NovelToon NovelToon

Cinta Untuk Nabila

BlURB

Awalnya Aku ragu saat kau datang bersama keluargamu untuk meminang Ku. Menawarkan kebahagian yang Aku sendiri tak tahu bagaimana cara memulai nya. Sebab kita sebelum nya bukan siapa-siapa. Dan waktu itu Aku berfikir, haruskah ku pertaruhkan sisa kebahagiaan Ku yang tinggal secuil ini untukmu? Bagaimana nanti nya jika Kamu tak bisa mendatangkan kembali bahagiaku? Dan bagaimana jika di masa yang akan datang kecewa kembali menghampiri.

Siapkah aku?

Jawabannya tentu tidak. Sebab aku tahu dengan diriku yang selalu meragu setiap waktu. Tapi, demi kebahagiaan Bundaku Aku akan mencobanya. sedikit demi sedikit akan memantapkan hati untuk memulai hubungan baru dan mempercayaimu.

Dengan menaruh banyak harapan kepadamu, tak lupa Aku sertakan doa di setiap sepertiga malam ku. Semoga kamu adalah kado terindah yang sudah di persiapkan Allah untuk ku.

Kuakui, Aku mulai terhanyut oleh segala perhatian dan kasih sayang yang kau berikan kepadaku. Mulai percaya bahwa kau mampu menyembuhkan luka menganga yang sejak lama masih terpendam di dalam dada.

Hingga, entah kapan tepat nya. Pelan-pelan rasa cinta itu mulai berkembang dan membutakan segalanya. Kesetiaan ku di khianati. Harapanku di patahkan. Bahkan rasa cintaku tak berbalas.

Sakit, marah dan kecewa berat akan dirimu. Sebab atas nama cinta kamu seenaknya menaburkan luka. Memposisikan Aku menjadi yang kedua dan bukan yang pertama.

...-𝑺𝒉𝒊𝒏𝒕𝒊𝒂 𝑨𝒛𝒌𝒂 𝑵𝒂𝒃𝒊𝒍𝒂-...

Bagaimana Aku bisa masuk ke dalam hatimu, jika dirimu saja memasang gerbang besi tinggi menjulang yang sudah engkau tutup pintu itu rapat-rapat, lalu kau buang kunci nya entah kemana tanpa kau izinkan Aku untuk menemukan nya.

Tolong, jika kamu tak mau melihatku menghancurkan tembok besi itu dan menerobosnya dengan paksa. Maka kasih tahu di mana kamu membuang kunci hatimu, agar aku bisa mencari dan berjuang kembali untuk mendapatkan kepercayaan dan cinta itu lagi.

Aku tahu caraku untuk mendapatkan mu memanglah salah, kuakui itu.

Tapi, apa harus sebegini beratnya penebusan dosa yang harus aku tanggung? Aku hanya ingin mempertahankan Kamu agar selalu di sisiku.

- 𝑩𝒉𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝑵𝒂𝒌𝒍𝒂 𝑨𝒍 𝑹𝒂𝒔𝒚𝒊𝒅-

Hai.... Assalamualikum wr. wb.

Selamat datang di novel keduaku yaitu yang berjudul "Cinta Untuk Nabila" yang merupakan kelanjutan dari novel pertama aku yang berjudul " Kulepas Dengan Ikhlas"

**Oh ya, tak lupa aku ingin mengucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya untuk para pembaca lamaku yang sudah senantiasa menunggu dan memberi support untu ku. Meski yang membaca masih belum seberapa, tapi tak apa aku tetap bersyukur dan banyak-banyak berterimakasih pada kalian semua para pembaca ku.

Oh ya! Maafkan aku ya, jika di novel Kulepas Dengan Ikhlas kalian banyak sekali menemukan kekurangan. Harap di maklum ya karena itu memang karya pertamaku yang pada waktu itu hanya untuk coba-coba saja. Dan tentu nya kalimat atau penulisnya masih sangat berantakan. Harap maklum ya, Insya Allah ke depan nya bakalan di **Revisi agar lebih novel nya lebih baik lagi biar kalian juga enak nanti baca nya. namun perlahan ya!

Selamat membaca dan mengikuti kisahnya......

Jangan lupa tinggalkan like, vote dan komen, serta masukan cerita ini di favorit kalian yah...

Terimakasih.

...URUTAN MEMBACA...

1.Kulepas Dengan Ikhlas.

2.Cinta Untuk Nabila.

3.Assalamualaikum Cinta.

4.Huru Hara Hati.

Lembaran baru

...𝑴𝒖𝒔𝒊𝒎 𝒅𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒃𝒂𝒈𝒂𝒊 𝒑𝒆𝒏𝒂𝒏𝒅𝒂. 𝑩𝒂𝒉𝒘𝒂 𝒌𝒂𝒖 𝒑𝒆𝒓𝒏𝒂𝒉 𝒉𝒂𝒅𝒊𝒓 𝒎𝒆𝒔𝒌𝒊 𝒕𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒕𝒂𝒑....

...-Cinta Untuk Nabila-...

Wanita ber_khimar putih itu tengah menengadahkan tangan nya menghadap langit di depan bandara dengan mata terpejam, menerima sentuhan air hujan yang begitu terasa menenangkan. Bahkan senyuman manis senantiasa terpatri di wajah sendunya.

Dia menjulurkan tangan kanan nya ke depan, sedangkan yang kiri ia gunakan untuk memegangi payung seraya mengucapkan syukur karena masih di pertemukan dengan musim penghujan tahun ini.

” Alhamdulilah…hujan.” Gumamnya lirih.

Musim dingin telah datang, musim yang selalu ia tunggu-tunggu kedatanganya. Karena saat-saat seperti inilah dia bisa merasai kembali kehadiran seseorang di masa lalu. Mengingatkan, bahwa ada yang pernah hadir meski tak menetap.

Dia memejamkan mata, merasakan hati yang entah mengapa tiba-tiba terasa nyeri di ulu hati. Hingga suara seorang wanita dari arah belakang membuatnya membuka mata.

“Nabila.”

Ya, wanita itu adalah Nabila. Gadis berusia dua puluh tujuh tahun. Seorang dokter muda yang bekerja di salah satu Rumah Sakit swasta di Jawa timur, selalu menampilkan wajah ceria dan baik-baik saja meski di dalamnya menyimpan banyak duka.

Nabila menoleh, berlari ke arah wanita tersebut dengan merentangkan ke dua tangan. Membuang payung sembarangan, lalu menghambur ke pelukan orang yang memanggil nya. Mengabaikan tatapan aneh semua orang yang ada di sekitar.

“Kenapa harus main Hujan-hujan nan kayak gitu, Hem?” Ucap wanita tersebut penuh perhatian.

Nabila berhenti sebentar di hadapan nya lalu tersenyum.” Raaaa…..” panggilnya penuh pengaduan.

Dia adalah Zahra, sahabat sekaligus salah satu saksi hidup seorang Nabila. Dari suka maupun duka, yang empat tahun lalu memutuskan untuk pindah dan berkuliah di tempat yang berbeda kota dengan nya. Suka berdandan,cerewet,namun sangat perhatian dan penuh kasih sayang.

“You okay?” Tanya Zahra, di sela pelukan. yang di balas dengan anggukan ragu oleh Nabila. ” I’m okay Bil. Lagian ini cuman basah dikit aja, nanti juga kering sendiri.” Jawabnya meyakinkan.

Zahra mengernyitkan dahinya tak percaya. “ Bukan itu yang gue maksud " Sarkas nya cepat lalu tiba-tiba saja menguraikan pelukan tersebut dan menatap mata Nabila lama. ” Tapi ini.” Lanjutnya dengan menunjuk ke arah dada kiri Nabila.

Mendengar ucapan Zahra yang tepat sasaran, Nabila termenung. Inilah yang sangat ia sukai dan rindukan dari sahabatnya itu, meski tanpa memberi tahukan semuanya secara gamblang penderitaan yang selama ini ia alami. Nyatanya wanita berjilbab lebar itu selalu saja peka dan mengerti tanpa harus bercerita panjang lebar.

Wanita itu jelas masih sangat terluka, pancaran mata nya masih penuh dengan kabut duka.

Nabila hanya mengangguk lalu menggeleng samar, kembali memeluk Zahra dengan erat menyembunyikan wajah di sana. “I’ts okay to not be okay Ra. ” Katanya dengan mata berkaca-kaca yang di balas dengan usapan tangan lembut di puncak kepalanya.

Sebenarnya Zahra tahu bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja, tapi bukan Nabila namanya jika dia akan berterus terang dengan semuanya. Dan karena tak ingin memaksa untuk bercerita, Zahra hanya bisa memberikan semangat saja. Karena ia tahu betul saat ini yang di butuhkan sabat nya itu hanyalah dukungan darinya.

” I’ts okay Bil, semua akan baik-baik saja. Kamu yang kemaren banyak diberikan kekecewaan, maka hari ini dan seterusnya Insya Allah akan diajarkan banyak sekali ke sabaran yang akan membentuk mu menjadi wanita yang lebih kuat lagi dari sebelumnya.” Tutur Zahra menyemangati.

Nabila menghela nafasnya lega, sedikit merasa tenang setelah mendengar ucapan bijak dari Zahra sahabat nya. Namun...semua itu tak berlangsung lama sebab pertanyaan Zahra yang kembali mengusik hatinya.

“Btw...Apa memang hujan bisa se_menenangkan itu?” Tanya Zahra penasaran, karena tadi ia sempat melihat sedikit senyuman di wajah Ayu Nabila saat di bawah guyuran air hujan. Meski dia tahu betul senyuman itu tak sedikitpun bisa menutupi wajah sendunya.

Nabila mengangguk meng_iyakan. “He’em” Jawabnya hanya bergumam lirih yang nyaris hampir tak terdengar oleh lawan bicaranya.

Dan entah kenapa tiba-tiba saja Zahra melepaskan pelukan Nabila dari tubuhnya, kemudian menghentakkan kedua pundak Nabila dengan keras seperti menyadarkan nya.

” Apa ini masih ada kaitan nya dengan Ustadz Adam?” Tanya Zahra dengan nada tinggi, yang membuat Nabila seketika mengedarkan pandanganya ke area sekitar bandara dengan canggung.

Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu Nabila, sebab sejak lama akhir nya sahabat nya yang satu itu mau juga menyambangi nya di sini. Setelah membujuk nya dari tiga bulan yang lalu, se_sibuk itu memang Zahra sekarang ini. Ingin bertemu saja susah nya minta ampun, tak seperti dulu yang hampir setiap hari mereka bisa melepas rindu.

” Empat tahun Ra! empat tahun!! Mau sampai kapan Huh?!” Sambungnya lagi tanpa memperdulikan ekspresi malu Nabila, karena tatapan penasaran semua orang yang saat ini sedang mencuri pandang ke arah mereka.

Empat tahun katanya? Bahkan waktu selama itu rasanya masih belum cukup untuk melupakan semuanya. Di tinggal pergi oleh orang yang dicintai nyatanya tak segampang membalikan telapak tangan. Bahkan sampai sekarang Nabila masih mati-matian mengusahakan itu.

Selama ini meski tertatih, dia berusaha kembali berdiri di atas kakinya sendiri. Bersusah payah menyalakan api semangat yang sempat meredup, tersapu oleh kejamnya takdir.

Bagaimana tidak kejam? Jika ia harus di tinggal pergi oleh dua orang yang dicintai nya sekaligus dalam waktu yang berdekatan.

Ustadz Adam yang merupakan calon suami Nabila pergi menghadap sang ilahi rabbi di saat mereka sedang merancang kehidupan untuk masa depan. Dan bahkan tidak berselang lama dari duka tersebut, sang Ayah juga dengan tega ikut-ikutan meninggalkan nya sendiri. Hanya menyisakan sang bunda saja yang menemani nya selama ini, menambah luka lara yang sampai sekarang masih saja menganga dan basah.

Nabila hanya bisa menghembuskan nafas nya lelah, dia sedang tak mau mengingat-ingat peristiwa menyakitkan itu lagi saat ini. Sudah cukup! Jangan di ingatkan lagi, Nabila tak sanggup. Biarkan semua berlalu seiring berjalanya waktu, dan sekarang saat nya ia melepas rindu pada salah satu sahabat nya yang menyebalkan itu.

” Calm Down Ra, please....” Mohon Nabila menenangkan, lalu semakin merapatkan tubuhnya pada Zahra dan berbisik di sana.

” Semua orang sedang memperhatikan kita sekarang, gara-gara teriakan kamu yang lebih mirip toa mushola !!.” Geram Nabila lirih menahan kesal.

Makhluk ngeselin! Tapi Alhamdulillah nya Zahra adalah sahabat yang sangat menyenangkan, meskipun dari dulu tak pernah berubah. Selalu saja, berteriak tanpa tahu tempat dan sembarangan.Untung saja! Gadis itu cantik dan baik, jadi meskipun suara nya bisa merusak gendang telinga nya, itu semua termaafkan asal Zahra selalu senantiasa di samping nya.

Jadi bisa di bilang dari banyak nya kejelekan yang Zahra lakukan, akan ter tutupi dengan satu perbuatan yang sweet menurut Nabila, contohnya ya...seperti kepekaan dan kata-kata bijak nya tadi.

“ Bodoh amat!! lagian gak kenal juga.” Jawab Zahra santai, lalu berdecak lirih. “ck...Aku tahu nih? ini cuman akal_akalan kamu doang kan? biar bisa lari dari interogasi. Iya kan? ngaku gak kamu! ” Cerca nya yang lebih mirip dengan tuduhan.

Melihat wajah cemberut sahabat nya yang super ngangenin itu, Nabila diam diam terlihat sedang mengulum senyum geli.

“ Hush…gak boleh begitu, meskipun gak kenal kita harus tetap menghormati dong, kamu lupa? Kalau semua yang ada di sini itu makhluk ciptaan Allah dan masih saudara kita juga? Ya...meskipun gak saling mengenal secara personal sih. Tapi setidak nya kan kita harus berkelakuan yang sopan di hadapan mereka, bukanya malah main teriak-teriak sembarangan seperti tak punya adab yang lebih mirip seperti tarzan di hutan. ” Tutur Nabila menjelaskan.

“ Masih ingat Q.s. Al-hujarat ayat 13 ?” Sambung Nabila lagi.

Zahra terlihat tertegun sebentar seperti berfikir, lalu sedetik kemudian menjentikkan kedua jari nya saat sudah teringat.

” Hem…aku ingat, yang menjelaskan tentang manusia agar saling mengenal itu kan Bil, Kalau gak salah?”

Nabila mengangguk membenarkan.” Masih ingat bunyi ayat nya gak?” Dia bertanya lagi pada Zahra sembari merapikan jilbab sahabat nya yang sedikit berantakan.

Zahra menggeleng ragu seperti menyembunyikan sesuatu ” Hehehe..Lupa aku Bil.”

Bohong !! Zahra berbohong dengan mengatakan lupa pada Nabila, sebenar nya dia masih ingat dengan bunyi ayat tersebut. Cuman itu adalah bentuk alibi nya saja agar wanita ber_khimar putih itu terus berbicara, sebab Zahra tahu jika sahabat nya membutuhkan interaksi se_ banyak mungkin agar segera lupa dengan sakit hati yang sempat melanda nya tadi. Apa lagi Zahra sudah tahu jika menyukai hujan hanya sebuah bentuk pengalihan Nabila saja dari rasa sakit.

Sungguh persahabatan mereka memang se_dekat itu. Yang sudah saling tahu luar dalam nya hati mereka masing-masing.

“Yaa ayyuhan-naasu inna khalaqnaakum min dzakariw wa unsaa wa ja’alnaakum syu’uubaw wa qabaa’ila lita’aarafuu, inna akramakum ‘indallaahi atqaakum, innallaah a’aliimun khabiir.” Baca Nabila dengan nada semangat dan lancar. Yang langsung di artikan oleh Zahra.

“ Hai manusia, sesungguh nya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguh nya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguh nya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” Sambung Zahra tanpa sadar.

Nabila mengernyitkan dahi nya heran.” Kamu bohongin aku kan Ra?” Tuduh Nabila menghakimi.

“NGak! ” Jawab Zahra sembari menggercapkan mata nya pura-pura tak mengerti, lalu menarik tangan Nabila ke arah pintu keluar menuju ke parkiran.

“ Udah ah ayo. Keburu hujan.”

“Pelan-pelan ih..sakit nih !! gerutu nya, namun tetap menurut dan terus berjalan di belakang Zahra dengan pasrah.

” Bil, tunggu !”

Nabila menoleh. “apa?”

“Itu…… di san….??” Tanya Zahra menggantung, tak meneruskan ucapan nya karena merasa terkejut dengan pemandangan Mobil Range Rover hitam yang sangat ia kenali siapa pemilik nya.

Nabila mendengus kesal saat melihat muka Zahra yang terlihat pucat.

” Tenang aja, yang punya Mobil gak ikut kok.”

Jawab Nabila seraya berjalan mendahului Zahra, membuka Mobil tersebut dan langsung duduk di balik kemudi. yang terpaksa di ikuti oleh Zahra di belakang dengan menahan rasa canggung yang tiba-tiba menyeruak di antara kedua nya.

Pertemuan

𝑩𝒆𝒓𝒕𝒂𝒉𝒂𝒏.

...𝑴𝒆𝒓𝒖𝒑𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒍𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒉 𝒂𝒘𝒂𝒍 𝒅𝒆𝒎𝒊 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒑𝒂𝒊 𝒔𝒆𝒈𝒂𝒍𝒂 𝒉𝒂𝒓𝒂𝒑𝒂𝒏....

Jangan datang lagi cinta….

Bagaiman aku bisa lupa…

Padahal kau tahu keada’anya…

Kau bukanlah untu ku…

Jangan lagi rindu cinta…

Ku tak mau ada yang terluka…

Bahagiakan dia aku tak apa…

Biar aku yang pura-pura lupa….

Lagu dari Mahen yang berjudul pura-pura lupa mengalun merdu di dalam mobil, yang berisikan dua penumpang wanita berjilbab yang sedang terjebak dalam suasana canggung yang tiba-tiba melanda.

Nabila dan Zahra, dua sahabat itu seharusnya sekarang ini saling bercengkrama, menyalurkan kerinduan yang selama ini mereka pendam karena jarak yang memisahkan setelah empat tahun berlalu. Bukan malah sebalik nya, saling membisu karena sama-sama tak enak hati gara-gara mobil yang mereka tumpangi, lebih tepat nya pemilik dari mobil yang mereka naiki saat ini.

Wanita Berhijab putih itu berdehem, lalu bernyanyi mengikuti alunan lagu yang sedang di putar dengan suara lirih. Bermaksud menghilangkan rasa canggung, sembari sesekali melirik ke arah samping, dimana Zahra sedang duduk kaku sekarang.

Nabila menghela napas nya berat, merasa jengah sendiri dengan kelakuan sahabat nya itu yang terkenal sangat cerewet tiba-tiba saja berubah menjadi patung pancoran hanya karena menaiki mobil yang tak semestinya ia pakai untuk menjemput nya sekarang ini. Hingga selang lima menit kemudian terdengar suara getaran Handphone Nabila yang di simpan dalam tas milik nya berbunyi. Membuyarkan segala ke kecanggungan yang ada.

“Ra, bisa tolongin aku lihatin siapa yang telepon?” Dengan masih terfokus pada jalanan yang ada di depan nya, Nabila meminta bantuan Zahra.

Hening sesaat….tak ada sahutan.

Nabila menoleh ke arah Zahra dengan mengernyitkan dahi nya penasaran sembari berfikir, sebenar nya apa yang terjadi dengan si cerewet itu? Kenapa seperti banyak pikiran dan diam membisu? Apa ini semua gara-gara Mobil yang ia pinjam ? Jujur sebenar nya Nabila tadi tidak mau memakai mobil itu, tapi di karenakan si pemilik yang memaksa akhir nya Nabila hanya bisa pasrah saja, dari pada akan di per lama menjemput Zahra.

Di tengah lamunan tiba-tiba Nabila seperti tersadar, saat bunyi klakson sebuah mobil berbunyi nyaring.

“ Astagfirullah.” Pekik Nabila kaget, lalu menggeleng mengenyahkan isi pikiran nya, dan kembali memanggil wanita ber_kimar pink itu dengan Nada yang sedikit keras.

Lihat saja, bahkan teriakan Nabila tak bisa mengalihkan perempuan itu dari lamunan nya saat ini.

” Zahra !” Panggil Nabila akhir nya.

Mendengar namanya di panggil, Zahra pun jadi terjingkat kaget.

“ Ya Bil ?”

“ Astagfirullah, ya ALLAH Ra...!! Kamu ngelamun dari tadi, ada apa? ” Tanya Nabila penasaran, sedikit merasa jengkel sebab gara-gara memikirkan apa isi kepala Zahra, dia hampir saja terserempet kalau saja tak terdengar bunyi klakson menginterupsi nya.

Zahra menoleh gugup. “ Anu..anu…itu..it…” Kata nya terbata tak tahu harus menjawab apa.

Suara decakan samar keluar dari bibir Nabila. ” Ck, aku lagi ngomong sama kamu dari tadi. Mau minta tolong, bisa lihatin Hp aku di tas? Siapa yang telepon, kalau perlu angkat sekalian. ” Pinta nya pada Zahra yang masih seperti orang linglung

Zahra mengangguk, kemudian mengambil handphone tersebut dan melihat nya, setelah muncul nama siapa yang ada di layar, dia terdiam sebentar lalu menyodorkan nya pada Nabila. ” Dokter Iqbal yang telepon Bil.” Tutur Zahra dengan nada bergetar seperti menahan sesuatu.

Nabila seperti kaget, lalu kemudian menetralkan ekspresi wajah nya setenang mungkin. “ Angkat aja Ra gak papa, bilang kalau aku sedang nyetir.”

“ Gak !!” Tolak Zahra tegas.

“ Kenapa?”

“ Aku gak mau !!”

Iqbal Putra Abraham atau biasa di panggil dokter Iqbal. merupakan anak pemilik rumah sakit dimana Nabila bekerja selama ini. Pria dewasa berumur tiga puluh empat tahun yang tergila-gila pada Nabila tapi begitu di cintai Zahra sahabat nya, Satu laki-laki yang sangat berarti untuk ke dua wanita tersebut. Dan satu satu nya penyebab kecanggungan yang mereka alami saat ini.

Nabila berhubungan baik dengan dokter Iqbal layak nya saudara, bahkan dia sudah menganggap laki-laki tersebut seperti kakak nya sendiri. Sedangkan di sisi lain ada Zahra yang diam-diam telah mencintai laki-laki itu, yang selalu tak lupa menyertakan nama nya dalam doa. Tapi Aneh justru dia malah berusaha mengikhlaskan cinta masa kecilnya itu hanya untuk kebahagian Nabila.

Mendengar jawaban Zahra yang keras kepala, membuat Nabila menghembuskan napasnya lelah. Menepikan mobilnya lalu menatap wajah perempuan yang berada di samping nya itu dengan tatapan tajam, dan langsung mengambil handphone milik nya dengan kasar. " Sini kalau kamu gak mau! Biar aku saja. "

“ Halo, assalamualaikum kak.” Jawab nya pada si penelpon dengan tak melepaskan pandanganya dari Zahra.

Zahra menghadapkan badan nya ke arah depan, mencoba tak peduli dengan tatapan Nabila yang seperti mengintimidasi, lalu memasang handset ke telinga dan mengotak_ngatik Hp nya sebentar, Seperti sedang mendengarkan sebuah lagu.

padahal dari tempat Nabila duduk, ia tahu sahabat nya itu sedang tak mendengarkan apa-apa, hanya sebuah alibi saja.

“ Iya, iya kak. Nanti kalau udah selesai aku langsung kembali ke Rumah Sakit. Ya udah kalau begitu aku tutup dulu telpon nya ya...Assalamualaikum.” Ucap Nabila menyudahi.

Sekilas Zahra menoleh ke arah Nabila, saat mata mereka saling bertemu ia kembali membuang muka nya ke depan. Tapi bukan Nabila namanya jika dia akan terus bungkam dengan kecanggungan yang sedang terjadi di antara mereka.

Nabila mencabut handset yang tertempel di kuping Zahra dengan kasar. “ Mau sampai kapan kamu kayak gini Hem?" Ucap Nabila yang mulai tak sabar

Zahra menoleh, mengernyitkan dahi nya bingung.” Apa sih Bil, yang kamu maksud? gak ngerti deh. ” elak Zahra dengan wajah setenang mungkin yang langsung di balas dengan gelengan kepala oleh Nabila tak habis pikir.

“Memang nya aku percaya? Melihat wajah dan gestur tubuhmu yang tidak sinkron saja semua nya sudah jelas jika kamu sekarang sedang berbohong !” sarkas nya tepat sasaran, lalu menghembuskan nafas nya kasar. “ Sudah aku bilang! Aku itu gak akan pernah bisa menerima cinta dari dokter Iqbal sampai kapanpun! hanya kamu yang berhak Ra, hanya kamu !!” teriak Nabila penuh penekanan pada setiap kalimatnya.

Zahra menoleh, menautkan ke dua alis nya sebentar.” Bil, kamu itu ngomong apaan sih? Aku gak ngerti deh.” jawab Zahra dengan masih kekeh tak mau menceritakan penyebab kegundahan hati nya.

Nabila menunduk menghembuskan napas nya lelah, sudah tak mengerti lagi bagaimana cara nya menjelaskan pada Zahra bahwa antara dia dan dokter Iqbal tak ada hubungan yang spesial.

Lalu tanpa di sangka-sangka Nabila mendongak dan langsung menampar pipi Zahra dengan pelan seperti menyadarkan.

Plak !

Zahra tercengang.

waktu seperti terhenti sesaat, menyisakan bunyi degup jantung yang saling berseru. Merasa kaget dengan tindakan Nabila yang tiba-tiba asal tampar saja.

Selama persahabatan mereka yang sedari kecil sudah terjalin, baru kali ini Nabila bertindak seberani ini pada Zahra. Namun alih-alih sakit hati dia malah balas tersenyum sungging seperti menertawakan diri nya sendiri lalu balas menampar Nabila dengan keras.

Plak!!!

“ Zahra kamu_ ?” tutur Nabila tak terima, dengan wajah cemberut.

“Sakit kan?” suara itu sangat jelas, tapi terdengar bergoyang bersamaan dengan tetesan air mata yang mengalir dari pelupuk mata nya.

Sejujurnya Zahra juga ikut sakit saat menampar balik Nabila, tapi ia harus melakukan ini demi menyadarkan sahabat nya itu agar segera bangun dari kebodohan nya selama ini yang telah menyia_nyiakan seorang laki-laki yang baik seperti dokter Iqbal, meskipun yah orang nya pe_maksa dan menang sendiri tapi Zahra tahu laki-laki tersebut berhati baik, masa lalu nya saja yang merubahnya seperti itu.

“ Itu baru pipi, bagaimana kalau hati Bil?”

Nabila masih syok, dan memandang Zahra dengan tatapan sulit di artikan. Seraya memegangi pipi nya yang terasa panas, dia mengangkat wajah nya.” Maksud kamu apa Ra? Kenapa kamu balas tampar aku dengan keras? Padahal aku hanya menamparmu pelan.”

“ Kamu masih tanya maksud aku gimana Bil? Gak salah? Bukan nya aku di sini yang harus menanyakan itu padamu hem?”

Zahra menarik napas panjang, tak kuat lagi memendam. ” Dokter Iqbal Bil, dokter Iqbal ! mau sampai kapan kamu akan terus menyiksa nya seperti ini? empat tahun kamu suruh dia menunggu balasan cinta mu, apa kamu gak kasihan pada nya?”

Nabila terbungkam dengan semua kata-kata Zahra yang menohok hati nya, ia sadar memang dia adalah wanita kejam yang dengan gampang nya mematahkan hati Laki-laki yang mencintainya dengan tulus, selalu tak pernah bosan mengutarakan perasaanya meski terus ia tolak, laki-laki yang tak pernah sekalipun menampakan rasa kekecewaan pada nya malah sebalik nya ia justru sangat perhatian dan selalu tersenyum tulus.

“ Kamu tahu Bil, aku mengenal dia sejak aku di bangku SD, mengagumi pria itu diam-diam sejak kali pertama aku melihat nya, sosok nya yang lebih dewasa membuatku terpesona sejak saat itu, kelembutan nya, kesopanan nya, ke ramah tamahan nya, bahkan semua yang di lakukan nya selalu punya daya tarik lebih di mata ku, dan sekarang dengan tega nya kamu menolaknya?"

Nabila mendongak, menatap mata Zahra yang berbinar saat menceritakan sosok dokter Iqbal dengan antusias nya.” Lalu jika begitu_kenapa tidak denganmu saja? kenapa kamu malah menyakiti diri sendiri dengan menyerahkan nya padaku? Memang nya dia barang!" jawab Nabila lirih.

Zahra menghadapkan badan nya ke depan, mengusap air matanya lalu kembali bersuara. " Sudahlah Bil, aku capek butuh istirahat langsung saja kita ke Rumah kamu. " tutur Zahra pasrah.

Nabila hanya bisa menghembuskan napas nya lelah, selalu saja begini saat pembahasan tentang dokter Iqbal di angkat! Tak ada yang mau menurunkan ego masing-masing jika sudah menyangkut satu laki-laki itu.

"Oke, terserah kamu saja. " Jawab Nabila pasrah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!