NovelToon NovelToon

Aku Hanya Pelayan

bab 1

"Mbok yakin tetap mau berhenti dan menetap di kampung?" Hendri kembali bertanya pada Mbok Ida_Pelayan yang sudah lebih dari sepuluh tahun ini mengabdi dan mengurus keluarganya.

Pelayan tua itu mengangguk meski Sebenarnya dia tidak bisa pergi tapi keadaan yang memaksa dirinya keluar dari rumah ini.Dia tidak mungkin terus di sini apa lagi sambil membawa serta keponakannya.Mbok masih tahu diri tidak ingin terlalu lama merepotkan majikannya.Mereka sudah banyak membantu memenuhi keperluan keponakannya semenjak Selin di sini,Walau pun Mbok menolak karena gajinya juga masih bisa untuk membeli keperluan anak itu.

"Maaf Tuan,Saya sudah memutuskan tetap akan pulang." Jawabnya yakin karena akan mengurus ponakannya di kampung halaman.

"Kenapa tidak di sini aja Mbok?Kita akan urus Selina bersama-sama,Biar putra saya juga nantinya ada teman." Hendri melirik anak perempuan cantik yang tengah anteng makan kukis di samping Mbok ida.Hendri tersenyum menatap anak itu,Cantik dan lucu sekali di matanya,Hendri sangat menginginkan anak perempuan,Seandainya Mbok mengijinkan,dia ingin mengadopsi Selina agar sepasang dengan anaknya yang baru lahir.Tapi sayangnya Mbok kekeuh tetap tidak menginjinkannya untuk mengadopsi anak itu.Dengan alasan karena Selina anak di luar pernikahan Mbok takut suatu saat nanti Selin akan membawa aib bagi keluarga Hendri.Padahal Hendri tidak peduli akan asal usul Selin,Tapi dia pun tak ingin memaksa.

"Saya akan menanggung semua biayanya,Mbok gak usah kawatir untuk itu.Saya mohon tetap tinggal di sini sama kami,Hera pasti kesepian kalau Mbok keluar" Hendri membujuk Mbok Ida agar tidak pulang,Jujur saja ia tidak akan bisa mengurus anak dan istrinya tanpa bantuan pelayan tua itu." Tolong pikirkan lagi Mbok,Selain karena Hera,Sebaik-baiknya di kampung tetap lebih baik Selin di sini.Saya jamin di sini dia akan tumbuh dengan baik dari pada di kampung.Ini soal tumbuh kembang dan mentalnya,Saya kawatir di kampung mentalnya terganggu." Hendri meminta Mbok agar memikirkan lagi keputusannya itu.

Mbok terlihat masih menimbang jujur ia sangat bingung sekarang.Yang di katakan Hendri memang benar adanya.Mbok pun sebenarnya kawatir kalau di kampung Selin pasti kena gunjingan tetangga." Hera kena baby blues Mbok, Dia selalu merasa kesepian dan sedih." Ucapnya lagi.Pria itu menarik napas sebelum melanjutkan kembali kalimatnya." Hera Kadang suka ngamuk-ngamuk sendiri, Saya kawatir kalau saya di luar kota siapa yang akan jaga dia dan putra saya?Saya tidak menemukan satu pun orang yang sama seperti Mbok.Bagaimana pengertiannya terhadap saya dan keluarga, Terutama pada Hera.Jadi karena itu saya ingin Mbok tetap di sini menjaga keluarga saya." Pria muda yang di segani banyak orang itu terlihat memohon pada asistennya.Ia mengabaikan harga dirinya tidak peduli Mbok memandangnya seperti apa.

Mbok Ida semakin terlihat bingung antara pulang kampung atau tetap di sini,Menuruti kata tuan Hendri tadi,Sebetulnya Mbok pun tak tega meninggalkan nyonya Hera yang keadaannya sedang tidak baik-baik saja seperti sekarang ini." Saya akan tetap di sini Tuan." Mbok Ida memutuskan untuk tetap di sini karena lagi lagi nyonya Hera yang menjadi alasannya.Dirinya tidak mungkin meninggalkan wanita yang sudah banyak menolongnya itu.

Wajah Hendri terlihat senang karena Mbok peduli akan dirinya dan Hera.Dia tahu Mbok pasti tidak mungkin tega meninggalkan Hera,mengingat selama ini wanita tua itu memang sangat patuh dan peduli pada istrinya," Terima kasih ya Mbok, Saya benar-benar senang kalau Mbok tetap di sini." Hendri sangat berterima kasih pada asistennya Itu,Kalau tidak ada Mbok pasti dia akan kerepotan menjaga Hera yang suka tiba-tiba mengamuk dan tidak mau mengurus bayinya.

"Sama-sama tuan,maafkan saya karena saya membawa beban dan aib ke rumah Ini." Mbok Ida tertunduk merasa sedih dan malu.

"Jangan menyebutnya begitu,Mbok.Dia anak yang manis saya menyukainya.Tetap di sini sama adik bayi ya sayang." Hendri menoel pipi Selin dan anak itu mengangguk tersenyum malu-malu.

Selina Maharani gadis kecil itu adalah ponakan Mbok ida kepala pelayan di rumah Hera dan Hendri,Mbok ida sudah lebih dari sepuluh tahun mengabdikan dirinya di sana.Hera dan Hendri sudah menganggap Mbok keluarganya sendiri mereka bahkan tidak pernah memberikan tugas berat pada Mbok.tugas Mbok Ida hanya mengatur para pelayan di sana.Mbok Ida juga yang memberikan jadwal pekerjaan dan jadwal masak pada pelayan lain,semua Mbok yang mengatur.Hera menyerahkan semua urusan rumah pada Mbok ida.

Namun tiba-tiba wanita tua itu di kejutkan oleh kenyataan,Mbok mendapat kabar bahwa Linda adik satu-satunya telah hamil dan entah dengan siapa pasalnya Linda belum menikah.Linda bekerja sebagai wanita penghibur di klub malam tanpa sepengetahuan Mbok ida,semua Linda lakukan demi membayar cicilan hutang yang orang tuanya tinggalkan,bukan keinginan Linda menjadi wanita penghibur tapi dia terpaksa melakukannya.Agar bisa meringankan beban Mbok ida.Linda tidak tega melihat Mbok kerja sendirian demi membayar hutang keluarga.

Nasib malang pun menimpa Linda,dia hamil entah dengan siapa karena dia banyak melayani tamu lelaki hidung belang.Hingga hadir Selin di hidupnya.Dua tahun Linda menyembunyikan Selin dari orang-orang termasuk Mbok ida,dia berjuang sendirian merawat Selin sampai akhirnya Linda meninggal karena kecelakaan.

Selin kecil yang malang di titipkan di panti sampai Mbok ida mengambilnya.Mbok membawa Selin ke rumah besar Hendri.Dan Selin di asuh dengan baik kemudian tumbuh besar di sana.abahkan Hera menganggap Selin seperti anaknya sendiri kebetulan Hera hanya memiliki satu anak laki-laki yang umurnya lebih muda dari Selin.Saat Selin datang ke sana Hera baru saja melahirkan bayi laki-laki.

**Beberapa tahun kemudian**

"Kamu gak sarapan dulu?" Tanya Mbok melihat Selin buru-buru dengan segala keperluannya.

"Nanti aja aku gak lapar,Paling nanti di kampus." Selin menolak sarapan dia sedang tidak nafsu makan banyak tugas kuliah yang membuat kepalanya pusing.

"Ya udah tapi di kampus jangan lupa makan ya,Nak," Mbok merapikan rambut Selin yang terlihat berantakan dia sepertinya lupa menyisir rambutnya .

"Aku berangkat ya,Bu." Selin mengambil tasnya yang menggantung di pintu kamarnya dia pun bergegas keluar.

Selin melewati ruang makan disana ada Hera dan Hendri.Mereka tengah sarapan." Pagi Om, Tante,Aku berangkat." Sapanya pada kedua orang tua sekaligus majikannya Itu.

"Pagi juga,Sel,berangkat sama Pak Sandi aja mau antar barang ke rumah Nenek,Sekalian kan searah sama kampus kamu." Ucap Hera.

"Gapapa tan gak enak ngerepotin Pak Sandi" tolak Selin tidak mau banyak merepotkan orang.

"Ya sudah gimana kamu aja." Hera tak mau memaksa.

Selin tersenyum mengangguk." Berangkat ya Tan." Pamitnya,dia buru-buru pergi kuliah dengan ojek online.Selin sudah terbiasa ke mana-mana pakai ojek online atau taksi online.Padahal Hendri sudah membelikan motor untuk Selin kuliah agar tidak repot.Tapi Selin jarang memakainya karena dia sering terjatuh,Selin kurang pinter membawa sepeda motor.Hera sudah meminta Selin untuk membawa salah satu mobilnya tapi Selin selalu menolak karena ia cukup tau diri.Dia hanya pelayan di mansion itu,rasanya tidak pantas dan akan sangat berlebihan jika harus menerima tawaran majikannya Itu.

......................

"Lemes amat belum makan?" Tanya Niken_teman baik Selin.Perempuan itu duduk sambil terus mengamati wajah Selin yang pagi ini terlihat beda dari biasanya,Terlihat pucat dan lingkaran hitam mulai muncul di bawah matanya.

"Kurang tidur,Biasa begadang" Jawab Selin lemas tak bertenaga.Akhir-akhir ini dia memang lelah dengan tugas kuliah yang menumpuk.

"Begadang mulu,jagain lilin Sel?" Ucap Tasya yang baru saja datang,Setelahnya duduk di hadapan Mereka berdua.

"Iya,Harusnya sekarang aku udah kaya loh padahal rajin banget begadang," Selin menelungkupkan wajahnya di meja.

"Kamu kan udah kaya Sel,Rumah kamu aja sebesar itu tinggal nikmati apa yang ada di sana.Ngapain pusing." Serobot Sinta dia memang tidak tau kalo Selin di sana hanya pembantu,lebih tepatnya tidak percaya.Padahal Selin sudah berkali kali menjelaskan kalau dia bukanlah pemilik rumah besar tersebut.

"Udah berapa kali aku bilang,Aku tuh cuma pembantu di sana bukan pemilik rumah.Kalian ini gak percaya banget," Selin tidak pernah menutupi siapa dirinya.Baginya berpura-pura menjadi orang kaya akan membuatnya lelah.Karena sekalinya berbohong maka dia akan terus berbohong demi menutupi kebohongan lainnya.

"Aku gak percaya tau,Sel.Muka kamu aja old money banget,Gak bakal ada yang nyangka kalo kamu di sana hanya pelayan," Jelas Sinta,Jujur dia masih tidak percaya kalau Selin ternyata hanyalah anak pelayan di rumah besar itu.Niken memilih menyimak saja,Dia memang sudah tahu lama dari Selin,Tapi sama seperti Sinta masih tidak percaya,Atau bisa di katakan Niken sulit untuk percaya.

"Yang sodara kamu itu siapa Sel?Pak Hendri apa Ibu Hera?" Sinta memang sudah pernah mendengar kalau Selin hanya numpang di rumah nyonya Hera Itu tapi Sinta tidak percaya kalau Selin hanya seorang pembantu.Sinta yakin Selin masih ada hubungan darah dengan keluarga Hera tidak mungkin hanya cuma-cuma pikirnya.

"Bukan keduanya,Udah di bilang mereka bossku." Sanggah Selin kesal juga dia,Mereka ini kenapa bebal sekali di jelas kan berkali kali pun tetap tidak mengerti.

Melihat Selin tetap membantah membuat Sinta merasa ada yang janggal.Apa benar kalau Selin hanya seorang pelayan di sana.Atau jangan jangan Selin itu sebenarnya bukan pelayan tapi dia menjadi simpanan suami dari Hera__model terkenal." Apa jangan jangan kamu sebenarnya ani-ani ya Sel?Ngakunya pembantu padahal kamu simpenannya Pak Hendri?" Tanya Sinta yang membuat Niken seketika menoleh kaget akan pertanyaan Sinta yang terlalu blak blak an. Selin tetap tenang tak terkejut sama sekali akan ucapan Sinta.Ini bukan kali pertama dirinya di curigai sebagai simpanan Majikannya itu.Tapi Selin tak ambil pusing,selama itu tidaklah benar dia tak peduli.

"Kalau memang gak percaya ya udah." Ujar Selin santai,Dia berdiri kemudian pergi meninggalkan dua temannya itu.Keduanya saling pandang setelah Selin menjauh dari mereka.

"Kamu sih ngomongnya aneh aneh aja,Kalau dia tersinggung gimana?" Niken ikut pergi Dari sana meninggalkan Sinta yang bingung sendiri dan menyesali ucapannya pada Selin.

...***********...

"Jam berapa Ini tuan muda?" Hera yang hendak berangkat ke kantor itu urung,Dia melihat putra satu-satunya baru bangun tidur.Rain tak langsung menjawab masih mengucek kedua matanya yang jelas masih mengantuk,rambutnya yang berantakan dan Beberapa menutupi wajahnya menambah kadar ketampanannya.Rain duduk di meja makan yang besar muat untuk beberapa orang.Dia memilih tidak menggubris ibunya.

"Lapar,Mbok buatin roti selai dong" Pintanya pada Mbok Ida.

"Gak bosen apa sarapan roti terus Nak?" Hera mendekat ke meja makan lalu mengambil dua lembar roti tawar untuk anak bujangnya itu.

"Jangan mama yang bikin,Biar Mbok aja kalau mama yang buat rasanya beda." Cegah Rain,Ia tidak mau makan kalau itu buatan Hera.Dia lebih suka makanan yang dibuat pelayan dari pada buatan mamanya sendiri.Karena bagi Rain makanan buatan mama rasanya selalu aneh.

Hati Hera tertohok ia memang tidak bisa masak dan membuat apa pun,Makanan yang di buat olehnya pasti rasanya selalu tidak enak di lidah Rain." Kia,tolong buatin roti selai untuk Tuan." Suruh Hera.Kia mendekati meja membuatkan roti selai nanas untuk anak bosnya itu,Karena Mbok Ida tidak ada di sana mungkin sibuk di dapur.

"Kamu udah cuci tangan kan Mbak?" Tanya Rain dia tidak mau ada kuman di tangan pelayannya, Rain itu super bersih dan tentu saja bawel.

"Udah Tuan" Jawab Kia.

"Berisik terus tiap hari Rei," Ucap Hendri yang akan berangkat Kerja.

"Apa sih Papa" Ketus Rain tak suka.

"Kamu mau makan aja ribet banget" Balas Hendri sambil menggelengkan kepalanya,Rain hanya mengerucutkan bibir tak suka." Kamu gak sekolah lagi?Papa kirim ke Aussie kalo gitu ya." Ancam Hendri.Rain kembali tak menanggapi bodo amat saja." Ayo Ma." Ajak Hendri pada Hera,Capek bicara dengan Rain yang tidak pernah di tanggapi.

Setelah orang tuanya pergi Rain girang bukan main,Dia sudah dua hari tidak masuk sekolah karena kesiangan terus. Semalaman dia sengaja begadang untuk main game sampai subuh bukannya belajar tapi herannya nilainya tetap bagus.Entah otaknya terbuat dari apa.

"Kalau tuan dan nyonya udah pergi aku bebas dong,Mbak bawain sarapannya ke kamar ya." Suruhnya pada pelayan.Kia mengangguk dan segera membawakan sarapan Rain ke kamar.

Baru juga Rain akan melangkah menaiki tangga tiba-tiba sebuah suara mengejutkannya ." Makan di meja,Rain.Jangan di kamar." Ucap seseorang yang Rain tahu betul suara siapa itu sepertinya suara nenek-nenek.Rain memutar tubuhnya melihat siapa yang datang,Ah ternyata yang datang nenek lampir musuh bebuyutannya.

"Suka-suka gue dong,Emangnya ente siapa kok ngatur ngatur? Bisa gak sih sehari aja gak ngomel?Diam aja gitu,Bisa enggak?" Kesal Rain menatap tajam perempuan lampir di depannya itu.

"Saya di tugaskan untuk mengomeli kamu,Kalau kamu nurut dan bener terus gak macam-macam saya juga gak mungkin ngomel." Tegas Veronika__asisten Hendri dia yang menjadwal dan mengatur segala kebutuhan Hendri dan Hera,Terutama Rain.

"Sana ke kantor jangan di sini bawel,Berisik ." Usir Rain malas jika lampir itu masih berada di sana bisa di pastikan Rain tidak bisa melakukan apa pun." Buruan sono,Ngapain masih di sini,hus hus sana hama." Rain kembali mengusir Veronika yang membandel itu,Masih saja berada di sana.

"Dasar pemalas udah dua hari kamu gak sekolah iya kan?Kamu harus di hukum,Uang jajan kamu di kurangin nanti dan saya akan lapor Papamu." Ancam Veronika dia memang sering mengancam Rain.

"Papa juga udah tau kok Pir,Kalo gue gak sekolah,Udah sana ngadu aja lagi ke Papa,Lo kan kaya kebo yang di cucuk hidungnya nurut aja sama semua perintah si Hendri.Dasar lampir goreng patut." Rain meninggalkan Veronika yang masih berdiri di sana.Vero hanya menarik nafasnya dalam dia sudah terbiasa mendapat hinaan cacian dan makian dari Rain,Jika saja Rain bukan anak majikannya mungkin sudah Vero tenggelamkan ke kubang bebek.

...***********...

Sepulang kuliah Selin mengganti bajunya dengan baju santai ala rumahan.Usai makan siang Selin istirahat sebentar untuk kembali mengisi tenaganya yang hilang,Setelah itu ia kembali pada tugasnya.Tugas Selin membersihkan kamar tuan muda Rain dan tugas yang lainnya tapi semuanya sangat mudah tidak berat,Karena Hera melarangnya untuk bersih-bersih dan melakukan tugas yang lebih berat,Sungguh senang bukan kehidupan Selin di sana.

Hera melarang Selin bekerja karena dia sudah menganggap Selin seperti anaknya sendiri.Hera sama sekali tidak menganggap Selin seorang pelayan namun tetap saja Selin tau diri dia tidak mau enak-enakan di sana.Sementara Hera dan Hendri sudah menampung,merawatnya dan membiayai hidupnya sedari kecil,Bahkan sampai saat Ini ia masih tinggal di sana.Selin belum bisa membalas budi pada majikannya itu.Sebagai rasa terima kasihnya Selin kerja di sana tanpa menerima gaji karena dia menolak meski begitu Hera tetap memberinya uang saku dan uang untuk kebutuhan Selin lainnya.

"Permisi,Aku masuk ya" Selin mengetuk pintu kamar Rain memastikan pemiliknya ada di kamar.Biasanya kalau lelaki itu ada langsung menyahut sewot seperti aki aki resek.Tapi kalau hening berarti dia sedang pergi.Tapi Kemudian Selin mendengar suara sahutan sinis dari dalam.

"Masuk aja sih,Apa-apa ijin mulu kaya pemantu baru aja." Ucap Rain dari kamar.Selin masuk membawa peralatan untuk membersihkan kamar tuan muda.Rain mendelik melihat Selin yang baru ke kamarnya." Jam segini baru beresin kamar kemana aja kamu?" Tanya Rain penuh selidik dengan mata melotot seperti biasanya wajahnya selalu ngegas dan songong.

"Aku baru pulang" Selin menunduk selalu menghindari tatapan Rain.Tidak tau mengapa rasanya tidak nyaman jika menatap langsung manik cokelat itu.

"Halah alesan aja,Dasar pemalas sama aja kaya si Vero lampir jelek itu,Sama-sama menyebalkan kalian." Rain memang akan selalu seperti Itu,Apa lagi jika suasana hatinya sedang kesal dia akan melampiaskannya pada siapa saja termasuk pada Selin.Memarahi dan mengomeli Selin itu adalah kesenangannya setiap hari.

"Maaf,Lain kali aku bakal langsung beresin." Ucap Selin masih menunduk tetap menghindari bertatapan langsung dengan Rain,Dia memang hampir tidak pernah beradu pandang dengan lelaki itu,Setelah mereka remaja,Hubungan keduanya memburuk beberapa tahun ini,Padahal saat kecil mereka berteman baik layaknya saudara.Bahkan keduanya berjanji akan saling melindungi dan menjaga satu sama lain,Namun tidak tahu mengapa saat keduanya beranjak remaja hubungan mereka merenggang hingga kini.

Rain hanya mendelik malas Selalu saja begitu banyak alasan pikirnya." Ngomong doang,Padahal bisa langsung beresin tanpa Harus di tunda-tunda." Gumamnya tanpa menoleh pada wanita itu.Selin memilih untuk tak peduli dan langsung membersihkan kamar Rain.Tuan muda Itu masih anteng di kursi dia sedang main game.Rain sudah biasa saat Selin membersihkan kamarnya dia tidak mau keluar dulu.Memang tidak pengertian sama sekali,Dan karena itu Selin sering kesal apa lagi jika Selin sedang mengepel lantai.Rain biasanya akan sengaja mondar-mandir bahkan dengan senang hati suka membuang asal kulit kacang atau cemilan lainnya,Entah apa maksudnya.Hanya Rain dan tuhan lah yang tau.

bab 2

Hari sudah mulai sore saatnya beberapa pelayan kembali ke dapur untuk menyiapkan bahan makanan yang akan di masak oleh bu Dian__Juru masak di rumah itu.Selin pun tak tinggal diam ia memang sudah terbiasa membantu membersihkan sayur dan peralatan dapur lainnya." Udah sana,Sel.Segini doang sama kami juga beres." Ucap Riska salah satu pelayan teman Selin.Riska tugasnya menggantikan Selin membersihkan kamar tuan muda,Jika Selin sedang tidak bisa atau ada urusan lain.

"Aku bosen Ris,Tiduran aja malah sakit kepala." Selin memang anaknya rajin sekali ia tak suka leyeh-leyeh atau malas-malasan.Mbok mendidiknya agar menjadi perempuan serajin mungkin untuk bekalnya di masa mendatang jika ia rumah tangga maka tak lagi kaget oleh pekerjaan rumah yang biasanya melambai-lambai meminta segera di bereskan.

"Makanya cari pacar sana.Biar ada yang ngajak jalan,Lagian betah amat jomblo." Suruh Riska.

"Siapa yang mau sama aku?" Tanya Selin menoleh pada temannya itu.

Riska langsung mendengus." Kamunya aja yang gak mau pacaran,Padahal yang mau sama kamu banyak." Riska tahu Selin itu banyak yang suka Selinnya saja yang tidak mau pacaran.Sepertinya dia lebih senang sendiri.

Selin terkekeh mendengar ocehan temannya itu." Aku kapok pacaran" Ucapnya jujur.

"Yakan gak semua lelaki sama kali,Sel." Riska tahu dulu Selin pernah pacaran dengan Andra teman sekolahnya.Tapi hubungan mereka kandas saat Selin tahu bahwa Andra telah berkhianat setelah lelaki itu tau bahwa Selin hanyalah seorang pembantu.Entah apa maksudnya Andra memacari Juwita teman baik Selin dan setelah Itu hubungan mereka berakhir.

"Gak tau nih aku masih trauma." Selin memang tidak ada keinginan untuk pacaran saat ini,Dia hanya ingin fokus kuliah dulu.Setelahnya lanjut kerja untuk masa depannya,Baginya pacaran tidak ada untungnya sama sekali.

"Eh,Sel aku pernah mimpi lho kamu nikah sama tuan muda,Terus kalian punya anak banyak.Aneh gak sih mimpi aku itu?" Ucap Riska yang tiba-tiba jadi serius dia memang pernah mimpi aneh seperti itu.

"Mimpi konyol apa itu?Jangan melantur,Nanti kalo ada yang dengar jadi omongan lagi." Selin tidak mau hidupnya terus jadi bahan gunjingan pelayan lain,Sudah cukup dia selalu jadi omongan karena di perlakukan beda sendiri oleh pemilik rumah ini.

"Namanya juga mimpi kali Sel,Aku juga gak tau kenapa bisa mimpi kaya gitu." Riska kembali mengingat-ingat dan menceritakan mimpi anehnya itu.Selin tak menanggapi ocehan konyol Riska.

"Siapin makan Buruan aku mau basket,Jangan ngobrol mulu kalian" Rain bersuara dan duduk di meja mengagetkan keduanya yang tengah asik mengobrol,Lelaki muda itu mengetuk-ngetuk permukaan meja makan kebiasaannya memang begitu.Sepertinya tangan pemuda itu tidak bisa diam berang sedikit saja,Melihat tuannya sudah di meja makan Riska buru-buru mendekat.

"Tuan mau makan apa?" Tanya Riska.

"Batu" Jawab Rain dengan wajah ketus bin songong." Ya nasi lah,Yakali gue makan batu!" lanjutnya delikan matanya yang khas membuat siapa saja merinding,Sebenarnya merinding lebih ke ingin menggetok kepalanya,Bukan karena takut.

"Maksud saya tuan mau makan sama apa?" Riska menahan diri untuk tidak menoyor kepala tuan muda itu.Riska juga tau pasti makan nasi mana mungkin makan batu memangnya Rain tukang debus.

"Taro aja oon.Bawa aja ke sini dari tadi nanya mulu kaya wartawan aja lu." Kesal Rain dia paling malas jika Riska yang melayaninya.Pelayan yang satu ini lemotnya kebangetan.

Melihat keadaan dua orang yang sedang di landa emosi itu Selin mendekati meja makan." Ris ambil nasi sama ayam teriyaki aja." Suruh Selin,Ia mengatur meja untuk tuan resek itu.Riska ke dapur dengan wajah dongkol menahan emosi ingin menjambak dan membenturkan kepala Rain dengan sekuat tenaganya.

"Rasanya pengen ngasih racun aja nih di makanannya si bawel itu." Rutuk Riska kesal.Dia memang selalu kena omel dan selalu salah di mata tuan mudanya,Kalau saja dia tidak butuh pekerjaan.Riska sudah lama berhenti kerja,Tak heran dia kurus kering makan hati terus karena Rain selalu membuat Riska esmosi.

Setelah merutuk Riska kembali ke meja makan dengan wajah ramah." Ini tuan silakan." Riska menaruh makanan di hadapan Rain.Dia tetap memasang wajah ramah jaga-jaga kalau tuannya itu melihat ke wajahnya.Bisa berabe kalo Riska memasang wajah marah bisa jadi bencana untuknya.

"Itu aja?" Tanya Selin takut Rain minta aneh-aneh lagi biasanya tuan muda itu selalu meribetkan semua orang.Karena dia akan selalu kurang jika tak membuat orang-orang repot olehnya.

Rain mengambil sendok dengan wajah datar." Hmm." Jawabnya barulah mereka lega memang setiap saat begitu banyak drama.Tak heran banyak pembantu yang keluar masuk di sana banyak yang tidak betah kerja bukan karena gaji dan kerjaannya.Tapi karena tuan muda itu begitu menyebalkan dan tentu saja resek.

Selin meninggalkan meja kembali nanti saat tuan muda selesai makan pikirnya begitu.Tapi baru Selin akan melangkah Rain sudah bersuara." Mau kemana kamu?Siapin baju basket sama botol minum,Jangan lupa cemilannya ya." Perintah Rain.Selin mengangguk mengerti lalu dia naik ke kamar Rain tanpa banyak bertanya.

Selesai makan Rain naik ke kamarnya dia akan mengganti bajunya dengan baju basket.Di sana Selin terlihat masih sibuk menyiapkan segala keperluan Rain,Dari handuk kecil,Headband,Bahkan baju ganti takut Rain tidak segera pulang biasanya Rain mengganti bajunya di sana.Rain mengambil bajunya yang sudah di siapkan oleh Selin di kasur ia langsung mengganti baju di kamar mandi.

"Bawain dong ke bawah." Perintahnya agar Selin membawa tasnya ke mobil.Wanita muda itu mengerti dia turun membawa tas Rain di susul Rain di belakangnya lelaki itu asik bersiul sambil menuruni anak tangga.

"Nanti sore aku pengen soto kasih tau Mbok ya suruh bikin soto aja,Tadi aku lupa bilang." Pesannya pada Selin sebelum masuk ke mobil.

"Iya." Jawab Selin seadanya dan sangat datar,Apalagi wajahnya yang lempang tanpa ekspresi itu membuat Rain muak sekali melihatnya.

Tak terima akan respon Selin Yang datar,Rain pun tak jadi masuk ke mobil ia membalik badan dan menatap Selin yang berdiri di sisi mobil." Bisa jawab yang bener Gak?Iya doang kaya orang sariawan." Ketus Rain.Selin tak menanggapi ia sudah terbiasa nanti juga Rain akan diam sendiri.

"Hei! Orang ngomong malah bengong." Sentak Rain membuat Selin tersadar.

"Iya nanti aku bilang ibu." Ucap Selin tetap tak mau menatap wajah lelaki di depannya itu.Sebetulnya Rain kesal dan masih mau menyahut Tapi dia tidak punya waktu banyak.Teman-temannya pasti sudah pada menunggu di tempat.

...🌺🌺🌺🌺🌺...

Hendri dan Hera sudah berada di meja makan mereka sedang menunggu Rain yang sedari tadi belum juga pulang." Rain kok belum pulang sih?" Hera mengambil ponselnya akan menelepon Rain.Anaknya itu pasti saat ini masih berada di luar mungkin sedang balapan,Semoga saja tidak kembali membuat ulah.Rasanya dia sudah lelah jika harus berurusan dengan polisi mau pun guru-guru di sekolah,Atau wali murid lainnya.

"Palingan kelayapan anakmu kan gitu." Hendri masih sibuk dengan ponselnya.Baru Hera akan kembali menghubungi Rain,Tapi terdengar suara ramai di depan tidak salah lagi anak itu pasti sudah pulang.

"Ayo makan bujang Mama." Ajak Hera.Rain tak menjawab ia duduk di hadapan kedua orang tuanya matanya ke sana kemari mengitari meja makan.

"Sotonya mana?" Tanya Rain ia tak menemukan soto di meja yang luas itu.

"Ngapain makan soto ini udah banyak makanan,Makan yang ada aja deh." Hera menyajikan nasi ke piring Rain.

"Ih,Tadi kan aku pesan soto kok gak di buatin sih?Selin mana Selin?Panggil." Perintahnya marah bin emosi wajahnya sudah berubah masam dan kecut.Orang-orang mengira mungkin Hera pada saat mengandung Rain terlalu banyak mengkonsumsi makanan asam atau cuka mungkin.Karena wajah Rain begitu cepat berubah masam dan tak enak di pandang.

"Maaf tadi aku lupa ngasih tau Ibu." Selin menunduk merasa bersalah karena lupa memberi tahu Mbok pesanan tuan muda tadi sore.Padahal dia sudah mencatatnya di otak agar tidak lupa,Tapi namanya juga manusia biasa tempatnya salah dan lupa.Selin kan manusia bukan peri.

Mata elang itu menyorot begitu tajam,Bahkan tatapannya terasa menusuk kulit Selin Menembus sampai ke tulang." Maaf-maaf,Kebiasaan banget,Gue mau soto bukan yang lain,Gak mau tau bikin sekarang!" Bentak Rain membuat Selin bergeming ia kaget dan semakin menunduk takut." Makanya kalo di pesenin jangan iya-iya doang,Tapi di catet di otak biar gak lupa.Susah sih kalo otaknya cuma se ons mah lupa mulu." Lanjutnya dengan kata-kata yang sangat amat menohok sampai Hera melemparnya dengan kerupuk,Dan tepat mendarat ke wajahnya.Rain kesal tentu saja dia hendak melempar kerupuk itu ke lantai,Tapi keburu di rampas ayahnya lalu di makan membuat Rain mendengus.

"Ribut amat sih perkara soto doang." Ucap Hendri sebal melihat kerempongan putranya itu." Tinggal makan yang ada gak usah banyak mau, Kaya orang hamil aja ribet bener,Tiap makan mintanya aneh-aneh,Soto lah,Apalah.Pusing banget dengernya. "

"Sel,Ayo duduk makan di sini." Ajak Hera tak mempedulikan Rain yang sedang ribut masalah soto.Selin terkesiap sebenarnya tidak kaget karena bukan kali pertama Hera mengajaknya makan satu meja tapi ini situasinya beda tuan muda lagi marah jadi Selin takut.

"Aku makan di dapur aja sama anak-anak,Tan" Tolak Selin segan melihat wajah tak ramah Rain seperti ingin memakan Selin saat ini juga.

"Udah sini duduk bareng aja sama kita enak rame-rame." Kekeuh Hera membuat Selin jadi serba salah.

"Sel,Ayo makan gak usah bahas soto" Suruh Hendri.Selin pun akhirnya bergerak menarik kursi mendudukan dirinya di ujung meja.Mata Rain hampir keluar namun setelahnya ia memilih tak peduli.

"Kok di situ sebelah Rain aja Sel,Ngapain di ujung." Titah Hera.Selin melirik Rain pemuda itu tak peduli dan sibuk makan dengan wajah di tekuk sepertinya kesal sekali padanya.

"Iya Tante." Selin menggeser dirinya dekat Rain lelaki itu jelas tak suka tapi dia sepertinya malas bicara.Atau malah sedang mengumpulkan kesalahan Selin hari ini dan akan membalasnya nanti.

Mereka makan dengan sedikit obrolan hanya Rain yang diam saja ia tak berminat ikut nimbrung.Hera yang banyak bertanya mengenai kuliah dan keseharian Selin.Hera tentu saja sangat menyukai Selin,Istri Hendri itu ingin sekali memiliki anak perempuan tapi sayang dia tak bisa mengandung lagi sewaktu melahirkan Rain rahim Hera sudah di angkat karena Hera sulit untuk memiliki anak.Untuk mendapatkan Rain saja Hera harus melakukan bayi tabung berkali kali dan gagal terus,Beruntung tuhan menitipkan satu putra di rahimnya.Ya itu Rain putranya yang sangat membanggakan sekaligus menyebalkan itu.

...********...

"Sel,Jangan sering makan bareng nyonya.Ibu gak enak sama yang lain." Ucap Mbok ida mengingatkan takut Selin menjadi bahan gosip pekerja lain.Mbok tidak mau sampai mereka sirik dan dengki pada anaknya.Selin yang tidak pernah macam-macam saja masih sering di gosipkan apa lagi kalau anak itu bertingkah.

"Aku udah nolak Bu tapi kan Tante Hera tahu sendiri suka maksa,Ya aku gak enak lah." Sahut Selin jujur apa adanya.Dia memang seringkali menolak ajakan majikannya itu,Demi menjaga perasaan orang lain agar dirinya tidak jadi bahan omongan.

"Ibu takut kamu jadi bahan omongan yang lain, kamu itu sama saja statusnya hanya anak pembantu,Nak.Sama seperti yang lain,kalo kamu terlalu dekat dengan nyonya ibu takut mereka iri sama kamu." Terang Mbok Ida supaya Selin mengerti.Meskipun dia sendiri tahu anaknya itu pasti sudah lebih dari mengerti karena seringkali di ingatkan olehnya.Bahkan sepertinya Selin sudah hapal saking seringnya Mbok mengingatkan.

"Aku tau Bu,Maaf udah bikin ibu kepikiran." Selin merasa bersalah pada ibunya,Dia juga serba salah menolak salah tidak penolak pun salah.

"Ya udah lain kali cari alasan lain." Mbok mengusap punggung Selin mereka hendak tidur.Selin dan Mbok tidur satu kamar, Kadang-kadang saja karena Selin punya kamar sendiri bersebelahan dengan kamar Mbok Ida. Kamar mereka juga beda dari para pelayan lain.Kamar Selin terletak dekat dapur bersih dan kamarnya cukup besar tidak seperti kamar yang lain agak kecil.

...**********...

"Nanti malam aku mau maen,Di ajakin David" Pamit Rain pada ibunya.Malam ini dia akan bersenang- senang dengan para temannya,Mereka sudah merencanakan akan menggelar pesta untuk merayakan ulang tahun salah satu temannya.

"Jangan pulang malam Rei,Uang kamu masih ada gak?Kalo gak ada pakai kartu mama aja." Hera merogoh dompet memberikan salah satu kartunya pada Rain,Tentu saja anak itu Tersenyum senang karena dia bisa poya-poya dengan teman-temannya sepuasnya.

"Makasih cantik,Nyonya Hera emang terbaik beda sama si Hendri Hendri itu." Rain mencium pipi ibunya kemudian terkekeh karana di geplak oleh ibunya." Apa sih Ma?"

"Gitu-Gitu juga bapakmu." Semprot Hera sebal karena Rain sering membeda-bedakan dirinya dan Hendri.Padahal mereka orang tuanya tapi bisa Bisanya Rain selalu membandingkan keduanya.

"Faktanya begitu,Papa cuma bisa ngomel aja tapi jarang kasih uang,Gak kaya Mama mau apa aja di turutin.Uangnya si Hendri kan habis mulu di porotin sama nenek lampir" Ucap Rain sengaja memberi kode agar sang ibu sadar dan membuka matanya.

Hera kembali menggeplak bahu anaknya karena Rain suka berucap sembarangan." Rei,Mama gak suka loh kamu asal jeplak begitu ya,Omongan adalah doa,Gak boleh asal ngomong.Mau kamu Papa punya simpanan di luar sana?" Hera menatap putranya yang kini menatapnya." Gak boleh ngomong begitu Mama gak suka,Berucaplah yang baik-baik." Katanya serius dia tidak suka jika Rain bicara yang tidak tidak.Baginya omongan adalah doa,Dan dia percaya akan itu.

Rain menatap ibunya dengan perasaan sedih,jauh di dalam hatinya dia merasakan sakit yang luar biasa.Namun seketika pemuda itu tersadar dia merubah raut wajahnya agar sang ibu tidak berpikir macam-macam.Dia tidak suka melihat ibunya yang bersedih,Bagi Rain air mata mamanya sangatlah berharga,Jadi tidak boleh jatuh hanya karena hal-hal murahan." Iya maaf bunda ratu."

"Belajar sayang,Inget kamu udah besar masa masih setiap kali harus Mama ingetin." Hera mengusap kepala putranya dengan sayang." Udah pake sana kartunya sepuas kamu.Jangan ilang ya Mama males harus ngurusin lagi." Pesannya yang di angguki Rain.

"Duh enaknya jadi orang kaya,Mau apa pun bisa." Rain bersenandung sembari masuk kamarnya.Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya sembari menarik napas sepenuh dada.Jelas dia capek memiliki anak seperti Rain yang super ajaib itu.

Bab 3

Malam ini Rain ikut merayakan ulang tahun Evan temannya.mereka merayakan ulang tahun itu di klub malam atas usulan David dan Vano.Rain memang di bebaskan oleh kedua orang tuanya.mereka hampir tidak pernah melarang karena Rain anak satu-satunya walau begitu Hendri dan Hera tetap sedikit membatasi.tapi tetap saja.Rain itu susah di larang semakin di batasi ia semakin memberontak.

Tak heran ia sering kali masuk ruang BK karena ulahnya.Hera ibunya itu hampir bosan selalu di panggil ke sekolah.karena kenakalan bocah itu tapi walau begitu Rain tetap lah anak yang membanggakan karena kecerdasaannya.jika saja orang tuanya bukan orang yang menyumbang banyak dana di sekolah itu.mungkin pihak sekolah sudah lama mengeluarkan murid yang bernama Alexander Rain itu.

"Kalian udah dari tadi?" tanya Rain dia datang bersama David kedua anak sultan itu tampak lebih tampan dari biasanya.Rain yang jangkung dan berkulit putih pucat itu terlihat sangat cocok memakai kaus putih polos dan jaket denim juga celana ripped jins hitam.kalau David seperti biasa,David yang hobby menggenakan kemeja di gulung hingga sikut itu kemana pun ia pergi lelaki nyeleneh itu suka sekali dengan kemeja dan kaus.

"Udah bulukan dan lumutan malah kita nungguin lu sama David." ucap Marcel di angguki yang lain mereka sudah pegal menunggu kedatangan duo anak sultan itu dan herannya mereka tidak pernah merasa bersalah benar-benar minim ahlak memang.

"Gue tadi jemput David dulu." Rain jujur ia telat karena harus jemput David.membutuhkan waktu hampir setengah jam karena macet.entah lah padahal mereka memiliki kendaraan masing-masing.

"Hayuk kita rayakan dulu ulang tahun anak yatim ini." seru Revano seraya menepuk bahu Evan sang empunya hanya mendengus.

"Siap." jawab mereka serempak.lalu memulai dengan makan-makan dan minum.para anak-anak nakal itu pun sudah terbiasa minum mereka bebas karena kurangnya pengawasan orang tua.keluarga mereka semua pengusaha selalu sibuk dengan urusan kerja hingga lupa mengawasi anak-anak mereka yang sudah di luar batas pergaulannya.

"Kamu jangan minum." David melarang Vira ikut minum padahal wanita itu baru saja akan menuangkan minuman laknat itu ke gelasnya. sebagai lelaki yang baik yang selalu menjaga perempuannya.David tidak suka Vira minum alkohol karena ia sangat menyayangi wanita itu.

"Gapapa Vir minum aja" kompor Vano menjerumuskan dasar emang lelaki kampret.

"Iya Delia juga minum tuh sesekali lah enak kok Vir kaya ale-ale." timpal Evan.Vira meminta persetujuan dari David dengan berat hati David mengangguk.

"Boleh gak?aku pengen" Vira menggoyangkan tangan David dengan memasang puppy eyesnya.

"Iya boleh,apa sih yang enggak buat kamu." David mencium pipi Elvira membuat temannya kompak pingsan berjamaah.

"Ah jadi pengen gua." Celetuk Vano laki-laki berkacamata itu terlihat sangat iri pada pasangan legend itu.

Rain mendelik ke arah pasangan yang agak lumayan rempong itu,David dan Vira adalah pasangan sehati sejiwa.mereka pacaran dari SMP kelas dua dan sampe sekarang masih langgeng saja entah kapan putusnya pikir Rain bosan sekali melihat mereka.

"Fie kok diem aja?kamu kenapa,pusing?" tanya Vano melihat Sofie dari tadi diam saja Rain melirik ke arah Sofie.dan perempuan itu membuang wajahnya enggan melihat Rain.

"dih elu kenapa markonah.sok cantik banget, najis." batin Rain.

"Aku gapapa kok." jawab Sofie yang lain mengerti dan paham antara Sofie dan Rain sepertinya hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja lebih tepatnya Tak jelas,sudah tidak aneh lagi.

"Udah ah ayo nikmati teajus ini." ajak Rain mereka bersulang merayakan ulang tahun Evan.malam makin larut anak muda itu makin asik menikmati musik.Evan dan Vano sudah terkapar hanya gayanya saja dan sok iye banget.

Begitu juga Rain dia payah dalam hal minum ia tak kuat alkohol,Rain sudah tumbang sejak tadi ia sengaja diam di pojokan cosplay menjadi patung.hanya David yang masih on lelaki itu kuat dia terbiasa menikmati dengan ayahnya sejak ia SMP sudah terbiasa minum alkohol.

"Rei.mau pulang gak?ayo pulang aja biar gue yang nyetir." ajak David ia menepuk bahu lebar Rain beberapa kali.

"Gak mau nanti aja." tolak Rain padahal wajahnya sudah merah akibat terlalu mabuk.

"Nanti mama lu nyariin anak bujangnya belom pulang,ayo." David menarik tangan Rain lelaki itu tetap menolak sejak kapan mamanya nyari Rain.Hera masa bodo saja kemana pun Rain pergi,sepertinya mau Rain pergi ke planet lain pun Hera tak akan mencari.ibu ibu satu itu selalu sibuk dengan urusan kerjaan dan hidupnya yang hedon.

"Aku pulang sama siapa?" Vira melihat sekeliling semuanya pada tepar.

"Kamu tadi kesini sama siapa?" David jadi bingung semuanya sudah mabuk hanya dia yang masih sadar.apa lagi Evan Dan Vano mereka sudah melantur kemana-mana dan terlihat saling menggerayangi satu sama lain itu membuat David merinding.takut kedua temannya itu belok.

"Sama Sofie,tapi dia malah mabuk" Vira bingung dia pulang di antar siapa.Vira tidak bawa mobil lagi pula ia juga tidak bisa menyetir.

"Ya udah aku antar kamu sama Sofie dulu deh" putus David karena ia tak akan membiarkan perempuannya menunggu.

"Rain,gue pulang nganter Elvira sama Sofie dulu ya,lu gapapakan nunggu?kalo enggak gue telepon pak Sandi aja mau gak?" David membangunkan Rain.

Lelaki itu terlihat malas hanya untuk sekedar membuka matanya." iya udah sana gak usah kawatir,gue bukan anak ingusan." jawabnya ia malas sekali pada David yang berlebihan itu.

"Ya udah gue jalan dulu jangan kemana-mana lu diam." David terlihat kawatir dengan keadaan Rain pemuda itu sudah mabuk parah ia takut Rain malah macam-macam.atau melakukan kekacauan.David pulang lebih dulu mengantar Vira dan Sofie.

Rain tak peduli apa pun ia masih setia di sana dia enggan pulang masih ingin menikmati dentuman musik yang membuat kepalanya semakin pusing.melihat para wanita seksi Rain merasa ada yang aneh pada tubuhnya mungkin pengaruh minum.kalau terlalu mabuk otak Rain memang sering berkelana traveling ke berbagi tempat.

"Tuan muda belum pulang ya?" tanya Kia matanya terlihat sudah berair karena mengantuk mereka ingin tidur tapi tuan mudanya belum pulang takut nanti membutuhkan sesuatu.dan biasanya jika pulang akan berteriak meminta di buatkan cemilan atau minuman sebetulnya tidak masalah karena di luar ada Pak Amir.hanya saja tidak ingin selalu merepotkan Pak tua itu.

"Sana tidur aja kalian,biar aku yang nungguin dia." suruh Selin sambil menahan kantuk dia akan menunggu Rain pulang.karena biasanya ia yang paling sering menunggu anak itu.

"Justru kamu sana tidur duluan kamu kan kuliah pagi." ucap Riska dia memang selalu peduli pada Selin.

"Aku ngantuk sih ya udah kita tidur aja yuk." Ajak Selin dia sudah menguap beberapa kali matanya bahkan sudah sepet.

"Kalo pulang gimana?tau aja rempongnya kaya apa udah kamu aja sana." suruh Riska sebenarnya ia pun mengantuk.

"Nanti kan dia telepon ke kamar kita kalau enggak teriak-teriak kaya tarzan." Kia sudah hapal betul bagaimana kelakuan tuan muda itu.

"Kalo dia dengar pasti ngamuk." ucap Veronika dia dari dapur usai mengambil pisau untuk memotong buah di kamarnya.

"Mbak ngagetin aja." Kia tak enak kepergok sedang menggosipkan anak majikannya walau begitu bodo amat saja.karena ia sudah lelah dengan tuan muda itu.Veronika terkekeh.

"Udah pada tidur sana.udah malam juga kan tenang ada pak Amir di luar." Vero menyuruh ketiga wanita itu tidur.mereka pada ke kamar masing-masing dengan girang.

"Makasih ya Ka." ucap Selin senang karena ia pun udah ngantuk untung saja di luar ada pak Amir.besok pagi ia akan meminta maaf pada pak Amir karena membiarkan pak tua itu yang menunggunya.

"Tidur sana kamu kuliah pagi kan?" Vero seraya jalan ke kamarnya Selin mengangguk ia mengikuti Vero.kamar mereka tidak begitu jauh letaknya.

Malam semakin larut bahkan hampir subuh Rain baru lah pulang,dia mencari mobilnya sambil terus memegangi kepalanya yang rasanya hampir pecah.dengan setengah kesadarannya Rain menyetir ia mau menghubungi pak Sandi supir Hendri.tapi Rain kembali mengurungkan niatnya.Rain teringat beberapa waktu lalu mereka kecelakaan di jalan karena pak Sandi menyetir sambil mengantuk.sampai di rumah dia berjalan dengan sempoyongan penglihatannya pun buram efek minum terlalu banyak.membuat Rain hampir kehilangan kesadarannya.

"Tuan baik-baik aja?" tanya Pak Amir satpam di rumah Rain kawatir melihat tuan muda jalan seperti zombie menahan pipis.

"Iya.nih kunci." Rain melempar kunci mobil pada pak Amir lalu masuk ke dalam rumah.ia ke dapur terlebih dulu Rain mencari air dingin tenggorokannya terasa pahit dan seret.

Rain membuka kulkas mencari botol air dia minum hingga satu botol hampir habis.pemuda itu terengah-engah kemudian menyandarkan tubuhnya di kulkas kepalanya masih terasa pening sekali dan berputar.

"Duh kebiasaan,aku lupa ngisi air." gerutu Selin sambil jalan ke dapur akan mengisi air minum, kebiasaannya tengah malam suka bangun karena haus.Selin mengisi botol kaca miliknya.

Selin tak menyadari Rain ada di sana karena memang gelap juga dan dia bangun tidur, matanya masih buram lebih lagi Selin sangat mengantuk.ke dapur pun dia berjalan dengan setengah merem.Rain mendekati Selin ia memeluk Selin dari belakang.tentu saja wanita itu kaget karena tiba-tiba ada yang memeluknya.

"Kamu siapa?" tanya Selin dia berusaha memutar tubuhnya dan melepaskan pelukan lelaki itu dari aroma parfumnya Selin hapal itu pasti Rain.saat Selin berhasil melepaskan diri dia tau itu memang Rain.

"Sel" kata Rain dia meringsek mendekati Selin tentu saja Selin keget dan ketakutan setengah mati.

"Rain lepas,awas ih kamu mabuk?" Selin mendorong tubuh Rain namun tak geser sedikit pun tenaganya dua kali lebih kuat dari Selin." Lepasin,aku mau tidur,gila kamu." Selin memukul wajah Rain karena lelaki itu sudah kurang ajar.

"Ayo kita bersenang-senang,Sel." ujar remaja itu dengan penuh napsu yang tentu saja membuat Selin terkejut dan ketakutan.

"Bersenang-senang apa?udah gila kamu" ucap selin sembari berontak dalam pelukan lelaki itu.Selin ingin teriak tapi dia tidak ingin orang rumah salah paham.Selin tau kalau dia melakukan itu besok dia lah yang paling salah karena Selin tau bagaimana liciknya Rain dia pintar memutar balikan fakta.

"Lepasin,aku mohon." Selin sudah ingin menangis tubuhnya gemetar karena Rain terus memaksanya.dan berusaha menyambar apa saja yang ada di tubuh Selin.tiba-tiba Rain membekap mulut Selin dan menyeretnya ke kamar tamu yang letaknya tidak jauh dari sana,dengan tidak melepaskan cumbuannya dari tubuh wanita itu.

"Rain jangan.aku mohon jangan sentuh aku." rintih Selin dengan air mata yang terus meluncur Selin mendorong tubuh Rain yang berada di atasnya itu.lelaki itu tak peduli ia terus melancarkan aksinya hasratnya harus segera terpuaskan karena celananya sudah sangat sesak.

"Diam gak?sebentar aja aku gak lama kok." bentak Rain dia tak peduli pada Selin yang terus memohon dan meronta.Selin hanya bisa pasrah di bawah kungkungan tubuh jangkung itu.

"Ahh,Sel.kamu nikmat banget." racau Rain di tengah pergerakannya.betapa jijiknya Selin mendengar Rain menggeram nikmat dan meneriakan namanya saat laki-laki itu mencapai puncak.namun tak bisa ia pungkiri Selin ikut menikmati permainan itu pada akhirnya.entah dia mungkin sudah gila bisa-bisanya ikut menikmati dan melenguh nikmat saat Rain bergerak dengan intens di atas tubuhnya.

Usai itu Selin bangun lalu memunguti pakaiannya dan memakainya kembali.melihat Selin bangun Rain ikut membuka matanya dan ia tersenyum saat melihat tubuh polos yang sedang memunguti pakaian itu di lantai.tapi ia tak peduli dan kembali tidur.Selin keluar dari kamar itu ia buru-buru mengunci pintu kamarnya dan mengganti bajunya yang tersedia di sana takut ada yang melihat.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!