NovelToon NovelToon

AGAPE (SELFLESS LOVE)

The Beginnings of the Story [Visual]

...AGAPE...

...Agape (Selfless Love) adalah cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, cinta tanpa pamrih, tanpa batas, atau cinta tanpa syarat. Cinta yang rela menderita untuk kebahagiaan orang lain. Diberikan secara bebas tanpa ada keinginan, harapan, atau penilaian....

...-----...

...Apakah manusia mampu mencintai secara Agape?...

...Sedangkan manusia memiliki n a f s u dan keegoisan....

...Entahlah....

_____

Linda Berliana

Perkenalkan, namaku Linda Berliana, usiaku 24 tahun. Nama panggungku LB (dibaca; Elbi). Aku seorang presenter berita di sebuah stasiun televisi terkenal. Selain itu, aku juga sering menjadi presenter di beberapa acara variety show. Pekerjaan tetapku adalah presenter berita, namun untuk menambah pundi-pundi aku sering menerima tawaran menjadi presenter di stasiun TV lain dan off air.

Apakah aku terkenal?

Orang-orang mengatakan seperti itu, malah ada yang mengatakan jika aku berbakat. Padahal, aslinya aku sangat ceroboh. Aku suka bernyanyi sambil berjoged di kamar mandi dan malas merapikan kamar. Kebiasaan buruk, tolong jangan ditiru ya.

Untuk melatih kemampuanku membaca berita, aku sering memberitakan apa saja yang aku lihat ketika aku sendirian.

Misalnya seperti ini.

..."Selamat sore TV kita di manapun Ada berada, dilaporkan jika siang ini segerombolan semut sedang bergotong royong membawa sesuatu dari bawah meja. Belum diketahui dengan pasti jenis makanan apa yang dibawa para semut tersebut."...

..."Dua jam setelah sesuatu yang diduga makanan itu dibawa ke dalam lubang semut, ketua semut memutuskan untuk membuangnya. Dikabarkan banyak semut yang keracunan setelah mencicipinya."...

..."Tim ahli forensik dari polisi kesatuan semut menyatakan jika yang dibawa para semut dari kolong meja itu ternyata bukan sisa makanan, melainkan kotoran hidung manusia."...

Aku berlatih secara totalitas sambil menghadap cermin dengan posisi badan yang tegak lurus dan tersenyum semanis mungkin.

Aku sebenarnya memiliki kekasih yang sedang kuliah di luar negeri. Namun aku mengatakan pada sebuah acara jika aku jomblo. Sebenarnya aku bingung dengan hubungan kita, kita sudah lama tidak berkomunikasi. Aku dan dia lost contact.

Aku mengganti nomor ponselku karena ada seseorang yang menggangguku. Aku pernah menghubungi nomor kekasihku untuk memberi kabar, tapi nomor dia sudah tidak aktif, atau ... aku yang salah nomor?

Ayah dan ibuku bekerja sebagai penjual buah segar. Aku mempunyai adik kembar bernama Yolla Berliana dan Yolli Berliana. Nama belakang Berliana berasal dari perpaduan nama ayah dan ibuku. Ayahku bernama Berli dan ibuku bernama Ana.

Kehidupanku berubah setelah aku menerima tawaran menjadi presenter di sebuah acara press conference keluarga ternama atau santer disebut sebagai keluarga darah biru garis keras.

Andai aku tahu akibatnya, sebesar apapun bayarannya pasti akan aku tolak. Karena tergiur bayaran tinggi, aku malah kehilangan kehormatan oleh pria yang dalam benakku sangat menjijikkan.

Pria misterius yang kartu hitamnya hampir tersebar ke seluruh penjuru negeri. Pria yang memiliki kelainan dan menjalin hubungan dengan atasannya.

Kenapa?

Boleh kan menjalin hubungan dengan atasan?

Sssttt, masalahnya adalah ... atasan dia seorang pria.

Kamu faham maksudku, kan?

"Aku benci kamu Agam Ben Buana!" Kata-kata itu sering terlontar dari bibirku.

Ya, dia memang tampan, gagah dan kaya-raya. Tapi, untuk apa kalau prilakunya menyimpang?

Aku sangat membecinya!

Aku ingin mencakar wajah tampan dan mulusnya!

"Aaaaa, Agam Ben Buana, kamu JAHAT!!!"

"Huuu ...." Aku sering menangis karena dia.

Dia menghancurkaan masa depanku dan karierku. Dia membuatku diusir oleh ayah dan ibuku. Gara-gara dia, aku kehilangan pekerjaan yang sudah aku raih dengan susah-payah. Aku juga kehilangan seluruh sahabat dan teman dekat.

_____

Agam Ben Buana

Aku berusia 29 tahun, aku pria berkacamata yang kesepian, tapi sangat mapan.

Aku tampan?

Entahlah, kalian nilai saja sendiri.

Aku menyukai hampir seluruh kegiatan positif yang membuatku berkeringat. Jika sudah berkeringat aku merasa puas, dan tidurku menjadi lelap. Aku bahkan sering push up sebelum tidur untuk mengobati gangguan insomniaku.

Olahraga yang paling aku sukai adalah, berenang, berkuda dan memanah. Berawal dari area panahan, aku jadi menyukai olah raga menembak.

Sejak ayahku bekerja di keluarga darah biru garis keras yaitu keluarga Haiden, kehidupanku dan keluargaku berubah drastis.

Jadi kaya?

Ya tentu saja, sampai-sampai aku bingung akan kuapakan uang-uang ini?

Oiya ayahku sudah meninggal.

Tapi ...

Apa kalian tahu?

Aku sebenarnya menanggung beban berat dalam hidupku. Aku difitnah oleh sesuatu yang tidak pernah aku lakukan. Keluarga besarku membenciku, bahkan ibuku sendiri pernah membenciku. Aku digosipkan sebagai pria yang menyukai sesama jenis.

Hingga suatu hari, kesabaranku habis saat aku dicaci maki oleh seorang presenter TV. Aku melampiaskan kemarahanku dan menodainya. Aku pikir dia bukan gadis, tapi ternyata dia masih suci dan polos. Demi Tuhan, aku menyesalinya. Aku selalu memohon ampunan atas kesalahan itu, aku ingin bertanggung jawab.

Ahh, damn it!

Saat itu, aku sangat menikmati tubuhnya. Tubuhnya indah dan sangat .... Hmm .... Aku tidak bisa mendeskripsikannya.

Intinya, dia begitu cantik dan memesona. Pada saat itu, aku lupa akan kata dosa. Aku terjerembab dalam nista dan lembah kenikmatan sesaat yang ternyata menjadi awal mula munculnya berbagai masalah dalam kehidupanku.

Awalnya, aku hanya ingin membuktikan padanya jika aku pria sejati yang perkasa, dan semua yang dia tuduhkan padaku adalah fitnah. Namun ternyata apa yang aku lakukan padanya malah membuatnya semakin membenciku.

Tapi .... Sejak hari itu, aku malah mencintainya.

Apa aku mencintainya karena dia cantik?

Atau aku mencintainya karena telah merenggut kesuciannya?

Aku juga tidak tahu.

Satu hal yang pasti adalah ... saat aku menatap matanya hatiku berdesir, dan aku ingin memilikinya.

Karena dia sangat membenciku, akupun berpura-pura tidak menyukainya. Dan pada suatu hari aku mengetahui jika dia mengandung anakku. Aku tahu dia tidak menginginkan anak itu.

Dengan nada kasar aku beteriak padanya.

"Lahirkan anak itu untuk saya! Setelah anak itu lahir saya akan membebaskan Anda."

"Aku tidak mau," jawabnya sambil menangis.

"Bu Linda, jika kamu ingin keluargamu selamat, patuhlah pada saya!" Aku mengancam dan membentaknya.

"Apa?! Agam Ben Buana kamu jahat!" teriaknya.

Antara aku dan dia seperti ada jurang pemisah yang aku sendiri tidak tahu cara melewatinya. Saat kita berbicara, kita sangat kaku. Saya, dan Anda. Dia sering memanggilku bapak, dan akupun memanggilnya bu Linda.

Apa yang aku katakan selalu membuatnya salah faham. Kesalahfahaman itu sering membuatku marah dan membentaknya. Padahal sejujurnya aku tidak ingin memarahinya.

Tapi ... ya begitulah. Isi kepala kita sepertinya sulit untuk disatukan. Aku dan dia hanya sama dalam satu hal.

Ya, benar.

Dia dan aku sama-sama memakai kaca mata minus. Oiya, aku pernah melihatnya tanpa kaca mata, dan ternyata dia sangat cantik.

Linda maafkan aku, aku akan bertanggungjawab. Setelah anak itu lahir, menikahlah denganku, aku akan membahagiakanmu dan seluruh keluargamu. Batinku berbicara seperti itu.

Beban hidupku semakin bertambah setelah aku terpilih menjadi direktur utama Haiden Group Corporation (HGC). Dan pertemuan dengannya menjadi awal mula dimulainya prahara cinta antara aku dan dia.

...~Tbc~...

Press Conference

TIGA BULAN YANG LALU

_____

Apartemen Green Seroja Lantai 18.

Pukul 04.45 waktu setempat

Di sebuah kamar ukuran kecil, nan sederhana.

'KRRR ....'

Jam weker berbentuk hati berwarna putih itu berbunyi berkali-kali. Kamar itu terlihat berantakan.

Tempat tidur, meja tamu, dan dapur menyatu dalam satu ruangan. Tempat tidurnya menghadap ke sebuah televisi ukuran 14 inc yang menempel di dinding. Hanya bagian kamar mandi saja yang terhalang oleh pintu.

Setiap kali alarm pada weker menyala, sebuah tangan akan mucul dari balik selimut dan siap mematikannya. Adegan itu terus berulang sampai 5 kali.

Hingga pada bunyi keenam, sosok itu terlihat menendang selimut yang menggulung tubuhnya, tak hanya selimut yang ditendang. Guling, bantal dan boneka beruang kecil yang menemani tidurnyapun tak luput dari tendangan. Alhasil, lantaipun berantakan.

Penghuni kamar itu ternyata seorang gadis cantik. Setelah menggeliat, ia terbangun.

"Hoaam."

Ia menguap lebar, kedua tangannya direntangkan. Tiba-tiba celingak-celinguk seperti mencari sesuatu. Benar saja, saat menemukannya, gadis itu langsung sumringah.

"Ahhaa, hahaha, di sini kau rupanya," katanya saat mengambil kaca mata yang tergeletak di nakas kecil samping tempat tidurnya.

"Tunggu-tunggu, kenapa hari Minggu alarmku menyala ya?"

Dia mengernyitkan alisnya. Matanya berputar-putar untuk mengingat sesuatu.

"Ahhaa, aku baru ingat semalam aku dapat telepon untuk jadi MC off air. Bayarannya 10 kali lipat dari gaji harianku jadi pembawa acara berita. Ya Tuhan, aku kejatuhan durian runtuh. Oiya, apa benar asisten tuan Yohan akan mentransfer honorku? Katanya, jam 4 pagi mau ditransfer. Aku cek ah."

Gadis berkaca mata itu rupanya senang berbicara sendiri. Ia meraih ponsel, klik menu M-Banking. Dan ....

"Yeeeaaaahhh. Alhamdulilaah."

Dia mengepalkan tangan sambil menatap langit, gayanya saat mengatakan "Yeah," mirip dengan penyanyi rocker.

Lalu berjingkrak-jingkrak di atas kasur, sambil mengibas-ngibaskan rambutnya.

🎶 "Aku syenang syekali," katanya dengan nada lagu soundtrack terkenal animasi Doraemon.

Ia lalu berdiri meraih handuk, melangkahi barang-barang yang tadi ditendangnya, lalu masuk ke kamar mandi.

Di kamar mandi ia menyalakan maksimal keran air, lalu meraih shower dan mulai beraksi. Ujung shower sudah berada tepat di depan bibirnya.

Lalu dinaikanlah kaki kanannya ke atas ember. Bahunya mulai bergerak ke kiri dan ke kanan, disusul kepalanya berputar ala Michael Jackson.

Lalu ia pun berdendang, entah lagu apa. Sangat tidak jelas.

🎶 "Wroken wroken you, wroken. Hey, Wroken wroken you, wroken. Hey." 🎶

Gayanya ngerock.

Acap kali mengatakan "Hey," ia meloncat.

Sekarang rambut pendeknya mulai dikibaskan, punggungnya membungkuk. Saat kepalanya sudah merasa pusing, kini panggul sempurnanya meliuk-liuk. Sekitar tujuh kali putaran, ia mulai meringis.

"Aahh, pingganggu sakiiit," keluhnya.

Setelah kebiasaan buruknya di kamar mandi terrealisasikan, ia baru mandi seperti manusia pada umumnya.

***

Selepas melaksanakan kewajibannya, iapun bersolek alakadarnya. Lalu memakai setelan warna putih bercorak melati, dengan kancing berbentuk mutiara. Dipadukan dengan rok maksi di bawah lutut, berwarna hitam. Ia menyematkan name tag dengan nama Linda Berliana sebagai tanda pengenal.

Hari ini ia akan menjadi MC di sebuah acara konferensi pers di mana direktur utama HGC yang merupakan perusahaan terbesar di negara itu akan menjadi narasumbernya.

"Semoga acaranya lancar," ucapnya saat mobil sedan yang dikemudikannya meninggalkan kawasan apartemen Green Seroja.

Sepanjang perjalanan menuju tempat acara, bibir tipisnya yang merah tak berhenti menyunggingkan senyum, terbayang di benaknya adik kembarnya yang lucu Yolla dan Yolli sedang menunggunya di halaman rumah yang bersebelahan dengan kedai buah segar milik ayah dan ibunya.

"Minggu depan, kakak mau pulang dan beli boneka barbie untuk kalian," gumamnya.

***

Linda menarik napas dalam, seraya berdoa saat kakinya mulai melangkah menuju lantai dasar gedung apartemen termegah di negara tersebut.

Pukul 08.10 pagi waktu setempat, area pintu utama apartemen itu terlihat sangat ramai dan hiruk-pikuk dikarenakan oleh kehadirian para awak media nasional baik cetak maupun elektronik.

Para kameramen dan jurnalis terlihat bejejer rapi dengan setelan kebanggaan dan perlengkapan yang sudah disiapkan sedemikian rupa.

Pihak keamanan apartemen terlihat kewalahan menghadapi awak media yang terus-menerus menanyakan keberadaan sang direktur utama yang akan menjadi narasumber, ditambah kehadiran masyarakat umum.

Pihak kemanan akhirnya meminta bantuan pihak Kepolisian Sektor Kota untuk mengendalikan situasi.

***

Kediaman Sekretaris HGC

Sebagian tubuh pria itu dari pinggang sampai kaki masih tertutup selimut. Sinar mentari pagi menerobos celah tirai kamarnya memantulkan cahaya pada tubuh polosnya yang terlihat memukau dan indah.

Pria itu memang sering tidur tanpa memakai baju, namun bawahannya selalu mengenakan celana panjang yang dilengkapi dengan sabuk.

Entah yang keberapa kali ponsel pria tampan itu berdering, barulah panggilan pada pukul 08.19 direspon olehnya.

"Hallo ...."

Suaranya ngebass, entah memang biasanya seperti itu, atau mungkin hanya bangun tidur saja.

Kepalanya mengangguk-angguk saat ponsel canggihnya menempel di telinga.

Lumayan lama ia menerima panggilan, entah pembicaraan apa yang sedang dibahas. Namun saat panggilan itu selesai, pria itu langsung terbangun dan berteriak.

"Aaaaa! Tuan Deaaan!" teriaknya.

Teriakannya menggelegar, sampai-sampai burung peliharaan yang ada di kediamannya mengeleparkan sayap karena terkejut.

Pria itu lalu bersiap, sangat tampan saat tanpa kaca mata, dan berwibawa saat memakai kaca mata.

Agam Ben Buana.

The main secretary of HGC.

Itulah nama yang tercantum pada name tag nya.

***

Linda yang sudah berada di area preskon terlihat bersiap saat dari arah lift petugas kepolisian yang dilengkapi dengan pistol dan stun gun datang dan mengapit direktur utama di sisi kiri dan kanannya menuju lobi apartemen yang telah disulap menjadi ruang konferensi pers.

Linda memalingkan wajah saat matanya tak sengaja bersirobos dengan pria berkacamata yang ada di samping direktur utama.

"Tuan Deaaan, Pak Agaam ...!"

Terdengar teriakan masyarakat yang turut hadir di tempat tersebut. Mereka yang berteriak rata-rata adalah para remaja, mama muda, dan ibu-ibu yang merasa dirinya masih muda. Bapak-bapaknya terlihat cemberut saja tanpa ekspresi.

Cih, untuk apa sih mereka teriak-teriak? Apa mereka lupa kalau kedua laki-laki itu tidak normal? Batin Linda.

.

.

.

"Mohon tenang semuanya, acara ini akan segera dimulai."

Linda akhirnya berusaha menenangkan keriuhan.

Ia tampak tidak nyaman saat pria berkacamata yang sudah ia kenali identitasnya itu duduk di sampingnya.

"Baiklah, sesi pertama terdiri dari lima pertanyaan dari media cetak dan sesi kedua lima pertanyaan dari media elektronik," katanya.

"Mohon maaf Bu Linda Berliana, Tuan Dean ingin semua pertanyaan ditulis di kertas, nanti Tuan Dean akan mengambil dan menjawab 10 pertanyaan secara acak," jelas pria berkacamata yang tidak lain adalah Agam Ben Buana.

Para awak media akhirnya menulis pertanyaan mereka di secarik kertas lalu dikumpulkan di sebuah kotak transparan.

"Terima kasih atas perhatian seluruh dewan pers beserta jajarannya. Aku sangat mengapreasi karena kalian sudah mau repot-repot mengurus foto-fotoku." Direktur utama HGC terdengar memulai pembicaraan.

Acara itu awalnya berlangsung lancar, namun tiba-tiba ada salah satu pertanyaan yang tidak sesuai dengan tema.

Linda terlihat menautkan alisnya saat membaca pertanyaan itu. Awak media yang hadir saling menatap satu sama lain. Direktur dan sekretaris Agampun saling menatap.

"Aku tidak menjawab pertaanyaan di luar topik," kata sang direktur.

Tangan presenter Linda tampak bergetar, saat ia hendak membaca pertanyaan lain. Ia kebingungan antara harus membacanya lagi atau tidak. Karena yang dipegangnya bukan pertanyaan melainkan sebuah informasi.

"Tuan Bahir Finley Haiden tidak sakit dan cacat karena mencoba bunuh diri, melainkan karena percobaan pembunuhan."

Linda mematung, ia tentu saja tidak begitu faham dengan pernyataan itu. Saat ia masih kebingungan dan belum membacanya,

Agam berdiri dan mengambil kertas yang dipegang Linda.

Saat ia membaca pertanyaan itu, Agam seketika mundur satu langkah ke belakang. Hadirin yang hadir tampak kebingungan.

Agam mengambil salah satu mikrofon dan mengambil alih tugas presenter Linda yang saat ini masih tampak syok. Linda memilih duduk dan meminum air mineral sambil menautkan alisnya.

"Maaf, pertanyaan yang aku pegang ini sangat vulgar, jadi tidak akan dibacakan untuk melindungi para penonton yang masih dibawah umur," kata Agam.

Kenapa tidak kamu saja yang menjadi presenternya? Batin Linda.

Tugas Linda kini digantikan oleh Agam. Ia mengambil kembali kertas pertnyaan dan lagi-lagi pria itu mengatakan jika pertanyaannya vulgar.

"Ini adalah kertas ke-10 yang saya ambil, jika masih vulgar, pertanyaan itu akan tetap dihitung sebagai pertanyaan terakhir walau tidak dijawab oleh Tuan Muda," kata Agam.

Tuan Muda dan dia tampak dekat dan intim, tidak salah lagi, mereka memang memilki hubungan khusus. Celoteh Linda dalam hatinya.

Saat ia sudah tenang, Linda lalu meminta kertas yang ada di tangan Agam. Agam memberikannya dengan ragu-ragu. Tanpa diketahui siapapuan saat Linda berbalik, secepat kilat Agam mencengkram bokong seksi milik Linda dengan gerakan sensual.

Apa?! Apa dia gila? Kenapa memegang bokongku?! Ini pelecehan!

Linda terhentak ke depan dan terkejut. Tak sampai di situ, pria berkacamata itu juga menarik risleting rok milik Linda. Beruntung gerakan tangannya terhalang meja.

Linda semakin gelagapan dan kalang kabut. Ia dongkol, kesal dan marah. Namun tetap berusaha untuk profesional. Apalagi saat ingat jika ia telah dibayar mahal untuk acara ini.

Linda kemudian duduk di samping Agam, dan membuka kertas pertanyaan terakhir. Lagi-lagi itu pernyataan, bukan pertanyaan.

"Tuan Bahir Finley Haiden memiliki seorang anak yang sampai saat ini tidak diketahui keberadaanya."

Lagi-lagi Linda kebingungan. Dan saat itu juga, tang jahil Agam kembali mencengkram bokongnya.

Dasar pria gilaaa, dasar ho*o. Batinnya sumpah serapah.

Ada apa dengan tanganku?! Kenapa refleks memegang bokong dia sih?! Padahal, aku hanya ingin dia tidak membacakan pernyataan-pernyataan itu. Tapi kenapa caraku seperti pria mesum sih?

Batin Agam berkecamuk.

"Sayang sekali pertanyaan ini juga sangat vulgar dan saya tidak bisa membacakannya, acara konferensi pers ini selesai, terima kasih kepada sponsor dan semua pihak yang telah hadir," jelas Linda.

Syukurlah dia faham maksudku. Tidak sia-sia aku menjahilinya. Aduh, maat Bu Linda, tanganku hilang kendali," kata Agam dalam hatinya.

Acara konferensi pers itu akhirnya selesai. Seluruh awak media merasa tidak puas. Mereka penasaran dengan isi dari pertanyaan vulgar tersebut. Jika ingin tahu isisnya tentu saja hanya bisa bertanya pada dua orang. Agam, dan Linda.

Agar pernyataan aneh itu tidak diketahui siapapun, saat itu juga Agam berencana untuk melobi Linda agar tidak membocorkan isi pernyataan tersebut pada siapapun.

...~Tbc~...

The Trouble Started

Saat preskon usai, Linda melajukan mobilnya dengan hati yang berkecamuk. Presenter cantik berusia 24 tahun itu tidak menyangka akan mengetahui fakta mengejutkan dalam pertanyan-pertanyaan itu.

Keluarga Haiden memang laksana tambang emas bagi media. Kehidupan mereka dengan semua teka-teki dan kekayaannya selalu saja menjadi perhatian publik dan menjadi berita yang mempunyai nilai jual tinggi.

"Tuhan, aku menyesel menerima tawaran jadi MC. Harusnya aku nikmatin saja hari liburku dengan bermalas-malasan dan maskeran. Aku semalam tergiur karena bayarannya 10 kali lipat," katanya.

Linda memumukul-mukul kepalanya sendiri. Sambil sesekali membetulkan kacamatanya. Linda memang berkacamata, rambutnya pendek lurus sebatas bawah telinga.

"Kukira hanya keluarga Haidennya saja yang penuh teka-teki dan gila, tapi aku salah. Ternyata sekretarisnyapun gila. Kenapa pria itu mengelus bokongku? Terus membuka risleting rokku. Pria menjijikkan itu berani-beraninyaa ...."

"Aaaa," berteriak.

Linda mengeraskan rahang dan giginya sambil memukul-mukul setir. Sesekali Linda juga bergidik, mengingat artikel yang pernah ia baca.

Artikel itu menyebutkan jika direktur utama HGC dan sekretarisnya mempunyai hubungan lebih dari sekedar atasan dan bawahan, issue-nya mereka adalah pasangan kekasih.

Linda terkejut saat ia menyadari ada mobil yang mengikutinya. Karena belum yakin mobil itu menguntit, Linda sengaja berbelok ke jalur tikus yang saat itu sepi karena memang hari libur.

Benar saja, mobil SUV keluaran teranyar tersebut benar-benar mengikuti mobilnya. Linda semakin ketakutan, ia takut jika mobil itu ada hubungannya dengan keluarga Haiden yang terkenal dengan sebutan keluarga darah biru garis keras.

"Apa performaku saat jadi MC buruk dan tidak memuaskan mereka?"

Mata Linda mulai berkaca-kaca, wajahnya dipenuhi kekhawatiran, dan keringat dingin. Ia lalu membelokkan mobilnya ke jalur tol. Maksudnya sengaja untuk mengulur waktu. Padahal tanpa harus melewati tolpun apartemen sewaan miliknya bisa dijangkau.

Sudah jatuh tertimpa tangga, kartu tol elektrik miliknya limit.

"Siiaaal," teriaknya.

'Tiiid, tid, tid, tiiid.'

Suara klakson mobil di belakangnya berbunyi tidak sabaran, dan parahnya mobil yang ada di belakang Linda adalah mobil penguntit itu.

"Oh tidaak, bagaimana ini?"

"Mohon maaf Bu, agar tidak mengganggu pengguna jalan yang lain, lebih baik pinjam saja kartu pengendara yang ada di belakang Ibu," ucap petugas tol.

"Apa?!"

Dengan berat hati, mau tidak mau Linda akhirnya keluar dari mobilnya dan dengan bodohnya diapun mengetuk kaca kemudi mobil penguntitnya.

'Tok, tok, tok' dan 'sreeet' kaca mobil itu terbuka.

Tampaklah seorang pria gagah berwajah tampan dan berkacamata langsung menyodorkan kartu tol kepadanya.

Linda terkejut, ia melongo setelah menyadari siapa pengemudi mobil tersebut, iapun mundur beberapa langkah.

"Wooyyy, cantik-cantik kok loading sih? Cepat dong!" teriak salah seorang pengendara lain yang kesal dan tidak sabar menunggu. Mereka tidak menyadari jika wanita yang diteriakinya adalah presenter terkenal.

Secepat kilat Linda mengambil kartu milik penguntit itu, lalu mengembalikannya dengan cara dilempar karena panik. Dan iapun segera kembali ke mobilnya tanpa mengucapkan terima kasih.

"Dasar wanita aneh, harusnya kamu berterimakasih, kan?" gerutunya.

.

.

'Bruuum.' Linda tancap gas dengan kecepatan diatas rata-rata.

Pria penguntit yang tak lain adalah Agam tidak mau kalah. Ia pun tancap gas dengan wajah kesal.

"Berani sekali dia melemparkan kartuku, padahal aku sudah menolongnya. Kamu juga belum menggantinya dengan uang tunai, kau pikir ini gratis?! Bagus, aku jadi punya alasan untuk mengejar dia, sampai lubang jarumpun akan aku kejar. Kau kira aku tidak tahu alamatmu? Dasar bodoh!"

.

.

"Siaaal kenapa aku bodoh banget sih?! Aku presenter terkenal tapi kenapa aku bodoh?! Ya Tuhanku, aku lupa belum membayarnya."

Papan dashboard menunjukkan jika sebentar lagi ia akan keluar tol. Mobil Agam terlihat terhalang oleh dua mobil, pickup dan bus.

Linda tersenyum, mengira jika dirinya sudah berada di atas angin dan terbebas dari pria aneh yang menyentuh bokongnya.

"Syukurlah dia tidak bisa mengejarku, biar kubayar lain kali saja hutang itu, lagian itu tidak seberapa, dia juga pasti tidak butuh uang segitu."

"Gila banget, tadi saldo kartunya sampai puluhan juta. Mungkin dia pikir mau melewati tol langit menuju luar angkasa."

"Si mesum itu kenapa dia menguntitku, ya? Kalau saja dia tidak bekerja untuk keluarga Haiden, aku pasti sudah melaporkan pelecehan itu pada polisi."

Linda terus berbicara seorang diri.

***

Linda merasa tenang saat mobilnya kini sudah memasuki kawasan apartemen sewaannya. Apartemen itu terlihat biasa saja. Termasuk apartemen unit minimalis dengan satu kamar tidur.

Dengan terbirit-birit, Linda masuk ke dalam lift sambil mengusap-usap dadanya.

Selamat-selamat, ucapnya dalam hati.

'Ting.'

Linda sudah sampai di lantai 18.

Ia langsung menuju pintu kamarnya dengan langkah cepat. Setelah menekan kodenya, ia langsung masuk.

Namun 'Grep' sebuah tangan besar dan berotot pas memegang pergelangan tangannya.

Belum juga hilang rasa kagetnya, tangan itu sudah mendorong pundaknya masuk ke dalam.

'Brug.'

Pintu apartemen tertutup.

Linda berdebar posisinya masih membelakangi pemilik tangan maskulin itu. Ia berharap hanya tangannya saja yang masuk ke kamarnya, tapi itu tidak mungkin, kecuali jika itu tangan hantu.

Nyatanya tangan itu sudah ada di kamarnya beserta anggota tubuhnya yang lain.

"Kau belum membayar kartu tolnya."

Kini suara baritone itu terdengar menggelegar laksana petir yang menyambar telinga Linda.

Langsung dijawab Linda dengan suara alto yang terdengar sangat kecil dan halus seiring dengan nyalinya yang menciut.

"Sa-saya akan bayar Pak ...," kata Linda sambil membalikkan badannya memberanikan diri.

Tanpa dipersilahkan Agam langsung duduk di kursi yang ada di kamar itu sambil menatap tempat tidur ukuran kecil yang ada di ruangan tersebut. Matanya menyisir sampai ke bagian dapur. Apartemen sederhana memang seperti itu. Tempat tidur, dapur dan ruang tamu terlihat menyatu dalam satu ruangan.

"I-ini uangnya Pak Agam." Membungkuk menyodorkan uang.

"Kau pikir saya butuh uang itu, saya tidak butuh! Pegang saja untukmu!"

"Lho tadi kan kata Pak Agam?" Linda memberanikan diri menatap Agam.

"Sudah saya katakan saya tidak butuh uang itu Bu Linda Berliana! Saya hanya ingin memberi peringatan pada Anda tentang pernyataan-pernyataan aneh itu."

"Ya saya tahu, tapi cara Bapak memberi peringatan itu sangat licik dan kotor, kenapa Bapak begitu? Bapak memegang bokongku dan membuka risleting rokku."

Linda duduk di kursi menghadap Agam dengan wajah jutek.

"Saat itu saya hanya bingung, karena tidak bisa bicara langsung untuk mencegahmu membaca pertanyaan itu. Maaf jika Anda tidak nyaman. Berapa uang yang Anda mau agar Anda tutup mulut?"

Matanya masih beredar memandangi kamar itu.

"Tutup mulut? Sepertinya akan sulit, bagaimana kalau nanti ada wartawan yang bertanya? Saya tetap harus profesional, kan?"

"Bu Lindaa!" teriak Agam sambil menarik kerah baju Linda.

"Ja-jangan ka-kasar Pak! Toloong! Kotak pertanyaannya sudah Bapak ambil, kan? Jadi Bapak tidak usah khawatir lagi." Linda gemetar sambil menahan tangan Agam.

"Saya memang sudah mengamankan kotak itu, dan sekarang saya mau mengamankan kotak mulutmu dengan ini!"

Agam mengambil cek yang ada di sakunya. Dengan gerakan cepat Agam berdiri, mengcengkram dagu Linda, saat mulut Linda terbuka Agam memasukkan ceknya ke mulut Linda.

Entah apa motif Agam, hingga ia tega melakukan itu. Sepertinya beban kerja di HGC mempengaruhi sikapnya.

"Tutup mulutmu dan lupakan apa yang kamu tahu selamanya," tegasnya.

Agam mendorong Linda hingga presenter cantik itu tersungkur ke samping tempat tidur dan kacamatanya terlepas.

Agam lalu membalikkan badan hendak pergi.

"Puiih." Linda memuntahkan cek yang ada di mulutnya.

"Kenapa Anda kasar sekali?! Dasar ho*o!" teriak Linda spontan.

Linda langsung terkesiap dan menutup mulutnya. Tubuhnya gemetar saat melihat Agam menghentikan langkahnya dan berbalik badan.

"Apa kamu bilang?! Kau rupanya sama saja dengan mereka yang memfitnahku! Seberapa buruk dan hina aku di mata kalian, haahh?"

Agam menjambak rambut pendek Linda, tangannya yang lain mengangkat tubuh Linda dan membantingnya ke tempat tidur.

"A-ampun Pak Agam saya menyesal, mohon ampuni saya Pak! I-itu spontanitas."

Linda bersujud-sujud sambil menangis, ia lalu bersimpuh dan menggerakkan tanggannya hendak mengambil kaca matanya.

"Apa kau mau ini?"

Agam menendang kaca mata Linda.

'Kreek.' Kaca mata itu diinjak oleh Agam hingga hancur menjadi serbuk.

"Sekarang biar kubuktikan sekalian kehinaanku padamu, jika memang kau percaya aku seperti itu."

Agam membuka sepatunya, lalu membuka bajunya. Tampaklah kini tubuhnya yang indah dan berotot itu. Mata Linda membelalak, walau tidak memakai kaca mata, Linda bisa melihat betapa perkasa dan gagahnya Agam.

Linda semakin gemetar dan beringsut saat Agam merangkak ke tempat tidur sambil membuka ikat pinggangnya dengan tatapan yang dipenuhi kobaran amarah.

Kata h o m o itu begitu menyakitkan bagi Agam. Dalam keadaan emosi Agam juga mengingat sesuatu yang membuatnya kecawa. Agam mengira jika Tuan Muda yang sangat ia hormati dan ia sayangi telah melakukan hubungan suami istri dengan gadis yang dicintainya padahal mereka belum menikah.

...~Tbc~...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!