NovelToon NovelToon

My Secret Love

Gadis Pengirim Makanan

Setelah memarkirkan motornya di dekat pos satpam, langkah riang gadis dengan tas besar berwarna hitam ditangannya itu, dia berjalan perlahan dan mendekati dua orang yang sedang duduk di bangku taman teras rumah.

"Om, baik." Mata Nala mendelik melihat seorang pria yang usianya seumuran ayah Nala jika ayahnya masih hidup.

"Nala, ka-kamu kenapa bisa ada di sini?" tanya pria paruh baya yang di panggil Nala om baik. Tampak raut wajah pria itu pucat pasi, bahkan dia ingin menelan salivanya, tapi terlihat susah.

"Om, dan wanita ini sedang apa? bukannya Om sedang berada di luar kota kata Rara, tapi kenapa ada di sini?" tanya Nala heran.

"Oh, kamu gadis yang mengirim makanan yang aku pesan di Me Foodie? mana makanan pesananku dan berapa yang harus aku bayar?" tanya wanita cantik dan pakaiannya sedikit sexy yang duduk di sebelah pria yang dipanggil Nala om Baik."

"Ini pesanan, Tante." Nala memberikan box berwarna biru kepada wanita itu, tapi tatapan Nala masih menelisik siapa wanita yang duduk dengan ayah dari sahabatnya.

"Ini uangnya dan cepat pergi dari sini, aku mau makan dengan kesayanganku. Ayo sayang kita sarapan dulu, makanan yang aku pesan ini sangat enak, loh!" serunya tanpa peduli dengan Nala yang melihat mereka masih dengan tatapan tanda tanya besar di atas kepalanya.

"Apa? sayang? Om, wanita ini siapa? kenapa memanggil Om, Sayang? kalian selingkuh?" tanya Nala cepat.

"Kamu ini siapa, Sih? Damar, gadis ini siapa?" tanya wanita itu.

"Di-dia--." Muka pria itu bingung bin pucat.

"Aku Nala, sahabat dari anak Om Damar, Tante siapa? kenapa memanggil om Damar sayang? Tante tau kan Om Damar sudah menikah dan punya anak?"

"Aku tau, tapi aku tidak peduli, Damar mencintaiku dari dulu, dia dulu menikah karena dijodohkan, bukan dari hatinya!" bentak wanita itu.

"Apa? keterlaluan! Tante juga wanita, bagaimana jika dibalik keadaanya? Tante istri Om Damar dan Om Damar selingkuh dengan wanita lain? bagaimana perasaan Tante?" Emosi Nala seolah tidak dapat di bendung lagi.

"Cukup, Ya! kamu cuma seorang pegawai kecil pengantar makanan, dan kamu tidak perlu ikut campur dengan urusan ku! sekarang lebih baik kamu pergi dari sini!" Telunjuk wanita itu menunjuk ke arah pagar rumahnya.

Nala melihat tajam pada wanita itu dan kemudian berpaling pada om Damar yang hanya diam membisu.

"Om baik, bahkan sampai sekarang aku masih menggangap Om adalah orang yang snagat baik, dan aku bangga sama Om seperti Rara bangga dengan ayahnya. Om masih bisa menghentikan semua ini dan kembali sama mama Rani." Nala menggenggam tangan pria paruh baya itu."

"Gadis tidak tau diri! kenapa kamu ikut campur dengan urusanku dan Damar, lihat saja aku akan mengadukan kamu sama bos kamu sehingga kamu akan dipecat dari pekerjaan kamu."

"Aku tidak takut, Tante. Aku sangat menyayangi Rara sahabatku dan keluarga Rara adalah keluarga yang bahagia, tante jangan mencoba menghancurkan kebahagiaan keluarga Om Damar."

"Nita tidak menghancurkan kebahagiaan keluargaku, Nala. Om Damar mencintai tante Nita dari dulu, dia cinta sejati Om, dulu Om ingin menikahi Nita tapi ditentang oleh keluarga Om dan akhrinya Om dinikahkan dengan tante Rani."

"Kamu dengar sendiri, gadis pengantar makanan? Om Damar kamu ini seharusnya menjadi milikku, tapi orang tuanya yang terlalu egois malah menikahkan dengan wanita lain."

"Jika melihat tante - aku setuju dengan pilihan orang tua Om Damar, karena feeling orang tua tidak akan salah," ucap Nala seolah menghina.

"Apa kamu bilang?" salah satu tangan wanita itu sudah terangkat ke atas, tapi Om Damar dengan cepat mengkapnya.

"Sudah, Nita, jangan terbawa emosi."

"Dia sudah menghinaku, Damar. Dia berani sekali, lihat saja aku akan buat kamu benar-benar di pecat dari tempat kamu bekerja!" ujar marah.

"Nala, sebaiknya kamu pergi dari sini, dan tidak perlu ikut campur dengan urusan om."

"Sebutan om baik yang aku selalu panggil untuk Om, mulai sekarang aku tarik, karena Om bukan lagi om baik yang selalu membantuku dan sayang dengan keluarga. Om benar-benar jahat, aku kasihan pada Rara dan mama Rani."

Nala berjalan pergi dari sana. Beberapa langkah Om Damar mengejarnya dan menarik tangan Nala. "Nala, kalau kamu sangat menyayangi Rara dan mama Rani kamu, Om harap kamu tidak menceritakan semua ini."

"Tapi, Om mau sampai kapan menyakiti tante Rani dan Rara seperti ini?" Ada buliran air mata yang siap keluar dari kelopak mata indah Nala.

"Biar itu semua menjadi urusan Om. Om harap kamu bisa memikirkan hal ini baik-baik."

"Om benar-benar orang yang tidak aku duga tega melakukan semua ini."

"Om sangat mencintai tante Nita, tapi Om juga tidak bisa meninggalkan mama Rani kamu."

Nala melepaskan lengan tangannya yang di pegang oleh om Damar dengan kasar. "Suatu saat hal ini pasti akan di ketahui oleh Rara dan mama Rani dan Om akan menyesal jika dua orang yang benar-benar mencintai Om pergi meninggalkan Om Damar." Nala berjalan pergi dari sana.

Om Damar masih berdiri di tempatnya, dia memandang punggung Nala sampai menghilang tertutup pagar rumah berwarna putih yang kokoh.

Om Damar kembali ke bangku taman di mana selingkuhannya mukanya ditekuk kesal. "Aku benar-benar kesal dengan gadis tidak tau diri itu, aku akan menghubungi bosnya supaya dia dipecat dari tempat kerjanya," ujarnya marah.

"Jangan Nita, dia hanya gadis yatim piatu yang harus bekerja keras untuk mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan hidupnya dengan bibinya, kasihan kalau sampai dia harus kehilangan pekerjaanya."

"Oh! jadi dia hanya gadis miskin, berani sekali dia berbicara selancang itu,"

"Wajar dia marah, dia seumuran anakku Rara, dan dia sahabat baik Rara."

"Apa dia akan menceritakan tentang hubungan kita dengan istrimu?"

"Semoga saja tidak, jika dia mencintai Rara dia tidak akan tega menceritakan hal yang bisa membuat Rara sedih."

Langkah Nala yang sedang sibuk menghapus air mata dan ingus yang bersamaa keluar itu terhenti saat mendengar ada suara yang memanggilnya dengan panggilan mbak penagantar makanan. Seketika Nala berbalik dan melihat seorang pria dengan seragam birunya berjalan mendekat dengan mendorong motor Nala.

"Ya ampun motorku." Nala menepuk jidatnya cepat, dia sampai lupa kalau membawa motor tadi.

"Motornya lupa, Mbak?"

"Maaf ya, Pak. Terima kasih sudah mengingatkan." Nala mengambil alih motornya dan mencoba menstarter motornya itu, dan kali ini motor yang biasanya ngambek alias ngadat mau menyala.

Nala dengan pikiran yang diliputi kebingungan. Dia mengingat semua kejadian yang barusan terjadi.

Surinala Maharani

Nala sampai di depan resto yang lumayan besar, saat dia baru saja melangkahkam kakinya di sana, sebuah tangan menariknya dengan cepat.

"Aduh!" Nala tidak sengaja kejedot dahi seseorang.

"Aduh, Nala. Sakit ....!" serunya sambil memegangi dahinya dan Nala pun sama memegangi dahinya.

"Tata, kamu sendiri yang salah, kenapa menarik tangan aku keras begitu, sampai kepala kita saling berbenturan." Nala masih mengusap-usap dahinya.

"Aku itu mau menyelamatkan kamu dari kemarahan bos kita."

"Menyelamatkan aku? memangnya aku kenapa? aku baik-baik saja," ucapnya santai.

"Huft! kamu tidak tau, Ya. Tadi aku mendengar si bos gendut itu memanggil Mas Radit dan dia minta Radit untuk mengeluarkan kamu dari pekerjaan kamu."

Glek ...

Seketika Nala dengan susah payah menelan ludahnya. "Me-nge-lu-ar-kan aku?" seketika Nala jadi gagu. Matanya berkedip beberapa kali.

"Iya, katanya kamu membuat masalah dengan pelanggan seorang wanita yang pesanan makananya kamu kirim, kamu sih sok-sokan pakai menawarkan diri mengirim makanan ke sana, kan bisa menunggu kurir kita untuk mengirim."

"Bukannya sok-sokan, aku kasihan, kan tadi kurir kita si Tono lagi tidak enak badan, jadi aku ya mau membantunya. Lagian dia--pelanggan itu mengadu apa sama si bos?"

"Katanya kamu sudah tidak becus bekerja, kamu sudah mengantarkan makanannya lambat dan saat makanannya tiba di sana makanan itu bentuknya sudah tidak layak untuk di makan."

"Apa?! kenapa dia berbohong, aku saja sampai mendorong motorku saat motorku mulai kumat, tapi aku tepat waktu mengantarkan makanan itu, dan lagian makanan itu baik-baik saja, aku bahkan melihatnya dia membuka makanan itu untuk di makan dengan selingkuhannya." Nala seketika menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Selingkuhan? maksud kamu siapa, Na?"

"Em ... itu, bukan siapa-siapa." Nala jadi bingung.

"Apa kamu memergoki orang berselingkuh? mungkin orang itu marah dan bicara yang tidak -tidak sama si bos."

"Lalu aku sekarang harus bagaimana, Ta? kalau sampai aku dipecat, aku mau makan apa? biaya kontrakan rumah yang aku tempati sama bibi bagaimana?" Nala terduduk lesu.

"Nala, bisa ke ruangan saya sebentar." Seorang pria dengan tinggi 170 cm dan badan yang cukup ideal serta rambut rapinya berdiri di sana.

"Mas Radit." Seketika Nala berdiri langsung dari tempatnya. "I-iya, Mas, saya akan keruangan mas Radit."

Nala berjalan mengikuti mas Radit dari belakang Mereka masuk ke ruangan yang tidak terlalu besar, tapi sangat nyaman.

"Silakan duduk, Nala," ucap Radit ramah.

Nala duduk dengan muka cemasnya. "Mas Radit mau memecat saya, Ya?" tanya Nala cepat. "Jangan ya, Mas Radit. Saya masih butuh uang untuk memenuhi semua kebutuha. hidup saya dan bibi saya, saya meminta maaf atas kesalahan yang saya perbuat." Nala melipat kedua telapak tangannya memohon pada pria yang malah tersenyum memperhatikan tingkah Nala.

"Mas Radit kok malah senyum? saya serius takut jika Mas Radit memecat saya, saya tidak tau harus berbuat apa kalau Mas Radit memecat saya."

"Memangnya kamu lagi sangat membutuhkan uang, Ya? kamu butuh uang berapa?" tanya Radit santai.

"Mas Radit bukannya mau memecat saya? kenapa malah bertanya saya membutuhkan uang berapa?" Seketika Nala bingung.

"Siapa yang mau memecat kamu? memangnya kamu kira aku memanggil kamu karena mau memecat kamu?"

"Loh! bukannya tadi Tata bilang kalau Mas Radit tadi dipanggil oleh si bos gendut. Em ... maksud saya paman Mas Radit karena Mas Radit disuruh mengeluarkan saya?"

"Oh soal itu, memang awalnya seperti itu, tapi aku sudah menjelaskan jika kamu baru pertama kali ini mengantar makanan karena kamu mau membantu Tono yang sedang sakit, dan saya sudah bilang akan mengganti makanan yang dipesan oleh pelanggan itu. Kami tidak akan memecat karyawan serajin dan bertanggung jawab seperti kamu, Nala," terangnya.

"Jadi saya tidak dipecat? terima kasih Mas Radit." Nala dengan cepat menggenggam tangan Radit yang ada di atas meja. Radit tersenyum melihat hal itu.

"Sama-sama, Nala." Radit juga membalas genggaman tangan Nala.

Nala yang sadar segera menarik tangannya dan dia meringis pada Radit. "Maaf, mas Radit, saya tidak sengaja." Nala tampak aneh. "Sebenarnya Mas Radit tidak perlu mengganti makanan itu, makanan yang aku antar tadi baik-baik saja, dan tepat waktu, hanya saja tante itu mungkin marah sama saya karena saya sudah ikut campur dengan urusannya, makannya dia membuat laporan buruk tentang kinerja saya," terang Nala.

"Memangnya kamu ada masalah apa sama pelanggan itu?"

"Dia itu--." Nala tampak bingung mau menceritakan apa tidak, tapi kalau tidak cerita dia pasti yang akan di salahkan, tapi kalau cerita dia membuka aib ayah dari sahabatnya.

"Kalau kamu tidak mau cerita denganku tidak apa-apa. Aku percaya jika kinerja kamu itu sangat baik dan bertanggung jawab walaupun pertama kali mengantar makanan."

"Mas Radit, kalau mas Radit mengetahui rahasia besar tentang keluarga sahabat Mas Radit, apa Mas Radit akan menceritakan kepada sahabat Mas Radit, meskipun Mas Radit tau hal ini bisa membuat sahabat Mas Radit sangat sedih?"

"Apa ini berhubungan dengan pelanggan tante-tante itu?"

Nala mengangguk perlahan. "Sebaiknya kamu mengatakan sebenarnya, walaupun itu nantinya membuat sahabatmu bersedih. Karena jika sahabat kamu tau dari orang lain, apalagi sahabat kamu tau jika kamu menyembunyikan hal itu, maka itu akan lebih menyakitkan nantinya."

"Iya, benar juga apa yang dikatakan Mas Radit." Nalan tampak sedih.

"Kamu harus bisa menjadi sahabat yang nantinya bisa menjadi penguat untuk sahabat kamu itu, Nala. Aku yakin kamu bisa membantunya melewati masalahnya." Sekarang gantian tangan mas Radit menggenggam tangan Nala.

"Maaf, apa saya mengganggu," tiba-tiba suara Tata yang sudah berdiri di depan pintu yang tidak tertutup rapat.

Nala seketika menarik tangannya dan Radit melihat ke arah Tata. "Ada apa, Ta? tanya Radit.

"Maaf, Mas Radit. Saya mau memanggil Nala karena di luar sudah mulai ramai dan kita kekurangan orang untuk membantu," ucap Shasa sedikit takut.

"Oh iya maaf, Ta. Ya sudah kalau saya tidak jadi di pecat saya permisi dulu." Nala langsung beranjak dari tempat duduknya dan mengajak Tata kembali bekerja.

"Kalian membahas tentang apa sih, Na? apa kamu jadi di keluarkan?"

"Aku senang sekali, Ta. Aku tidak jadi dikeluarkan, Mas Radit meyakinkan Pamannya supaya aku tidak dikeluarkan. Mas Radit itu sangat baik deh, Ta." Nala tersenyum senang.

"Jadi kamu tidak dikeluarkan?"

"Enggak Tata. Apalagi kata Mas Radit aku karyawan yang baik dan rajin, jadi Mas Radit mencoba meyakinkan pamanya supaya aku tetap bekerja di sini."

"Kamu suka ya, Nala, sama mas Radit?" celetuk Tata.

Seketika Nala melihat ke arah temannya itu.

Jangan lupa Vote dan like kalian ya. Author pertama kali ini ikut lomba, dan novel ini yang author ikutin lomba, biasanya gak pernah, gak pede soalnya. Hiks ...! Tapi kali ini mencoba memberanikan diri. Bismillah.

Si gadis cantik yang sangat pekerja keras. Surinala Maharani usia sekitar 22 tahun yang sudah menjadi gadis yatim piatu sejak kecil dan dia diasuh dan di besarkan oleh bibinya yang hanya bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Nala yang menyenangkan

Nala hanya menggedikkan bahunya perlahan. Dia tidak tau harus menjawab apa pertanyaan temannya.

"Sudah, Yuk kerja lagi." Nala beranjak pergi dari sana. Dia kembali menyajikan beberapa pesanan para pelanggan.

"Apa yang istimewah sebenarnya dari si Nala itu? apa benar mas Radit menyukainya?" Tata berdialog sendiri.

Nala benar-benar sangat ramah dengan para pelanggan di sana, tak jarang banyak pelanggan di sana kenal, bahkan akrab dengan Nala, ada dari mereka juga suka memberi tips kepada Nala.

"Kak Nala, aku biasanya, Ya," ucap seorang anak laki-laki dengan seragam putih abu-abunya.

"Ok, seperti biasa, Kan?"

"Iya, tapi jangan lupa Kak Nala kasih tambahan dalam minumanku."

"Hah? kasih tambahan? tambahan apa?"

"Tambahan bubuk cinta, Kak. Biar tambah manis rasanya kayak Kak Nala." kedua pemuda dan ada 3 orang cewek dengan seragam yang sama itu terkekeh.

"Hem ...!" Nala tersenyum.

"Kamu itu, kalau di sini suka sekali godain Kak Nala, apa tidak tau kalau ada yang cemburu di sini?" celetuk salah satu teman cewek anak laki-laki itu.

"Cemburu? siapa yang cemburu?" tanya anak laki-laki yang menggoda Nala.

"Tuch ...! cewek yang bicara tadi menunjuk gadis dengan rambut panjang sebahu yang sedang menulis sesuatu di atas buku bindernya.

"Jadi kamu suka sama aku? kenapa tidak bilang?"

"Apa sih?" tanya anak cewek itu bingung.

"Sudah kamu mengaku saja, sebelum si Taehyung kamu ini jadian benaran sama si kakak pelayan cafe ini." Si teman cewek ketawa, dan memang benar, muka dari anak SMA yang menggoda Nala hampir mirip sama salah satu anggotanya BTS.

Author juga suka ... sama mereka. Udah ah entar author kilaf gak nulis malah lihatin youtube.

"Ini pesanan kalian, 2 buah milk shake, 2 milk tea, dan 1 ice blend pesanan kamu. Dan ini 2 onion ring, roti bakar serta spagetti moza. Silakan dinikmati," ucap Nala ramah.

"Terima kasih, Kak Nala."

"Sama-sama, kalau sudah tidak ada yang dipesan aku permisi dulu, Ya?"

"Eh, Kak. Tunggu sebentar," panggil salah satu anak di sana.

"Ada apa? ada yang kalian mau pesan lagi?"

"Enggak, aku cuma tanya, menurut Kak Nala si Taehyung teman aku ini cocok gak sama cewek cantik sebelah aku ini? Dia suka sama si ganteng yang suka godain Kak Nala ini."

"Tidak cocok, teman kamu itu cantik, kelihatannya lembut dan si ganteng teman kamu ini playboy, jadi tidak pantas, jujur saja, kakak tidak suka cowok PLAYBOY,"

"Kak Nala kok gitu sih?"

"Kamu playboy, bukan.? kamu kan pernah mengajak gadis berambut pendek makan di sini dan kalian pegangan tangan. Lalu aku pernah melihat kamu di sebuah toko buku dengan cewek lain lagi, cewek dengan kacamata dan kamu memeluknya," terang Nala.

"Waduh ... waduh! kak Nala kenapa malah buka rahasia aku?"

"Ya ampun, gak jadi deh aku naksir kamu, nanti malah yang ada, hanya sakit hati yang aku terima."

"Eh wajar kan kalau cowok seperti aku sedang mencari cewek terbaik yang benar-benar bisa aku jadikan kekasih."

"Itu bukan mencari yang terbaik, tapi belajar jadi playboy, benar kata Kak Nala."

"Serius, aku masih mencari yang benar-benar pas di hati aku, Kak Nala boleh kok daftar menjadi salah satunya, aku kan tidak pernah punya kekasih lebih tua dari aku. Kak Nala mau?" tiba-tiba celetuknya.

"Kamu tidak pantas buat Nala. Lagian kamu masih kecil, jangan memikirkan tentang pacaran, pikirkan belajar dan mendapat nilai yang baik," suara tegas seseorang di belakang Nala.

"Mas Radit."

"Nala, kalau pekerjaan kamu di sini sudah selesai, kamu sebaiknya beristirahat karena ini sudah jam makan siang kamu.

"I-iya, Mas Radit. Aku permisi dulu, Ya." Nala pergi dari sana.

"Kamu siapa?" tanya cowok yang mukanya mirip Taehyung.

"Aku kekasihnya, Nala. Jadi jangan menggodanya walaupun itu cuma main-main. Ya sudah selamat menikmati, aku traktir kalian." Mas Radit berjalan dengan tegapnya pergi dari sana.

Mereka berlima melongo melihat hal itu. "Kekasihnya Kak Nala keren ya, aku juga mau punya kekasih seperti dia," celetuk salah satu gadis di sana.

"Halah! masih gantengan aku, aku yakin dia itu juga bukan pria yang baik," Kata cowok yang mirip Taehyung.

"Tau dari mana kamu?"

"Percaya sama aku, aku tuch bisa membaca sifat seseorang dari garis mukanya."

"Ahahaha! kamu kayak peramal saja."

"Dia bukan peramal, tapi perayu ulung." Mereka berlima tertawa dengan senangnya.

Dia taman belakang, sebenarnya cafe ini memiliki tempat outdoor tapi kalau siang jarang ada pelanggan makan di sana, kebanyakan mereka memilih tempat di dalam yang sejuk karena ada ACnya.

"Kamu makan siang apa, Na?" tanya Mas Radit dan dia duduk di depan Nala.

"Eh Mas Radit. Tadi bibi di rumah membuat masakan tumis pakis, dan udang dibalut tepung, serta sambal."

"Kalau mau kita makan di restoran depan atau kamu minta saja mau dibuatkan apa oleh koki kita, kamu tidak perlu khawatir, tidak akan aku mintai bayaran."

"Em ... enggak usah, Mas Radit. Ini saja sudah sangat enak kok. Aku juga bosan makan-makanan cafe ini. Lagipula kasihan bibiku yang sudah susah-susah memasak, tapi aku gak makan." Nala menghabiskan makanannya.

"Pelan-pelan makannya, Nala." tiba-tiba tangan Mas Radit mengelap bibir Nala yang ada sisa makanannya.

Nala reflek memegang tangan Mas Radit dan mencoba mengalihkan tangan Mas Radit. "Terima kasih, Mas Radit."

"Nala, aku--. Em ... maaf kalau aku mengganggu kalian, tapi Nala, ini ada pesanan yang harus kamu antar ke alamat ini, kan kurir kita lagi sakit, aku tidak bisa naik motor."

"Iya, aku saja yang antar." Nala beranjak dari tempat duduknya. "Mas Radit, aku sudah istirahatnya, dan sekarang aku mau mengantar pesanan ini dulu."

"Iya, hati-hati, Nala," ucap Radit lirih

Radit melihat Nala pergi dari sana dan kemudian pandangannya beralih ke arah Tata yang sedikit takut melihat Radit. "Mengganggu saja kamu," umpat Mas Radit kesal.

"Mas Radit saya permisi dulu." Tata cepat-cepat pergi dari sana.

"Ini ya Ta, alamatnya?" tanya Nala sambil memegang kertas kecil di tangannya.

"Iya, dan itu pesanannya, cepat Antarkan, katanya di lagi sakit dan tidak enak makan, tetapi, lagi ingin makan burger spesial dari cafe kita."

"Okay, aku akan antarkan." Nala membawa tas yang berisi pesanan itu dan menuju motor butut yang menjadi kesayangannya.

Motor pemberian Alm. ayahnya saat Nala naik ke kelas 2 SMA dengan nilai yang baik dan karena jarak antara rumah dan sekolah agak jauh, dan ayahnya kasihan melihat Nala yang selalu menyusahkan sahabatnya Rara, walaupun Rara sama sekali tidak merasa direpotkan, jadi ayahnya membelikan motor itu."

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!