Bau alkohol dan darah bercampur diruang itu, seorang wanita mudah yang berusia tidak lebih dari dua puluh tahun menjadi objek utama dimeja operasi, para dokter dan perawat sedang fokus membersihkan lukanya dan menyelamatkan bayi dalam kandungannya.
Diluar ruang seorang wanita dan pria yang berusia sekitar dua puluhan terlihat cemas, wanita itu bahkan berlinang air mata.
“Wenxia, kamu harus istirahat. Biarkan saya menunggu Jia disini,” pria itu berbicara sangat lembut.
“Tidak, bagaimana bisa aku beristirahat saat adikku belum dapat dipastikan keadaanya. Geri, tolong mengerti,” Wenxia berbicara cukup keras seolah membentak.
Geri tidak keberatan, dia tahu istrinya sedang mencemaskan adik satu-satunya sehingga tidak dapat mengontrol emosi. Geri berucap, “Setidaknya kamu harus makan sedikit roti lalu minum obat, ingat penyakitmu. Apa kamu ingin sakit mu datang kembali? Jika itu terjadi siapa yang akan mengurus Jia saat dia masih sakit.
“Saya takut, takut Jia tidak kuat menghadapi keadaannya saat ini.”
“Jia anak yang kuat, dia memiliki motivasi kuat untuk hidup. Dia tidak selemah yang kita pikirkan.”
Sopir Geri datang membawahkan kotak makan siang dan obat, segera Geri membuka kotak dan menyuapi istrinya. Wenxia membuka mulutnya menerima suapan dari Geri. Wenxia merasa mulutnya begitu lelah untuk mengunyah makanan itu, dan pintu di tenggorokan seakan tertutup tidak membiarkan makanan jatuh ke perutnya, dia segera membuka botol air mineral dan mendorong makanan itu dengan air. Tiga sendok makanan masuk ke perutnya dengan cara yang sama.
“Cukup, aku tidak bisa lagi. Berikan obatnya.”
Geri mengambil tiga pil dari kemasan berbeda dari tas Wenxia yang ada disebelahnya dan segera memberikannya, “Minumlah.”
Wenxia segera meminumnya dengan sekali tegukan dan dia sekali lagi meminum air dari botol yang dipegang. Wenxia berucap, “Kamu juga harus makan, ini sudah lewat dari jam makan siang.”
“Ya.”
Sebenarnya Alex tidak bisa makan ditempat seperti ini, dia merasa risi makan ditempat umum namun dia tetap mendorong beberapa sendok. Alex tidak ingin Wenxia juga khawatir padanya, jika dia terlalu stres itu akan mempengaruhi penyakitnya.
Saat Alex sedang makan, tiba-tiba Wenxia bersandar di bahunya. Alex sepontan menoleh dan mendapati sesuatu yang janggal. Alex meletakan kotak makan siang, “Anton kamu berjaga disini.”
Alex menggendong Wenxia yang terlihat lemah dan keringat membasahi di dahinya, dan suhu tubuhnya mulai naik. Dia melangkah dengan cepat ke ICU.
“Dokter !...” Teriaknya terlihat panik.
Segera seorang dokter dengan dua perawat datang. Perawat berucap, “Tuan silahkan baringkan dia di ranjang.”
Alex meletakkannya, kemudian dia memberitahu dokter, “Istri saya mengidap limfoma stadium 3, dia baru saja meminum obat lima menit yang lalu.”
“Saya akan segera menanganinya, tuan tolong tunggu diluar," ucap Dokter itu.
Geri menunggu hampir sepuluh menit diluar ruangan, dokter segera keluar, “Anda pasti tahu bagaimana kondisinya saat ini, dia tidak bisa terlalu stres dan kelelahan itu akan membuat imunitas tubuhnya semakin turun dan mendukung perkembangan sel kangker yang ada dalam tubuhnya. Kapan terakhir istri anda melakukan operasi ?”
“Dua tahun lalu. hanya saja tetap tidak dapat membunuh sel kangkernya.”
“Saat ini belum ada terobosan baru untuk mengobati limfoma, kami hanya bisa memberikan saran untuk kemotrapi.”
“Dia tidak menginginkannya,” ucap Alex tidak berdaya.
“Cobalah untuk membujuknya tuan. Jaga istri anda dari hal-hal yang akan membuat dia stres dan lelah.” Geri tidak banyak bicara lagi, dia sudah melakukannya berkali-kali namun tidak berhasil.
Saat ini Wenxia sudah dipindahkan ke kamar rawat dia masih belum sadarkan diri, Anton sopir Geri datang memberi kabar, “Tuan, Nona Jia sudah selesai di operasi, ada benturan yang cukup keras di kepalanya kemungkinan terburuknya dia mengalami amnesia. Nona Jia sudah berada dikamar rawat sebelah, dan juga anak perempuannya lahir dengan sehat.”
Wenxia mendengar kalimat itu berlahan dia membuka matanya, “Bawah saya menemuinya.”
Alex tahu tidak bisa melarangnya, dia mengambil kursi roda yang ada dipojok kamar, Dia membatu Wenxia beranjak dari tempat tidur, “Duduklah di kursi ini.”
Wenxia juga tahu batasan, walau dia tidak ingin duduk di kursi roda tapi tetap menuruti suaminya.
Mereka pergi keruang sebelah dokter masih berada di sana memeriksa kondisi vital Jia. Wenxia segera bertanya, “Dok, kapan adik saja akan bangun ?”
“Belum dapat dipastikan, kami harus memantau kondisinya terus karena dia belum dalam keadaan stabil.”
“Anton, kamu jaga Jia disini. Saya ingin keruang bayi dulu,” ucap Wenxia.
“Ya, Nyonya.”
“Ayo, sayang,” ucap Wenxi pada Geri.
Mereka tiba diruang bayi, suster memberikan bayi itu pada Alex karena Wenxia masih terlihat sangat lemah. Bayi mungil itu berkulit putih namun masih memerah, dia memilik hidung yang tinggi dan mulut yang mungil, bayi itu menggeliat dalam pelukan Geri.
“Dia sangat lucu dan cantik," kalimat itu spontan keluar dari mulut Geri.
“Biarkan aku melihatnya,” ucap Wenxia.
Geri duduk di sofa yang sudah disediakan diruang besok anak, sehingga Wenxia bisa melihat bayi mungil itu. Wenxia mengelus pipinya dan berucap, “Hallo sayang, selamat datang.”
Bayi itu kembali menggeliat dan menguap kecil, Wenxia sangat senang melihat itu kemudian dia melihat ke suaminya dan berucap, “Cries, akan senang memiliki adik perempuan.”
“Ya.”
“Sayang, bawah bayi ini ke kamar rawat ku. Aku tidak tenang meninggalkannya diruang bayi, apa lagi saat ini masih marak dengan kabar penculikan bayi.”
“Ya, aku akan mengurusnya.”
...
...
2 tahun kemudian
Wenxia dan Jia duduk di atas karpet dibawah sebuah pohon besar. Mereka memantau anak kecil yang berlarian di atas rumput di taman mengejar capung.
“Yueri... berhentilah berlari nanti kamu terjatuh,” ucap Jia dengan lembut.
“Ma, tangkap,” ucap suara gadis kecil itu.
“Yueri, lihat Mama bawak apa,” ucap Wenxia.
Gadis kecil itu, dan melihat sekotak es criem dia segera berlari ke arah Wenxia, “Yueri mau makan es.”
Geri datang mengendong anak yang berusia 4 atau 5 tahun, Anton dibelakangnya membawa satu paper bag dan satu rantang makanan
“Yueri beri salam pada Papa dan kak Cries,” ucap Wenxia.
“Hallo Papa, kak Cries,” kemudian dia kembali memakan esnya.
“Anak ini kalau sudah makan es criem tidak menghiraukan orang lain lagi,” ucap Jia.
“Sama seperti kamu kecil,” ucap Wenxia.
Cries datang pada Jia dan duduk di pangkuannya, sedangkan Yueri berada dipangkuan Wenxia. Jia mengambilkan lollipop dari tasnya dan memberikan pada Cries.
“Terimakasih, aunty,” ucap Cries sangat senang menerimanya.
“Setiap kali ingin bertemu kalian, Cries selalu sangat senang karena dia tahu akan dapat permen. Dirumah kami, aku tidak pernah mengizinkannya memakan itu,” ucap Wenxia.
“Tidak apa-apa sekali-kali,” ucap Jia.
“Jia, kali ini kami datang ingin mengajakmu kembali,” ucap Geri. Wajah wanita itu terlihat tidak baik, enggan sudah jelas diwajahnya.
“Jia, usiamu masih 20 tahun belum terlambat jika kamu meneruskan pendidikan mu,” ucap Wenxia.
“Bagaimana dengan Papa, apa dia bisa menerima Yueri?”
“Papa, belum tahu keberadaan Yueri. Aku yakin dia akan senang memiliki cucu perempuan," jawab Wenxia.
“Aku tidak yakin, itu hanya hipotesis kakak. Dan juga aku takut jika keluarga pria itu tahu aku sudah melahirkan, mereka pasti akan mengambilnya dariku.”
“Kalau betul biarkan Yueri masuk kedalam daftar keluarga kami, dengan begitu mereka tidak akan tahu,” ucap Geri.
“Iya Jia, Yueri aman dan kamu bisa meneruskan sekolah atau kariermu lagi.”
“Beri aku waktu.”
“Kakak berharap kamu bisa mengikuti saran kami, sehingga kamu dan Yueri memiliki masa depan yang baik,” ucap Geri.
Kemudian Geri mengeluarkan sesuatu dari sakunya, itu sebuah kalung emas dengan liontin seperti koin, dan ada ukiran nama Yueri di tengah liontin. “Ini hadiah ulang tahun ke 2 untuk Yueri.”
Wenxia mengambilnya dan memasangkan di leher Yueri. Wenxia berkata, “Anak Mama terlihat cantik.”
“Terimakasih,” ucapnya. Kemudian mencium pipi Wenxia, lalu dia berdiri mendekati Geri dan memeluknya.
“Anton, ambilkan foto untuk kami,” ucap Wenxia memberikan sebuah kamera kepada asisten suaminya. Wenxia duduk diantara Jia dan Geri, Yueri duduk dipangkuan Geri sedangkan Cries duduk dipangkuan Jia, semua orang tersenyum manis didalam foto.
................................................................
...Maaf ya readers jika banyak kesalahan dalam penulisan kata dan penyusunan kalimat....
...Jangan lupa tinggalkan like, vote, komentar, dan favorite. Kasih bintang Lima ya......
"Bibi Sin, saya titip Yueri sebentar. Saya akan pergi ke pasar,” ucap Jia kepada tetangganya.
“Iya.” Dia mengambil Yueri dari gendongan Jia.
“Mama pergi, Yueri jangan nakal ya.”
“Iya,ma.” Jia mencium pipi putrinya sebelum pergi.
Bibi Sin sedang mengajak Jia bermain tiba-tiba seorang pria memakai sepeda datang menghampirinya, “Bi Sin... suamimu jatuh kelaut dan belum ditemukan.”
“Pak cepat bawah saya ke sana.” Dia segera duduk di kursi penumpang, pria itu segera menjalankan sepedanya.
Tiba ditepi pantai orang-orang sudah berkerumun karena suami Bi Sin sudah ditemukan namun sudah tidak bernyawa. Bi Sin jatuh pingsan di sana, Yueri menangis karena jatuh bersama Bi Sin, salah satu wanita di sana menggendong Yueri.
“Mama... eng.. Mama...” Yueri masih menangis.
Wanita itu mengeluarkan permen dari tasnya, “Kita akan menemui Mamamu, jangan menangis lagi oke.”
“Ya.”
Tanpa ada yang menyadari, jika wanita itu membawa Yueri semakin menjauh. Yueri dibawah menaiki mobil marcedes-Benz W124, wanita itu segera menjalankan mobilnya. Dia terlihat senang dan berucap, “Anak ini begitu cantik, harganya pasti mahal.”
Mobil marcedes-Benz W124 berwarna silver melaju cukup kencang di jalanan mereka sudah berada jauh dari daerah pesisir, mobil itu melaju menuju kota. Jalanan cukup sepi saat mobil berada dua puluh meter dari tikungan, tiba-tiba saja sebuah mini bus melaju kencang di jalur mereka dan menabrak mobil yang berada tepat dihadapan mereka.
“Brak...” Mobil itu melayang kearah mobil yang dia kendarai. Si wanita membanting setir ke kanan karena disebelah kiri adalah jurang, namun dihadapannya muncul mini bus lain dan kecelakaan tidak dapat dihindari.
6 tahun kemudian,
Seorang gadis kecil berusia sekitar 8 tahun duduk menekuk lututnya dibawah papan nama Panti Asuhan Harapan. Gadis dengan pipi gendut begitu juga tubuhnya, namun dia memiliki kulit yang putih bersih persih terlihat seperti bakpao kukus. Dia nampak sangat sedih namun tidak menangis.
“Hei gadis manis,” ucap seorang wanita paru baya menghampirinya dan duduk tepat disebelahnya.
“Aku melihat teman-temanmu sedang berkumpul di sana mengantar salah satu anak yang diadopsi, kenapa kamu menyendiri disini?”
“Karena aku tidak senang.”
“Apa kamu cemburu?”
“Tidak, aku hanya merasa telah dibohongi oleh dia.”
“Dia membohongimu, mungkin dia punya alasan sendiri. Tidak baik menyimpan amarah pada temanmu sendiri, apa lagi kalian kemungkinan tidak bertemu lagi.”
Mendengar kalimat itu gadis kecil itu menangis, namun dia buru-buru mengelap air matanya dan berucap, “Aku juga tidak berharap bertemu dia lagi.”
“Coba ceritakan apa yang terjadi diantara kalian.”
“Aku dan Weni berjanji akan selalu bersama, dia adalah teman terdekatku lebih tepatnya dia kakak untukku. Awalnya keluarga itu ingin mengadopsi ku, Weni terlihat sangat sedih mendengar kabar itu. Aku memutuskan menjadi anak nakal, sengaja mengencingi tempat tidur, membuat anak lain menangis, bahkan aku menyiram kopi ke baju orang yang akan mengadopsi ku agar mereka membatalkan niatnya. Keinginanku terwujud mereka tidak jadi mengadopsi ku tapi memilih anak lain, dan itu Weni. Aku kira Weni akan menolak tapi dia dengan suara keras menyetujuinya.”
Gadis kecil itu, tidak bisa tidak menangis membayangkan teman terdekatnya berbuat seperti itu padanya. Wanita paru baya itu segera memeluk si gadis kecil karena dia merasa kasihan di usianya semuda ini sudah merasakan perasaan dikhianati. Namun, dia juga tidak menyalahkan anak bernama Weni karena semua anak ini mengharapkan memiliki keluarga baru, itu adalah respon normal bagi anak-anak.
“Sekarang aku sendiri, semua teman-teman sekamarku sudah pergi,” gumam gadis kecil itu.
“Aku juga sendirian di rumah, semua anggota keluargaku berada jauh dari rumah. Mereka akan kembali hanya satu kali dalam setahun. Bagaimana kalau kamu ikut nenek ini saja ?”
Yueri itu menatap wanita paru baya yang memeluknya, “Apa anda hanya ingin menghiburku, nenek jangan memberi harapan palsu pada anak kecil.”
“Saya serius, siapa namamu ?”
“Yueri, Yueri Angelina Zheng.”
“Kita memiliki marga yang sama berarti kita jodoh.”
Yueri memberi jarak diantara mereka, kemudian berucap, “Nenek, semua anak disini bermarga Zheng, apa itu artinya mereka semua berjodoh denganmu?”
Si wanita paru baya itu tersenyum, karena pertanyaan anak itu, dia berniat menghibur namun sekarang dia merasa terlihat bodoh sendiri.
“Kakak, apa yang kamu lakukan disini?” Seorang wanita paru baya lain mendekati mereka.
“Saya sedang mengobrol dengan Yueri.”
“Yueri kenapa kamu tidak mengantar Weni ?”
“Tidak,” wajah Yueri masih terlihat tidak senang.
“Wanwan, saya ingi membawa anak ini kembali ke negara A. Tolong urus berkas adopsinya.”
“Serius kak?”
“Iya, saya merasa nasib kami sama. Sama-sama ditinggalkan.” Dia menatap pada Yueri, “Mulai sekarang kamu akan menjadi cucu tertua Zheng Xia.”
“Benarkah?” Mata Yueri terlihat bahagia.
“Tetapi, kita hanya akan tinggal berdua. Hanya ada Yueri dan Nenek saja di rumah.”
“Aku tidak keberatan.”
Dikediaman keluarga Song sangat ramai, halaman depan terdapat beberapa meja dan kursi yang telah disusun dan didekorasi dengan cantik, setiap sudut di penuhi bunga-bunga yang ditata hingga terlihat sangat indah. Jia mengenakan gaun putih berdiri di pinggir jendela, dia dapat melihat tamu sudah memenuhi halaman depan.
“Jia...” Suara pria dengan lembut memanggilnya. Namun Jia tidak bergeming, yang ada air matanya mengalir di pipinya.
“Jia, jika kamu tidak menginginkan pernikahan ini ayo kita batalkan.”
“Tidak kak Geri, ini adalah permintaan terakhir kak Wenxia. Sebagai adik sudah semestinya saya memenuhinya. Kalian sudah sangat baik padaku selama 6 tahun ini kalian terus membantuku menemukan Yueri walau hasilnya masih sama saja.”
Alex mengelap air mata Jia dengan sapu tangannya, “Kita tidak boleh menyerah, kita tetap akan mencari Yueri.”
“Terima kasih. Setelah pernikahan ini mungkin aku hanya menjadi istri di atas kertas saja tapi aku akan berusaha menjadi istrimu yang sesungguhnya, jadi tolong beri aku waktu.”
“Ya, aku juga butuh waktu untuk menyesuaikan keadaan kita.” Bukan hal yang mudah menerima kenyataan jika istri yang disayang telah meninggal, walaupun itu sudah setengah tahun yang lalu tetap Geri merasa baru terjadi kemarin. Sekarang dia harus memperistri adik iparnya sendiri atas permintaan terakhir istrinya.
Hari keberangkatan Yueri ke Negara A, Zheng Wanwan memberikan sebuah kotak pada Yueri. Kotak itu berisi kalung berwarna emas dengan bandul seperti koin dan terukir namanya di sana.
“Ini kalung mu, saya sengaja menyimpannya takut hilang karena ini adalah benda satu-satunya peninggalan orang tuamu.”
“Bolehkah aku tahu siapa orang tuaku ?”
“Saya tidak tahu siapa dia, tetapi dia meninggal saat kecelakaan mobil dan kamu berhasil diselamatkan. Polisi sudah mencoba menemukan identitasnya hanya saja tidak dapat ditemukan, plat mobil yang dia gunakan palsu sehingga tidak dapat di lacak. Jadi, polisi mengirim kamu ke panti asuhan di tempat saya bekerja, setelah beberapa bulan terjadi insiden kebakaran sehingga anak-anak dipindahkan ke beberapa panti asuhan. Kamu dan lima anak lainya ikut bersama saya dan pindah ke kota ini.”
Yueri memegang kalung itu, dan ada ukiran namanya di sana dan juga tanggal lahirnya dibelakangnya, dia merasa senang dan berucap, “Setidaknya aku memiliki nama yang diberikan oleh orang tua kandungku.”
“Ayo Yueri, kita berangkat nanti ketinggalan pesawat.”
“Ya, Nenek.”
Yueri membungkuk 90 derajat pada Zheng Wanwan, “Terimakasih, sudah merawat ku selama ini.”
Dia kembali berdiri tegap dan Zheng Wanwan memeluknya. Kemudian berucap, “Tetap menjadi Yueri yang baik, jangan menyusahkan kak Xia karena dia sudah tua.”
“Saya tidak setua itu, Wanwan,” cela nenek Xia.
“Sampai jumpa, nenek Wanwan,” Yueri melepaskan pelukannya. Wanwan mengantar mereka sampai menemukan sebuah taxsi, ketika taxsi itu menghilang baru dia kembali kedalam.
................................................................
...Maaf ya readers jika banyak kesalahan dalam penulisan kata dan penyusunan kalimat....
...Jangan lupa tinggalkan like, vote, komentar, dan favorite. Kasih bintang Lima ya......
8 tahun kemudian
Angin musim semi memenuhi seluruh jalan kota membawa aroma bunga dan pohon yang begitu menyegarkan. Langit yang gelap tidak membuat jalanan kota sepi, sebaliknya itu masih dipenuhi dengan banyak aktifitas manusia.
Seorang remaja wanita mengemudikan motor dengan membawa box merah dibelakangnya, box itu memiliki tulisan Alibaba. Dia memiliki fitur agak berisi, memiliki rambut hitam sebahu, mata jernih, hidung mancung, bibir pink alami, 111dia cukup cantik. Remaja itu adalah Amanda Angelina Zheng atau Yueri Angelina Zheng gadis berusia 16 tahun, siswa sekolah menengah yang saat ini duduk di semester terakhir. Dia bekerja paruh waktu untuk biaya hidup dan sekolah.
Amanda tiba didepan restoran Alibaba, dia berjalan menghampiri seorang wanita gemuk bermata sipit, wanita ini pemilik restoran tempat dia bekerja.
"Bos, dimana paket makanan yang harus saya kirim?"
"Itu ada dimeja, tunggu sebentar ada dua lagi yang sedang dikemas."
Amanda pergi duduk disalah satu kursi dan membuka sebotol soda. Dihadapannya ada wanita seumurannya sedang melihat-lihat beberapa majalah fashion.
"Boleh saja melihat-lihat majalah mu?"
"Lihatlah," jawab wanita dihadapannya. Wanita itu adalah anak pemilik restoran, dia tidak pelit tanpa rasa segan Amanda sering meminjam buku pelajaran miliknya.
Amanda sangat suka melihat majalah fashion, walau dia tidak bisa memiliki barang-barang itu setidaknya dapat menyenangkan matanya.
"Amanda, makanannya sudah dikemas segera antar," ucap pemilik restoran.
"Ya Bos."
Amanda membawa beberapa paket makanan keluar dan segera menyusunnya kedalam box yang ada dibelakang motor, dia menyusun berdasarkan alamat terdekat yang tentunya akan diantar lebih dahulu.
Ada seorang remaja pria menghampirinya, dia terhitung pria yang tampan. Pria muda itu berucap, "Amanda kamu bekerja disini?"
"Iya."
"Apa kamu tidak kerepotan harus bekerja dan bersekolah?"
"Sangat kerepotan, tapi aku harus melakukanya. Hidupku tidak seperti dulu lagi karena nenek sudah tidak ada, keluarga itu mengusirku tanpa apapun."
Nenek Zheng mengadopsinya karena dia tidak memiliki teman di rumah, anak dan cucu nenek Zheng berada di kota lain dan hanya akan berkunjung sekali dalam setahun. Nenek Zheng memperlakukannya seperti cucu kandung sendiri, Amanda diberi kehidupan yang layak, yang perlu dia lakukan adalah bersekolah dan membantu nenek membersihkan rumah.
"Apa mereka benar-benar telah mengusir mu?"
"Ya David, pada hari yang sama nenek dimakamkan mereka langsung mengusirku. Aku hampir menjadi gelandangan untungnya ada kalung peninggalan nenek, dengan terpaksa aku gadaikan untuk bertahan hidup sebelum mendapatkan pekerjaan ini."
"Kenapa kamu tidak memberitahuku?"
"Sebagai seorang remaja, apa yang bisa kamu berikan untukku?"
"Amanda!... Kenapa belum pergi juga," ucap pemilik restoran.
"Besok saja lagi, saja harus bekerja. Bye..." Amanda segera menarik gas motornya meninggalkan temannya itu.
Sekarang Amanda berada didepan hotel Blue Moon, dia menatap bangunan 6 lantai di depannya dengan ngeri.
"Tempat ini selalu membuatku merinding, padahal aku sudah sering masuk kesini."
Amanda mengeluarkan paket makanan dari dalam box. Sebelum melangkah masuk dia berucap, “Ini hanya mengantar makanan, hanya sebentar. Yang perlu aku lakukan tidak perlu menoleh kemanapun cukup menatap lurus ke depan."
Wanita yang memiliki rambut sebahu itu melangkahkan kakinya memasuki pintu utama hotel sambil membawa dua kotak makanan di kedua tangannya.
Beberapa menit kemudian, dia sudah berada didepan kamar 66 dan memencet bel, “Ting tong.”
“Pengantar makanan dari Alibaba,” ucap Amanda.
Tidak lama kemudian pintu dibuka oleh seorang wanita berambut pirang, dia mengenakan gaun tidur yang sangat tipis. Wanita itu memiliki tato di bahu kirinya, detik berikutnya Amanda hanya bisa menahan dalam hati karena wanita ini tidak mengenakan underwear.
"Melihat hal vulgar disini lebih menegangkan daripada melihat hantu, pemandangan hari ini lebih baik dari pada melihat orang melakukan hubungan s** di koridor beberapa hari lalu," batin Amanda.
Wanita itu menyerahkan uang $ 100 dan berkata, “Simpan saja kembaliannya."
“Terima...”
“Cekrek,” pintu ditutup sebelum Amanda menyelesaikan kalimatnya. Amanda berbalik sambil tersenyum karena wanita itu memberikan kembalian $ 28 untuknya.
“Uang itu sudah cukup untuk aku hidup 2 hari,” ucapnya. Amanda berjalan menuju kembali ke lift, saat pintu terbuka ada 4 orang didalam sana, satu pria terlihat mabuk dia di bantu oleh seorang pria, dua pria lainnya berdiri tegap memegang ponsel dengan wajah rumit namun tidak menghilangkan ketampanannya.
“Pria-pria ini sangat tampan, dari penampilan mereka tidak berada dikelas bawah atau menengah, tapi kelas atas,” batin Amanda.
Pandangan Amanda jatuh kearah arloji dua pria didepannya itu berharga lebih dari $ 300.000, dan sepatu itu juga bernilai $ 100.000. Amanda mengetahui harganya karena beberapa hari lalu dia melihat di majalah yang dimiliki putri pemilik restoran.
Dua pria didepannya saling memandang kemudian kembali menatapnya dengan seringai licik, Amanda merasa ada sesuatu yang tidak baik akan terjadi. Dia mengambil langka mundur dengan pelan dan melirik ke pintu darurat di sebelahnya. Saat dia akan berbalik ke pintu seseorang memegang tangannya dan langsung berkata, “Maaf bisakah kamu membatu teman saya?”
Amanda berbalik dan mengatakan “Tidak, saya ada urusan. Kalian cari saja orang lain."
Amanda ingin melepaskan tangan pria itu namun pegangan itu sangat kuat, dan dia mendengar pria itu mengatakan
“Maaf, kamu tidak bisa menolak.”
“Bug,” pria itu memukul tengkuk Amanda hingga pingsan. Sebelum Amanda jatuh pria itu langsung menangkapnya.
....
....
Amanda berlahan kembali kesadarannya, dia merasakan ada sesuatu yang membuatnya tidak nyaman diantar kedua kakinya dan ada beban yang begitu berat menghimpit tubuhnya. Amanda berlahan membuka mata mendapati seorang pria melakukan hal yang tidak pantas pada dirinya, ruangan itu gelap dia tidak dapat melihat wajah pria itu.
“Baji*** !! turun dari atas ku,” Amanda berteriak. Dia ingin mendorong pria itu namun tangannya diikat.
Semuanya sudah terlambat, pertahanan terakhirnya sudah dilanggar oleh pria biad**, Amanda hanya bisa mengeluarkan air mata karena rasa sakit dan meratapi nasibnya. Amanda menggigit bibirnya dengan kuat karena menolak naluri ****** yang siap untuk keluar, dia menutup matanya tidak ingin melihat kenyataan pahit ini.
Pria ini benar-benar berenergi membuat Amanda tidak berdaya, saat pria itu beranjak dia mengumpulkan sisa energi untuk membuka mata. Pria itu membuka pintu kamar mandi cahaya terang memantul ke wajahnya, sayang sekali dia menyamping sehingga Amanda hanya bisa melihat sebelah sisi wajahnya saja.
"Musim semi tahun lalu hatiku hancur karena kehilangan nenek, musim semi tahun ini hatiku hancur karena kehormatan ku direnggut paksa oleh pria asing," batinnya. Amanda menutup matanya dan air mata tidak berhenti mengalir, hingga dia kembali terlelap tidur.
Pagi hari Amanda terbangun dari tidurnya, dia merasakan tubuhnya serasa hampir dihancurkan, ini lebih melelahkan saat dia harus berlari menaiki tangga dari lantai satu kelantai 10. Dia melihat ke sekelilingnya dan merasa sangat asing , “Ini bukan kamarku."
Lalu, bayangan aktifitas semalam muncul di ingatannya membuat dia yang masih terbaring ditempat tidur langsung mengambil posisi duduk. Amanda melihat sekeliling ruangan dan memperhatikan tempat tidur yang sangat berantakan dan meninggalkan aroma-aroma yang membuat Amanda mual.
“Uek... uek..." Amanda ingin ke kamar mandi mengeluarkan isi perutnya karena bau tidak sedap yang melekat di selimut dan kasur. Namun, saat dia ingin berjalan dia terjatuh karena kakinya begitu lemah dan terasa sakit di daerah sensi***nya.
Dia benar-benar merasa tertekan dan berteriak, “Baji*** !...”
................................................................
...Maaf readers jika banyak kesalahan dalam penulisan kata dan penyusunan kalimat. Jangan lupa tinggalkan like, vote, komentar, dan favorite. Kasih bintang Lima ya.......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!