung memeluk ibu dari belakang.
"Ibu yang lama ini Septi" ucap Sari tertawa kecil.
Septi yang merasa di pojokan mbaknya pun menoleh dan dengan wajah cemberut, Septi berkata"Ibu lihat mbak Sari!" kata Septi sambil menghentakkan kakinya.
Ibu dan Sari yang melihatnya ketawa melihat tingkat laku Septi yang masih kecil sedangkan sebentar lagi dia mau menikah.
Di kediaman Anaza
"Mama aku tidak usah ikut ya ma" kata Anaza yang dari tadi membujuk mamanya supaya dia tidak ikut.
"Kamu harus ikut, dan lihat masmu melamar karena nanti kamu juga akan menikah. Memangnya kamu tidak mau menikah?" tanya mamanya.
Anaza diam mendengar perkataan mamanya, dan akhirnya dia kalah mendebat dengan mama dan ikut ke acara lamaran Salim.
Salim adalah anak teman dari papa Anaza, tapi dari kecil Salim sudah di asuh oleh orang tua Anaza. Karena orang tua Salim sudah meninggal karena kecelakaan mobil yang sampai sekarang tidak tahu penyebabnya.
Di dalam mobil Anaza cemberut dan dia diam tanpa banyak bicara.
"Kamu kenapa Anaza?, sariawannya dari tadi diam. Biasanya kamu paling cerewet kalau kita pergi bersama seperti ini" ucap Salim.
Kedua adik Anaza, Ratih dan Putri ketawa Mendengar ucapan Salim.
"Bukan sariawan mas, tapi mas Anaza ini lagi patah hati karena di tinggal pacarnya menikah" kata Putri.
"Benarkah?, siapa Anaza?" tanya Salim.
"Tidak ada mas" ucap Anaza sewot.
mereka pun tertawa mendengar ucapan Anaza, dan Anaza diam menahan marah sambil melihat keluar jendela.
Mereka mengendarai dua mobil, papa dan mama satu mobil dan anak-anak satu mobil lagi.
Sampailah mereka di rumah keluarga Rhoma, ayahnya Septi dan Sari.
"Assalamualaikum" ucap Salim.
"Wa'alaikumsalam, ayo masuk" ajak ibu.
Mereka pun masuk ke dalam rumah, dan ibu mempersilahkan mereka untuk duduk di ruang tamu.
"Tunggu sebentar ya, aku panggilkan ayah anak-anak" kata ibu meninggalkan mereka.
Sari datang membawakan minuman dan makanan kecil untuk tamu yang datang.
"Silahkan di minum, cuma ini yang bisa kami hidangkan" kata Sari sambil duduk.
"Ini mbaknya Septi ya?" tanya mama Anaza.
"Iya, nama aku Sari tante" jawab Sari.
Anaza melihat wanita yang duduk di depannya, yang baru di temuinya pagi tadi di cafe.
"Kok sendirian, dimana suaminya?" Tanya Anaza dalam hati.
" Mbak, masih mengajar di universitas negeri UNSRI?" Tanya Salim.
"Iya Salim" jawab Sari.
"Mbak, dua anak ini kuliah disana. yang ini di Fakultas Ilmu Komputer dan yang satu ini Fakultas Ekonomi" tunjuk Salim dengan Ratih dan Putri.
"Mas Salim jangan main tunjuk aja" ucap Ratih.
" Mbak kenalkan nama aku Ratih Indriani dan yang ini Putri Indriana. Kami ini kembar mbak dan yang dari tadi cemberut ini, dia adalah kakak kami namanya Anaza Abdullah Putra" kata Ratih akhirnya mengenalkan kedua saudaranya. Dan Sari tersenyum kecil Melihat tingkah Ratih.
"Mbak mengajar apa" tanya Putri.
"Mengajar di Fakultas Bahasa Sastra" jawab Sari.
"Oh..Sari ini seorang dosennya" tanya mama.
"Iya tante" jawab Sari malu.
Anaza diam dan menyimak pembicaraan yang ada di depannya.
"Anak tante ini juga kuliah di UNSRI, tapi sudah di wisuda Beberapa tahun yang lalu, mengambil jurusan Ekonomi Bisnis" kata mama.
" Mama" Sahut Anaza.
"Diamkan saja Sari, Anaza ini memang seperti ini orangnya. Sepertinya hari ini dia lagi badmood" kata mama lagi, dan Anaza pun cemberut Mendengar perkataan mamanya.
Ibu dan ayah turun dan di belakangnya ada Septi yang menunduk.
" Maafnya di tinggal lama" kata ibu.
"Tidak apa-apa mbak" jawab mama.
Mereka pun makan malam bersama dan sambil makan mereka pun masih bercanda.
Anaza makan tapi matanya terus memandangi wajah Sari.
"Lihat saja aku akan mendekatinya, dan jangan panggil aku Anaza Putra Abdullah kalau aku tidak bisa mendekatinya dan mendapatkannya" Kata Anaza dalam hati.
Setelah selesai acara makan malam, semua keluarga berkumpul di ruang tamu.
"Kedatangan kami sekeluarga kesini untuk melamar anak anda Septi" ucap papa membuka pembicaraan diantara kedua Keluarga.
"Untuk anak kami Salim Andriansyah, bukan untuk anak kami Anaza Putra Abdullah" ucap papa lagi sambil tertawa.
Semua orang yang berada disana ketawa mendengar perkataan papa. Tapi Anaza tidak ketawa dia malah masih cemberut mendengar perkataan papa.
"Papa ini ada-ada saja, siapa juga yang mau menikah?. Karena aku sudah merasakan Semuanya, dari yang tidak enak sampai enak" kata Anaza dalam hati.
Orang tua sudah menentukan kapan acara pernikahan di laksanakan, dan tidak sekali-kali mereka mencandai Anaza. Anaza itu orangnya tidak suka di candai dan dia juga orang yang tidak suka urusan pribadinya di campuri orang lain.
Kalau Anaza marah, dia sangat jahat tapi dia paling takut dengan orang tuanya dan semua yang di tuai dalam kedua Keluarga.
"Sari" panggil mama.
"Ya ada apa tante?" jawab Sari.
"Maaf ya, ini tidak apa-apa jika Septi menikah dulu" tanya mama.
"Aku tidak mempermasalahkannya tante, berarti jodoh Septi sudah dekat" ucap Sari tersenyum kecil.
Anaza yang dari tadi diam langsung tertarik dengan perbicarangan antara mama dengan Sari.
"Jadi wanita ini belum menikah, semakin mudah aku mendekatinya" gumam Anaza dalam hati.
"Anaza mau kemana?" tanya mama.
"Mau kebelakang ma" jawab Anaza.
Anaza pun jalan ke arah belakang rumah Sari, disana Anaza melihat Sari yang duduk di samping kolam ikan. Tadi memang Sari minta izin untuk keatas tapi rupanya dia ada disini.
"Hai mbak Sari" panggil Anaza.
Sari pun menoleh dan tersenyum kecil dengan Anaza.
"Kamu kenapa disini?" tanya Sari.
"Bosen mbak di dalam jadi aku jalan-jalan kesini, dan ketemu mbak" kata Anaza dan duduk disamping Sari.
"Mbak juga kenapa disini?, tadi mbak bilang mau keatas. Aku kira mbak mau tidur" tanya Anaza Kemudian.
"Tidak apa-apa Anaza" jawab Sari.
"Baiklah mbak, oh ya mbak aku tidak tahu kalau mbak jadi dosen di UNSRi" kata Anaza.
"Iya sudah lama aku mengajar disana sekitar delapan tahun, dari asisten dosen dan Sekarang jadi dosen" kata Sari menjelaskan semuanya.
"Aku tidak pernah ke Fakultas Bahasa Sastra, jadi aku tidak tahu kalau disana ada dosen yang manis seperti mbak Sari" kata Anaza mengombali Sari.
Sari yang mendengarnya tertawa, "Ya ampun anak zaman sekarang gombalannya, yang mendengarnya pasti langsung luluh" kata Sari setelah berhenti ketawa.
"Benar mbak, mbak memang manis" ucap Anaza sambil memandangi wajah Sari.
Sari yang wajahnya di pandangin oleh Anaza menunduk menahan malu.
"Kenapa Anaza melihat aku seperti itu?, kenapa juga jantung ini harus berdetak seperti ini?" ucap Sari dalam hati.
"Mbak kenapa menunduk seperti itu?, mbak malunya dengan aku" tanya Anaza, tapi dalam hatinya Anaza senang karena bisa membuat Sari menunduk malu seperti ini.
"Siapa yang malu?, aku ingin menunduk saja Anaza" kata Sari membuang rasa malunya.
Anaza ketawa mendengar perkataan Sari, karena jelas-jelas Sari menunduk karena di lihatin oleh Anaza.
"Asyik aku ada mainan baru, dan sepertinya ini lebih asyik dari pada yang sudah-sudah" kata Anaza dalam hati.
"Anaza aku mau kedalam dulunya" Sari pun berdiri dan pas dia ingin melangkah, Anaza memegangi tangannya dan Sari pun menoleh.
"Anaza apa yang kamu lakukan?, tolong lepaskan" ucap Sari.
"Ups maaf mbak" Anaza pun melepaskan pegangan tangannya.
Sari pun tersenyum dan pergi meninggalkan Anaza.
Sari jalan ke ruang tengah, disana semua keluarga pada ketawa dan Sari tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
"Sari, sini" panggil ibu.
"Ya bu, ada apa?" tanya Sari dan duduk di dekat ibunya.
"Mbak, Sari ini banyak temannya. Sari ikut pengajian di Masjid Agung, dan Sari menjadi salah satu pengurus majelis disana" kata ibu menjelaskannya.
"Bagus itu, jadi mama bisa minta tolong Sari untuk mencarikan calon untuk Anaza. Anaza itu umurnya sudah dua puluh lima, tapi belum pernah Mengenalkan kami dengan calonnya".
"Ya tante, nanti suruh Anaza datang ke Masjid Agung, dan temui aku disana. Nanti aku kasih tahu kapan ada kajian pengajian, selain itu Anaza juga bisa belajar tentang agama".
"Sari jangan panggil tante, panggil mama. Kitakan sudah jadi satu keluarga" kata mama.
Sari tersenyum mendengar perkataan mama.
"Ya mama".
Anaza masuk kedalam rumah dan melihat semua keluarga berkumpul dan mereka ketawa.
"Lihat yang di omongin datang" teriak Putri.
"Kalian omongin apa tentang aku" tutur Anaza sewot.
"Ini anak tidak di rumah sendiri, di rumah orang lain pun selalu marah - marah" kata papa. Anaza pun duduk disamping papanya.
"Siapa yang marah pa?, aku tidak marah" tutur Anaza menyendarkan tubuhnya dibelakang sofa.
Semua keluarga tertawa mendengar perkataan Anaza, yang sekarang sudah sibuk dengan handphonenya.
"Sari, mama menyerahkan semuanya dengan kamu. Pokoknya cari perempuan yang bisa mengajarkan Anaza semua hal yang positif dalam hidup ini. Karena sebagai orang tua kami sepertinya sudah gagal" tutur mama sedih.
"Mama jangan bilang seperti itu, mungkin bagi Anaza belum ada yang cocok untuk menjadi isterinya. Nanti kalau ada yang pas, pasti Anaza akan mengenalkan perempuan itu dengan kita semua" bilang Sari dan duduk disamping mama sambil mengusap tangah mama.
"Ya Sari mama mengerti tapi mama ingin dapat menantu seperti anak dan teman bagi mama" ucap mama.
"Insyaallah mama, nanti suatu hari pasti mama akan dapat apa yang mama inginkan?, tapi nanti akan aku carikan calon yang cocok untuk Anaza" sahut Sari.
"Rupanya mereka ingin menjodohkan aku dengan temannya Sari" kata Anaza dalam hati.
"Mama sepertinya aku sudah ada calon" kata Anaza.
Orang yang mendengar perkataan Azana langsung berhenti bicara dan melihat ke arah Anaza.
"Siapa Anaza?" tanya papa.
"Mama kenal tidak orangnya?, bagaimana dia Anaza?" tanya mama.
"Mama kenal orangnya sangat kenal mama" sahut Anaza yang menjawab dengan sangat santai sambil menyenderkan tubuhnya di sofa.
"Siapa?" tanya mereka serempak.
"Mbak Sari" jawab Anaza santai.
Mereka yang mendengarnya terdiam dan langsung melihat wajah Anaza. Begitu juga Sari, dia langsung menatap Anaza.
"Apa maksudmu Anaza?" tanya Sari.
"Anaza jangan bercanda!" kata papa sewot.
"Aku tidak bercanda papa" ucap Anaza santai.
Sari langsung berdiri"Maaf papa...mama, aku memang terlambat untuk menikah tapi bukan berarti anak anda bisa menghina aku" kata Sari langsung pergi meninggalkan ruang tengah tersebut.
"Mas Irama..mbak Ani maafkan Anaza, kami permisi pulang. Nanti masalah pernikahan bisa di bicarakan langsung dengan Salim" kata papa dan langsung pulang dan semuanya mengikuti papa.
"Anaza apa yang kamu lakukan?, mama tidak menyangka mulutmu" kata mama pas mereka sampai di depan mobil.
"Mama ayo masuk" sahut Papa dengan nada tinggi."Dan kamu Anaza kita harus bicara, nanti papa tunggu kamu di ruang kerja papa" tutur papa pas mau masuk ke dalam mobil.
"Ayo Anaza" ajak Salim.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!