NovelToon NovelToon

Pahlawan Hitam

Dunia lain

Kring...kring...

Kring...kring...

"Umm... sudah pagi yah."

Gumamku sambil melihat alarm yang sudah menunjukan jam 06:00.

"Ahh... sepertinya aku ketiduran dikamar Rina lagi saat mengajarinya belajar semalam." (???)

Namaku Zen Ignatius, seorang kutu buku dan disekolah aku dikenal sebagai si jenius karena selalu mendapatkan nilai sempurna, saat aku masih kecil aku selalu sendiri dan tidak tahu siapa orang tuaku dan keluarganya Rina merawatku.

Rina Tamaka adalah teman masa kecilku dan orang yang merawatku saat aku masih kecil, dan dia juga adalah salah satu tercantik disekolah.

Aku membangunkan Rina dan menyuruhnya bersiap-siap pergi ke sekolah.

"Rin, bangun ini sudah pagi." (Zen)

* menguap * "Umm... selamat pagi Zen." (Rina)

"Aku akan mandi duluan, kau bereskan buku-bukumu dulu ya" (Zen)

Aku langsung pergi ke kamarku untuk mengambil handukku dan bergegas pergi ke kamar mandi.

Setelah selesai mandi aku bersiap dan berjalan ke ruang makan.

"Selamat pagi paman, bibi." (Zen)

"Selamat pagi Zen." (Bibi)

"Pagi, seperti biasa kau selalu bangun pagi ya, Zen" (Paman)

Mereka adalah orang tua Rina, mereka yang merawatku hingga sekarang mereka sudah seperti keluargaku sendiri.

"Oh iya, Rina masih tertidur?" Tanya bibi padaku sambil memasak. (Bibi)

"Dia sudah bangun, mungkin sedang mandi." Jawabku sambil membaca buku. (Zen)

 Tidak lama kemudian Rina datang dan langsung duduk di ruang makan.

"Selamat pagi ayah, ibu." (Rina)

"Selamat pagi." Mereka menjawabnya secara bersamaan. (Paman & Bibi)

Kami sarapan bersama lalu kami berpamitan dan langsung berangkat sekolah, saat dijalan kami seperti orang yang berpacaran, disepanjang jalan banyak murid-murid yang memandangi kami tapi aku berpura-pura tidak melihatnya dan Rina sama sekali tidak merasa terganggu. saat sedang berjalan tiba-tiba...

"Pagi, Riiinaaa" (Teo)

"Selamat paaaggii, bos Rina." (Reza)

"Selamat pagi, nona Rina." (Leon)

 Mereka adalah trio pembawa masalah yaitu Teo, Reza dan Leon bosnya, mereka selalu memukuliku dan memaksaku mengerjakan PR mereka.

"Pagi" Ia mengatakan itu dengan nada dingin. (Rina)

"Maukah nona Rina berjalan ke sekolah bersamaku?" Leon mengatakan itu dengan nada yang ramah sambil membungkuk. (Leon)

"Tidak, terima kasih" Jawab Rina dengan dingin dan berlari sambil menarik tanganku, aku menoleh ke belakang dan mereka memasang ekspresi marah padaku.

                                     ******

Sebelum masuk ke kelas aku berpisah dengan Rina dan aku pergi ke toilet, saat kembali ke kelas Rina sedang duduk di kursinya dan sedang diganggu oleh mereka bertiga, Rina langsung berlari ke arahku dan bersembunyi di belakangku.

"Hei, kau minggir kalau kau tidak ingin kami pukul" Kata Leon sambil menarik dasiku. (Leon)

"Tidak mau, kalian sebaiknya tidak menggangu Rina terus." jawabku dengan santai. (Zen)

Tiba-tiba lantainya muncul sebuah lingkaran sihir dan seketika kelasnya berubah menjadi sebuah ruangan.

"Huh, apa yang terjadi." Ucap Leon dengan kebingungan. (Leon)

Aku melihat sekeliling hanya ada tembok yang terbuat dari batu bata dan lantainya terbuat dari semen. Aku benar benar bingung dengan apa yang terjadi.

"Zen, dimana kita?" Tanya Rina sambil memelukku dengan erat. (Rina)

"Aku juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi" Aku mengatakan itu sambil melihat sekeliling. (Zen)

Lalu didepan ada sebuah tangga keatas dan dari sana datang seorang gadis yang memakai gaun dan seorang kakek tua yang mata kanannya tertutup dan memakai pakaian raja, aku berpikir mungkin itu seorang putri dan sang raja.

"Selamat datang di kerajaan ku para pahlawan pemberani, namaku Alfred Fredrosse dan ini putriku Lisa Fredrosse." Kata sang raja dengan nada yang sopan. Semuanya terlihat kebingungan setelah dipanggil dengan pahlawan pemberani. (Raja)

 "Apa maksudmu dengan pahlawan pemberani?" Tanya Leon dengan nada sopan. (Leon)

"Kalian adalah pahlawan yang akan menyelamatkan dunia ini dari sebuah portal kehancuran." (Raja)

"Apakah kami akan dikembelikan jika kami berhasil menyelamatkan dunia ini? (Zen) 

"ya, mungkin" (Raja)

Mungkin? itu artinya tidak pasti bisa dikembalikan, aku tidak percaya dengan yang dikatakannya tapi mungkin aku berpura pura saja.

"Besi ini adalah status plate yang akan menunjukan kekuatan kalian, kalian akan menaikkan levelnya untuk menjadi kuat." Kata sang putri sambil membagikan sebuah lempengan besi. (Putri Lisa)

"Bagaimana Cara menggunakannya?" (Teo)

"Kalian cukup meneteskan darah kalian ke besi itu saja" (Putri Lisa)

Untungnya aku membawa jarum kecil, aku mengeluarkan jarum dari sakuku dan meneteskan darahku ke besiku

"Zen, aku takut jarum tusukin ya?" Kata Rina dengan nada yang lembut.

"Manja banget, yasudah sini tanganmu." Kataku dan langsung menusuk jari telunjuknya dengan pelan dan Leon melihatku membawa jarum ia langsung mengambil jarumnya dariku. (Zen)

"Wah, jarum tuh? pinjam dong." Kata Leon dengan nada sopan dan langsung mengambil jarumnya.

Aku sangat kesal dengan sifatnya Leon tapi aku tidak peduli lagi, aku melihat status plate ku dan aku sangat terkejut

           

STATUS

NAMA: ZEN IGNATIUS

UMUR: 15 TAHUN

CLASS: UNKNOWN

LEVEL: 0

SKILL: • WHITE FIRE

            • MEGA HEALL

Apa ini aku tidak mengerti, kenapa levelku nol. Aku sangat terkejut dan merasa aneh.

"Ada apa Zen?" (Rina)

"Ti..tidak apa-apa." Aku mengatakan itu sambil menyembunyikan status plateku karena aku tidak ingin ada yang tahu kalau aku level paling kecil.

"Hei... jenius kenapa kau terlihat pucat, coba lihat status platemu." Tanya Leon sambil menghampiriku.

Aku hanya diam dan menyembunyikan status plateku di belakangku. Leon merasa heran dan menyuruh Teo dan reza memegangiku.

"Reza, Teo Tahan dia." (Leon)

Baik,bos" (Teo & Reza)

mereka memegangiku dan Leon langsung mengambil status plateku. 

"Hahaha, apaan ini kau lemah sekali." (Leon)

"Memangnya kekuatanmu apa?" (Zen)

"Tidak mau kasih liat sama orang lemah." (Leon)

Ia mengatakan itu dengan meghinaku lalu melempar status plateku dan pergi begitu saja.

Sang putri tiba-tiba memungut status plateku lalu melihatnya dan langsung memberikannya padaku.

"Aku tidak tahu kau bisa menggunakan api putih dan kelasmu tidak diketahui." (Putri Lisa)

"Apa api putih itu langka?" (Zen)

"Itu sangat langka tapi tidak berguna untuk bertarung." (Putri Lisa)

"Eh?" (Zen)

Putri langsung pergi setelah berkata begitu, tapi aku sangat terkejut kalau aku tidak bisa menggunakan skill untuk bertarung dan raja pun datang padaku dan ingin melihat status plateku.

"Namamu Zen bukan?" (Raja)

"Ya benar ada apa?" (Zen)

"Boleh aku melihat status platemu?" (Raja)

aku langsung memberikan status plateku pada raja dan saat raja melihat status plateku, wajahnya begitu terkejut setelah melihatnya.

"Ada apa dengan status plateku?" (Zen)

"Ti..ti..tidak, hanya saja aku baru kali melihat skill yang kau punya tidak bisa digunakan." Jawab raja dengan agak panik.

Aku masih belum tahu kegunaan api putih dan melihat ekspresi wajah raja putri dan raja sangat aneh, apa api ini benar tidak bisa digunakan untuk bertarung.

Pengkhianatan

Aku masih penasaran apa api putihku benar-benar tidak bisa digunakan untuk bertarung, lalu apa kegunaannya?

"Kami telah menyiapkan jamuan untuk menyambut kalian." Kata putri sambil membawa kami ke ruang makan yang ada dilantai atas.

Saat diruang makan aku hanya duduk berdua bersama Rina, kami menikmati makan kami dan tiba-tiba aku terkejut melihat tangan Rina yang memegang sendok berisi nasi dan mengarahkannya padaku.

"Apa kau mau menyuapiku?" (Zen)

"Ya, jadi buka mulutmu" Ia mengatakan itu dengan wajah yang sangat merah dan ia benar-benar imut

"Kau tidak perlu menyuapiku, aku bisa makan sendiri" (Zen)

"Sudahlah buka saja mulutmu, aku pegal memegangnya" Jawabnya dengan nada yang agak marah.

Aku menghela nafas dan membuka mulutku dan Rina langsung meyuapiku.

"Ba-bagaimana?enak?" Tanyanya dengan wajah yang malu-malu

"Rasanya biasa saja." (Zen)

"Kalau begitu, buka mulutmu." Kataku sambil menyuapi Rina

Saat sedang menyuapi Rina tiba-tiba...

Bruuuk!!!

Leon dan teman temannya menendang makanan kami hingga tumpah ke lantai

"APA MAKSUDMU MELAKUKAN ITU PADA KAMI!" Bentak Rina kepada Leon.

Leon tertawa dan mengatakan.

"Aku hanya tidak suka kau saling suap suapan dengan si tidak berguna ini." (Leon)

Lalu putri Lisa datang menghampiri kami

"Ada apa ini?" Tanya Putri Lisa dengan nada yang lembut kepada kami

Leon sikapnya dan cara bicaranya langsung berubah

"Oh,tuan putri maaf atas keributan kami." Jawab Leon dengan ramah.

"Tidak apa apa, kau yang bernama Zen bukan? Raja menyuruhku membawamu ke ruang tahta." (Putri Lisa)

Aku langsung berdiri dan ikut putri pergi ke ruang tahta, aku masih penasaran kenapa wajah mereka begitu aneh melihat aku bisa menggunakan api putih dan mungkin dia ingin memberitahuku tentang api putihku.

Saat sampai di ruang tahta banyak prajurit berjejer, lalu 5 orang yang memakai zirah sepertinya kapten ksatria, dan di kursi tahta sang raja sedang duduk seperti menungguku.

"Ayah, Zen sudah disini." (Putri Lisa)

"Baiklah, kalian semua keluar, ada yang ingin kubicarakan dengannya." Kata raja mengusir semua yang ada di ruang tahta.

Semua pergi keluar sambil menatapku dengan wajah yang sangat marah. Saat semua sudah keluar wajah raja langsung terlihat seram seperti sedang marah kepadaku.

"Baiklah, Zen kau harus menjawabku dengan jujur." Kata raja dengan nada yang menyeramkan.

"Baik" Jawabku dengan cepat.

"Sebenarnya siapa kau sebenarnya?" (Raja)

"Huh, aku hanya seorang murid biasa yang sangat suka dengan membaca buku." (Zen)

"Begitu ya, jadi kau tidak tahu siapa dirimu yang sebenarnya, baiklah kau boleh pergi." (Raja)

"Baik" (Zen)

Tapi aku benar benar tidak mengerti kenapa wajah mereka begitu seram dan menanyakan siapa aku sebenarnya, memangnya aku orang jahat apa.

Aku menuju ke arah pintu keluar dan ada putri Lisa berdiri diluar pintu dan seperti sedang menungguku.

"Apa kau ada waktu, Zen?" (Putri Lisa)

"Kurasa tidak ada, kenapa kau bertanya begitu." (Zen)

"Kalau begitu apa kau mau makan malam bersamaku nanti?" (Putri Lisa)

"Baiklah" (Zen)

"kalau begitu aku nanti datang ke kamarmu untuk menjemputmu" (Putri Lisa)

Aku hanya mengangguk dan berjalan ke kamar Rina untuk melihat apa yang sedang dilakukannya.

Aku berjalan ke arah kamarnya Rina dan saat didepan kamarnya Rina aku mengetuk pintunya.

"*Mengetuk* Rina, kau di dalam" (Zen)

Rina membuka pintunya dan langsung menarikku kedalam

"Apa yang tadi kau bicarakan dengan raja" (Rina)

"Eh...bukan apa apa kok, ada apa memangnya?" Kataku dengan tidak memberi tahu apa yang dikatakan raja tadi karena aku tidak mengerti apa maksud perkataannya.

"Kau berbohong ya" Kata Rina dengan wajah yang marah

"Tidak...aku tidak berbohong, ada apa memangnya" (Zen)

"soalnya tadi aku melihat beberapa penjaga mengatakan kalau kau itu....bukan manusia" (Rina)

"Huh...haha, mungkin itu salah orang jadi kau salah dengar" (Zen)

"Mungkin, tapi kau harus berhati hati" (Rina)

"Ok, aku akan kembali ke kamarku" (Zen)

"Baiklah, bye" (Rina)

Aku keluar dari kamar Rina dan aku masuk ke kamarku dan langsung berbaring di kasur untuk tidur sebentar.

2 jam kemudian

* Knock *

Aku mendengar suara mengetuk pintuku dan aku mecoba membuka mataku dan berjalan ke arah pintu, saat membuka pintu aku baru ingat kalau aku ada janji makan malam dengan putri Lisa dan aku langsung bergegas berganti baju dan keluar dari kamarku dengan cepat, saat membuka pintu sudah ada putri Lisa yang sedang menungguku.

"Kau lama sekali" Tanya Lisa dengan wajah yang marah tapi sangat imut.

"Maaf...maaf, tadi aku ketiduran" (Zen)

"Sudah, ayo kita berangkat" (Putri Lisa)

"Ba...baik" Jawabku sambil ditarik oleh Lisa

Akhirnya kami sampai di sebuah tempat makan yang sangat besar dan saat kami masuk, semua orang langsung menatap kami, kami pun duduk dan makan bersama.

"Apa makanannya enak?" (Putri Lisa)

"Ya" (Zen)

"Zen, ada yang ingin kutanyakan padamu" (Putri Lisa)

"Ada apa?" (Zen)

"Apa kau tahu siapa dirimu yang sebenarnya" (Putri Lisa)

(Pertanyaannya sama dengan pertanyaan Raja padaku tadi tapi kenapa mereka menanyakan itu padaku)

"Aku yang sebenarnya? apa maksudmu aku hanya seorang kutu buku." (Zen)

"Begitu ya, ya sudah ayo kita bersulang" (Putri Lisa)

"Y...ya" Jawabku sambil mengangkat gelasku dan bersulang

kami mengobrol dan tertawa bersama hingga jam menunjukan pukul 19:00

"Ini sudah larut, aku akan kembali ke kamarku" (Zen)

"Sayang sekali ya sudah sampai malam begini, Ya sudah sampai jumpa" (Putri Lisa)

Aku berdiri dan langsung pergi saat dijalan aku merasa seperti ada yang mengikutiku dari belakang tapi saat aku menoleh kebelakang tidak ada siapapun disana dan aku langsung berlari dengan cepat. Aku pun akhirnya sampai di depan kamarku dan memasukan tanganku ke saku untuk mengambil kunci kamarku tapi aku tidak menemukannya di manapun, aku melihat pintu seperti tidak dikunci, aku membuka pintu dan masuk ke kamarku dan langsung berbaring di kasur dan tertidur.

Saat pagi hari aku mendengar suara kuda berjalan, aku langsung bersiap tapi baju yang semalam aku pakai menghilang dan ada sebuah buku di atas meja lalu tiba tiba banyak penjaga masuk ke kamarku.

"Kau Zen Ignatius kan?" (Penjaga)

"Ya" (Zen)

"Raja telah memberikan perintah kepada kami untuk menangkapmu." (Penjaga)

"Huh?" (Zen)

Tanganku di rantai dan dibawa oleh para penjaga. Saat di ruang tahta banyak penjaga dan seluruh teman sekelasku bahkan Rina ada disana menatapku dengan tatapan dingin.

"Zen Ignatius apa kata terakhirmu?" Tanya Raja dengan nada yang marah.

"Huh, apa maksudmu aku tidak mengerti, memangnya apa salahku hingga kau menangkapku." (Zen)

"Aku menangkapmu karena kau telah mengambil kesucian Lisa dan mencuri buku sihir kami." Kata salah satu penjaga

"APA? KAPAN AKU MENODAI LISA DAN MENCURI BUKU?" (Zen)

"Jangan berpura pura tidak tahu, kau tidak hanya melecehkan tuan putri tapi kau juga berani mencuri buku sihir kerajaan. Sebagai hukuman kau akan dilempar ke jurang kematian" (Penjaga)

Aku langsung dibawa ke tempat jurang kematian semuanya melihatku dari para penjaga, seluruh teman sekelasku bahkan seluruh warga kota melihatku, saat aku menoleh ke belakang seluruh teman sekelasku tersenyum dan melambaikan tangan kepadaku kecuali Rina, ia menangis di bahu temannya.

"Baiklah selamat tinggal, kuharap kau menyesali perbuatanmu." Kata raja

Penjaga pun menendangku dari belakang hingga aku jatuh ke ke jurang.

Devil Slayer

Aku perlahan membuka mataku dan melihat ada cahaya kecil di depanku.

"Apa... aku sudah mati?" (Zen)

Aku berusaha menggerakkan tubuhku untuk bergerak tapi rasanya sakit sekali seperti seluruh tulangku patah.

"Kau sudah bangun, tuan." (???)

Seorang wanita berambut merah panjang memakai pakaian seperti petualang sambil membawa kayu bakar menyapaku.

"Uhh... dimana ini? dan siapa kau?" tanyaku dengan berusaha mencoba untuk duduk lalu melihat tubuhku yang banyak dengan perban dan hanya memakai celana.

"Kau tidak perlu bergerak dulu, karena seluruh tubuhmu terluka seperti jatuh dari ketinggian." Jawabnya sambil membantu duduk dan bersandar di pohon.

"Terima kasih telah menyelamatkanku." (Zen)

"Kau tidak perlu berterima kasih. Oh iya hampir lupa, tadi kau bertanya namaku dan dimana ini kan?" Katanya sambil memasukan kayu bakar ke dalam api unggun lalu duduk di dekat pohon besar.

Aku hanya mengangguk.

"Namaku Riska Scarlett, salam kenal dan kita berada di tengah hutan kematian." Ia mengatakan itu sambil tersenyum padaku dan aku agak terkejut karena melihat senyumannya seperti melihat Rina.

Ia melihat ke arahku dan mendekatiku.

"Ada apa?" (Riska)

"Tidak, ternyata senyummu sangat manis ya." Jawabku sambil tersenyum.

"A... a... apa yang kau katakan, kita harus tidur, besok kita akan mencari cara keluar dari hutan ini." Jawabnya dengan wajah yang memerah dan dengan cepat membalikan badannya lalu tertidur.

Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya dan aku berpikir untuk mencari cara untuk kembali dan membalas semua perbuatan Putri dan raja itu.

"Mungkin aku juga harus tidur." (Zen)

Aku langsung menutup mataku dan tidur.

"Akhirnya kau datang, kawan." (???)

Aku dengan cepat membuka mataku setelah mendengar suara yang begitu seram.

"dimana ini?" (Zen)

Aku melihat sekelilingku semua begitu gelap dan aku berdiri di atas air, Aku melihat ke depan ada sebuah singgasana yang terbuat dari tengkorak dan seseorang sedang duduk di atasnya, Ia memakai jubah berwarna hitam, rambutnya berwarna putih dan matanya yang berwarna merah sambil memegang sebuah gelas.

"Siapa kau?" Tanyaku sambil berjalan mendekatinya.

"Aku? kau melupakanku kawan?" Jawabnya dengan senyum kecil.

Saat mendekat wajahnya terlihat jelas, wajahnya begitu mirip denganku, aku seperti melihat diriku sendiri.

"Aku adalah kau dan kau adalah aku." Katanya sambil menunjuk jarinya ke arahku.

Setelah ia mengatakan itu aku jadi teringat dengan pertanyaan yang diberikan oleh raja dan putri padaku.

Aku berpikir mungkin yang dimaksud adalah dia.

"Apa maksudmu aku adalah kau, aku tidak ingat punya kembaran sepertimu." (Zen)

Sebuah meja yang terbuat dari tulang tiba tiba muncul di sebelahnya lalu ia menyimpan gelas di atasnya.

"Aku menceritakan siapa aku dan juga kau."

Ia menatapku lalu tersenyum ke arahku.

"Namaku adalah Azazel seorang pembunuh iblis, aku terlahir sebagai iblis kelas bawah dan setiap hari aku selalu disiksa dan dipukuli oleh iblis yang kelasnya lebih tinggi dariku.

Suatu hari rumahku dan semua keluargaku habis terbakar oleh api, aku melihat orang yang membakar rumahku adalah iblis superior, mereka adalah iblis dengan kelas paling tinggi. Aku berlari ke dalam hutan karena ketakutan dan di sana aku menemukan sebuah gua dan di dalam ada seekor naga hitam yang sedang tertidur.

Tidak lama naga bangun dari tidurnya dan menatapku.

"Mau apa kau, bocah?" (Naga hitam)

"Tolong ajari aku menggunakan sihir." (Azazel)

Naga itu tertawa dengan keras setelah mendengar ucapanku.

"HAHAHAHAHAHAHAHA, kau ingin aku mengajarimu sihir? jangan bercanda bocah." (Naga hitam)

"Aku tidak bercanda, kumohon." (Azazel)

Naga itu melihatku dengan tatapan yang serius dan bertanya alasannya mengapa aku ingin menjadi muridnya.

"Apa alasanmu ingin menjadi muridku." (Naga hitam)

"Aku... AKU TIDAK INGIN MENJADI LEMAH." (Azazel)

Naga itu langsung berdiri dan membawaku ke dalam gua.

"Baiklah, ikuti aku." (Naga hitam)

Didalam gua aku berlatih menggunakan sihir, satu tahun kemudian naga itu terlihat kesakitan dan memberiku sebuah pedang yang di pegangannya terdapat 5 permata yaitu merah, biru, putih, hitam dan ungu.

Pedang itu sangat kuat karena dapat membelah 2 gunung dalam sekali tebasan.

Aku menggunakan pedang itu dan seluruh kemampuanku yang telah diajarkan oleh naga hitam untuk membunuh semua iblis yang ada di dunia tapi iblis superior bekerja sama dengan manusia dan berhasil menyegel pedangku dan melemparku ke dunia lain yaitu duniamu. Disana karena aku harus bertahan hidup aku terpaksa harus masuk kedalam tubuh manusia dan aku masuk ke dalam tubuhmu yang masih bayi."

Setelah selesai bercerita ia terlihat sangat senang dan tersenyum padaku meskipun senyumnya sedikit menyeramkan.

"Jadi itu alasanmu ada didalam tubuhku tapi apa yang ingin kau lakukan pada tubuhku?" (Zen)

Aku bertanya padanya lalu di tersenyum lagi.

"Sepertinya kau sedikit mengerti ya, aku ingin mengambil alih tubuhmu dan membunuh semua iblis." (Azazel)

"Tapi bukankah ini bukan duniamu?" (Zen)

"Tidak, ini duniaku secara kebetulan kita dipanggil ke duniaku kembali." (Azazel)

"Kalau begitu aku menolak akan memberikan tubuhku padamu." (Zen)

"Hahaha, apa alasanmu menolak?" (Azazel)

Ia tertawa dan menanyakan alasanku.

"Karena kau pasti akan membunuh manusia juga kan?" (Zen)

Aku mengatakan itu karena aku takut ia membunuh orang yang tak bersalah.

"Aku tidak tertarik dengan manusia." (Azazel)

"Eh?" (Zen)

"Ya, aku sedikit tertarik untuk membunuh manusia tapi manusia seperti orang yang mencoba membunuhmu." (Azazel)

"Bukan mencoba tapi mereka memang membunuhku." (Zen)

"Baiklah bagaimana kalau kita membuat kontrak." (Azazel)

"Kontrak?" (Zen)

Aku tahu kontrak adalah sebuah perjanjian yang dilakukan oleh kedua belah pihak untuk mendapatkan keuntungan.

"Ya, itu sebuah perjanjian. kau harus meminjamkan tubuhmu padaku dan mencari pedang dan 5 permatanya dan aku akan membunuh semua orang yang menentangmu, bagaimana?" (Azazel)

Aku dengan cepat menolaknya.

"Di tolak." (Zen)

"Jadi kau ingin janji seperti apa?" Tanya dengan raut wajah yang menjengkelkan.

"Aku akan membantumu mencari pedang dan permatanya bahkan aku akan membantumu membunuh iblis tapi kau juga harus membantuku saat aku memanggilmu bagaimana?" (Zen)

"Baiklah, kurasa tidak ada bedanya." Jawabnya

Aku menjulurkan tanganku ke padanya dan memintanya menjadi temanku.

"Nah, dengan ini kita berteman." Kataku dengan tersenyum padanya.

"Baiklah." (Azazel)

Ia menjabat tanganku dengan senyum.

"Hei, senyummu menyeramkan tahu." (Zen)

"HARUSNYA KAU BILANG PADAKU DARI AWAL." (Azazel)

"Hei, bangun ini sudah pagi." (???)

Suara wanita yang sedang membangunkan.

"haaaah, selamat pagi Rina." (Zen)

"Rina? siapa itu? ini aku Riska." (Riska)

Aku membuka mataku secara perlahan dan wajah seorang wanita sangat dekat.

"Oh, Riska selamat pagi." (Zen)

"Selamat pagi, aku sudah menolong mu tapi kau tidak memberitahu namamu?" (Riska)

Wajahnya terlihat agak marah.

"Ah maaf, kau tidak menanyakannya jadi aku diam saja." (Zen)

"Dan siapa itu yang kau panggil Rina?" (Riska)

"Hei pertanyaanmu terlalu banyak. Baiklah, Namaku Zen Ignatius dan Rina adalah teman masa kecilku." Jawabku sambil memakai bajuku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!