NovelToon NovelToon

DI BALIK LAYAR

BAB 1 : ANINDYTA KAILILA

Anindyta Kailila adalah seorang gadis hitam manis, berani, periang, rajin dan tidak mudah menyerah. Berusia 23 tahun lulusan sebuah Universitas di Surabaya jurusan Fashion Design.

Walaupun berkutat di dunia fashion namun tidak membuatnya tampil dengan modis.

Anin (begitu panggilannya) selalu membalut tubuhnya dengan baju-baju gombrong, celana atau rok panjang.

Ia selalu menyembunyikan lekuk tubuh sempurnanya di balik pakaian sederhana dan selalu rapi.

Selain menggambar dan mendesain busana, Anin juga memiliki kelebihan yaitu pandai memainkan gitar

dan memiliki suara yang merdu.

Sewaktu ia duduk di bangku SMP, Anin sudah kehilangan seorang ibu, yaitu Dini Kavindra. Beliau mengalami pendarahan hebat saat melahirkan adik bungsunya. Sebab, saat itu usia ibu Dini memang beresiko tinggi untuk mengandung. Dan benar saja, ibu dan adik bungsu Anin tidak dapat di selamatkan.

Sejak itu Anin hidup dengan ayahnya bernama Pujo Arseino. Beliau adalah karyawan biasa di sebuah perusahaan. Sedangkan kakak laki - laki Anin, bernama Jonvandra Arseino yang setelah menamatkan SMA nya, memilih mengikuti pendidikan untuk menjadi seorang Polisi. Dan kini, bertugas di sebuah Desa yang berada lumayan jauh dari Anin dan Ayahnya.

Hidup Anin jauh dari kata mewah. Ia berasal dari keluarga sederhana. Sebab ayahnya hanya lah karyawan biasa dan dulu ibunya adalah seorang ibu rumah tangga.

Memiliki keluarga kecil dan sederhana tentu membuat Anin hidup sebagai pribadi yang rendah hati. Jauh dari kata sombong. Ia suka belajar, suka menolong dan juga rajin.

Saat Anin duduk di bangku SMK. Anin meminta ijin pada ayahnya untuk bekerja paruh waktu. Ia sangat pandai membagi waktu antara sekolah dan bekerja.

Ia di terima sebagai penjaga toserba. Yang terletak tak jauh dari rumahnya. Itu ia lakukan setelah pulang sekolah yaitu mulai dari jam 2 siang sampai jam 6 sore.

Pada malam harinya, ia kembali bekerja sebagai buruh cuci di sebuah warung tenda lalapan, mulai jam 7 sampai jam 9 malam. Letaknya pun tidak jauh dari komplek perumahan yang ia tempati.

Ayahnya, Pujo Arseino. Tidak dapat melarang keinginannya untuk bekerja paruh waktu. Karena besar keinginannya untuk mengumpulkan uang sendiri, demi dapat kuliah pada jurusan yang ia cita-citakan.

Anin benar benar ingin menjadi seorang perancang busana. Sebab, ia merasa sangat piawai dalam mendesain juga mematut-matutkan warna dan model pakaian. Apa lagi ia sekolah di SMK jurusan tata busana, sehingga ia dapat menggali potensi dalam dirinya dalam urusan desain.

Ayahnya hanya selalu mengingatkan nya. Boleh bekerja asal tetap menomor satukan sekolah. Ya..., walaupun pekerjaan serabutan nya waktu itu sangat tidak berhubungan dengan cita-cita dan pendidikannya.

Tetapi baginya asalkan itu halal dan tidak merugikan orang lain. Juga di ijinkan ayahnya. Maka, pekerjaan itu akan di jalankan nya dengan hati gembira dan penuh rasa syukur.

Setelah lulus SMK, tentu Anin langsung mendaftarkan dirinya pada sebuah Universitas ternama di kotanya Surabaya. Mengambil jurusan Fashion Design.

Tabungan Anin tentu tidak cukup untuk menyokong biaya kuliahnya. Dan, Anin tidak mempunyai waktu sebanyak dulu lagi. Untuk bekerja serabutan. Ia memilih fokus dengan kuliahnya, agar cepat selesai.

Bertepatan dengan selesainya kuliah Anin. Ayahnya pun pensiun. Karena ayahnya hanya karyawan biasa, maka pesangon pun tidaklah banyak.

Anin sangat bersyukur untuk waktu yang Tuhan atur kan untuknya. Sehingga, ia bisa menyelesaikan kuliahnya dengan tepat waktu.

Namun, tiba - tiba beberapa bulan setelah ayahnya pensiun dan kuliah Anin selesai ayahnya pun mengalami stroke. Yang membuat lumpuh setengah dari tubuh ayahnya tersebut.

Sehingga, kesibukan Anin bertambah yaitu merawat ayahnya yang hanya bisa berbicara namun tidak bisa bergerak seperti orang normal pada umumnya.

Telah dapat di pastikan, selain sudah tidak bekerja, di tambah lagi mengalami Stroke, tentu ayah Anin kini hanya menggantung hidupnya dengan Anin.

Jovandra kakak Anin, memang terkadang bisa membantu mengirimkan uang tapi ... tetap saja tidak dapat banyak membantu. Sebab, ia juga harus menata hidupnya sendiri.

Karena itu, berbekal Ijazah Sarjana Fahsion Design (S.Ds) nya. Ia melamar di sebuah Agency Models. Bukan sebagai model tentunya. Dan lamaran Anin tidak mengecewakan. Ia diterima sebagai pengarah busana seorang model papan atas bernama Felysia Lovita.

Jam terbang pemotretan Felysia sangat padat. Belum lagi dia baru saja di tinggal managernya, karena tidak suka dengan perangai nya yang cendrung manja. Maklum lah, Felysia berasal dari keluarga kaya. Sehingga dari kecil ia selalu di manja. Hidupnya bagai bermandikan uang, oleh kedua orang tua nya. Yaitu Ben Agusto dan Lolyta Anastasya.

Sepertinya, Felysia merasa nyaman berinteraksi dengan Anin.Sehingga ia meminta pada Anin untuk menjadi asistennya.

Anin yang pada dasarnya memang saat itu membutuhkan banyak biaya untuk membeli obat dan perawatan ayahnya. Tentu menyambut baik akan tawaran dari sang model. Namun, tidak serta merta begitu saja menerima nya. Ada beberapa syarat yang di ajukan Anin pada Felysia.

Selain honor yang besar, Anin juga menekankan pada masalah waktu bekerja. Yaitu Anin harus tetap menomor satukan urusan merawat ayahnya terlebih dahulu, baru setelahnya Anin bisa bekerja pada Felysia.

Felysia yang pada dasarnya adalah tipe orang yang malas untuk berpikir panjang. Langsung menyetujui semua syarat yang di ajukan oleh Anin.

Maka sejak saat itu, nampaklah pemandangan yang sehat. Dimana segala jadwal dan segala urusan Felysia, semua di tangani oleh Anin dengan cermat dan baik. Anin yang telah terbiasa sebagai pekerja keras pun tidak mengalami hambatan. Saat ia menjalani hidupnya sebagai asisten pribadi Felysia.

Felysia memang terlihat puas dengan cara kerja Anin. Walau kadang Felysia merasa geram saat Anin datang terlambat. Seperti pagi itu, ia hampir terlambat datang di lokasi pemotretan.

"Anin...!!! Ini semua gara-gara Anin. Aku hampir terlihat tidak profesional." Umpatnya dalam hati sebab diruang itu tampak semua sudah hadir.

"Felly...!! Cepatlah mengganti pakaianmu. Kita masih banyak jadwal hari ini." Ucap salah satu kru pada pemotretan itu.

Dengan langkah gontai dan wajah agak sedikit ditekuk, Felysia masuk ke ruang ganti. Dia kecewa atas keterlambatan Anin.

Namun, raut wajah itu segera berubah.

Ketika di lihatnya jejeran baju, sepatu, aksesoris lengkap dengan keterangan waktu pemakaian.

Telah Anin siapkan semuanya untuknya.

"Ayo... Felysia, cepatlah berganti pakaian.

Aku tidak punya waktu banyak untuk memoles wajah cantikmu itu...!!" ucap Derra si manusia setengah laki-laki dan setengah perempuan itu.

"Iya... bawel...!!" ucap Felysia sambil duduk pada kursi yang telah di siapkan Derra untuknya.

"Kamu, harus bersyukur punya asisten seperti Anin itu. Semalam ia lembur di sini, hanya demi mempersiapkan kostum mu untuk hari ini, sempurna sekali. Jangan sekali-kali kau melepasnya." Ujar Derra sambil mulai menepuk spon di wajah Felysia.

"Yaaa... aku pun merasakan sangat terlengkapi olehnya. Iya cerdas dan cekatan. Hanya... kadang terlambat begini, membuat aku kesal!!" jawab Felysia.

Belum sempat Derra melanjutkan obrolannya.

Terdengar suara kaki melangkah dengan terburu-buru.

"Maaf aku terlambat...!! Maafkan aku semuanya." Ujar seseorang menuju ruang ganti tersebut. Ya, yang datang itu adalah

Anindyta Kailila.

Bersambung

...Mohon dukungannya 🙏...

...Komen Positifnya...

...sangat autor harapkan...

...👍💌✍️🌹...

...Seikhlasnya...

...Terima kasih...

BAB 2 : FELYSIA LOVITA

"Maaf aku terlambat...!!! Maafkan aku ya semuanya." Ujar seseorang menuju ruang ganti tersebut. Ya, yang datang itu adalah Anindyta Kailila.

Kedatangan Anin beserta permintaan maafnya. Di sambut dengan wajah jutek dan cemberut dari Felysia.

"Jangan dibiasakan terlambat dong, Nin!!" ucap Felysia ketus.

"Iya, aku minta maaf. Tetapi semua kelengkapan mu sudah ku siapkan sejak tadi malam." Jawab Anin sambil menunjukan kearah pakaian yang telah berjejer rapi.

"Iya, aku tau...!!! tapi tetap saja aku tidak mau kamu terbiasa...!!! ucapnya masih dengan nada kesal.

"Aku sudah meminta maaf. Dan ku harap kamu tidak lupa dengan kontrak perjanjian kerja kita dari awal." Jawab Anin dengan tegas. Tanpa memperdulikan atau takut akan kehilangan pekerjaannya.

Dan kata - kata Anin kali ini berhasil membungkam mulut Felysia Lovita. Dia sangat mengutuki dirinya. Mengapa saat itu, tidak mencermati perjanjian kerja itu terlebih dahulu.

Pekerjaan Anin kadang memang terlihat santai. Saat Felysia yang bekerja. Sehingga di waktu senggang itu, bisa Anin gunakan untuk menggambar model pakaian yang menari nari dalam pikirannya. Anin tidak pernah meninggalkan buku gambarnya.

Tempatnya menuangkan ide ide yang muncul di kepalanya. Menjadi buku koleksi desainnya.

Tetapi, setelah Felysia sudah selesai syuting. Jangan di tanya lagi, apa yang terjadi. Segala bentuk perintah akan datang bertubi-tubi. Mulai dari minuman, makanan sampai pakaian ganti untuk nya pulang. Semua Anin yang mengurus nya. Suara perintah itu akan berkumandang, bagaikan nyanyian merdu di telinga Anin.

Namun, hal itu sama sekali tidak membuat Anin mengeluh. Ia tetap menikmati semua perintah dari bosnya itu. Sebab ia sangat bersyukur memiliki pekerjaan tetap.

Batas waktu Anin bekerja adalah mulai dari jam 10 pagi sampai jam 10 malam. Selebihnya masuk dalam kategori lembur. Dan akan meminta bonus tambahan.

Sengaja Anin mengajukan permintaan bonus itu, mengingat sebenarnya pekerjaan Felysia sebagai model tidaklah banyak menguras waktu.

Namun, kebiasaan Felysia di dunia gemerlapan yang sering ia lakukan. Membuat Anin harus terus menjaga nya. Karena dapat di pastikan akan berujung dengan mabuk berat. Membuat dia susah untuk pulang sendiri ke apartemennya.

Sisi buruk Felysia, yang sangat susah untuk di hilangkan. Kadang Anin pulang pagi. Demi memastikan bosnya itu, sudah benar benar terlelap tidur dengan aman.

Paras cantik Felysia memang sangat mengundang banyak pria mendekatinya. Bahkan pria - pria kaya yang berebut menjadi kekasihnya. Tetapi, Felysia yang sombong dan berasal dari keluarga kaya. Membuat nya, menjadi pemilih dan selalu merendahkan orang lain.

Menurut ceritanya pada Anin. Ia pernah mencintai seorang pria. Hendrik Herdiano nama kekasih hatinya. Seorang pengusaha yang baru merintis usahanya di bidang furniture. Mereka saling mencintai, dan pernah ingin mengikat hubungan mereka ke tahap yang lebih serius yaitu menikah.

Sehingga, dengan tanpa berpikir panjang ia melakukan hubungan layaknya suami istri dengan kekasih hatinya itu. Mereka sempat hampir 1 tahun tinggal dalam satu rumah tanpa ikatan pernikahan.

Tetapi, tiba - tiba pria itu meninggalkannya begitu saja. Untungnya, atau memang telah di rencanakan oleh Hendrik. Felysia di mintanya untuk mengkonsumsi pil KB. Sebab, mereka sadar belum menikah. Dan belum siap jika dalam hubungan mereka nantinya akan hadir seorang bayi.

Apik sekali, Hendrik mengatur Felysia. Sehingga apapun yang Hendrik minta, selalu di ikutinya dengan patuh.

Saat itu, Felysia tidak setenar sekarang. Felysia baru meniti kariernya di dunia permodelan. Hendrik yang tau, ayah Felysia adalah pengusaha sukses dan kaya. Tentu tidak mensia-siakan kesempatan, calon mertuanya itu.

Tidak sedikit dana yang ayah Felysia keluarkan untuk mendukung perusahaan milik Hendrik. Namun, bukan untung yang di dapat. Malah Hendrik kabur dengan uang ayah Felysia. Bersama cinta dan keperawanan Felysia, ikut pergi.

Sejak itu, Felysia trauma dengan makhluk yang namanya pria. Hatinya beku dan menganggap semua pria adalah penjahat. Dan hanya ingin mempermainkannya saja.

Dengan tubuh yang telah ternoda, juga kebiasaan nongkrongnya di dunia gemerlap, dan uang yang selalu di berikan ayahnya tentu sangat mendukung Felysia tumbuh mejadi wanita yang lebih liar dan tak terkendali lagi.

Baginya pria hanyalah ingin tubuhnya saja. Dan, ia juga menyadari tidak ada yang perlu ia pertahankan lagi dalam hidupnya. Persetan dengan harga diri. Yang ia cari hanyalah kenikmatan dan kepuasan saat bercinta dengan pria pemuja sesaatnya. Sedikitpun tak ada di benaknya untuk terikat dengan satu pria mana pun. Felysia jera dengan yang orang sebut dengan cinta sejati dan apalah itu.

Ruang hatinya telah hampa dan beku. Felysia benci dengan pria. Baginya semua pria itu sama saja. Hanya ingin berbagi ranjang.

Padahal dulu saat kuliah, ia pernah di tembak serius oleh teman kuliahnya, yang telah jatuh hati padanya jauh sebelum Felysia mengenal Hendrik kekasih hatinya.

Pria itu adalah Darel Emilio Aswindra. Saat kuliah Darel secara terang-terangan menyatakan cintanya pada Felysia. Bisa di katakan tergila-gila.

Tetapi jiwa sombong Felysia yang memang telah mendarah daging itu. Membuat dengan mudahnya Felysia menolak cinta Darel.

Darel yang saat itu hanyalah seorang mahasiswa, sangat menyadari dirinya. Yang tidak punya apa-apa, mengandalkan kiriman bulanan dari orang tuanya yang berada di luar pulau.

Dan, Darel bukan tipe orang yang gigih. Baginya sekali di tolak, ya mundur saja. Saat itu dia juga tidak dapat memastikan hatinya, dan belum mengerti benar dengan yang namanya cinta.

Tetapi, kata - kata penolakan Felysia saat itu yang selalu Darel ingat.

" Felysia...aku sungguh-sungguh ingin mengenalmu lebih dari seorang teman." Ucap Darel waktu itu.

"Trus... kalo lebih dari teman. Kamu maunya apa?" ucap Felysia ketus

"Aku ingin jadi pacarmu." Jawabnya sambil menunduk malu.

"Pacar...??? Punya apa kamu? Beraninya kamu nembak aku...? Kalo ke mana-mana masih pake roda dua...!!! Jangan berani jadikan aku pacarmu deh!!"ucap Felysia lagi.

"Ya... namanya juga anak kuliahan Felysia, wajarlah...!!! Aku belum berpenghasilan sendiri." Jawab Darel lagi mengasihani dirinya.

"Kalo ga ada penghasilan, ya ga usah pacar - pacaran. Miskin kok ngajak aku...!!! Aku ga biasa ya! kemana-mana pake roda dua!!!" tolak Felysia dengan sombongnya.

Sesaat telinga Darel pun memanas mendengar alasan Felysia, lalu dia berkata : "Baik, maaf jika aku lancang. Tadinya aku hanya ingin jujur dengan apa yang aku rasakan. Sebab, aku terpesona dengan kecantikan wajahmu. Dan sudah 3 tahun memendamnya. Aku kira di penghujung waktu kuliah kita akan berakhir ini, kamu mau ku ajak untuk kita menggapai masa depan kita bersama. Tetapi, ternyata aku salah."

Darel pun pergi berlalu meninggalkan Felysia yang tersenyum kecut memandangi punggung Darel.

Tanpa ada penyesalan dengan apa yang telah ia ucapkan pada Darel. Tidak ada sedikitpun terbesit dalam pikiran Felysia untuk berempati dengan orang lain.

Bersambung

...Mohon dukungannya 🙏...

...Komen Positifnya sangat author harapkan...

...👍💌✍️🌹...

...Seikhlasnya...

...Terima kasih...

BAB 3 : ISI HATI FELYSIA

Tanpa ada penyesalan dengan apa yang telah ia ucapkan pada Darel. Tidak ada sedikitpun terbesit dalam pikiran Felysia untuk berempati dengan orang lain.

Saat Felysia kuliah memang telah di fasilitasi barang barang mewah oleh orang tuanya. Wajarlah ia sangat terbiasa hidup foya-foya dan sombong.

Dalam berteman pun ia sangat pemilih. Jika bukan dari anak konglomerat dan pengusaha kaya. Tidak akan bisa menjadi teman Felysia.Tetapi dari ke empat teman akrab nya, ada satu yang berasal dari keluarga biasa. Namanya Hana, dia memanfaatkan kecerdasan Hana untuk membantunya mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.

Tak jarang, Felysia pun memanfaatkan kecantikanya dengan dekat dan berpacaran dengan kakak tingkat. Sekedar untuk membantunya menyelesaikan tugas kampus tersebut.

Hingga ia bisa lulus dan menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Ekonomi. Ayahnya selalu memaksa untuk kuliah di jurusan itu, agar ketika lulus nanti. Felysia dapat bekerja di perusahan milik ayahnya yang sukses itu. Tetapi, sifat manja, sombong dan suka menghamburkan uang itu. Tentu sangat tidak membantu saat dia mencoba ikut terjun ke perusahaan milik ayahnya. Dan lebih memilih menjadi model. Tentu dengan segala drama pertengkarannya dengan sang ayah. Berbeda dengan ibunya, Lolyta Anastasya yang selalu mendukung segala hal yang di sukai anak sulungnya ini.

Membuat ayahnya menyerah untuk memaksanya bekerja di perusahaannya. Ben Agusto merasa sia sia memiliki anak lulusan Sarjana Ekonomi, toh tidak bisa di andalkan untuk membantunya di perusahaan.

Mungkin gelagat Felysia sudah dapat di baca sang ayah. Jika, suatu saat kedua anak perempuannya Felysia Lovita dan Nayra Livinia tidak bisa dia harapkan untuk menggantikan posisinya sebagai presdir di perusahannya. Yang ternyata, secara apik dan ciamik. Ayah Felysia diam diam, telah memiliki istri selain ibunya. Bahkan dari hasil perselingkuhan itu. Ayahnya mendapat seorang anak laki laki bernama Fernando Bastian Agusto. Yang kini telah duduk di bangku SMP.

Setelah mengetahui hal itu, semakin benci lah Felysia dengan makhluk berjenis kelamin laki-laki. Ia benar-benar tidak terima dengan perselingkuhan yang ayahnya lakukan. Felysia semakin jarang pulang kerumah. Adiknya, Nayra Livinia telah lebih dahulu memutuskan untuk ke luar negeri, belajar menjadi koki di Negara Australia. Sehingga, Nayra tidak perlu baper dengan keadaan rumah tangga kedua orang tuanya, yang telah hancur itu.

Belum sembuh sakit hati Felysia dengan kenyataan ayahnya yang telah menikah dan memiliki seorang putra. Ibu yang ia sayangi pun mengecewakannya. Beliau nampak sibuk dengan para brondongnya, yang kadang ia bawa ke rumah secara bergonta ganti. Dengan alasan, beliau kesepian di rumah.

Suami yang lebih sering pulang ke istri muda, anak yang jarang pulang kerumah, dan yang satu memilih studi jauh darinya. Seakan menjadi alasan tepat baginya, untuk mencari hiburan dengan para lelaki muda mata duitan itu.

Itu pula alasan Felysia akhir-akhir ini lebih banyak menghabiskan waktunya di club. Ia ingin melupakan sejenak kisah hidupnya yang tidak sesuai keinginannya, membuatnya putus asa. Sebab, hanya di tempat itu merasa semua bebannya hilang.

"Hoek...hoek...!!!" terdengar suara muntahan Felysia setelah Anin berhasil memapah tubuh langsingnya pulang ke apartemennya.

"Minum air putih hangat ini dulu Fe, supaya perutmu terisi." Ucap Anin setelah melihat Felysia sudah nampak puas mengeluarkan semua isi dalam perutnya.

"Anin, apa setelah ini kamu akan pulang?" tanyanya.

"Ini sudah hampir subuh. Aku harus pulang walau sebentar." Jawab Anin sambil menyeka tubuh Felysia dengan washlap basah.

"Apa bagimu memiliki ayah itu membahagiakan?" tanyanya dengan tatapan sendu pada Anin yang terus dengan telaten membersihakan Felysia dan membantu mengganti pakaiannya.

"Bagiku, walaupun ayahku sakit, asalkan aku masih bisa melihat dan merawatnya adalah suatu yang membuatku bahagia, Fe." Ujar Anin.

"Apakah ayahmu tidak pernah mengecewakanmu...?" tanya Felysia dengan nada sedih.

"Bagiku, ayahku adalah orang yang selalu memberiku kebahagiaan." Jawab Anin singkat.

"Kebahagian macam apa yang ayahmu berikan? Sehingga kamu begitu berbakti dan menyayanginya...?" tanya Felysia lagi.

"Banyak hal yang telah ia berikan, nasehat, wejangan juga teladan untuk kami anak-anaknya selalu hidup dengan penuh rasa syukur." Jawab Anin seraya mengusap minyak kayu putih di punggung mulus Felysia.

"Berapa uang terbesar yang pernah ia berikan untukmu, untuk jajan mu dan untukmu berhura-hura...?" tanya Felysia lagi.

"Uang terbesar yang pernah ayahku berikan adalah untuk bayar SPP saat aku kuliah. Kalau untuk jajan, aku harus bekerja sendiri." Jawab Anin apa adanya.

"Lalu, mengapa kamu bahagia dan bangga memiliki ayah seperti dia...?" tanya Felysia lagi.

"Karena sejumlah uang tidak dapat mengukur kebahagiaan seseorang. Berapapun uang yang di peroleh dan yang kita miliki, itu yang patut kita syukuri." Jawab Anin klise.

"Aku tidak tau cara hidup bersyukur seperti kamu. Ibu meninggal, hidup pas pasan, ayah penyakitan...!!! Apa yang dapat kamu syukuri, Anin?" tanyanya dengan suara yang mulai meninggi.

"Aku bersyukur masih memiliki waktu untuk merawat ayah dengan tanganku sendiri. Setidaknya, aku masih memiliki kesempatan membalas masa kecilku dulu. Dimana ayah dan ibuku tanpa kenal lelah pula merawat aku. Aku sudah tidak punya ibu, padahal sorga di telapak kakinya. Sehingga aku belum sempat membalas kebaikan nya padaku. Tetapi, dengan ku merawat ayahku, ku harap Allah pun dapat memberikan ridha-Nya. Bahwa aku telah berbakti pada orang tuaku." Jawab Anin panjang lebar.

"Apa yang bisa aku syukuri dengan ayah yang berselingkuh dan ibu yang menyeleweng...?" ucap Felysia dengan suara tangis yang pecah.

"Setidaknya kamu masih memiliki kedua orang tua yang sehat." Ujar Anin

"Hanya raga mereka yang sehat, tidak dengan jiwanya. Mereka semua sakit jiwa, Anin...!" jawab Felysia setengah berteriak.

"Tidak boleh bicara seperti itu, Fe...!! Kau tau...??? Ucapan adalah doa...!!!" jawab Anin spontan.

"Aku malu dengan rumah tangga kedua orang tuaku. Aku juga butuh kasih sayang mereka...!!! Saat ku kecil, aku di rawat pengasuh, saat remaja aku di kendalikan teman, saat dewasa aku di mandikan uang hingga sekarang. Aku merasa tak memiliki utang budi yang harus ku balas pada mereka, Anin...!" jawab Felysia terisak.

Untuk pertama kalinya, setelah kurang lebih 6 bulan Anin bekerja pada Felysia. Ia mendengarkan isi hati Felysia.

Pahit memang yang Felysia jalani. Segala fasilitas mewah, uang berlimpah yang melekat padanya ternyata tidak menjamin kebahagiaan nya. ( Apalagi ga ada 😀🤭)

"Maaf, Fe. Jika di matamu perbuatan orang tuamu adalah suatu kesalahan dan tidak dapat di banggakan. Tugasmu adalah memperbaikinya. Bukan malah memperburuk keadaan. Ayah dan ibumu akan semakin jauh darimu, jika tau perbuatanmu seperti ini." Ujar Anin bijak.

"Entahlah, Anin. Aku sudah terlanjur jauh melangkah ke dunia gemerlap ini. Dan yang ku lakukan tadi, benar-benar membuat aku lupa dengan kesedihanku." Ujar Felysia lirih.

Bersambung

...Mohon dukungannya 🙏...

...Komen Positifnya...

...sangat autor harapkan...

...👍💌✍️🌹...

...Seikhlasnya...

...Terima kasih...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!