NovelToon NovelToon

Perfect Boy

1. CEO

Begitu pintu mobil terbuka oleh satpam yang membungkuk hormat, Ashena keluar dengan langkah anggun. Menatap gedung dihadapannya.

" Silahkan tasnya Non. Perlu saya bawakan ke dalam ? " sopir Ashe mengulurkan tas.

" Tidak usah. Makasih Pak ! " sahut Ashe seraya berjalan masuk ke gedung.

Beberapa orang karyawan menatapnya heran. Pasalnya mereka belum pernah melihat Ashe. Ashe langsung menuju lift. Menekan tombol angka. Tak lama kemudian lift terbuka. Ashe masuk. Tak lama ia keluar lift dan menuju sebuah ruang. Seorang perempuan yang duduk dibelakang meja berdiri dan mengangguk hormat.

" Pak Fajar sudah menunggu di dalam Non ! " sapanya.

" Terima kasih ! "

Ashe langsung membuka pintu ruang kerja ayahnya. Benar saja, aayah Ashe tengah duduk santai.

" Pagi Pa ?? " sapa Ashe.

" Ehh.... kamu udah dateng. Sudah siap dengan tugas baru kamu ?? " tanya Pak Fajar tanpa basa basi.

"Ya mau gimana lagi ? Paling juga musti banyak belajar. Dari pada aku nikah dengan juragan Adil " sahut Ashe sambil duduk.

Pak Fajar tertawa.

"Papa kan cuma bercanda ! Itu diluar dugaan lho ! Kamu di lamar juragan sapi ? " kekeh Pak Fajar.

" Bercanda menurut Papa. Angin segar buat dia. Habis nikah, aku suruh cari rumput, bersihin kotoran sapi !! " sewot Ashe.

Pak Fajar kembali tertawa.

" Untung kamu tolak. Kalau enggak bulan madu di kandang kamu !! " ledek Pak Fajar.

Ashe tampak cemberut.

Memang beberapa hari yang lalu - Adil -seorang juragan sapi kenalan Papanya datang ke rumah dan melamar Ashe. Tentu saja Ashe menolak dengan alasan punya pacar. Padahal, Ashe baru saja putus dari pacarnya yang gara - gara selingkuh. Ashe memergoki pacarnya sedang kuda - kudaan dengan selingkuhannya. Miris emang.

Tiba - tiba terdengar pintu diketuk dan muncul Anita. Sekertaris Pak Fajar.

" Maaf Pak. Semua sudah hadir. Rapat siap dimulai " kata Anita.

Pak Fajar mengiyakan.

" Ayo As. Kita sudah ditunggu. Beri kesan terbaik. Dan lagi... pilih calon suami yang bener. Papa nggak mandang dia miskin atau kaya. Yang penting bener !! " kata Pak Fajar menekankan kata terakhirnya.

Ia tahu meski putrinya bisa diandalkan dan bertanggung jawab, tapi sengklek nya suka kumat.

" Iya Pa ! " sahut Ashe seraya berdiri mengikuti Papanya menuju hallrom yang biasa dipakai rapat direksi dan pemegang saham.

Pak Fajar berjalan masuk hallrom dikuti Ashe. Semua mata memandang mereka berdua terutama pada Ashe. Semua yang hadir tampak berbisik dengan teman sebelahnya. Kemudian hening begitu Pak Fajar buka suara.

" Baik. Selamat Pagi dan terima kasih untuk semua yang sudah berkenan hadir. Seperti desas desus beberapa minggu terakhir yang kalian dengar akan ada CEO baru, itu memang benar adanya. Hari ini saya akan memperkenalkan putri saya. Ashena sebagai CEO baru di perusahaan Jaga Alfajar Express " ucap Pak Fajar seraya menoleh ke putrinya.

Terdengar tepuk tangan riuh dari semua direksi.

Ashena berdiri dan membungkuk hormat.

" Selamat Pagi semuanya. Saya Ashena Adenia Alfajar ! Saya putri kandung Pak Fajar, bukan anak tiri ya ! "

Pak Fajar menepuk dahinya mendengar sapaan putrinya yang nyeleneh itu. Ashena kembali duduk.

" Mohon maaf, putri saya memang suka seperti itu. Tapi dia sangat bertanggung jawab " imbuh Pak Fajar. " Demikian saja rapat hari ini. Terima kasih " kata Pak Fajar seraya berdiri.

Semua anggota direksi juga ikut berdiri dan berjalan menyalami Ashe. Maka hari itu Ashe resmi menjadi CEO di JAE.

" Selamat Ashe. Papa harap kamu cepat beradaptasi dan bertanggung jawab mengemban tugas ini. Anita akan menunjukkan ruanganmu ! " kata Pak Fajar.

" Terima kasih Pa. Aku juga butuh banyak bimbingan papa !! "

" Hahaha... kamu itu cepat belajar. Jadi papa tidak meragukan kemampuanmu ! "

" Iyaaa !! "

" Jangan galak - galak ya !! " kekeh Pak Fajar.

Ashe mencibir papanya yang hanya tersenyum menatap anak semata wayangnya itu. Anita muncul. Ia kemudian berjalan dan menunjukkan ruangan Ashe.

Sebelum sampai ruangannya, Ashe melewati meja - meja yang terisi karyawan. Mereka berdiri dan mengangguk hormat. Tampak seorang laki - laki tengah baya dan wanita muda menyambutnya.

" Selamat datang Bu ! Perkenalkan, saya Argo dan ini Dema. Kami yang akan mengurus segala keperluan ibu. Jadi jangan sungkan untuk memanggil kami " sambut Pak Argo.

Ashe menatap mereka berdua. Yang ditatap mendadak menciut nyalinya. Ashe mendadak tampak menyeramkan.

" Baik, terimakasih. Salam kenal untuk kalian semua ! " kata Ashe seraya melangkah mengikuti Anita.

" Bu, ini ruangan ibu. Kalau tidak suka boleh minta Pak Argo untuk mencari orang mendesain ulang ! Untuk sementara Dema akan menjadi sekretaris ibu ! " kata Anita.

" Biasanya dia jadi apa ? "

" Dia asisten Pak Argo ! "

" Baik, terimakasih Nita ! "

Anita mengangguk dan permisi keluar. Kemudian Ashe duduk di kursinya. Perasaannya miris kalau ingat ruang kerja kantor. Ia mendadak ingat Adit, pacarnya yang kepergok selingkuh olehnya diruang kerja. Parahnya Adit kepergok sedang keenakan menunggang kuda betina . Ashe mendengus kesal.

Mendadak pintu terdengar diketuk dari luar. Ashe mempersilahkan masuk. Pak Argo muncul bersama Dema yang membawa setumpuk berkas.

" Maaf Bu ! Ini berkas penting yang harus ditanda tangani dan ada proposal pengajuan kerja sama dengan pihak Gena Line " kata Pak Argo.

Dema meletakkan berkas - berkas di meja Ashe dengan hati - hati dan penuh hormat.

" Terima kasih ! " ucap Ashe yang diangguki Dema.

" Ibu kalau ada perlu katakan pada saya saja ! " kata Dema.

" Iya, benar. Saya butuh asisten dan juga sekretaris. Tidak mungkin kamu merangkap semua kan ? Kasihan Pak Argo, nanti kerjaannya keteteran "

" Baik Bu, saya akan carikan ! " ucap Pak Argo.

" Sementara Dema bantu saya dulu ya ! "

" Baik Bu ! " sahut Dema.

Kemudian Dema dan Pak Argo keluar ruangan. Sementara Ashe memeriksa berkas dan proposal yang ada dimejanya. Ia sudah cukup tahu tentang seluk beluk perusahaan papanya ini. Karena memang beberapa bulan sebelum Ashe resmi menjadi CEO, Pak Fajar sudah lebih dulu men - training - Ashe di rumah. Jadi tidak ada kesulitan yang berarti untuk Ashe. Apalagi selama di luar negeri ia juga bekerja paruh waktu di perusaan jasa logistik di sela libur kuliahnya.

Ashe menyelesaikan pekerjaannya begitu Dema masuk setelah tadi Ashe memanggil lewat telepon.

" Sudah Bu ? " tanya Dema.

" Sudah Dema. Oiya, apa kamu sudah lama bekerja di sini ?? "

Dema tersenyum mengiyakan seraya meletakkan setumpuk berkas lagi di meja Ashe.

" Apa lagi ini ? Kamu ngerjain aku ?? " pelotot Ashe membuat Dema takut.

" Maaf Bu. Semua pengiriman masuk dan keluar harus ada tanda tangan Bu Ashe, kalau tidak tidak bisa Bu ! "

" Haaaah.....! Sejak kapan ??? "

" Sejak Bu Ashe resmi jadi CEO. Demikian pesan dan ketentuan dari Pak Fajar waktu rapat pengarahan seminggu yang lalu " cengir Dema di tengah ketakutannya.

Ashe menghela nafas.

" Baiklah !!! Bawa saja semua yang membutuhkanku. Percepat cari sekretaris dan asistenku ! Aku tidak mau kamu kerepotan menghadapiku"

" Baik Bu ! " Dema keluar setelah menerima berkas yang ditanda tangani Ashe.

Ashe menghela nafas panjang melihat banyaknya berkas di mejanya. Ia melihatnya ogah - ogahan.

" Daripada jadi istri juragan Adil dan nyari rumput, mending ini. Nyari duit " keluh Ashe.

Kembali seseorang mengetuk pintu. Ashe mengiyakan. Seorang OB muncul membawa minuman. Ashe melirik sekilas tanpa memandangnya. OB itu mengenakan masker. Tapi dari penampilannya, Ashe bisa menilainya.

" Tampan, rapi dan maskulin ! " batin Ashe

" Bu... silahkan minumnya ! " OB itu meletakkan secangkir minuman di meja Ashe.

Ashe melongok cangkirnya.

" Apa itu ?? " tanya Ashe.

" Teh Bu !! " OB itu menjawab sopan.

" Bukaan itu maksudku. Kamu hanya memberiku secangkir begitu mana cukup ? Kamu nggak liat yang di depanku ini ! " kata Ashe tanpa menatap OB dihadapannya.

OB itu tampak bingung.

" Saya lihat Bu ! "

" Baguslah. Bikinnya pakai gelas gede. Sama cemilan ya ! Apa aja, terserah kamu ! Saya nggak punya pantangan ! "

OB itu heran mendengar permintaan Bosnya yang nyleneh. Melihat gelagat kebingungan, Ashe menengadah menatap OB di depannya. Membaca name tag .

" Dimas... jangan bingung ! Kerjakan saja ! " tatap Ashe.

Dimas gelagapan mengiyakan. Ia kemudian pamit dan keluar menuruti permintaan Bosnya.

2. Gena Line

Sore menjelang, Ashe merasakan otaknya sudah panas. Ia mencatat sendiri jadwal untuk besok yang harus dilakukan. Bahkan ia terpaksa menyalin dan membalas semua janji temu dengan klien dari emailnya.

Ashe bahkan tidak keluar makan siang dan makan diantara berkas - berkasnya. Dimas, sang OB di strap untuk membantu mengurus perutnya.

Entah kenapa, Ashe merasa nyaman diladeni OB satu itu, apalagi Dimas sangat telaten dan sabar menghadapi Ashe.

Ashe keluar dan pamitan dengan karyawan diluar ruangannya. meski terkesan sadis dan tak terlalu banyak senyum, tapi Ashe tetap mau menyapa dan berbicara dengan karyawan lain yang merupakan bawahannya.

" Saya permisi pulang dulu ya ! Otak saya sudah panas dikerjain Bu Dema dan Pak Argo " cengir Ashe to the point.

Yang disebut namanya, menunduk takut.

" Pastikan semua masuk besok ya. Saya ingin traktir kalian untuk perkenalan ! " imbuh Ashe.

Bawahan Ashe di ruang itu bersorak riuh kesenangan. Ashe berjalan menuju lift. Menunggu sebari menenteng tasnya. Ia mengerak - gerakkan kepalanya karena pegal. Pintu lift terbuka. Dimas muncul.

" Ibu mau pulang ? " sapa Dimas.

Entah kenapa, Dimas tampak renyah dan tanpa beban mengatakan itu. Seolah bertanya pada teman bukan pada atasan.

" Iyaa. Saya sudah tidak mampu Dim. Saya mau pulang, tidur. Tolong beresin ruangan saya. Saya mau kamu yang beresin. Tidak orang lain ! " sahut Ashe tanpa senyum.

Tapi Dimas tak merasa takut dengan ekspresi Ashe. Ia merasa senang di suruh Bosnya.

" Baik Bu ! " angguk Dimas.

Ashe masuk lift. Ini memang jam pulang kerja. Banyak karyawan yang juga memenuhi lift. Mereka menyisakan ruang untuk Ashe dengan diam karena raut wajah Ashe yang tampak menyeramkan tanpa senyum.

Ashe keluar lift lebih dulu, berjalan ke lobby dan tampak sopirnya sudah menunggu. Satpam membantu membuka pintu..Sopir kemudian menjalankan mobilnya pulang.

*****

Ashe berjalan gontai memasuki rumah. Mama yang sedang menyiapkan makan malam menatapnya heran.

" As....! Kamu kerja ngaduk semen ??? " tanya mama heran melihat Ashe yang tampak kusut tanpa senyum.

" Apa sih Ma ??? " Ashe. melempar tasnya di sofa dan menjatuhkan pantatnya dengan keras.

" Kamu ini masuk rumah nggak pakai salam. Nyonong aja. Udah gitu muka kusem begitu. Pasti semua karyawan kamu takut...??? "

" Kayaknya ! 'sahut Ashe sambil beranjak.

Mengambil tasnya dan mencomot makanan di meja.

" Eiiisss.... mandi dan cuci tangan dulu..! " tepis mamanya.

Ashe tak peduli sebari mengunyah makanan dan berjalan ke kamar.

" Ashe.... si Adit kemana ? Kok nggak dateng kemari ??? " celeguk mamanya mendadak.

" Udah ku bunuh !! " sahut Ashe cuek dan santai.

" Terus kenapa kamu belum masuk penjara ??? " mama Ashe malah bertanya tak jelas.

" Polisinya kasian sama aku Ma. Karena aku cantik ! " sahut Ashe seraya membuka pintu kamar.

Ashe langsung menutup pintu. Bersandar dan tertegun. Ia mendadak merasakan dadanya sesak. Tak terasa air matanya menetes. Ashe hanya mencoba terlihat kuat seolah tak terjadi apapun. Bagaimana pun, ia seorang wanita. Dikhianati pacar bukan suatu hal yang menyenangkan. Apalagi pengkhianatan yang fatal bagi Ashe.

Ashe dan Adit memang pacaran sejak lulus SMA. Mereka terpaksa LDR karena Ashe harus menempuh pendidikan di luar negeri seperti keinginan papanya. Awalnya mereka baik - baik saja menjalani LDR selama Ashe kuliah. Namun, akhir - akhir ini Adit mendadak sering hilang tanpa kabar membuat Ashe penasaran. Bahkan ketika Ashe memberi tahu kepulangannya, Adit sama sekali tak merespon. Hingga akhirnya, Ashe menyusul ke kantor tempat Adit bekerja dan memergoki Adit tengah bersama wanita lain. Sejak saat itu, Ashe memutuskan hubungannya dengan Adit.

Ashe melempar tasnya ke tempat tidur. Tak mau berlama - lama merutuki nasibnya yang selalu buruk. Mulai dari pacar dan sahabat - sahabatnya Rasanya semua tidak ada yang jelas bagi Ashe. Mereka tampaknya mendekati Ashe hanya ketika sedang butuh bantuan. Ketika mereka hidup enak, maka Ashe akan dilupakan.

Ashe bergegas mandi. Kemudian mengenakan baju santai dan keluar lagi untuk makan. Tampaknya Pak Fajar sudah pulang. Ia tengah duduk di meja makan dan ngobrol dengan istrinya. Ashe mengeser kursi dan duduk. Mengambil makanan untuknya.

" Gimana As, senang dengan hari pertamamu kerja ? " tanya Pak Fajar disela makannya.

" Senang sekali Pa ! " cengir Ashe.

Pak Fajar tersenyum.

" Kalau senang, kenapa mukamu jutek begitu pas pulang ? celetuk mama Ashe.

" Soalnya dikerjain ma staff !! "

Pak Fajar tertawa.

" Nggak ada kayak gitu !! " sanggahnya.

" Iyaa, mana ada yang berani ngerjain CEO nya !! " kata mama Ashe.

" Adaaa !!! Dan itu ide Papa !! " sahut Ashe.

"Haha.... itukan hanya sebagian kecil pekerjaan saja. Lagipula kamu sudah belajar banyak. Kamu juga sudah berpengalaman di bidang ini ! " kata Pak Fajar.

Ashe hanya nyengir.

" Aku butuh sekretaris sekaligus asisten Pa. Tidak mungkin Dema melayaniku terus ! " kata Ashe.

" Baiklah, pertimbangkan lingkungan dekatmu !! "setuju Pak Fajar.

Ashe hanya mengangkat bahu. Tak mengerti maksud papanya tapi juga tak ingin bertanya. Ashe melanjutkan makan. Kemudian ia pamit ke kamar melihat Hp nya. Bahkan disaat seperti ini tak ada satu pesan pun yang tertuju padanya. Hanya grup SMA yang tampak ramai membicarakan dirinya dan Adit. Entah dari mana kabar itu diketahui secara umum. Ashe kembali melihat jadwalnya untuk esok sekedar mengingatnya. Kemudian ia membaca proposal kerja sama dengan Gena Line karena tadi memang belum sempat melihatnya.

****

Dengan ditemani Dema, akhirnya Ashe pergi ke Gena Line. Mereka memang janjian agak pagi. Ashe tak mau pergi sendiri karena suasana hatinya yang kacau. Postingan grup yang menunjukkan foto Adit bersama wanita cantik membuat pikirannya mendidih. Walau membenci Adit karena dikhianati, namun perasaan Ashe masih dilanda deru kebimbangan. Walau bagaimana pun, ia pernah mencintai lelaki itu dan berharap lebih dari sekedar pacaran.

Ashe dan Dema keluar dari lift begitu sampai lantai 6. Kepala Ashe mendadak sedikit pusing mencium bau yang menurut hidungnya sensitif. Padahal itu hanya pewangi ruangan.

Dema menghampiri meja resepsionis dan mengatakan ada janji temu dengan Pak Gena. Seorang wanita cantik dan modis menyambut Ashe dan Dema. Ia memperkenalkan diri bernama Afgis, sekretaris Pak Gena. Ia kemudian mengantarkan masuk ruangan Pak Gena. Ashe tertegun. Ruangannya sangat luas dan elegan.

" Pak Gena, ini Bu Ashe dari JAE sudah datang ! " kata Afgis.

Pak Gena yang tengah duduk menghadapi laptop menengadah, kemudian bangkit dan tersenyum.

" Mari silahkan duduk Bu ! " ucap Afgis ramah.

" Ayo, silahkan !! " sambut Pak Gena seraya mengulurkan tangan dengan senyum yang sulit diartikan Ashe.

" Saya Gena Abi ! " ulurnya.

Ashe menyambut uluran tangan Pak Gena dan berusaha tersenyum. Memang Gena ini masih tampak sangat muda dengan perawakan atletis dan menggoda bagi setiap perempuan.

" Ashena ! " sahut Ashe.

Pak Gena menyilahkan Ashe duduk sementara Dema berdiri di belakang Ashe.

" Saya sudah mempelajari proposal anda Bu Ashe. Saya sangat tertarik untuk menyediakan moda transportasi untuk menjadi armada logistik anda. Ini bisnis yang sangat menguntungkan. Pasti akan sangat berkembang pesat dengan dipimpim CEO cantik seperti anda ! "kata Pak Gena langsung tanpa basa basi.

" Terima kasih Pak. Saya rasa pujian anda belum tepat. Saya baru bekerja sehari ! " sahut Ashe.

Pak Gena tertawa.

" Baiklah. Sepertinya anda buru - buru Bu Ashe. Saya bisa tanda tangan sekarang. Tapi bolehkah saya minta satu hal ? "

Perasaan Ashe mulai tidak enak. Masalahnya ia tahu Gena Abi ini seorang playboy.

" Apa itu Pak ?? " tanya Ashe.

" Malam ini, luangkan waktu untuk makan malam dengan saya !! " sahut Pak Gena dengan sedikit berbisik.

Ashe terdiam. Kalau bukan karena butuh, ia malas berurusan dengan orang ini.

" Baiklah, kirimkan alamatnya pada saya ! " kata Ashe akhirnya mengalah. Lebih tepatnya mempercepat proses.

Pak Gena tersenyum penuh kemenangan. Ashe mengambil map dari tangan Dema dan meletakkan depan Pak Gena. Gena pun membuka map itu dan menanda tanganinya. Kemudian Ashe pun menanda tangani berkas perjanjian itu. Kemudian mereka pun menanda tangani salinan berkas. Ashe kemudian pamit karena tak ingin berlama - lama berada di Gena Line.

****

" Bu Ashe, Pak Gena sepertinya menyukai anda ! " kata Dema pelan setelah mereka dalam mobil untuk perjalanan pulang ke kantor.

Ashe mendesah.

" Aku belum tertarik untuk memulai suatu hubungan Dem ! " sahut Ashe.

" Ibu yakin ?? Dia diincar banyak gadis anak pejabat, bahkan artis juga ! "

" Biar saja. Oiya, berapa yang akan wawancara untuk jadi sekretarisku ?? " Ashe mengalihkan pembicaraan.

" Ada 6 yang melamar online Bu. Yang langsung ada 3 ! "

" Baik. Kasih saya cvnya ya ! Jadwalkan untuk wawancara besok ! "

" Baik Bu ! " sahut Dema.

Tak terasa mereka sudah sampai di kantor.

" Dema, tolong panggilkan Dimas ke ruang saya ya ! "

" Dimas siapa Bu ? "

"OB !! "

" Oh, OB baru itu ya ? "

Ashe mengenyitkan dahi.

" Dia OB baru Bu ! Baru beberapa hari ! "

" Iya... itu !! "

Dema mengangguk. Ashe masuk ke ruangannya. Tak lama, Dimas datang.

" Ibu manggil saya ?? "

Ashe menengadah menyelidik, Dimas tak bawa apa - apa. Dimas sendiri tampak kebingungan.

" Saya mau minum !! Kenapa kamu tidak bawa apa - apa ? "

Dimas nyengir.

" Maaf bu, saya kira manggil saya untuk keperluan lain ! "

" Minum saja !!! "

" Apa minumnya ? " tanya Dimas yang terdengar sangat perhatian pada Ashe.

Ashe memejamkan mata menahan halu ingin punya pacar yang perhatiaan.

" Air Dim ! "

Dimas ingin tertawa. Tapi ditahan takut Ashe tersinggung.

" Maksudku, air es jeruk !! " ralat Ashe makin tak konsen.

" Ada yang lain yang ingin dimakan ? " tanya Dimas.

Pertanyaannya bener membuat Ashe makin halu perhatian pacar.

" Tidak Dim ! "

" Baik Bu. Ibu mikirin apa ? Kok kayaknya pikirannya ambyar banget ? " celetuk Dimas membuat Ashe syok.

" Pacaaar !!! "

" Kenapa ?? " OB satu ini nggak ada takutnya kayaknya.

" Nggak punyaaaaa ! "

Barulah Dimas tertawa. Tapi anehnya Ashe tak tersinggung sama sekali.

" Ketawain aja fact hidup gue Dim !! " sewot Ashe.

Dimas menutup mulut.

" Maaf Bu ! Saya permisi ! Beneran nggak mau camilan !? " tegas Dimas lagi.

Ashe menarik nafas dalam.

" Pergilah Dim, sebelum pikiranku makin halu ! " usir Ashe.

Dimas tersenyum seraya keluar ruangan Ashe. Ashe sendiri kembali berkutat dengan berkas - berkas di mejanya. Tak lama Dema datang membawa print out cv. Ashe menerimanya dan melihat - lihat siapa yang daftar.

" Baik. Panggil mereka besok. Dan sekarang beri tahu semua untuk makan siang di resto solo di depan. Katanya enak Dema ! "

" Iya Bu ! "

" Oya, sekalian sama OB yang bertugas melayani di departemen kita ya ! "

Dema agak bingung. Tapi kemudian mengiyakan. Dema keluar rruangan Ashe dan berpapasan dengan Dimas yang membawa satu gelas besar es jeruk. Dema agak heran dengan tingkah nyeleneh CEO nya kali ini.

" Bu... ini ez jeruknya ! " sodor Dimas.

Ashe tak menyahut hanya langsung mengambil gelas dari nampan Dimas. Menengaknya habis tanpa sisa membuat Dimas bengong.

" Ibu habis gali sumur di Gena Line ?? " tanya Dimas.

" Sumurnya baru mau di gali Dim. Sudahhh... kamu jangan ngeledekin saya mulu. Ayo kita makan siang dulu ! " kata Ashe seraya menutup laptopnya dan meraih tasnya.

Dimas bingung. Ashe menyadarinya.

" Sama semua di departement ini. Kemarin Dema sudah booking tempat !" kata Ashe.

" Kirain sama saya doang ! " celetuk Dimas.

" Ngareeep !! " sahut Ashe tanpa marah.

Dimas terkekeh.

" Ibu kayaknya dibikin ambyar sama Pak Gena ! "

" Sok tahu kamuuu ! " sahut Ashe seraya berjalan mendahului Dimas. Dimas membuntuti dibelakangnya.

Ternyata semua karyawan sudah siap. Mereka menyambut Ashe dengan senang hati. Ashe hanya membalas dengan senyum dan berjalan lebih dulu. Mereka mengakrabkan diri dengan makan bersama.

3. DB

Ashe menatap karyawannya yang tengah asyik makan sambil bercanda. Di depannya ada semangkuk besar es oyen dan otak - otak. Tampak Dimas duduk di meja berbeda dengan beberapa OB lain. Entah kenapa, harus Dimas yang melayani Ashe. Padahal Dimas OB baru, sementara yang lain kata Dema sudah bekerja hampir setahunan dan bahkan ada yang lebih.

Dimas melirik Ashe yang tampak mengaduk - aduk es oyennya tanpa semangat. Hanya sesekali Dema dan Pak Argo yang mengajaknya berbincang.

Dimas mendekati Ashe.

" Bu... mau makan yang lain saja !! " tanya Dimas pelan.

Ashe menatap Dimas. Panampilan Dimas tidak cocok untuk jadi OB. Mengelitik sekali rasanya Ashe ingin berkomentar. Tapi urung karena tak enak dengan yang lain.

" Enggak kok ! " sahut Ashe.

" Kalau gitu di makan dong esnya. Itu enak lho !! "

" Saya tahu !!! " Ashe langsung menyendok es nya.

Memang sangat enak.

" Makan juga otak - otaknya. Berkas ibu banyak di meja lho !! " lagi Dimas mengingatkannya.

Ashe melirik tak suka pada Dimas. Yang dilirik malah mengangkat alis dengan senyum menggoda.

" Bukaain itu !! " tunjuk Ashe pada otak - otak di piring.

" Nanti bau tangan saya ! "

" Asal kamu tidak pakai kaki !! " sewot Ashe membuat Dimas tertawa tertahan.

Dimas membuka daun pembungkus otak - otak. Ashe melahabnya begitu saja hingga semua habis. Bahkan es oyen Ashe pun ludes dalam sekejab. Anehnya meski makan banyak, Ashe tak pernah memiliki bakat untuk gemuk. Paling berat badannya hanya tambah sekilo dua kilo. Habis itu, kalau banyak kerjaan dan lupa makan juga akan turun lagi.

" Sepertinya saya ini suplemen tambah nafsu makan ya bu ! " goda Dimas perlahan karena tak mau terdengar orang lain.

Padahal sedari tadi, karyawan yang tengah ngobrol pun memperhatikan interaksi keduanya.

Ashe tak menyahut, hanya tersenyum tipis. Rasanya Dimas ini benar - benar tidak cocok untuk jadi OB. Jadi penasehat Ashe atau suami, huh. Ashe menghela nafas. Berada di dekat Dimas membuat Ashe halu.

"Sudah belum Dema ? Kalau sudah kita kembali ke kantor. Urus pembayarannya ! "

" Baik Bu ! " sahut Dema yang lansung berdiri dan menanyakan pada semua karyawan yang ada. Begitu beres, Dema menyelesaikan pembayaran dan semua kembali karena jam makan siang sudah berakhir.l

Kali ini, Ashe berjalan paling belakang di kawal Dimas yang berjalan pelan di belakang Ashe.

" Ibu baru kemarin jadi CEO kok udah banyak pikiran aja ! " kata Dimas tetap di belakang Ashe.

" Galaaaau Dim ! "

" Apaa yang bikin galau Bu ? Cerita saja !! "

Ashe menoleh dan menatap Dimas.

"Berapa hari kamu kerja di sini ?? "

"Seminggu !! " cengir Dimas.

Ashe menghela nafas.

" Sayaaaang... kamu sepertinya tidak cocok jadi OB !! "

" Lho... saya di pecat Bu ? "

" Memangnya mulut saya mengatakan itu ??? "

" Enggak !! Terus maksudnya apa Bu ?? "

" Nggak tahu. Penampilan kamu itu mendukung posisi lain ! "

.

Dimas tersenyum dengan ekspresi yang susah diartikan.

" Mana bisa Bu. Saya ini nggak sekolah !! "

" Laahh emang gue disini juga sekolah !!! "

" Hehe ! "

" Oiya, beliin saya olive, yang dada plus nasi dan minum ya !! "

" Buat apa Bu !?? "

" Makan . Saya laper Dim ! "

Dimas melonggo seraya menatap bosnya yang memasuki lobby. Perempuan yang mempunyai karier cemerlang biasa menjaga badan, lah ini makan terus.

Dimas mengaruk tekuknya yang tak gatal. Ia pergi ke basement tempat motornya berada. Mencari kedai Olive chicken. Dimas bingung. Di mana ia harus beli.

Lama berputar, Dimas tak kunjung menemukan kedai olive chicken. Dimas mulai kesal. Ia melihat sebuah mall yang ada label ayam goreng. Dimas berpikir tak ada salahnya beli di sana. Toh, Olive dan Cfc atau Kfc sama saja. Judulnya ayam goreng, batin Dimas. Dan akhirnya Dimas melipir dan membeli pesanan Bosnya. Tak lama ia pun sampai di kantir. Dimas bergegas menuju ruang Ashe. Sayang Ashe tengah meeting dengan beberapa kepala departemen. Dimas meletakkan makanan Ashe di atas meja tamu dan Dimas kembali ke tempatnya.

Dimas sedang tiduran santai dan ngobrol diruang istirahat bersama beberapa temannya. Seperti itulah mereka ketika sedang tidak ada perkerjaan.

" Dimas !! " panggil Pak Argo tiba - tiba di depan pintu.

Semua OB menoleh kaget. Terutama Dimas.

" Ya Pak. Ada apa ??? "

" Biasa, di panggil Bu Ashe !! "

" Baik Pak ! " Dimas beranjak seraya bertanya - tanya dalam hati.

Dimas berjalan ke ruang Ashe, sementara Pak Argo menuju meja kerjanya.

" Ibu, manggil saya ? " tanya Dimas.

Ashe yang sedang menekuni berkasnya menengadah.

" Yang suruh beli Kfc siapa ? " Ashe menatap Dimas menyelidik.

" Inisiatif Bu. Soalnya Olivenya nggak ketemu ! "

Ashe mengangguk. Dimas heran. Dia pikir Ashe akan marah.

" Duduk dulu Dim ! "

Dimas langsung duduk dikursi depan Ashe tanpa sungkan. Ashe mengambil tasnya. Membuka dompet dan mengeluarkan 10 lembar uang seratus ribuan.

" Ini kamu pegang. Ketika saya minta dibeliin apapun. Kamu ambil itu ! "

Ashe kembali mengambil 5 lembar uang seratusan.

" Itu buat ongkos dan bensin kamu ! "

Dimas melongo.

" DB....!!! "

" Haaah... ibu manggil saya apa ?? " Dimas heran karena itu kode dia dengan Pak Fajar.

" DB ...! Nama kamu Dimas Bagaskara kan !? "

Dimas mengangguk dan mengambil uang di meja.

" Saya kayak berondong yang di bayar Bu !! "

" Apaaaa ??? Kamu ini lebih tua setahun dari saya ! "

" Heis...! Ibu tahu aja ! "

" Bagaimana atasan tidak tahu bawahan. Kamu tunggu situ. Saya mau makan. Saya mau kamu yang beresin !! " Ashe beranjak dan pindah ke meja tamu di ruangannya.

" Boleh main Hp Bu ??? "

Ashe mengiyakan.

" Foto bareng boleh ??? " Dimas mengarahkan kameranya.

" Aku akan liat seberani apa kamu bikin status !! " celetuk Ashe.

Dimas hanya nyengir. Apa yang ada di otaknya ternyata dibaca Ashe.

" Bu, minggu depan saya mau ijin !! "

" Kemana ?? "

" Surabaya ??? " Ashe mengenyit dahi.

" Baru seminggu kerja udah mau ijin aja ! "

" Iya Bu. Ini mendesak dan penting banget !"

" Apaaa ? Kamu mau nikahi pacarmu ?? "

" Bukan Bu !! "

Ashe terdiam, sibuk makan. Tanpa sepengetahuan Ashe, Dimas memotretnya diam - diam. Bahkan memotret bersama dirinya juga tanpa Ashe sadari.

" Ibu ngizinin atau tidak saya tetap pergi lho ! " ucap Dimas tanpa ada sahutan dari Ashe.

" Saya udah makannya ! " kata Ashe mengalihkan pembicaraan.

Ashe langsung duduk di mejanya dan kembali bekerja tanpa mengatakan apapun pada Dimas.

****

Ashe kembali membuat catatan kecil untuk jadwalnya besok. Dimas hanya memperhatikannya. Ia masih setia membantu membereskan berkas Ashe tanpa percakapan apapun. Tampaknya Dimas sangat lihai melakukan pekerjaan itu. Ashe pun menatapnya bingung. Namun tetap diam tanpa ingin berkomentar.

" Saya pulang dulu Dim ! " kata Ashe akhirnya.

" Ya Bu. Hati - hati di jalan ! " sahut Dimas.

Ashe mengiyakan. Ia pulang lebih dulu. Dimas masih membereskan berkas Ashe. Memilahnya. Setelah beres, ia kembali keluar membereskan ruang karyawan bersama teman - temannya.

Ashe menyuruh sopirnya mampir ke toko baju. Ia memilih baju yang pantas untuk di pakai malam ini. Bagaimana pun ia menghormati undangan dan menyempatkan datang.

Jam 19: 00 wib. Ashe sudah sampai di sebuah restoran cukup mewah. Ia menuju sebuah meja yang telah direservasi untuknya. Ashe duduk menunggu. Tak lama, seorang pria tampan datang menghampirinya dengan senyum melebar.

" Hai, sudah lama menunggu ? " sapanya seraya menggulurkan tangan.

Ashe tersenyum menyambutnya.

" Beluum ! "

" Kamu cantik sekali Bu Ashe !! " pujinya.

" Terima kasih ! "

" Saya senang kamu mau datang memenuhi undangan saya ! "

" Saya bukan orang yang senang menolak undangan Pak Gena !! "

Gena tersenyum. Hidangan datang. Gena pun mengajak Ashe makan. Ashe tak menolaknya. Mendadak mata Ashe menatap satu pasangan di sudut sana. Bisa di pastikan Ashe mengenali orang itu. Mendadak mata mereka bertatapan. Ashe cuek dan melanjutkan makan. Padahal hatinya terasa disayat - sayat.

" Kenapa Bu Ashe. Apa makanannya tidak enak ?? " tanya Gena yang melihat ekspresi Ashe.

" Tidak kok. Ini enak pak ! "

" Jangan panggil Pak dong. Saya belum tua lho ! " gurau Gena. " Kamu bisa panggil saya mas ! " imbuh Gena.

Ashe tersenyum.

" Baiklah !! Jangan panggil saya Bu juga ! Panggil nama saya saja ! "

" Ngomong - ngomong kamu sudah punya pacar Ashe ? "

" Mana ada yang mau sama saya Mas !! "

" Masak sih ?? Kamu cantik lho, berprestasi dan pekerja keras ! "

Ashe tersenyum kecut.

" Buktinya saya tidak punya pacar !! " Ashe miris mengatakannya.

Gena tersenyum.

" Kalau gitu, kamu mau nggak jadi pacar saya ?? " Gena to the point saking percaya dirinya.

Bagaimana tidak, semua wanita menginginkannya. Tidak mungkin Ashe menolaknya. Ashe hanya tersenyum.

" Maaf Mas. Tapi saya masih ingin sendiri ! " sahut Ashe.

Gena sedikit terkejut mendengar jawaban Ashe.

" Baiklah. Tidak masalah. Kita bisa mencoba saling kenal dulu ! "

" Maaf ya Mas !! "

Gena mengangguk. Mereka tak terlalu banyak ngobrol. Namun Ashe pin akhirnya menyetujui ketika Gena mengantarkannya pulang.

****

Dimas menutup teleponnya. Berbaring di ranjang kamar yang cukup sempit. Di luar rumah kontrakannya terdengar suara berisik anak - anak bermain. Pikiran Dimas tertuju pada Ashe. Bagaimana tidak. Pak Fajar menyuruhnya kembali ke Surabaya untuk menyelesaikan masalah di kantor cabang.

" Begitu selesai, kamu harus segera kembali DB ! Saya mau kamu awasi anak saya ! " kata - kata Pak Fajar tergiang di telinga Dimas.

"Bagaimana Bapak bisa percaya saya ?? "

" Itu naluri !! "

" Bapak bagaimana bisa mengandalkan naluri !! ? "

" Saya tahu anak saya itu sedang bermasalah dengan pacarnya. Hanya saja dia tidak mau cerita. Saya sudah kirim datanya. Selidiki lelaki itu. Saya percayakan padamu DB ! "

" Baik Pak ! "

Mendadak Dimas beranjak dengan cepat. Menyambar jaketnya dan pergi dengan sepeda motornya. Informasi dari orang kepercayaannya membuatnya tergesa.

Dimas memasuki restoran. Mengambil tempat duduk yang agak jauh dari Ashe. Dimas mengedarkan pandangan dan melihat seorang pria bersama wanita cantik dan modis. Dimas tahu, itu pacar Ashe yang dibicarakan Pak Fajar. Tampak Ashe keluar dan pulang diantar Gena. Tak lama, Adit. mantan pacar Ashe juga keluar dengan kekasihnya. Dimas memandanginya. Ia kemudian ikut keluar dan menuju rumah Pak Fajar. Benar saja, Ashe di antar Gena.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!