NovelToon NovelToon

My Cold Brother Is My Husband

01 KESAL

"Ya ampun..... masih tidur dia rupanya" gumam Sakira geleng kepala melihat putri bungsunya masih meringkuk di balik selimutnya.

"Sayang bangun.... " ucap Sakira menarik sedikit selimut yang membalut tubuh putrinya hingga membuat tubuh Arsila menggeliat merasakan sejuknya AC menyentuh permukaan kulitnya.

Arsi menarik kembali selimut nya hingga menutupi seluruh tubuhnya hingga kepala. Sakira tak mau kalah ia kembali menarik selimut Arsi lalu melipatnya. "Arsila!!!!!! bangun.... udah siang sayang"

"Mama.... ihhhh.... Arsi masih ngantuk.. " rengek Arsi mempererat pelukannya pada bantal guling mencari kehangatan di sana.

"Sayang, ini tu udah siang,,,, " ucap Sakira lagi sembari membuka gorden jendela kamar Arsi.

"Tapi kan Arsi gak ada jadwal kuliah ma.. " jawab Arsi tanpa membuka matanya yang benar-benar terasa masih berat.

"Kamu lupa? " ucap Sakira menggantungkan ucapannya lalu menatap putri bungsunya yang masih saja menutup matanya tak peduli.

Senyum Sakira mengembang, Arsi membuka matanya lebar.

"Ahhhh hari ini kak Viki pulang!! " teriak Arsi penuh semangat.Matanya terbuka lebar sekarang.

"Kok baru bangunin Arsi sih ma" gerutu Arsi seraya berlari menuju kamar mandi.

"Mama tunggu di bawah yah sayang" teriak Sakira berlalu menuju ruang makan yang sudah ada Davin di sana. Pria yang sudah mulai terlihat sedikit menua itu tengah serius membaca koran.

"Apa masih tidur? " tanya Davin tanpa melihat kearah istrinya yang baru saja turun dari kamar Putri nya.

"Apa lagi... pasti masih ngebo" jawab Sakira sekenanya. Jangan di tanya, jika tidak di bangunkan maka Arsila putri tak akan pernah bangun cepat, apalagi di hari libur.

"Yaudah makan dulu yuk" ajak Sakira mengambilkan sepiring nasi goreng,lalu menyodorkan pada suaminya yang langsung melipat koran yang ia baca lalu menerima nasi goreng buatan istri nya yang selalu terlihat menggiurkan.

"Pagi mama.... papa.... " sapa Arsi penuh semangat, penampilannya sudah berubah sekarang, yang biasanya bangun tidur Arsi hanya gosok gigi lalu langsung menuju meja makan. Sedangkan sekarang, ia sudah terlihat begitu cantik meski penampilannya sederhana dan natural. Arsi tidak terlalu suka berdandan dan berpenampilan seperti para gadis pada umumnya yang memang suka make up.

"Pagi juga sayang... " Jawab Davin tersenyum pada putri.

"Nih makan dulu... " ucap Sakira menyodorkan nasi goreng yang langsung di terima Arsi dengan semangat.

"Idih.... anak papa semangat banget" cibir Davin membuat Arsi terkekeh pelan. Tentu saja Arsi sangat semangat, Viki Ricardo akan pulang hari ini dan dia lah yang ditugaskan untuk menjemput kakak nya itu. Gimana gak bakal senang coba? Arsi sudah lama menantikan momen ini.

Sudah sangat lama Arsi menunggu kepulangan kakaknya ini, di tambah lagi kakaknya akan menetap di Indonesia. Arsi sangat bahagia sekarang, ia sangat mengagumi kakaknya, bahkan di ponsel nya di penuhi oleh foto foto kakaknya saja.

Arsila Putri Ricardo, anak kedua dari Davin Ricardo dan Sakira Amanda. Gadis yang kini berusia 19 tahun dan kuliah jurusan Management itu tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik dan imut. Sejak kecil Arsi sangat dekat dengan kakaknya, hampir setiap detik Arsi bersama Viki jika Viki pulang ke Indonesia. Namun, entah mulai dari mana, entah apa alasannya sejak Arsi beranjak SMP, Viki jadi lebih jarang pulang. Bahkan Viki pulang hanya mampir ke kantor lalu kembali ke Amerika. Arsi merasa sangat kesepian dan berharap kakaknya kembali seperti dulu. Karena sikap Viki mulai dingin terhadapnya, bahkan Viki tidak memberi kabar apapun padanya.

"Jam berapa kak Viki sampe Bandara pa? " tanya Arsi antusia.

"Cieee yang gak sabaran" goda Sakira membuat Arsi nyengir.

"Jam 9 sayang, sekitar 1 jam lagi" jawab Davin.

"Kira-kira kak Viki bakal dingin lagi gak yah sama gue? " batin Arsi, ia sangat takut jika kakaknya masih bersikap Dingin dan cuek seperti 10 tahun yang lalu.

"Eh kok malah bengong" tegur Sakira membuat Arsi tersenyum kikuk, lalu menggeleng pelan.

"Yaudah ma, pa, Arsi berangkat dulu... " pamit Arsi bangkit dari duduknya lalu mencium pipi mamanya dan papanya yang menatapnya bingung. Viki tiba masih 1 jam lagi, tapi Arsi malah pamit sekarang.

"Kok cepat banget sayang? " tanya Sakira bingung. Sementara Davin hanya menatap putrinya yang kini mencium pipi nya juga.

"Mau mampir ke rumah Meri dulu nanti ma" jawab Arsi berbohong.

"Yaudah hati hati sayang" ucap Sakira yang langsung di Jawab anggukan kepala oleh Arsi.

Di dalam mobil Arsi terus memegangi jantung nya, sudah 30 menit ia tiba di bandara. Arsi sebenarnya tidak mampir ke rumah Meri, sahabat nya. Tetapi, Arsi langsung ke bandara dan berdiam diri di dalam mobil untuk mempersiapkan diri bertemu dengan kakaknya.

"Jam 10" gumam Arsi melirik Arloji nya.

Arsi menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya pelan. Gadis imut yang kini telah menjelma menjadi gadis dewasa meski masih terlihat imut keluar dari mobil.

Penampilan Arsila sangat menggugah selera bagi kaum Adam, meski hanya mengenakan celana jeans dan baju kaos lengan pendek yang memperlihatkan lengan putih mulusnya. Rambut panjang dan senyum manis membuat orang yang melihatnya menjadi salah fokus.

Sementara seorang pria tampan berjalan santai menuju pintu keluar, matanya berkelana mencari sosok gadis yang di tugaskan untuk menjemputnya.

Mata Viki menyipit, matanya menangkap sosok yang tak asing baginya. Sudah lama Viki tidak melihat sosok Arsi yang dulunya masih imut dan tentunya sangat cantik, kini menjelma menjadi sosok gadis dewasa dan tentunya semakin cantik.

Viki merubah air mukanya ketika Arsi melihat kearahnya, terlihat raut bahagia di wajah Arsi.

"Kak!!! " teriak Arsi melambai lambaikan tangannya pada Viki.

Viki menatapnya datar, lalu berjalan santai mendekat pada Arsi yang berdiri tak jauh dari pintu keluar.

"Kak ud-" ucap Arsi terpotong oleh perintah Viki.

"Bawa ini" Ucap Viki dingin menyodorkan kopernya dan juga jaketnya pada Arsi, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Arsi yang masih bengong dengan perlakuan Viki padanya.

"Masih sama... " gumam Arsi pelan, padahal ia sudah bersikap semanis mungkin tadi.

Arsi menghela nafas pasrah, ia mengikuti kakaknya dari belakang menyeret koper dan juga jaket Viki yang di sampirnya di lengan kirinya. Bibir Arsi sudah monyong monyong menggerutu atas perlakuan kakaknya yang membuat nya seolah seperti babu.

Arsi menatap Viki yang sudah duduk manis di bangku penumpang belakang kemudi. Fix, Arsi jadi babu Viki saat ini.

"Kak, pindah depan! " ucap Arsi ketus, sikap manisnya telah berubah menjadi jutek dan cuek seperti sikapnya biasanya.

Viki tak bergeming, ia malah menyandar lalu menutup matanya. Arsi mengepal tangannya geram, kesabarannya sungguh di uji saat ini.

"Loe mau pulang, atau tetap di sini? " tanya Arsi sedikit menekan suaranya menahan emosi.

"Jalan ajah cepat, gue capek! " jawab Viki datar tanpa membuka matanya.

"Oke fine" jawab Arsi pelan, lalu meletakan koper Viki ke dalam bagasi, senyum Viki sempat mengembang karena ia pikir Arsi menyerah dan mengikuti perintah nya.

Namun tiba-tiba Viki di kagetkan pintu di sampingnya tiba-tiba terbuka. Viki membuka matanya menatap Arsi yang juga menatapnya, ia menunggu apa yang akan di lakukan oleh adiknya.

"Ini kuncinya, serah lu deh mau duduk dimana. Serah lu juga mau pulang apa nggk. " ucap Arsi ketus meraih tangan Viki dan meletakkan kunci mobil ke tangan Viki. Lalu Arsi menutup kembali pintu mobil dengan hempasan keras.

"Gue cabut" pamit Arsi berlalu meninggalkan Viki begitu saja. Viki bengong menatap kunci di telapak tangannya.

"Kok malah ngasih ini sih" dengus Viki kesal. Ia keluar dari mobil Arsi, menatap ke sekeliling mencari keberadaan adiknya. Seakan di telan bumi, Arsi begitu cepat menghilang.

"Sial!!! " umpat Viki menendang ban mobil Arsi sedikit lebih keras, membuatnya langsung mengaduh kesakitan. Viki terlalu keras menendang ban mobil Arsi sehingga membuat kakinya sakit.

"Ahhhkk" pekik Viki loncat loncat menahan Sakit di ujung kakinya.

Pria tampan itu akhirnya memutuskan mengemudi sendiri menuju rumah, seharusnya ia tidak mencari pasal dengan Arsi ketika baru saja bertemu. Kini Viki sedikit menyesalinya, ia merasa sikapnya terlalu keterlaluan tadi.

*

*

*

*

*

Halo..... pembaca setia ku. ini novel kelanjutan dari Because baby, khusus cerita Viki yah.

yang masih mengikuti perjalanan keluarga ini makasih, dan yang baru baca... biar paham baca dulu yng Because baby.. biar nyambung nantinya dengan kisah si Viki.

...T E R I M A K A S I H...

02 Jengkel

Viki tiba di rumah mewah keluarga Ricardo, dengan senyum mengembang Viki langsung masuk dan mendapati mamanya yang sudah menunggu di ruang tamu.

"Loh kok gak bareng Arsi? " tanya Sakira bingung melihat Viki memasuki dan membawa kopernya sendiri.

Viki hanya mengangkat bahunya acuh, ia tak ambil pusing dengan hal itu. Toh Arsi sendiri yang memilih meninggalkannya.

"I miss you mom... " ucap Viki memeluk mamanya, ia sungguh sangat merindukan mamanya saat ini.

"I miss you too.. " balas Sakira membalas pelukan putranya, mereka melupakan sejenak soal Arsi karena melepas rindu. Kalian tahu sendiri kan, gimana sayang nya Sakira sama Viki.

"Ekhem... " dehem seseorang membuat Sakira dan Viki perlahan melepas pelukannya.

"Jadi cuma rindu mama? " sindir Davin yang baru saja memasuki ruang tamu, lalu mendapati putranya yang baru pulang tengah mememluk istrinya.

"Selalu saja mengganggu" dengus Viki, namun ia tetap beranjak mendekati papa Davin lalu memeluknya erat. Tidak bisa di elakan Viki juga sangat merindukan papanya ini.

Viki melepaskan pelukannya pada papa Davin, lalu Sakira memboyong mereka duduk di sofa. Sakira menatap Viki lekat, ia tak menyangka Viki akan tumbuh sedewasa ini sekarang, Sakira merasa baru kemarin Viki bermanja manja dengannya sebelum pergi ke Amerika untuk menimba ilmu dan melanjutkan bisnis Davin yang ada di sana.

Di balik canda tawa obrolan ketiganya, ada seorang gadis yang menatap jengkel pada pria yang kini malah mengalihkan perhatian orang tuanya dan melupakan dirinya.

"Dasar pria aneh! " gerutu Arsi menatap Viki yang sedang bercanda ria bersama mama dan papanya. Arsi merasa muak dengan sikap kakanya yang dingin terhadap nya dan sangat hangat di depan orang tuanya. Semangat pagi yang Arsi rasakan tdi pagi hilang ketika sudah bertemu Viki, Arsi rasa ia harus merubah perasaan nya yang begitu mengharapkan Viki pulang, menjadi berharap tak bertemu dengan kakak super dingin nya itu.

Arsi melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda karena melihat ke hangatkan sang kakak, ia tak berminat untuk menyapa Viki yang baru saja tiba itu, bahkan ketika mamanya memanggilnya dan bertanya mengapa tidak bareng dengan Viki mala di abaikan olehnya.

Arsi terus melangkah menaiki tangga menuju kamarnya.Tiba di pertengahan tangga, langkah kaki Arsi terhenti karena mendengar ucapan Viki yang ia tahu di sengaja lebih keras agar ia mendengar nya.

"Tadi itu, Arsi bilang mendadak di telfon pacarnya, makanya suruh Viki pulang duluan ma" ucap Viki dengan suara sedikit lebih keras menjawab pertanyaan Sakira yang di abaikan oleh adiknya.

Jleb. Arsi membalikkan tubuhnya menatap Viki dari atas tangga, tangannya mengepal kuat. Bisa bisanya Viki berbohong seperti itu pada orang tuanya.

"Benarkah?? Arsi punya pacar?? " tanya Sakira tak percaya, sementara Davin terkekeh mendengar nya, ia tahu jika putra dan putrinya tak seakur dulu.

"Serah loe!!!! " balas Arsi dingin lalu berbalik dan bergegas menaiki anak tangga, lalu masuk ke dalam kamarnya dengan menghempaskan pintu kamar dengan keras.

"Hahahaha.... " Viki tertawa keras mendengar suara hempasan pintu yang ia yakin itu hempasan pintu kamar Arsi.

"Apa bener Arsi udah punya pacar? " tanya Sakira penasaran membuat Viki dan Davin berpandangan lalu tertawa, Sakira pun menjadi kesal, bukan nya di jawab mereka malah tertawa keras.

"Mama percaya? kalau papa sih nggk. liat ajah tu sikap dia garang gitu, mana mungkin ada cowo yang berani" jawab Davin yang masih saja tertawa.

"Viki bercanda kok ma, tadi Viki sengaja biar Arsi kesal" jawab Viki yang sudah bisa mengontrol tawa. Viki juga menceritakan sebab mengapa mereka tidak pulang bersama, semua itu adalah kesalahan nya.

"Yaudah ma pa, Viki ke kamar dulu" pamit Viki ingin istirahat, ia merasa tubuhnya begitu lelalah dengan perjalanan nya hari ini.

"Mandi dulu baru tidur" peringat Sakira yang langsung di angguki oleh Viki. Sakira tahu kebiasaan Viki, seharusnya tak perlu ia ingatkan lagi. Tapi namanya seorang ibu pasti cerewet yah kan, selalu mengingatkan ini dan itu.

"Gimana mau di jodohkan kalau berantem gitu" lirih Davin terkekeh kecil. Sakira langsung menoleh pada suaminya yang kini tertawa sendiri, alisnya sebelah kanannya terangkat pertanda bingung.

"Kenapa? " tanya Sakira sengit, membuat Davin langsung menghentikan kekehan nya.

"Gak papa" jawab Davin nyengir. Bukannya percaya, Sakira malah menatap suaminya penuh curiga.

"Au ah" dengus Davin lalu beranjak meninggalkan istri nya.

"Hei jawab dulu.... " teriak Sakira mengejar suaminya yang sudah berlalu menuju kamar.

Sementara di dalam kamar Arsi menghempaskan tubuhnya di atas ranjang kasar, ia sangat kesal dengan kakaknya yang begitu menyebalkan.

"Viki gila!!! gila gila!!! " teriak Arsi memukul mukul bantal dengan kesal, seolah olah itu adalah kakaknya.

Sangat jauh dari harapan, Arsi yang berharap kakaknya akan sangat baik dan hangat padanya seperti dulu, malah di hancurkan dengan sikap dingin dan seenaknya membuatnya kesal. Arsi menyesal karena memiliki harapan seperti itu.

Tak dapat di pungkiri jika Arsi sangat merindukan sosok Viki, tapi rasa rindu nya hilang seketika.

"Kalo gue tahu dia masih seperti itu, Gue gak akan mau menjemput dia!! " gumam Arsi kesal.

Tanpa ia ketahui, seseorang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Viki yah siapa lagi yang sekarang bersandar di tembok kamar Arsi yang masih belum menyadari kehadiran kakaknya, ia terus saja memaki maki Viki dengan melepaskan kekesalannya pada bantal.

"Jadi loe nyesal jemput gue? " tanya Viki dingin.

Jleb. Arsi menegang mendengar suara orang yang sejak tadi di maki maki nya ada di kamarnya. Arsi membalikkan tubuhnya cepat, matanya menangkap sosok Viki yang sudah berjalan mendekatinya. Cepat cepat Arsi bangkit dan menguasai ekspresi nya yang semula terkejut menjadi biasa saja.

Arsi memasang wajah juteknya menatap Viki yang terus berjalan maju mendekat.

"Gak sopan banget sih, masuk kamar orang tanpa ijin" ketus Arsi, jantung nya berdetak kencang sekarang, pikirannya tak karuan melihat Viki yang semakin dekat.

"Suka suka gue lah, kamar adek gue" jawab Viki menyeringai. Arsi menelan saliva nya ketika Viki menunduk dan mensejajarkan wajah mereka.

"Gue..gak punya kakak dingin kaya loe" ucap Arsi menghalau rasa gugupnya yang kini di gantikan oleh perasaan yang sedang ia coba kontrol , Arsi berusaha menahan dirinya agar tidak langsung memeluk Viki karena rasa rindu nya kembali menyeruak. Arsi juga tidak mengerti entah mengapa jantung nya sekarang saling memompa tak beraturan.

Padahal ia sedang kesal pada Viki, tetapi ketika melihat wajah kakanya yang begitu dekat, membuatnya kembali merasakan kerinduan yang selama ini terpendam.

Mata Arsi tak berkedip menatap wajah Viki, sudah lama wajah itu tak ia lihat, apalagi sedekat ini.

Peletak!!!

Viki menjentik kening Arsi yang sedari terlihat bengong.

"Dasar gila!! " bentak Arsi, jentikan tangan Viki menyeret Arsi kedunia nyata, sehingga wajah jutek itu kembali ia lihat. Viki tersenyum menyeringai, lalu berbalik meninggalkan Arsi yang sudah mencak mencak kesal pada kakaknya.

"Akh!!!!!!! " teriak Arsi kesal memukul mukul bantalnya berkali kali.

"Awas ajah, gue akan balas loe" gumam Arsi penuh tekat, ia menatap foto Viki yang terpajang indah di dinding kamarnya.

Tampa di perintah Arsi sudah berdiri mendekat pada foto itu.

"Loe gak tahukan siapa adek loe, jangan macam macam sama gue!! " ucap Arsi lagi berbicara dengan foto Viki yang terlihat tersenyum manis.

"Gak usah senyum! " hardiks Arsi kesal, sudah gila memang, Arsi malah merasa di ejek oleh sebuah foto. hanya karena kakaknya ia menjadi gila seperti ini🤣🤣

Halo guys, terimakasih udah mampir, jangan lupa dukung terus cerita nya😘

Vote, like, hadia juga😘😘😘

Yang belum baca Because baby silakan baca itu dulu baru baca cerita ini, biar nyambung yah😘

...T E R I M A K A S I...

03 Gak mungkin

Jam masih menunjukkan pukul 7 pagi, Sakira di kejutkan oleh kehadiran putrinya yang sudah duduk manis di meja makan. Namun ada yang aneh, Arsi duduk dengan wajah di tekuk kesal.

"Pagi sayang.. " Sapa papa Davin mengecup puncak kepala Arsi lalu memeluk istrinya. Ia cukup terkejut melihat putri bungsu nya sudah duduk di meja makan, dan ini masih terbilang pagi.

"Kok cemberut sih? " tanya mama Sakira menyodorkan sepiring nasi yang langsung di raih oleh Arsi tanpa menjawab pertanyaan dari mamanya atau pun dari papanya.

"Jadi cewe itu harus bangun pagi" ujar Viki, ia berjalan santai menuju meja makan lalu duduk di depan Arsi.

Arsi menatap Viki sebentar, tatapan mematikan tak luput dari matanya. Sementara Viki hanya menanggapinya dengan senyum miring.

"Kamu apakan lagi sih, adek kamu? " tanya mama Sakira yang sudah mengerti mengapa mood putrinya buruk pagi ini.

"Masa.... Arsi di di gendong dan langsung di disiram di kamar mandi" adu Arsi yang sudah mulai berkaca-kaca menahan emosi.

"Jadi itu yang buat princess papa cemberut? " sahut papa Davin mengusap rambut putrinya sayang.

"Jahat kan pah?" rengek Arsi manja meminta pembelaan agar Viki di marahi oleh papa nya.

"Tapi kenapa princess tidak terbangun ketika di gendong? " tanya papa Davin bingung membuat Arsi terkekeh pelan.

"Namanya kebo, mau di apain ajah dia tetap tidur" sahut Viki meledek Arsi, membuat gadis itu kembali menatap Viki tajam.

"Sudah sudah, makan cepat nanti keburu dingin makanannya" lerai Sakira yang baru saja kembali dari dapur membawa susu hangat untuk anak dan suaminya.

Mereka makan dalam diam, tak ada yang berani membantah ucapan mamanya termasuk Davin. Ia tak ingin mendengar istrinya mengomel berjam jam padanya.

"Aku udah siap" ucap Arsi bangkit dari duduknya, lalu meraih tangan papanya dan mencium punggung tangan papanya. Begitu juga dengan mama Sakira, Arsi mendekat untuk berpamitan ke kampus.

"Arsi berangkat dulu yah pah, mah" pamit Arsi tanpa berpamitan pada Viki.

"Gue gak loe salim? " teriak Viki, namun tak di hiraukan oleh Arsi yang sudah melaju keluar dari rumah menuju mobilnya.

"Dasar!!" dengus Viki kembali melanjutkan makannya yang tinggal sedikit lagi.

Sakira dan Davin kembali terkekeh melihat tingkah putra dan putri nya yang semakin hari semakin menggemaskan.

...***...

Di kampus, Arsi tiba tepat jam 9.50, sepuluh menit sebelum jam kuliah nya. Arsi berjalan cepat di lorong kampus menuju kelas nya, Meri yang merupakan asisten dosen sudah memberitahu nya kelas mana yang akan mereka masuki hari ini.

"Hei.... manis.... " Sapa Bayu teman sekelas Arsi. Mereka berteman sejak duduk di bangku SmA. Bukan hanya Bayu, ada si Meri dan Egi yang merupakan sahabat Arsi sejak SmA.

Sebenarnya Bayu sudah kenal sejak kecil dengan Arsi, tapi mereka baru satu sekolahan sejak SmA dan menjadi dekat. Hanya Arsi wanita satu satunya yang dekat dengan Bayu sebelum datang nya Meri. Setidaknya itu yang mereka tahu tentang ke dekatan Arsi dan Bayu.

"Mana yang lain? " tanya Arsi berjalan beriringan dengan Bayu.

"Tuh.. " tunjuk Bayu pada dua orang mahasiswa yang tengah menunggu mereka di depan kelas.

"Kenapa lama sih.." gerutu Meri menatap Arsi dan Bayu kesal.

"Salah tu pertanyaan nya" sahut Egi, membuat ketiga teman nya menatap ke arahnya. Apa yang salah coba? apa yang di katakan Meri benar, mereka sudah hampir telat.

"Tumben ni anak datang sebelum dosen" jawab Egi membuat Meri dan Bayu terkekeh, tetapi membuat Arsi mencebik kesal.

"Oh iyaaaa, tumben loe udah bangun? " tanya Meri menatap Arsi takjub, tadinya ia merasa kesal, sekarang malah menjadi seneng karena Arsi datang sedikit lebih awal.

"Apaan sih loe pada" jawab Arsi kesal, pertanyaan Meri membuat Arsi kembali teringat akan kejadian tadi pagi.

"Eh kok malah ngambek" ucap Bayu mengejar Arsi yang sudah lebih dulu masuk ke dalam kelas, di ikuti oleh kedua temannya.

"Ar, katanya pak Borhan ke luar negri loh" ucap Meri membuka pembicaraan setelah mereka duduk di bangku yang bersebelahan. Arsi yang sedang mengeluarkan alat tulis nya mendadak berhenti.

"Serius??? " tanya Arsi menatap Meri tak percaya.

Dosen kiler yang selalu membuat Arsi berurusan dengan hukuman dan tugas tugas yang berlebih pergi ke luar negri.

"Gue serius" jawab Meri menatap Arsi serius.

"Wahhh bagus dong, si botak tua bangka itu tak akan masuk selama 1 semester ini" ucap Arsi senang. Dengan girang Arsi berdiri menatap bayu dan Egi yang duduk beberapa bangku di belakang mereka.

"Yu, gi kuy ke kafe" teriak Arsi semangat.

"Selamat pagi! " ucap seorang dosen yang baru saja masuk ke ruang kelas, spontan mahasiswi bersorak girang melihat dosen tampan masuk ke kelas mereka.

Isu tentang pak Burhan cuti memang benar, mereka sempat bahagia dengan kabar itu. Sekarang lebih bahagia lagi adalah kenyataan dosen tampan yang menggantikan pak Burhan.

"Cuci mata!! " sahut mahasiswi yang mengagumi ketampanan Viki.

"Gini mah enak" sahut yang lain.

"Nomer pak"

"Ganteng banget!!! "

Begitulah tanggapan mahasiswi yang melihat ketampanan dosen baru yang menggantikan pak Burhan. Jika mereka memuji Viki makan berbeda dengan Arsi yang malah terkejut mendengar suara yang hampir mirip, bukan tetapi memang suara Viki.

Kok mirip suara kak Viki. batin Arsi, ia ragu untuk berbalik. Namun rasa penasaran lebih kuat di dalam hati Arsi, secara perlahan akhirnya Arsi membalikkan tubuhnya untuk memastikan pendengaran nya salah.

"Kok loe di sini!!!!! " pekik Arsi secara spontan menatap Viki yang juga menatapnya. lalu Arsi beralih menatap Meri meminta penjelasan.

"Apa ada masalah? " tanya Viki menatap dingin ke pada mahasiswi yang tak lain adalah adiknya sendiri.

Arsi tak bergeming, ia masih syok melihat kehadiran kakanya di dalam kelas. Hari ini adalah mata kuliah pak Burhan, dan sekarang malah di gantikan oleh Viki. itu artinya......

Arsi menggelengkan kepalanya, ia kembali menatap ke arah depan. memastikan jika itu benar-benar kakaknya.

"Gak mungkin kak Viki menjadi dosen" gumam Arsi masih tak percaya, ia mengira dirinya berhalusinasi karena terlalu kesal dengan kakaknya.

"Duduk... " bisik Meri menarik tangan Arsi agar segera duduk. Arsi yang masih bengong menurut pada Meri, sebelumnya menatap ke arah Viki yang sengaja memamerkan senyumnya manisnya. Membuat para siswi lain berteriak senang.

Beneran si kampret. dengus Arsi dalam hati.

"Kok loe gak bilang kalau dia yang gantikan pak Burhan? " bisik Arsi pada Meri.

"Loe sih, gak dengerin gue sampe selesai" jawab Meri.

Viki kembali fokus pada tugasnya, senyum miring tercetak di wajahnya melihat reaksi Arsi tadi.

Sementara Arsi terus menerus menggerutu di dalam hatinya, kenapa dia tidak tahu jika kakaknya akan menjadi dosen di kampusnya.

"Nona berbaju pink" panggil Viki sengaja pura-pura tidak mengenali adiknya.

"Ar,,, di panggil tu... " bisik Meri menendang kursi Arsi.

"Apa? " tanya Arsi datar.

"Di panggil tu" ucap Meri masih berbisik, mebuat Arsi melirik ke arah Viki yang kini menatap ke arahnya.

"Jika anda tidak bisa fokus, silakan keluar. Saya hanya ingin membimbing mahasiswa yang ingin belajar" ucap Viki dingin.

Mahasiswa yang juga mendengar ucapan dosen baru itu menatap Viki horor, pak Burhan maupun Viki sama saja.

"Saya tidak tahu jika bapak memanggil saya" jawab Arsi tak kalah dingin. Membuat mahasiswa lain menatap takjub pada Arsi yang selalu berani melawan dosen kiler.

"Apa ada yang berbaju pink disini selain kamu? " balas Viki sedikit terkejut melihat keberanian adiknya. Viki awalnya tidak tahu jika Arsi berada di kelas ini. Ia juga penasaran dengan gadis yang di sebutkan pak Burhan sebelum menyerahkan tugasnya pada Viki.

"Oke fine, gue keluar" jawab Arsi membereskan buku bukunya kedalam tas. lalu bangkit dari duduknya beranjak menuju pintu keluar.

"Kita cukupkan sampai disini" ucap Viki mengakhiri pelajaran nya sebelum Arsi mencapai pintu.

Arsi melirik arloji nya, lalu menatap sengit Viki karena sudah mengerjai nya. Viki sengaja menyuruhnya pergi padahal jam kuliah sudah selesai.

"Lain kali fokus pada mata kuliah saya" ucap Viki sengaja berhenti tepat di depan Arsi, lalu pergi begitu saja.

"Ihh!!!!! dasar gila!!!! " ucap Arsi mencak mencak kesal menatap punggung kakaknya.

"Loe kenal tu dosen? " tanya Meri mendekat pada sahabat nya berbarengan dengan Egi dan Bayu.

Ekspresi Egi dan Meri sama, mereka kaget melihat Arsi dan dosen baru itu terlihat saling kenal. Sementara Bayu hanya tersenyum geli melihat tingkah Arsi.

"Mana mungkin gue kenal sama manusia seperti dia! " jawab Arsi ketus lalu melenggang meninggalkan ketiga sahabatnya.

"Ada yang aneh sama tu anak" gumam Meri menatap kepergian Arsi.

Jangan lupa, votenya!!!! terus dukung Viki dan Arsi yah😘😘😘

...T E R I M A K A S I H...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!