NovelToon NovelToon

Terjerat Cinta Sang Asisten

Davina Fidelya

Seperti biasa Davina berangkat kerja dengan mengendarai sepeda motor kesayangannya menuju sebuah perusahaan sepatu terkenal di kotanya.

Karakternya yang sedikit tomboy sukses membentuk dirinya menjadi sosok yang mandiri. Ia tinggal bersama ibu dan adik laki-lakinya semenjak ayahnya meninggal enam tahun lalu karena sebuah kecelakaan kerja.

Sepanjang perjalanan bibirnya tak henti komat-kamit sambil sesekali menghentak-hentakan kepalanya mengikuti irama musik dangdut koplo kesukaannya, yang ia dengar lewat galeri musik yang tersimpan di ponselnya.

Lampu merah menyala dan sontak ia menghentikan laju motornya, tiba-tiba sepasang netranya menangkap peristiwa janggal tepat di seberang jalan yang jaraknya agak jauh dari keramaian jalan.

Sebuah mobil mewah yang terparkir dengan kondisi kaca depan mobil retak akibat dihantam pukulan benda keras.

Tak jauh dari mobil mewah itu, nampak dua orang pria bermasker tengah berusaha membuka paksa pintu mobil yang didalamnya nampak seorang pria paruh baya dan seorang anak laki-laki.

"Sepertinya ada yang tidak beres dengan mereka." ucap Davina dalam hati dengan pandangan masih tetap fokus mengawasi dari kaca spion motornya.

Tak berselang lama, lampu hijau menyala dan antrian mobil pun kembali berjalan. Hanya Davina yang masih belum melajukan motornya karena ia masih asyik mengawasi sesuatu yang mengusik perhatiannya.

Tiba-tiba jiwa wonder womannya timbul, ia tak bisa membiarkan itu terjadi. Apalagi nampak didalam mobil mewah itu ada seorang anak kecil yang menangis ketakutan dipelukan pria paruh baya itu.

Davina memutar otaknya, agar tidak menimbulkan kecurigaan dari sekelompok pria-pria aneh itu, perlahan ia pun memarkirkan motornya di bahu jalan yang jaraknya tidak terlalu jauh dari mobil mewah itu dan hanya sedikit terhalang pohon mahoni yang berjejer di pinggir jalan.

Sambil berpura-pura memainkan ponselnya, matanya masih tetap mengawasi orang-orang itu. Ia tetap siaga jika terjadi hal-hal yang tidak di inginkan terjadi pada penghuni mobil itu, ia akan siap membantunya.

Dengan bekal keahlian bela diri warisan dari almarhum kakeknya dulu, ia mencoba memberanikan diri mengambil resiko terburuk apapun demi menolong mereka yang terancam bahaya.

Dan benar saja, nampak dua orang pria bermasker itu mendekati kaca mobil, dan kembali memukul kaca jendela. Salah satu dari mereka membawa sebuah kayu balok besar yang bergerigi tajam, dan yang satunya lagi dengan tampangnya yang sangar pula mencoba mendekati pintu mobil dan memberi isyarat agar pria yang ada didalam mobil segera keluar.

Namun pria itu sepertinya enggan keluar karena terlihat anak kecil yang ada disampingnya menangis ketakutan.

Karena merasa diabaikan perintahnya, terlihat salah satu pria bertato itu sepertinya hendak membuka paksa pintu mobil dengan sebuah alat canggih yang tidak begitu jelas bentuknya, sontak anak kecil itu menjerit ketakutan. Davina tersentak melihat kejadian itu, otaknya langsung berputar mencari jalan. Bagaimana caranya ia bisa menolong mereka sementara ia hanya sendiri, dan mereka berempat.

Sejago-jagonya ia bisa bela diri, tapi tetap saja ia tidak akan mampu melawan mereka yang notabene berperawakan tinggi besar. Kalaupun ia nekad melawan, pastinya itu merupakan hal konyol. Yang ada bukannya bisa membantu pria itu, malah dia sendiri yang babak belur.

Davina kembali berfikir ulang. "Aku harus mencari ide yang jitu biar bisa menolong mereka, tentunya dengan cara halus tanpa menggunakan fisik kayanya itu ide bagus Saya coba, mudah-mudahan saja berhasil." katanya dengan sorot mata tajam penuh keyakinan.

Tiba-tiba terbersit sebuah ide. Walaupun tidak yakin akan berhasil, namun tak ada pilihan lain selain mencobanya, setidaknya ia telah berusaha menolong mereka.

"Demi membela kebenaran, aku harus berani!.. ayo Davina kamu pasti bisa!. Bismillah..." teriak Davina (dalam hati).

Davina berjalan dengan terhuyung-huyung mendekati mobil yang terparkir itu, tangannya memegangi perutnya yang buncit, rambutnya sengaja ia buat acak-acakkan, pakaian yang berantakan, sementara kakinya ia seret seolah sedang terluka atau keseleo atau entahlah gak jelas temanya, yang pasti sekilas ia nampak begitu memprihatinkan bagi siapapun yang melihatnya. ( Kalau menurut aku sih terlalu lebay kayanya.... hehe).

"aaaaawwhh!... uhuk...uhuk...to..to...tolooong.....aawwwhh...kakikusakiiit.... aaawh, dan aku sepertinya mau melahirkan tolooong!" Davina mencoba mengelabui pria-pria bermasker itu dengan pura-pura sakit dan hendak melahirkan.

Ia mendekati pria-pria kekar itu, pura-pura lugu dan meminta pertolongan mereka.

"Tolong saya om-om baik..., sepertinya saya akan melahirkan.. Awh... Sakiiit... Awh..., tujuan saya mau ke bidan... Ehhh ditengah jalan malah uangku dicopet, mana uangku segitu-gitunya lagi, itu juga hasil pinjem dari bank emok... iiih malah dibawa kabur sama si copet gak ada akhlak dijalan, Ahhh dasar apes-apes..... lalu saya berusaha mengejarnya sekuat tenaga, tapi malah kakiku terkilir dan terasa sakiiit sekali kalau dipakai berjalan. Dan sekarang perutku keram ooom.. sepertinya bayiku mau lahir.. Tolong saya ooomm... Awh... Awh...kasihanilah saya oom..!" kata Davina sengaja berkata panjang lebar dengan tujuan mengalihkan perhatian para pria asing itu dan memberi kesempatan kepada bapak yang ada didalam mobil untuk cepat-cepat pergi.

Namun ternyata apa yang di isyaratkan Davina kepada bapak itu tidak dapat dicerna dengan baik, dia malah ikut-ikutan bengong seperti halnya pria-pria sangar itu, sehingga membuat Davina kesal dan pusing sendiri mencari ide.

Namun walaupun si bapak tua itu agak loading dalam menangkap sinyal dari Davina, tapi ada sedikit harapan yang terlihat. Pria bermasker yang sedang mencoba membuka paksa pintu mobil itu menghentikan aksinya, lalu ia mendekat saking penasarannya terhadap akting Davina yang over lebayy..

Ia bingung bin heran karena tiba-tiba ada seorang perempuan aneh menghampirinya dan menghambat rencananya.

"To....long!....ooom.. aku mau lahiran ini, kenapa pada bengong siihh... oom-oom atau siapa aja deh bisa antar saya kerumah sakit gaaak?, saya benar-benar sudah tidak kuat lagi ini!" kata Davina sambil bergantian menggoyang-goyang pundak pria-pria bertato itu.

Nampak mereka diam kebingungan, tak ada seorangpun yang bergeming, bahkan ketika pundaknya di goyang-goyang pun, mereka diam saja pasrah, mungkin mereka berfikir :"Ini cewek aneh banget si, istri bukan sodara bukan, bikin anaknya juga kagak ikutan, kok minta anterin lahirannya ke gua sih?" kompak mereka berfikir sama.

Salah satu dari mereka terlihat saling berbisik.

"Ini sudah kagak bener bos, sepertinya kita harus cepat-cepat cabut dari sini sebelum orang-orang datang menolongnya, bisa rumit nanti bos urusannya!."

Kata salah satu pria itu sambil sedikit menarik tangan yang di sebut bos itu. Si Bos hanya bisa menganggukkan kepalanya pasrah karena ia pun sebenarnya bingung karena tiba-tiba saja tak ada angin tak ada hujan ada seorang wanita yang mau melahirkan di hadapannya, dan ini yang pertama kalinya dialami selama ia bergelut di kancah perampokkan.

Akhirnya mereka pun pergi dengan sukarela menuju mobil yang mereka parkir.

" Yess...sukses! Akhirnya mereka pergi juga!" Gumam Davina sambil merapikan kembali bajunya, dan mengambil sweater kesayangannya yang ia simpan dibalik baju agar terlihat seperti ibu hamil.

Davina berdiri menghadap pintu mobil, sambil tersenyum ia memberi isyarat bahwa semua sudah aman.

BERSAMBUNG

---) Jangan lupa tinggalin jejak yaaah, like dan komen nya di tunggu.... 🙏🏻🙏🏻😘

Visual Davina

Hanya tergores sedikit

Pria paruh baya itu akhirnya bisa bernafas lega ketika melihat para perampok itu telah pergi, seraya tersenyum dan melirik kearah anak kecil yang berada disampingnya, lalu ia pun keluar mobil.

Nampak Sosok pria dewasa dengan penampilan karismatik tersenyum ramah pada Davina. Dengan tatapan lembut dan senyumnya yang masih menawan, ia menyodorkan telapak tangannya untuk berjabat tangan dengan Davina.

"Terimakasih telah menolong kami, entah apa yang akan terjadi jika nona tidak datang tepat waktu, padahal saya lihat mereka sangatlah berbahaya, tapi nona sangat berani menghadapi mereka. Saya salut dengan keberanian nona, dan sekali lagi saya ucapkan, terimakasih!." seraya sedikit membungkukkan tubuhnya kearah Davina.

"Sama-sama pak, saya pun senang bisa menolong bapak. Dan sebagai sesama manusia, selayaknya kita saling tolong menolong terhadap orang yang memerlukan bantuan selagi kita mampu, betul tidaaak..?" kata Davina spontan menirukan ucapan salah seorang ustadz terkenal sambil terkekeh. Pria paruh baya itupun tersenyum penuh kekaguman.

" Ini kartu nama saya, kalau ada waktu saya mengundang nona untuk datang ke rumah!". Sambil menyodorkan sebuah kartu nama. Davina pun meraihnya sambil mengamati nama yang tertulis jelas di kartu nama itu.

DANENDRA ARYAGUNA.  President Of Aryasuta Company.

"Apaaaa.... dia pengusaha terkenal itu?, ya Tuhan mimpi apa aku semalam sampai bisa bertemu dengan pemilik perusahaan yang lagi viral di tv-tv itu?". Gumam Davina kaget sekaligus tidak menyangka, kalau ia bisa bertemu langsung bahkan menolongnya dalam keadaan dia dalam bahaya.

"Terimakasih atas undangannya,  dengan senang hati kapan-kapan saya akan berkunjung ke rumah Bapak." senyum sumringah terlintas di bibir mungilnya, karena saking senangnya ia bisa bertemu langsung dengan sosok pengusaha hebat seperti DANENDRA ARYAGUNA yang diam-diam ia kagumi. Kedua netranya masih tetap memandang kartu nama itu tanpa kedip.

" Baik nona, saya tunggu kedatangan anda!. Kalau begitu saya pamit duluan karena ada sesuatu yang harus saya kerjakan. Terimakasih atas kebaikan nona." Seraya membungkukkan kembali tubuhnya sopan, lalu pria itu pun pergi meninggalkan Davina yang masih bengong.

(kau yang slalu ku puja-puja, namamu terukir indaaaah...) 4x

Terdengar ponselnya berdering berkali-kali dari dalam tas gendongnya, dengan cepat ia menjawab telpon dari Lani teman kerjanya. " Iya Lan, aku otw sekarang. Ceritanya panjang, nanti saja saya ceritakan. Pastinya kamu gak akan percaya deh kalau tidak lihat buktinya. Tar ya kita ketemu di sana, ok!" kata Davinà sambil menutup telponnya.

"Lho, kemana bapak itu.. Ahhh sial, kenapa aku bisa gak sadar sih kalau dia pergi.. Bodoh-bodoh.. Mana belum minta tanda tangan lagi." guman Davina kesal sendiri.

Bergegas Davina menuju motornya yang ia tinggalkan di dekat pohon tadi . Ia melirik jam tangannya yang telah menunjukkan waktu jam masuk kerja telah lewat dan itu artinya dia telah terlambat hampir satu jam lebih.

"Oh, God! Aku telat lagi. Bisa-bisa ini hari terakhir aku masuk kerja." Batin Davina cemas.

________00000________

Sesampainya di depan pintu gerbang perusahaan, Davina sengaja turun dari motornya dan memarkirkannya di sisi pintu gerbang. Sambil merapihkan pakaiannya yang nampak kusut bekas aktingnya tadi, lalu ia berjalan menghampiri pos penjagaan.

Dengan memasang senyum manis sejuta Watt, perlahan ia  mendekati salah seorang petugas keamanan yang tengah berjaga di pos depan.

"Selamat pagi, Pak! Maaf hari ini saya kesiangan, tadi ada sedikit masalah di jalan jadi saya terlambat, apa boleh saya masuk, Pak!?." dengan sopan Davina memohon..

Petugas keamanan itu melirik Davina dengan memasang muka masam sejuta Watt nya, kebalikan dari Davina.

"Apa?, hari ini?.tidak salah kamu?, ini keterlambatan kamu entah yang keberapa puluh kalinya tahu!, sudahlah! lebih baik kamu pulang saja.! Sepertinya kamu sudah mulai bosan kerja di sini ya?" Kata seorang pria berseragam keamanan menatap sinis Davina.

"Tapi saya serius pak, tadi saya terjebak macet makanya saya terlambat datang. " kata Davina berbohong.

" Saya janji pak, tidak akan mengulanginya lagi!, ini yang terakhir deh, suer!" Sambil menyatukan dua telapak tangan di dada, ia memohon.

"Sudahlah kamu pulang saja, percuma kamu memohon juga, kamu sudah telat hampir 2 jam. Besok saja kamu datang sekalian bawa surat pengunduran diri sebelum perusahaan memecat mu. Itu akan lebih terhormat!." Ledek pria berseragam itu pedas.

"Kok bapak tega amat sih, kalau urusan pecat memecat itu bukan urusan bapak, kenapa jadi bapak yang repot sih, pemilik perusahaan juga bukan. Apa susahnya sih kasih saya kesempatan masuk dulu kek, dasar gak punya hati!, saya sumpahin bapak pulangnya dikejar gorila!" gerutu Davina kesal, sambil berlalu menghampiri motor kesayangannya. Tiba-tiba....

Tiiiiiiiiinnnn!.... brugh!...

"aaaawhh!...

Terlihat sebuah mobil Lamborghini Gallardo kuning masuk dan menabrak motor yang baru saja hendak ditumpangi Davina hingga jatuh. Seorang pemuda tampan dengan penampilan keren langsung keluar dan memeriksa mobil nya takut ada yang tergores.

Dia menatap tajam kearah Davina yang masih syok dengan kejadian barusan yang hampir saja membuat dirinya celaka. Perlahan ia menghampiri Davina dengan tatapan tajam yang terasa menusuk jantung Davina.

" Hei bodoh!!, kamu sengaja yaa membuat mobilku rusak?, lihat.!!, akibat benda jelekmu itu, mobil ku tergores!" bentak pemuda itu sambil kembali mengecek mobilnya yang tergores sedikit.

" Pokoknya saya tidak mau tahu, kamu harus ganti kerusakan ini dan jadikan mobilku mulus kembali!" sambil berkacak pinggang, pemuda berkata. " Dan kamu tahu berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk menghilangkan goresan ini?" Sambil menunjuk mobilnya yang terlihat hanya tergores sedikit bahkan cenderung tidak terlihat.

"Seumur hidupmu, kamu tidak akan mampu mengganti kerusakan mobilku ini" Dengan sombongnya pemuda itu berkata sinis.

" Oooh Jangan- jangan kamu sengaja ya menabrakkan diri agar bisa mendapat uang ganti rugi dariku?.. hahaha... akal bulusmu itu sudah bisa kutebak, jadi yang pintarlah sedikit kalau kamu mau cari uang, akal-akalanmu itu sudah basi!". kata pemuda itu pedas membuat telinga Davina semakin memanas.

Davina menoleh kearah pemuda itu dengan tatapan yang tak kalah tajamnya. Ia tidak terima jika dirinya yang disalahkan, bahkan dituduh yang bukan-bukan oleh pemuda itu. Justru dirinyalah yang seharusnya marah karena telah terluka akibat jatuh tertabrak mobil itu.

"Heyy pecundang, bisanya hanya memutar balikkan fakta saja, jelas-jelas kamu yang salah. Gak lihat apa ada motor segede gini?, malah seenak jidatmu saja nyalahin orang, jangan-jangan matamu rabun yaa?" bentak Davina tak kalah keras sambil meringis menahan perih karena luka lecet akibat jatuh tadi.

Tak berselang lama, para petugas keamanan pun datang menolongnya bangkit dan mamapahnya masuk kedalam pos untuk segera mangobati lukanya.

BERSAMBUNG

-----) Jangan lupa tinggalin jejak yaaaaah, like dan komennya di tunggu🙏🏻🙏🏻😘....

Visual Radithya dan Davina ketika sedang berdebat.

  

  

  

Radithya Mahawira Aryaguna

Plakk!

Sebuah tamparan keras berhasil mendarat di pipi mulus milik pemuda angkuh itu. Semua orang yang menyaksikan life drama tersebut terkejut setengah mati, mereka tidak menyangka kalau Davina berani melakukannya. Diantara para penonton bahkan ada yang sampai melongo tak berkedip menyaksikan keberanian Davina mendaratkan tanda lima jarinya di pipi seorang pemuda berpengaruh di perusahaan.

"Sunggguh tontonan seru melebihi sinetron si ikan terbang". kompak mereka berfikir sama.

"Hei, brengsek!. Apa kamu fikir saya sudah sebodoh itu  untuk menabrakkan diri ke mobil kamu, hah? Justru disini saya yang di rugikan, karena hampir saja saya harus kehilangan nyawa oleh mu!" 

Mata Davina memerah, rahangnya menegang, bibirnya bergetar menahan emosi yang ia tahan dari tadi. Selama ini ia belum pernah menampar seorang lelaki, tetapi kali ini entah kenapa ia merasa  begitu tersinggung dengan semua perkataan pemuda yang angkuh dan menyebalkan itu.

Suara bisik-bisik tetangga terdengar di mana-mana, terutama di mulut para pemburu gosip yang menyaksikan drama gratis tersebut, nampak seorang petugas keamanan dengan sigap langsung membubarkan kerumunan orang yang berada disana.

"Hey!, cepat bubar kalian bubaaarrr.... !!!... atau kalian akan saya adukan ke personalia biar kalian di kasih SP 3 semua.!, ingat! cukup kalian saja yang tahu tentang kejadian ini. Kalaupun sampai ada orang luar yang mengetahuinya, berarti salah satu dari kalian lah yang telah menyebarkannya. Dan tahu apa konsekuensinya? yang jelas karir kalian di dunia kerja akan hancur!. Ingat itu dan jangan main-main dengan peringatan ini!, paham kalian?"

Tegas dan mengandung intimidasi, petugas keamanan itu mengeluarkan ultimatum keras. Semua orang yang berada disana hanya bisa diam dan mengangguk pelan.

Walau nyata sekali terbersit kekecewaan dari raut wajah mereka yang memiliki misi menyebar gosipnya telah Gatot alias gagal total, namun mereka tidak mau mengambil resiko dengan mempertaruhkan kelangsungan pekerjaannya.

Dengan berat hati kemudian mereka membubarkan diri secara sukarela dengan membawa sejuta rasa penasaran tentang next episode nasib si gadis pemberani itu.

Tidak lama salah satu dari petugas keamanan menghampiri Davina dan pemuda itu.

"Selamat pagi pak!, maafkan kami atas kekacauan ini!, lain kali kami akan lebih mendisiplinkan lagi karyawannya.!" katanya sopan, yang direspon pemuda itu dengan gumaman kecil : "hmmm" katanya angkuh dengan tatapan kedua netra yang masih tertuju kearah Davina.

Lalu petugas keamanan itu berbalik menatap Davina yang masih memegangi lukanya yang semakin perih.

"Apa yang telah kamu lakukan, hah? Tidak tahukah dengan siapa kamu berhadapan tadi? Kali ini kamu sudah keterlaluan!, cepat urus pengunduran dirimu, dan jangan pernah menampakkan diri lagi di perusahaan ini! " Kata petugas keamanan itu tegas.

Davina semakin kesal, dia merasa justru dirinyalah yang semestinya dibela, menurutnya itu tidak adil karena jelas-jelas pemuda itulah yang bersalah.

"Bapak tidak lihat apa?, jelas-jelas dia yang salah karena dengan sengaja menabrak motorku!, sungguh aneh masa sih dia tidak bisa melihat ada motor Segede gini di depannya, main seruduk aja!!. Mentang-mentang orang kaya, seenaknya aja memutar balikan fakta." kata Davina penuh amarah matanya menyorot tajam.

"Heyy,.. Makin lama kamu makin berani yaa..

Lihat baik-baik, beliau adalah salah satu penerus pimpinan perusahaan ini,  Bapak Radithya. Dan sebentar lagi beliau lah yang akan menggantikan posisi pimpinan di perusahaan ini. Jadi sekarang cepat kamu minta maaf dan pergi dari sini!." Bentak petugas dengan tatapan tajam.

Sesaat Davina diam seolah sedang mencerna setiap kalimat yang di lontarkan petugas itu, sontak kedua netranya mendelik seakan hendak loncat dari kelopaknya setelah sadar dengan kalimat petugas yang mengatakan bahwa pemuda itu adalah seorang CEO baru yang akan menggantikan ayahnya.

"A...apa..., di....dia anak pemilik perusahaan ini?, jadi di..dia.. anaknya Pak Danendra yang hebat itu...lalu diapun yang nantinya akan menjadi pimpinan baru di perusahaan ini? Ya Tuhan, mati aku!" Batin Davina kaget.

Ia tidak menyangka sama sekali kalau lelaki angkuh itu adalah sosok yang selama ini viral di perusahaannya. Banyak rumor yang mengatakan bahwa perusahaan akan ganti pimpinan dan pemimpin yang baru itu adalah seorang pengusaha muda, tampan, single, suka gonta-ganti perempuan, angkuh dan juga arogan, itulah gosip yang terdengar selama ini ditelinga Davina.

Dan kini sosok itu ada di hadapannya, yang telah ia caci maki, bahkan lebih parah lagi ia telah memberikan cap lima jari di pipinya yang mulus...

Tiba-tiba tubuhnya terasa ringan, kunang-kunang berterbangan dimana-mana, burung-burung kecil pun tak mau kalah ikut menari-nari di atas kepalanya, ia coba pejamkan matanya sambil sedikit menggelengkan kepalanya yang terasa berat, yang nampak burung-burung kecil itu makin cepat menari dan berputar tepat di atas kepalanya. Ia hanya bisa diam... Tubuhnya terasa kaku... lalu semua terasa begitu ringan... gelap... dan hening...

Davina terkulai lemas tanpa sanggup lagi menyangga beban tubuhnya. Ia hampir saja jatuh jika pemuda itu tidak sigap menopang tubuh Davina. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ia langsung membawa Davina menuju gedung khusus para petinggi dan staff perusahaan dengan mobil mewahnya tanpa memperdulikan berpasang-pasang mata yang memandangnya penuh tanda tanya.

Walaupun ada beberapa orang yang menyaksikan life drama yang menghebohkan tersebut, bahkan tak sedikit mulut-mulut comel saling bergosip ria antar sesama gosiper menjadikan peristiwa tadi sebagai bahan ghibah yang menarik, namun lagi-lagi... sang petugas keamanan berhasil meredam niat para pemburu gosip itu sebelum mereka melancarkan aksinya menyebar virus-virus gosip. Good job!.

----------------000-----------------

"Tolong siapkan kamar untuk nona ini, dan ketika dia sadar nanti layani keperluannya dengan baik. Tetapi ingat!, jaga mulut kalian dari bahan omongan yang tidak berguna, jika kalian masih betah bekerja disini, kalian mengerti?" tanya Radithya sambil menatap tajam satu persatu pelayannya.

Ketiga pelayan itu menganggukan kepalanya tanda mengerti, setelah membaringkan Davina di atas ranjang, ia pun pergi meninggalkan ruangan itu menuju sebuah ruangan megah yang jarak nya tak seberapa jauh dari tempat Davina berada.

Setelah Tuan nya pergi, ketiga pelayan itu hanya bisa saling pandang tanpa berani membuka suara. Mereka tidak mau mempertaruhkan pekerjaannya hanya demi bergosip ria. Mereka memilih diam dan menenggelamkan dalam-dalam seluruh keheranan yang ada di otaknya, walau rasa heran memenuhi isi kepalanya, karena baru kali ini selama mereka bekerja, ini pertama kalinya ada seorang karyawan biasa bisa masuk ke gedung khusus para petinggi perusahaan, hingga di perlakukan seistimewa itu. "Sungguh di luar nalar " fikir ketiga pelayan itu kompak.

BERSAMBUNG

----) Jangan lupa tingglin jejak yaaah, vote like dan komen nya di tunggu yah.... makasih.... 😘😘😘

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!