NovelToon NovelToon

Si Brondong Manis

Prolog

Perkenalkan..namaku, Teduh. Usiaku tahun ini genap 21 tahun. Nama lengkapku Teduh Sinar Adhinata. Unik ya? Iya dong, seunik sifatku yang out of the box. Kedua orang tuaku menamaiku dengan nama seunik itu kemungkinan mengharapkanku tumbuh menjadi pribadi yang meneduhkan sesama, ringan tangan, mudah menolong, dan jadi orang yang santun serta menjaga tingkah laku.

Tapi sepertinya nama itu tak seluruhnya mendarah daging dalam tubuhku. Buktinya dari kecil, kerjaanku membuat pusing kepala kedua orang tua. Bukan hanya orang tua sih, tapi semua guru waktu aku masih sekolah dulu sudah hafal betul dengan sifatku yang pembuat onar itu. Dari tingkat taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas..tak ada yang tak mengenal nama Teduh si biang rusuh!

Bagaimana ya? Bagiku hidup itu seperti jargon sebuah camilan berbahan dasar kentang! Life is never flat!!!! Jadi aku tak bisa membiarkan hidupku datar-datar saja tanpa ada tantangannya. Sementara hidup itu cuma sekali, masa dilewatkan dengan cerita yang biasa-biasa saja? Iya nggak??

Ini aku waktu lagi unyu-unyu, masih belum berkumis, masih lucu kinyis-kinyis, dan masih sedikit bau amis 😂.

Tapi meski begitu, fansku ngantri persis orang lagi berbaris tunggu giliran jatah daging qurban di mesjid istiqlal. Cius deh! Gak bohong..!

Nah..ini aku yang sekarang. Gimana? tamvan ruvawan bukan?? Tentu saja! Ini karena aku rajin perawatan! Udah..udaah!! gak usah muji, nanti aku bisa tinggi hati! Cukup dipandangi diam-diam, tahu-tahu jatuh hati. Hihihi..

Meski aku seorang lelaki tulen, tapi kegiatan skincare itu musti dan wajib hukumnya untukku. Kulit burik benar-benar tak ada dalam kamus keseharian ku. Jadi jangan heran kalau dalam tasku akan banyak ditemukan barang-barang kosmetik khusus perawatan kulit, dari mulai krim pagi, siang dan juga malam. Kadang bawa lipbalm juga sih, karena bibir kan harus dijaga juga ya..siapa tahu ada yang minta dicipok dadakan..😂

Aku adalah anak dari pasangan suami isteri sejahtera, Bapak Diki Chandra Adhinata, dan Ibu Laraswati. Keduanya pensiunan guru bahasa Indonesia, jadilah mereka memberi namaku unik begitu. Terlalu banyak membaca kamus besar bahasa Indonesia sepertinya 😂.

Saat ini aku sedang mengenyam pendidikan di sebuah universitas kenamaan di kota Bandung. Jurusan Arsitektur, semester enam. Selangkah lagi memasuki semester angker, dimana kewarasan otak akan mulai terancam karena dikejar-kejar deadline skripsi.

Bukan suatu kebetulan aku mengambil jurusan tersebut. Itu semua berangkat dari keinginanku membuat sebuah bangunan yang kokoh, multifungsi tapi juga mengandung unsur keindahan, karena sejatinya aku ini pecinta seni. Semua jenis seni aku sukai, tapi yang paling aku cintai adalah seni dalam mendesain dan merancang struktur bangunan. Tak tahu ya kegemaranku ini menurun dari mana. Tapi yang jelas aku selalu tertarik bila melihat bangunan-bangunan besar menjulang tinggi di ibu kota. Kesan gagah, dinamis, estetik juga artistik bergabung menjadi satu. Gokil..!!

Aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kakakku seorang perempuan, cantik, pintar, sudah berkeluarga, dan mempunyai satu orang putri cantik bernama Gana Chandrika. Keponakan kesayanganku yang paling unyu-unyu.

Suami kakakku bernama Galang. Seorang guru olah raga juga pemilik sebuah club renang lumayan besar di Bandung Barat. Club renang Cakalang namanya, dan aku adalah salah satu couch di tempat tersebut. Lumayan lah..aku jadi punya uang tambahan dengan melatih anak-anak balita berenang disana karena orang tuaku keduanya cuma pensiunan PNS. Jadi uang sakuku cepat limitnya. 😩

Nama kakakku Senja Khaliluna Adhinata. Unik juga kan namanya? Iya lah, seunik perkataannya kalau sedang memarahiku atau mengomeli anaknya. Meski dia pernah berkuliah di luar negeri yang rekam jejak pendidikannya tak ingin kuikuti, dia tetap memegang adat-adat sunda buhun. Kata-katanya mirip bahasa sansekerta kalau sudah marah. Merepet tak terkendali pakai bahasa yang sulit kumengerti.

Tapi meski begitu, aku sangat menyayangi kakak perempuanku, juga anaknya, juga suaminya. Suami kakakku itu panutan Que!! Bagaimana tidak, dia punya jiwa sosial yang kelewat tinggi. Tak bisa melihat nenek-nenek mau nyebrang, tak bisa lihat kucing terjebak di pohon, tak bisa lihat sedikit saja kemalangan di depan mata. Pasti A Galang langsung turun tangan. Istilahnya nih, kalau dia menemukan ada uang yang jatuh dijalan, kakak iparku itu tidak akan mengambil uang tersebut, justru yang dia lakukan adalah menambah jumlah uangnya. Alasannya biar nanti orang yang menemukan uang tersebut bisa dapat jumlah uang lebih banyak. Aneh kan? Memang 😑

Nah..kalau berbicara soal hobi. Hobiku banyak sekali, saking banyaknya aku sampai bingung sendiri sebenarnya apa yang paling aku sukai. Aku suka naik gunung, suka olah raga, suka main musik, suka nyanyi, suka godain mbak-mbak, suka bantu teman-temanku nyolong buah mangga punya tetangga, suka makan gorengan lima tapi ngakunya satu, pokoknya suka hal-hal yang menantang adrenalin deh..rasanya menegangkan. Ngeri-ngeri syedap..🤣🤣🤣

Pembahasan selanjutnya adalah tentang kisah percintaanku. Apa aku sudah punya pacar? atau masih jojoba alias jomblo-jomblo bahagia? atau jangan-jangan sudah ganda campuran? Jawabannya..hemmm..aku masih available sih untuk di dekati. Praktisnya nih, yang sedang dekat, banyak! Tapi tak ada yang berstatus permanen. Semuanya masih bisa tergusur kapan saja. Istilahnya belum punya surat akta lah..😂

Aku belum mau terikat dengan komitmen saya pacar siapa dan harus bagaimana. Kubiarkan semuanya mengalir seperti air. Seumpama filosofi air, nanti juga akan bermuara ditempat yang seharusnya kok. Di samudera cinta yang sudah jelas kapan saatnya..hahaha..jayus pisan!!

Tapi ngomong-ngomong soal pacaran. Aku pernah pacaran sih, dulu sekali waktu masih SMP dengan wanita yang lebih tua enam tahun diatasku. Anak kuliahan. Keren kan? Hehe..enggak deh. Sebenarnya bukan pacaran. Lebih seperti cinta bertepuk sebelah tangan. Perempuannya juga ogah-ogahan aku dekati. Tapi aku nya saja yang kelewat ngefans sampai berhalu ria bahwa dia adalah calon pacar masa depan. Bahkan sampai mengikat janji kalau sepuluh tahun kemudian, aku akan datang untuk melamarnya karena aku benar-benar menyukainya. Habis orangnya manis banget semanis gulali enjot. Sudah itu suaranya haluuuus sekali, kayak putri Solo. Kayaknya kalau di nina bobo kan dia, aku akan cepat sekali tertidur dan masuk ke alam mimpi. Suaranya mendayu-dayu persis alunan musik keroncong..!

Tapi itu dulu..bertahun-tahun yang lalu. Karena setelah agresiku mendekatinya dengan tak tahu malu. Mbak-mbak cantik itu menghilang bak di telan bumi. Nomor teleponnya pun sudah tak aktif lagi. Dan sampai sekarang, aku belum bisa mendapatkan perempuan yang seperti dia. Bahkan mendekatipun tidak. Tapi ya sudahlah..itu kan masa lalu. Masa-masanya cinta monyet. Sekarang aku sudah dewasa, bukan lagi cinta seperti itu yang aku cari. Bukan cinta monyet lagi, tapi sudah berubah menjadi cinta kingkong 🤣

Ya..itulah sekelumit perkenalan tentang diriku. Teduh Sinar Adhinata. Seorang pemuda yang tengah mencari jawaban atas tanda tanya besar dalam kehidupannya. Mencari separuh nafasnya, dan mencari tujuan hidup yang sebenarnya...

*

*

*

*

*

Hai reader, Yubee kembali dengan karya baru nih. Sebetulnya karya ini adalah sequel dari kisah Cinta Itu Budeg. Tapi tenang aja, meskipun novel ini adalah sequel dari novel sebelumnya. Tapi pembaca-pembaca baru masih bisa kok menikmatinya. Meskipun kalau dibaca dari novel selanjutnya bakal lebih ngerti lagi sih. Hehehe..ngarep!

Nama-nama tokohnya kebanyakan masih sama, hanya alur ceritanya saja yang berbeda. Akan banyak tokoh baru yang bermunculan. Juga konflik-konflik ringan yang menghanyutkan.

Semoga berkenan membaca karya saya ini yaa.

Ditunggu like, komen, dan segala bentuk apresiasinya.

Karena sejatinya..tak ada yang lebih membuat semangat dari penulis selain apresiasi dari penikmat karyanya.

Silahkan cari posisi rebahan yang enak. Mari kita mulai cerita selanjutnyaaa...

Happy reading guyss..😁😁😁

#salamketjupbasah

Uncle Ted it's me

Hari ini cuaca Bandung sedang tak bersahabat. Panasnya benar-benar menyakiti kulit! Untung saja tadi aku pakai sunblock sebelum pergi, yang mengandung UV Protection hingga 50 SPF, melindungi dari UV Aging, UV Burning dan Broad Spectrum. Belum lagi, tadi aku juga sempat menggunakan krim antioksidan yang paripurna keseluruh wajah. Jadi kulitku yang berharga ini cukup terlindungi dari paparan sinar matahari yang sedang jahat-jahatnya.

Ini semua perlu dilakukan ya, bukan karena aku adalah seorang lelaki metroseksual apalagi dikategorikan homreng, gak!! sama sekali bukan itu! Aku masih normal, suka perempuan! apalagi yang agak tuaan 🤭.

Aku begitu menjaga penampilan, alasannya lebih kepada bentuk syukur kita terhadap nikmat yang sudah Tuhan berikan, salah satu contohnya yaitu dengan mencintai diri sendiri. Setuju gak? setuju dooong 😉

Back to story..

Kenapa sih siang-siang bolong begini aku kelayapan? Padahal ini adalah weekend, tak ada jadwal kuliah, tak ada jadwal melatih renang, tak ada jadwal ngapel juga.

Hari ini aku terpaksa keluar rumah, melawan teriknya matahari, membelah jalanan kota Bandung yang sudah tak selengang dulu alasannya adalah karena ingin mencari hadiah untuk keponakan kesayanganku.

Si cantik kecintaan uncle Ted berulang tahun yang ke enam hari ini. Begitu Gana memanggilku, uncle Ted. Keren kan? Hehehe

Keponakanku itu sifatnya mirip denganku, atraktif, energik, tak bisa diam barang sedetik. Udah mirip kutu loncat pokoknya! Tapi karena itulah aku menyayanginya. Dia seperti mengingatkanku pada diri sendiri.

Kali ini aku berniat membelikannya satu paket alat sulap sederhana agar keatraktifannya dapat tersalurkan dengan baik. Hadiah boneka lucu, masak-masakan, salon-salonan atau hal-hal girly lainnya tak bisa sepenuhnya menyalurkan keenergikan keponakanku. Dia itu mirip gasing, jadi harus diberi mainan yang membuat konsentrasinya tercurah kesana tapi badannya masih aktif bergerak.

Sekitar pukul dua siang, aku tiba di salah satu mal besar didaerah Sukajadi. Setelah memarkirkan motorku, aku bergegas menuju sebuah toko mainan besar disana. Mencari hadiah yang ingin aku berikan pada Gana.

Lumayan banyak pilihan dan juga ragam harga ternyata. Aku sendiri sampai pusing memilihnya. Pada akhirnya aku menentukan pilihan pada sebuah magic tricks yang tak terlalu besar tapi lumayan lengkap. Bisa melakukan puluhan atraksi sederhana kalau dilihat dari kemasannya.

Segera saja kuambil box itu dan berjalan menuju kasir untuk kubayar. Ketika sampai di kasir, mbak-mbak nya langsung menyambutku dengan ramah. Senyum manis terpampang nyata dari bibirnya yang berbalut lipstik merah merona.

Kuserahkan box mainan tersebut kepadanya.

" Ini aja mas?" tanyanya ramah pun dengan senyum merekah.

" Iya mbak, itu aja. Berapa?" tanyaku sambil balas tersenyum.

" Seratus lima puluh ribu, mas." jawabnya cepat setelah menembakan barcode scanner pada box mainan tersebut.

" Nomor telepon mbak nya berapa maksud saya. Ehe.." tanyaku mencoba menggodanya. Masuk kan gombalannya? masuk lah yaaa...😁

Si mbak kasir langsung mesem-mesem sambil menutup mulutnya dengan punggung tangan. Langsung kegeeran dia terkena racun gombalan sang cassanova.

Aku melihat nametag hitam yang tersemat di seragamnya. Ternyata mbaknya itu bernama Sinta.

" Sinta ya mbak namanya?" tanyaku lagi sambil menunjuk name tag nya dari jauh. Dia mengangguk malu.

" Saya kalau manggil nama mbak bisa banyak kepleset lidah deh kayaknya. Agak saru soalnya.." ucap saya lagi.

" Kepleset lidah gimana mas?" tanya mbak Sinta keheranan.

" Iyaa..kepleset dari Sinta jadi Cintaa.." eaaaa...kena lagi kayaknya si mbak, pipinya langsung merona merah.

" Ahaha..bisa aja nih sih mas bikin geer saya. Jangan gitu lho, saya nih udah nikah, anaknya aja udah dua.." ucapnya lagi sambil tertawa renyah.

" Waduuh..udah ganda campuran toh. Saya pikir masih single dan available, mbak. Habis kelihatan masih unyu-unyu gitu. Maaf lho mbak Sinta. Ehehe.." ucapku sambil nyengir kuda dan segera menyerahkan tiga lembar uang lima puluh ribu ke tangannya.

" Gak apa-apa lah, mas. Masih mau nomor telepon saya gak? biar bisa dilanjut gombalannya gitu, nanti saya baca bareng suami saya." ucap Mbak Sinta sambil tersenyum lebar melihatku terkejut dengan statusnya.

" Ah jangan mbak, takut saya. Nanti digibeng suaminya. Hehe..makasih ya Mbak, saya permisi." ucapku dan langsung menghambur pergi.

Kali ini sang cassanova salah sasaran. Aku memang lebih suka perempuan matang yang lebih tua dariku. Kesannya lebih mature aja. Berpengalaman. Hehehe. Tapi tidak untuk mengganggu wanita yang sudah berumah tangga juga lah. Bisa apes nantinya..!

Selesai membeli hadiah, aku tak langsung pulang. Beristirahat sejenak di foodcourt dan membeli camilan sambil cuci mata tak ada salahnya. Aku memesan setangkup chicken burger dan minuman bersoda, kemudian duduk di salah satu kursi yang sudah disediakan foodcourt tersebut.

Sesekali kuedarkan pandangan sambil menggigit sedikit demi sedikit junkfood tersebut. Saat aku sedang menikmati sensasi gurih-gurih pedas di lidah, mataku terkunci pada sosok seorang perempuan yang sepertinya aku kenali.

" Mbak Hanum.." bisikku pelan.

Ya..aku seperti melihat Hanum. Dia memang berada di antara lalu lalang pengunjung disana. Tapi aku bisa pastikan, itu benar-benar Hanum.

Hanum adalah sahabat kakakku. Dulu mereka dipertemukan karena sebuah konflik percintaan. Tapi kemudian mereka jadi berteman. Saat itulah aku bertemu dengannya. Usiaku masih empat belas tahun saat itu, tapi entah kenapa aku langsung menyukainya. Sikapnya yang santun, suaranya yang halus, dan senyumnya yang manis benar-benar memesona. Dia memiliki girlfriend material yang kuidamkan.

Aku segera beranjak dari tempat dudukku. Menjejalkan burger itu besar-besar kedalam mulut sampai tersedak rasanya. Kemudian menyedot minuman bersoda yang kupegang hingga tandas. Aku harus segera mengejarnya. Memastikan bahwa penglihatanku tidak salah.

Aku celingukan mencoba mencari sosok perempuan itu. Mencoba mencarinya diantara lalu lalang banyak orang. Tapi nihil, jalannya cepat sekali sampai aku tak bisa mengejarnya.

Aku langsung berlari ke luar pintu mall. Barangkali saja dia bisa kutemukan. Dan benar saja, kini dia sedang berjalan terburu-buru menuju jalan besar. Tangannya tampak melambai kearah mobil yang lalu lalang. Sedetik kemudian sebuah mobil hitam berhenti didepannya. Aku mempercepat langkahku, bahkan setengah berlari. Tapi sayang, mbak Hanum terlanjur masuk kedalam mobil tersebut kemudian melaju.

Ketika aku sampai disana, badan mobilnya sudah menghilang dengan sempurna di telan sibuknya lalu lintas siang itu.

Setelah tujuh tahun lamanya, aku kembali bertemu Mbak Hanum manis. Sebelah bibirku terangkat, menyunggingkan seulas senyum. Ternyata aku masih terobsesi padanya seperti dulu.

Ah..mbak Hanum yang manis, kapan takdir akan kembali mempertemukan kita. Apakah kamu ingat pernah mengenal anak kecil tengil yang dulu menggombalimu diatas panggung hingga kau tertawa terpingkal-pingkal bahkan sampai berurai air mata? Deretan gigi putihmu yang rapih, kibasan rambut panjangmu yang anggun, dan manik mata hazel yang indah adalah pemandangan paling menakjubkan yang pernah ditangkap oleh netraku . Apakah kamu tahu, mbak? sejak saat itu aku merasakan indahnya cinta pertama..

*

*

*

*

*

Hai..hai..hai..kembali lagi sama Yubee!

Selamat menikmati karyaku berikutnya ya reader semua.

Jangan lupa dong biru kan jempol dibawah, kemudian komen sebanyak-banyaknya. Gak apa-apa beneran! Aku suka bising..suka keributan! hahaha...

Happy reading guys..

#salamketjupbasah

Gana's Birthday

Merasa terlalu banyak menghabiskan waktu dengan diam mematung disitu, aku langsung berjalan menuju parkiran dan menggeber motorku menuju kediaman Teh Luna di daerah Cimareme. Jam tujuh nanti, acara ulang tahun Gana akan dirayakan. Memang cuma keluarga, tak ada undangan khusus, tapi tetap saja aku ingin membuat ulang tahun keponakan kesayanganku jadi berkesan.

Hampir satu jam perjalanan yang melelahkan, akhirnya aku sampai di pelataran rumah kakak perempuanku. Begitu aku mematikan mesin motor, suara cempreng nan menggemaskan langsung memanggilku dengan riangnya.

" Uncle Ted..!!!!" pekik Gana.

" Halo cantiiik..nungguin uncle ya?" seruku sambil menghambur untuk memeluknya dan menciumi pipi gembil Gana.

" Mana hadiah ulang tahun Nana?" si cantik langsung malak. Persis aku..! Haha..

" Iih..bentar dong. Uncle aja belum di kiss nih! Main malak aja.." sungutku sambil memajukan pipiku mendekati bibirnya.

Cup

Gana mengecup pipiku dengan cepat. Kemudian tertawa-tawa ketika kukelitik perutnya dengan gemas.

" Masuk yuk, uncle hausss..mau minum." ajakku pada Gana sambil menggendongnya dengan sekali angkat.

" Assalamualaikum.." salamku yang langsung dijawab oleh beberapa suara di dalam rumah.

" Waalaikumsalam..lama bener dek. Ngelayap kemana aja?" tanya Bunda dengan retorika. Si Bunda ini posesifnya memang kebangetan. Kayaknya kalau aku pergi agak lama sedikit saja, langsung habis diinterogasi. Dari mana? kemana aja? sama siapa? pulang jam berapa? begitu terus pertanyaannya. Tanpa jeda, persis muntahan magasin dari senapan sniper. Ngadereded..! gak berhenti.

Padahal aku ini laki-laki yang sudah dewasa. Jakun saja sudah tumbuh, tapi masih dianggap anak kecil oleh Bunda, iya..anak kecil yang sudah bisa membuat anak kecil juga! Hehe

" Gak kemana-mana, Bun. Cuma ke PVJ doang. Habis itu langsung pulang." jawabku sambil menuju dapur dan mengambil segelas air dingin. Setelah menurunkan Gana dari gendonganku.

" Meuni lama ke PVJ juga. Awas we mun bari bobogohan..(awas aja kalau sambil pacaran)." sungut Bunda lagi.

" Yaelah, Bun..gak apa-apa lah si adek pacaran. Kumisnya aja udah numbuh. Masa masih dikekang kayak anak kecil?" Teh Luna yang baru keluar kamar sambil menguncir rambutnya asal langsung membelaku. Tumben! Pasti ada maunya.

" Dek ke warung lah..beliin minyak. Kehabisan nih. Hehe.." Tuh kan bener? kalau dia baik sedikit aja, pasti ada maunya. Aku hanya memutarkan bola mataku kesal tapi tak urung menuruti perintahnya. Takut kualat kalau gak nurut!

" Tuh, Bun..dengerin kata teteh. Adek ini bukan anak kecil lagi. Orang udah bisa bikin anak kecil juga kok..!" jawabku sambil berlari agar tak menerima amukan Bunda.

" Heh..adek!! jangan ngadi-ngadi kamuu..!!" terdengar teriakan Bunda dari dalam rumah. Aku hanya tersenyum lebar saja.

Sekembalinya dari warung, aku langsung menyerahkan minyak yang tadi aku beli pada Teh Luna di dapur.

" Makasih ya ganteeeng.." ucap Teh Luna sambil mencubit pipiku.

" Udah tau..emang ganteng dari lahir adek mah. Kutukan..!" ucapku sambil mencomot paha ayam yang baru selesai di goreng.

" Pede..! males emang kalau muji kamu teh. Suka tiba-tiba blong percaya dirinya." balas Teh Luna sambil mencebikkan bibir. Dan aku hanya nyengir saja.

" Teh, si Aa kemana?" tanyaku sambil celingukan mencari keberadaan kakak iparku.

" Lagi ambil cake ke Hallond Bakery buat ulang tahun Nana nanti malam."

Aku hanya membulatkan bibir tanpa suara. Kemudian kembali menggigit si paha yang menggiurkan.

" Teh..ari teteh masih suka berhubungan sama Mbak Hanum gak?" tanyaku kemudian dengan mulut penuh sumpalan daging paha. Aku ingin mencoba mengorek informasi dan memastikan hati bahwa yang kulihat tadi itu benar-benar Hanum.

" Udah lama nggak sih. Terakhir waktu dia kasih hadiah pas teteh lahiran Gana. Habis itu gak pernah kontekan lagi. Kenapa? kamu masih nguber-nguber dia?" tanya Teh Luna sambil memandangku sekilas.

" Nggak sih. Tadi waktu adek ke PVJ, kayak lihat Mbak Hanum gitu. Emang dia ada di Bandung ya?" tanyaku lagi.

" Ya nggak tahu atuh. Dia kan di Bandung cuma kuliah doang dulu tuh. Aslinya kan tinggal di Solo. Udah balik ke Solo kali. Kamu jangan bilang masih terobsesi sama dia ya. Beda usia kalian tuh jauh, dek. Masa kamu mau deketin mbak-mbak sih? Kayak gak ada yang seumuran aja." Teh Luna langsung protes.

" Cewek seumuran mah ribet. Kurang pengalaman, mesti banyak dibimbing. Adek takut gak sanggup bimbingnya, Teh. Mending cari yang udah matang, biar bisa jalan sendiri. Gak perlu diajari lagi. Justru adek yang bakal diemong nantinya. Kan asyik tuh..hehehe.." jawabku asal kemudian menjulurkan tangan hendak mengambil satu paha lagi. Tapi

TAK..!

Centong yang sedang dipegang Teteh, langsung mendarat di punggung tangan.

" Ngobrol boleh..!! nyomotin ayam terus-terusan mah jangan!! Kebiasaan!" ucap si Teteh sambil melotot.

" Gustii...nyeuri ih. Main bletak wae si teteh mah." (sakit ih, main pentung aja si teteh nih).

" Udah ah sana, kamu belum shalat ashar kan? Sana shalat dulu." aku hanya nyengir sambil menjilat jari-jariku yang berminyak.

Selesai shalat ashar, aku bergabung bersama ayah dan bunda yang sedang bermain bersama Gana.

" Main apaan nih? seru banget.." tanyaku kemudian ikut duduk bersila.

" Lagi main paciwit-ciwit lutung sama Kekek dan Nenek. Uncle ikutan ya.." ajak Gana bersemangat.

" Ah gak seru main itu mah, kunooo...nih uncle punya mainan yang lebih seru lagi buat Nana." ucapku sambil menaik-naikkan alis.

" Apaan?? Nana mauuu.." manik mata Gana langsung membulat lebar. Mendengar kata mainan, membuat tubuhnya langsung bereaksi.

" Bentar, uncle ambil dulu." Aku langsung mengeluarkan hadiah yang tadi kubeli di mall dari dalam tas.

" Nih..hadiah ulang tahun Nana. Happy birthday bulettt...!!" ucapku sambil kembali menggelitik perutnya yang buncit.

Gana tampak tertawa-tawa kemudian memeluk dan menciumku dengan sayang.

" Thank's uncle..!!! you are the best..!!" ucap Gana menggemaskan.

" My pleasure, buletnya uncle. Ayo dibuka, kita mulai belajar trik sulap sama-sama. Siapa tahu nanti Nana jadi pesulap cilik yang hebat!" ucapku menyemangatinya. Si bulet Gana langsung mengiyakan dan mulai membongkar hadiah yang kuberikan.

Kami belajar sulap-sulap sederhana berdua saja, ayah bunda sudah mulai bergabung bersama teteh dan A Galang yang baru datang mengambil cake dari toko kue langganan keluarga. Ternyata ayah dan ibu nya A Galang juga datang, mereka membawa hadiah sebuah sepeda kecil untuk cucu kesayangannya. Jadilah keadaan rumah lebih semarak kalau dua keluarga hebring ini sudah tergabung.

" Nana..cucu Abaaaah...!! selamat ulang tahun nya geulis.." Pak Ramlan langsung menghambur memeluk cucunya. Gana tampak sumringah dengan kehadiran Enin dan Abahnya.

" Abah bawa hadiah sepeda buat Nana?" tanya Gana yang langsung menanyakan perihal hadiahnya.

" Iyaa..nih..sepeda buat Nana dari abah dan enin. Suka gak?" tanya Bu Mirna sambil menggendong Gana dengan sayang.

" Humm..suka!" jawab Gana cepat.

" Udah sayang, jangan digendong enin kelamaan. Kasihan nanti sakit pinggang eninnya kalau gendong Nana yang udah gede begini." ucap A Galang kemudian mengambil si bulet dari pangkuan eninnya.

" Udah kumpul semua kan ya? kita tiup lilinnya sekarang aja deh. Biar bebas makan-makannya setelah shalat maghrib." ucap teh Luna pada kami semua.

" Sayang..dikeluarin aja cakenya.." pinta Teh Luna pada suaminya.

" Siap bu komandan! Laksanakan!!" jawab A Galang kemudian segera memenuhi pinta istri cerewetnya.

Setelah cake disiapkan dengan enam buah lilin panjang yang menyala cantik, kami langsung mengelilinginya dan sedikit paduan suara ala kadarnya untuk menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Gana.

" Ayo Nana tiup lilin..!! jangan lupa make a wish ya, terus uncle Ted titip do'a satu. Moga uncle cepet ketemu sama yang manis-manis, gituu...ehehe.." ucapku sambil tersenyum lebar.

" Naon sih kamu teh dek..!" Bunda langsung protes.

" Biarin atuh, Bun..da yang manis-manis teh banyak artinya. Universal.." aku membela diri. Dan yang lain hanya bisa geleng-geleng kepala melihat aku dan Bunda beradu mulut.

" Sok Nana cepetan.."

Dan Hufffttt....Gana meniup lilinnya setelah sebelumnya berteriak lantang penuh keyakinan.

" SEMOGA UNCLE TED CEPET KETEMU SAMA YANG MANIIIISSSS...!!!"

*

*

*

*

*

Heug teh ketemunya malah sama tukang gulali enjot. Ampun deh Teduh, anak kecil aja di provokasi 😁

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!