NovelToon NovelToon

Terpaksa Menikahi Perjaka Tua

Arzio Roland

Tuan Arzio Roland, seorang CEO dari perusahaan yang memproduksi minuman instant dengan merk yang sudah terkenal seantero negeri.

Usianya sudah menginjak 38 tahun, namun hingga kini dia belum juga menikah. Itulah sebabnya ia dijuluki CEO Perjaka Tua.

Sebenarnya dia sangat malu mendapat julukan itu. Namun harus bagaimana lagi, memang seperti itu kenyataannya.

Dia memang tidak ingin terikat pernikahan dengan seorang wanita. Yang dia inginkan hanya kenikmatan dan kepuasan terhadap wanita-wanita yang mendekatinya.

Namun lama-kelamaan, julukan yang melekat di samping namanya itu membuat dirinya gerah. Dia ingin segera menghentikan julukan yang menyakitkan pendengarannya itu. Dan dia mempunyai cara licik untuk membuat julukan itu segera menghilang dari namanya.

"Tuan Richard, tolong selidiki siapa gadis ingusan yang berjualan didepan perusahaan ku ini." perintahnya kepada orang kepercayaannya itu.

"Baik, Tuan Arzio." Tuan Richard segera pergi dan melakukan tugasnya.

Tuan Arzio menyeringai, tak ada yang tau apa yang sedang ia pikirkan.

Keesokan harinya, Tuan Zio sudah mendapatkan semua informasi yang sangat ia butuhkan itu.

"Kebetulan sekali, gadis itu yatim piatu. Jadi aku bisa melakukan apa saja yang ku inginkan." batin Tuan Zio sambil menyeringai.

Humayra

Humayra, gadis yang baru genap berusia 18 tahun harus menanggung beban berat di pundaknya. Gadis yatim piatu ini harus menghidupi seorang adik laki-laki yang baru berusia 3 tahun.

Mayra terpaksa putus sekolah ketika ibunya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya. Bukan hanya itu, Ibunya bahkan menitipkan seorang malaikat kecil untuknya.

Ya, setelah Ayah kandungnya meninggal karena serangan jantung, 7 bulan sebelum kematian ibunya. Sedangkan ibunya meninggal setelah melahirkan adik laki-lakinya.

Lengkap sudah penderitaan Mayra. Dia harus merawat bayi saat usianya baru 15 tahun. Dia hidup dengan bantuan dari tetangga-tetangga yang tidak tega melihatnya. Dia tidak bisa melanjutkan pendidikannya karena harus merawat adiknya.

Untuk mencukupi kebutuhan hidup, dia membantu tetangganya berjualan didepan sebuah perusahaan yang memproduksi minuman instant yang merknya sudah terkenal seantero negeri, milik Tuan Arzio Roland.

Suatu hari,

Saat Mayra sedang berjualan, seorang pria bersetelan jas rapi berwarna hitam keluar dari perusahaan di seberang tempat ia berjualan.

Pria itu menghampiri Mayra yang sedang melayani pembeli.

"Maaf, dengan Nona Humayra?" tanya Pria itu

"Ya, saya Mayra, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Mayra sambil tersenyum manis.

"Bolehkah saya meminta waktunya sebentar? Boss kami ingin bicara sama anda." kata Pria itu.

"Sebentar ya, Tuan. Saya ingin minta izin sama pemilik warung ini dulu." kata Mayra

Mayra masuk kedalam dan meminta izin kepada Bu Husna, pemilik warung. Bu Husna pun mengizinkannya.

Mayra berjalan mengikuti langkah kaki Pria itu.

"Kenapa om ini berjalan cepat sekali? Aku kan jadi kesusahan mengikutinya." batin Mayra

Sesampainya di kantor CEO, Pria itu mempersilakan Mayra masuk.

Mata Mayra tertuju pada sosok Om-om ganteng yang duduk di depannya. Om-om itu menatap Mayra secara detail, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kemudian Om-om itu tersenyum, senyum yang sungguh menakutkan bagi Mayra.

"Nona Humayra?" tanya Om ganteng

"I... iya Om, eh Tuan!" Mayra bingung harus menyebut Pria itu dengan sebutan apa. Soalnya, walaupun sangat tampan, Pria itu cocoknya dipanggil dengan sebutan om.

Pria yang tadi menjemputnya, terkekeh mendengar ucapan gadis ingusan itu.

"Panggil aku, Tuan Zio." kata Om ganteng

"Baik, Tuan Zio." kata Mayra lagi.

Tuan Arzio menghela nafas panjang,

"Baiklah langsung saja, mau kah kau menikah denganku, Mayra?" tanya Tuan Zio

"Me... menikah?" Mayra

"Ya, jika kamu mau, maka aku akan menjamin seluruh kehidupan mu dan adikmu." Tuan Zio

"Menjamin? Maksudnya seperti apa, Tuan?" Mayra

"Setelah menikah, kamu beserta adikmu akan tinggal bersamaku. Aku akan menjamin makan mu dan membiayai sekolah adikmu hingga ia kuliah nanti." kata Tuan Arzio

"Saya masih belum paham, Tuan." ucap Mayra

"Pernikahan kita memang akan sah dimata hukum, namun tenang saja. Aku tidak akan menuntut pelayanan mu ditempat tidur. Kita akan tidur terpisah, kau hanya perlu membersihkan rumah seperti rumahmu sendiri dan memasak untuk kita bertiga. Bagaimana?" Tuan Zio

"Bolehkah saya memikirkannya terlebih dulu? Saya ingin minta pendapat sama Bu Husna." Mayra

Tuan Zio melirik Tuan Richard, "Pemilik warung itu, Tuan." kata Tuan Richard.

"Baiklah, Esok Tuan Richard akan kembali menjemput mu." Tuan Zio

Akhirnya Mayra pamit dan kembali ke warung Bu Husna. Mayra menceritakan semua keinginan pria itu. Sebenarnya Bu Husna merasa ada sesuatu yang ganjil dari keinginan CEO dingin itu. Namun ia enggan mengatakannya pada Mayra.

Keesokan harinya,

Seperti janjinya kemarin, Tuan Richard kembali lagi menjemput Mayra di warung itu.

"Selamat siang, Nona Mayra." Tuan Richard

"Selamat siang, Tuan." Mayra

"Mari!" Tuan Richard mengajak Mayra untuk kembali ke kantor Tuan Zio.

Mayra kembali mengikuti langkah kaki Tuan Richard yang sangat cepat itu menuju kantor Om ganteng.

Setibanya di kantor itu, Om ganteng itu sudah menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Jadi apa jawaban mu, Mayra?" tanya Om ganteng.

"Aku setuju, Tuan. Asal Tuan benar-benar menepati janji Tuan untuk membiayai sekolah adik saya kelak." Mayra

"Iya, aku berjanji padamu, Mayra." Tuan Zio

"Mayra, Mayra... Aku tidak berjanji ya, Mayra. Maaf..." Tuan Zio menyeringai.

"Kamu boleh kembali bekerja, nanti Tuan Richard akan mengurus semua surat-suratnya. Dan jika semuanya sudah selesai, Tuan Richard akan segera menghubungi mu." Tuan Zio.

Mayra pun pamit. Ia begitu bahagia, sebentar lagi ia dan adiknya tidak perlu capek-capek lagi cari uang untuk makan mereka.

Cukup membersihkan rumah dan memasak makanan untuk Om ganteng itu, maka makanan dan pendidikan adiknya sudah terjamin.

"Aku senang sekali, rasanya aku sudah tidak sabar lagi menyambut hari pernikahan ku dengan om ganteng itu." batin Mayra

Berbeda dengan Tuan Arzio, dia bahagia akan segera melepaskan julukan yang selama ini melekat pada dirinya. Dan yang lebih membahagiakan lagi, dia masih bisa bebas menikmati kepuasaan bersama wanita-wanita simpanan nya. Plus bonus, ia mendapatkan pelayan baru tanpa gaji.

"Akh... senangnya hidup seperti ini..." Tuan Arzio.

Akhirnya Tuan Richard menyampaikan berita baik untuk Mayra, pernikahan mereka akan dilakukan minggu depan.

Acaranya dilaksanakan disebuah taman bunga yang sangat luas. Yang sengaja disewa oleh Tuan Arzio Roland untuk menyambut acara pernikahannya.

Tuan Arzio Roland sengaja mengadakan acara yang sangat meriah untuk pesta pernikahannya, agar semua orang-orang yang mengenalnya tau, kalau dia sudah melepaskan julukannya sebagai CEO Perjaka Tua.

"Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Tuan Arzio kepada gadis lugu itu? Semoga saja dia tidak merencanakan sesuatu yang merugikan untuk gadis lugu itu." batin Tuan Richard.

...----------------...

Hari pernikahan

Pernikahan itupun dilaksanakan dengan sangat meriah. Bahkan Mayra disulap oleh Tuan Zio menjadi Princesses negeri dongeng.

Semua tamu undangan terpesona akan kecantikan wajah Mayra yang masih sangat polos.

Tamu yang datang hanya dari pihak Tuan Zio, sedangkan Mayra, hanya keluarga Bu Husna yang hadir.

Selain tempatnya yang jauh, mereka juga dari kalangan orang miskin. Tidak mungkin mereka bisa berhadir.

Banyak kenalan Tuan Zio yang bersalaman dan memberikan ucapan selamat kepada mereka. Yang membuat bingung Mayra adalah wanita-wanita cantik dan seksi itu, bila mereka mengucapkan selamat selalu disertai ciuman hangat di bibir mereka.

"Memang begitu ya, kalau orang-orang kaya? Kalau mengucapkan selamat harus disertai ciuman di bibir." batin Mayra

Semua orang terpana akan kecantikan Humayra, entah kenapa Tuan Zio sama sekali tidak tertarik pada wanita yang jauh lebih muda darinya. Apalagi yang masih ingusan seperti Mayra.

Rio, bocah tiga tahun itu berlari-lari di halaman. Ia terlihat sangat bahagia di pernikahan kakaknya. Disaat Rio mendekati Mayra dan Tuan Zio. Tiba-tiba Tuan Zio mengibas-ngibaskan tangannya kepada si kecil, Rio.

"Suruh, adik mu menjauh. Aku benci anak-anak!" perintah nya pada Mayra.

Mayra terdiam sambil memeluk adiknya. Ia terkejut ternyata lelaki itu pemarah dan tidak menyukai adiknya.

Mayra terlihat sedih namun ia coba untuk terus tersenyum.

Akhirnya acara pernikahan mereka selesai. Mereka sudah berada didalam mobil mewah Tuan Zio.

Mayra masih lengkap dengan gaun pengantinnya begitu pula Tuan Zio. Dia masih sangat tampan dengan setelan jas berwarna silver senada dengan gaun Mayra.

Mayra sedang memeluk adiknya yang sedang berada di pangkuannya. Yang namanya anak kecil, masih 3 tahun. Rio selalu ingin tau di sekelilingnya.

Rio menyentuh bagian mobil yang berada di depannya, Tiba-tiba Tuan Zio memukul lengannya. Tidak keras, namun cukup untuk membuat adik Mayra ketakutan.

"Jangan sentuh apapun, nanti rusak!" bentaknya

Mayra sempat menatap wajah tampan yang sekarang menjadi suaminya itu. Namun hanya sebentar, Tuan Zio sudah menatapnya dengan tatapan mengerikan.

Mayra memeluk Rio yang sesenggukan di pelukannya.

"Tidak apa, Om nya cuma bercanda." hibur Mayra

"Om-om, emang aku om mu? panggil aku Tuan Zio! Itu juga berlaku untukmu!" Tuan Zio mendorong kepala Mayra kesamping.

"Kenapa Tuan selalu marah-marah, kami salah apa?" tanya Mayra dengan mata berkaca-kaca.

Bukannya kasian, Tuan Zio malah mendengus kesal.

"Pak, Antar gadis ingusan ini pulang kerumah dan minta Bi Inah untuk menunjukkan kamar barunya."

"Siap, Tuan"

Sesampainya dirumah, Bi inah sudah menyambutnya dengan senyuman.

"Mari sini, Nona!" ucap Bi Inah

Mayra mengikuti langkah kaki Bi Inah. Mereka menuju kamar baru mereka.

Kamar yang akan dia dan adiknya tempati sama seperti kamar pelayan lainnya. Ya, bukannya Tuan Zio hanya berniat mencari seorang pelayan, bukan seorang istri. Walaupun sebenarnya Mayra sekarang adalah istri sahnya.

Malam itu Tuan Zio pergi ke club bersama teman-temannya. Seperti biasanya, ia selalu ditemani oleh selir-selir cantiknya.

"Selamat ya, Tuan Zio. Atas pernikahan nya. Sekarang Tuan Zio bukan CEO Perjaka Tua lagi donk!" ucap salah satu selirnya.

"Lalu apa, Sayang?" Tuan Zio memangku wanita itu,

"CEO Tampan Suami Orang...." ucapnya lagi sambil tergelak.

"Malam ini temani aku ya, Sayang." kata Tuan Zio sambil menciumi wajah cantik selirnya yang akan menemaninya tidur malam itu.

***

Pagi-pagi sekali, Mayra sudah bangun dan membantu Bi Inah didapur. Bi inah sangat senang ternyata Mayra anak yang baik dan juga cekatan.

Tiba-tiba Tuan Zio datang dengan keadaan mabuk berat. Dia diantar oleh sopir pribadinya. Melihat suaminya sudah datang, Mayra segera menghampiri Tuan Zio.

"Tuan Zio," Mayra berusaha membantunya berjalan.

"Ouh, Gadis ingusan!" Tuan Zio mencolek dagu Mayra sedangkan Mayra serasa ingin muntah, mulutnya sangat bau. Bau minum-minuman keras.

Dengan susah payah, Mayra membawa Tuan Zio ke kamarnya dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.

Mayra melepaskan pakaiannya dan ia bingung melihat banyaknya tanda merah ditubuh lelaki itu.

"Dia pasti bersenang-senang tadi malam." ucap Mayra

Selesai menggantikan pakaian nya, Mayra segera keluar dari kamar itu. Mayra kembali berkutat dengan pekerjaannya sambil membantu Bi Inah. Sedangkan adiknya berlarian kesana-kemari dan mengikuti langkah kaki kakaknya.

Ini sudah saatnya makan siang tapi Tuan Zio tidak juga kelihatan batang hidungnya.

"Nona Mayra, sebaiknya temui Tuan Zio. Katakan makan siang sudah siap." kata Bi Inah.

"Baik, Bu..." kata Mayra.

Mayra berjalan menuju kamar Tuan Zio. Mayra mengetuk pintunya,

Tok tok tok!!!

"Maaf Tuan Zio, ini saya Mayra."

"Masuk!" terdengar suara Tuan Zio dari dalam kamar

Mayra melangkah masuk kedalam kamar, betapa terkejutnya ia, Om ganteng itu tidak berpakaian sama sekali. Mayra memejamkan matanya dan mematung ditempatnya berdiri.

Tuan Zio berjalan menghampiri Mayra dan memperhatikan wajahnya.

"Kenapa? Apa kau tak ingin melihat tubuhku? Bukankah kita sudah suami istri, lalu kenapa kamu malu." Tuan Zio menyentuh dagu Mayra dan mencoba mencicipi bibirnya yang berwarna merah muda.

Belum sempat Tuan Zio mendaratkan ciuman hangatnya, Mayra segera menunduk dan mengatakan pesan Bi Inah,

"Makan siang sudah siap, Tuan!" Mayra bergegas turun dari kamar itu.

Tuan Zio tergelak, "Mayra, Mayra! bocah ingusan mau main cinta-cintaan! gumamnya.

Mayra berjalan dengan tubuh gemetar, dia tidak menyangka Tuan Zio berusaha menggodanya.

"Bukankah Tuan hanya ingin aku menjadi seperti pelayan, bukan sebagai istri. Lalu kenapa dia mencoba menciumku?" gumam Mayra

Tuan Zio segera turun dari kamarnya dan menuju ruang makan. Dia melihat adik Mayra memainkan sebuah mangkok plastik dan bermain dengan mangkok itu sambil guling-guling di lantai.

Entah kenapa, Tuan Zio sangat membenci anak-anak. Tuan Zio mendekatinya dan mengambil mangkok itu.

Rio yang ketakutan segera menghambur kearah Mayra. Mayra menggendongnya kemudian menatap mata Tuan Zio.Tuan Zio membalas tatapannya dengan tatapan yang mengerikan untuk Mayra dan adiknya.

Mayra masih menggendong adiknya sambil menata makanan untuk Tuan Zio. Setelah selesai menata makanan itu, ia ingin segera menjauh namun tiba-tiba Tuan Zio menangkap tangannya dan menatap lekat matanya.

"Ingat, Mayra! Aku benci anak-anak! jadi jangan biarkan adikmu itu berkeliaran sembarangan dirumahku. Aku tidak ingin dia memecahkan sesuatu dirumahku ini! Paham?!" Tuan Zio

Mayra mengangguk dan berjalan menjauhi Tuan Zio. Bi Inah begitu iba melihat perlakuan Tuan Zio kepada Mayra padahal gadis itu adalah istri sah nya walaupun ia tak menganggapnya sebagai istrinya.

"Ayo, Mayra. Kita makan." Bi Inah mengajak Mayra dan adiknya makan di pojokan dapur.

"Enyak... Enyakkk..." kata Rio ketika memakan telur dadar yang dikasihkan sama Bi Inah.

...----------------...

Pijatan untuk Tuan Zio

Malam kedua setelah pernikahan, dikamar Mayra. Ia sedang menemani Rio yang tengah asik menyedot air putih yang dikasih gula dari dot kesayangannya. Beberapa kali Rio menggoda Mayra yang hanya diam menatapnya.

Rio menepuk pantatnya sebagai tanda ia ingin Mayra menepuk pantatnya sebelum ia tidur. Mayra pun tersenyum kemudian menepuknya dengan sangat lembut hingga dot kesayangannya itu lepas dari bibirnya. Akhirnya Rio pun sudah terlelap di alam tidur. Sedangkan Mayra masih memikirkan perlakuan Tuan Zio kepada ia dan adiknya.

Tiba-tiba dari jauh terdengar suara teriakan yang meneriakan namanya,

"Mayra!"

Mayra bergegas bangun dan segera berlari menuju asal suara. Ternyata Tuan Zio memanggilnya.

"Iya, Tuan!" ujar Mayra gugup.

"Ikuti aku." Tuan Zio berjalan mendahului nya.

Mayra pun segera mengikuti langkah kaki Tuan Zio. Tuan Zio membawanya ke kamar, dan menyuruhnya untuk masuk.

"Pijat kan punggung ku, aku sangat lelah." katanya sambil melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana boxer nya.

"Tapi, aku tidak bisa memijat, Tuan." Mayra tertunduk

"Terus, bisa mu apa?" lelaki itu duduk di tepi tempat tidur sambil menatap Mayra yang berdiri di depannya.

Mayra semakin menundukkan kepalanya.

"Mayra, kamu itu makan dan minum secara gratis dirumah ini. Apalagi kau tidak perlu membayar uang bulanan untuk sewa rumah. Jadi berbuat baik lah pada diriku yang menanggung beban dirimu dengan adik mu itu." ucapnya sambil menatap Mayra tanpa berkedip.

"Baiklah, Tuan. Akan saya coba memijat tubuh anda dan semoga anda senang." ujar Mayra.

"Begitu donk!" Tuan Mayra segera membaringkan tubuhnya dengan posisi telungkup.

Mayra mendekati lelaki itu dan mulai memijat punggungnya dengan sangat lembut.

"Mayra, apa kamu sudah punya pacar?" tanya Tuan Zio tanpa beban.

"Saya tidak pernah pacaran, Tuan." kata Mayra sambil terus memijit pundak lelaki itu.

"Malang sekali nasibmu." ucapnya

Mayra tidak menjawab, dia terus mencoba membuat dirinya berguna untuk Tuan yang sudah memberinya makan dan tempat tinggal itu.

"Kenapa tidak mencoba untuk berpacaran? Kan kamu bisa jalan-jalan, berpelukan, berciuman dan lain-lain." sambung Tuan Zio

Mayra membulatkan matanya,

"Kenapa Tuan bertanya seperti itu?" Mayra sempat melirik wajahnya, memastikan lelaki itu tidak sedang mengigau.

Tiba-tiba lelaki itu membalikkan badannya dan berbaring sambil menatap wajah Mayra.

"Karena kamu itu sebenarnya cantik, Mayra. Coba sedikit saja kamu merias wajahmu. Pasti aura kecantikanmu akan keluar." ucapnya sambil membelai wajah cantik Mayra.

Mayra sempat memundurkan kepalanya, Tuan Zio malah tergelak melihat ekspresi Mayra.

"Lihat wajahmu, memerah! Kau pasti malu, kan?" katanya sambil menertawakan Mayra.

"Mayra, sebenarnya dimana keluarga ayah dan ibumu? Tidak mungkin kan, kedua orangtuamu itu tidak memiliki keluarga sama sekali." tanyanya sambil menatap lekat wajah Mayra yang tertunduk.

"Ayah dan ibuku sama-sama berasal dari panti asuhan, Tuan. Mereka juga tidak tahu, mereka masih punya keluarga atau tidak." Mayra meneteskan air matanya sambil mencengkeram rok yang sedang ia kenakan.

"Tiba-tiba Zio malah teringat akan orangtuanya yang berada dinegara berbeda dengannya.

"Sudah, sudah! Jangan menangis. Lebay deh! lanjutkan pijatan nya, aku masih belum puas." ucapnya seraya membalikkan badannya lagi.

Mayra pun kembali memijat lelaki itu.

"Oh ya, Mayra... Kamu masih perawan kan?" tanya lelaki aneh itu sambil melirik Mayra.

"I-iya Tuan...." ucap Mayra sambil menahan malu.

"Tuan ini bagaimana sih, pertanyaan kok aneh-aneh." batin Mayra.

"Wuih! Perawan kan, mahal." katanya tanpa tahu malu.

Tiba-tiba Mayra sesenggukan setelah mendengar perkataan lelaki itu. Mendengar ada suara sesenggukan, Tuan Zio menoleh kearah Mayra.

"Tuan tidak akan menjual ku, kan?" tanya Mayra

"Astaga! Apa yang kamu pikirkan? dasar gadis bodoh!" hardiknya.

"Tak apa jika aku dikatakan bodoh olehnya. Asal dia tidak berpikir menjual keperawanan ku saja, aku sudah sangat bahagia." batin Mayra.

"Sudahlah, sekarang kamu kembali saja ke kamarmu. Aku sudah ngantuk dan ingin tidur." ucapnya sembari mendorong tubuh Mayra.

Mayra membungkuk hormat dan segera melangkahkan kakinya. Namun belum sampai di pintu kamar lelaki itu,

"Mayra, ingat! Aku tidak suka sama anak-anak! Jadi jangan biarkan adik mu berkeliaran dirumahku. Aku takut tidak bisa mengontrol emosi ku dan melakukan hal yang tidak aku inginkan. Dan jika itu terjadi, maka aku tidak akan bertanggungjawab." ucapnya sembari menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Baik, Tuan." jawab Mayra.

Setelah menutup pintu kamar lelaki itu, Mayra berjalan menuju kamarnya. Sesampainya dikamar, ternyata Rio terbangun dan menangis sesenggukan dikamar itu sendirian.

"Sayang, ini Kakak. Maaf, Kakak meninggalkan mu." Mayra memeluk Rio dan membaringkan tubuh adiknya sambil menepuk pantatnya lagi.

"Tidurlah Sayang, semoga esok adalah hari yang baik untuk kita." Mayra mengecup kening Rio yang sudah kembali ke alam tidurnya.

Keesokan harinya, Mayra sudah berkutat di dapur bersama Bi Inah sejak pagi-pagi buta. Mempersiapkan sarapan untuk sang baginda raja yang belum juga muncul dari persembunyiannya.

Tak berselang lama, sang baginda raja itupun muncul. Ia berjalan menuruni anak tangga sambil merapikan setelan jas nya yang belum tertutup sempurna.

Tiba-tiba ponselnya berdering dan ia segera mengangkat panggilan itu. Mayra memperhatikan lelaki itu sambil meletakkan makanan keatas piring nya. Setelah selesai bicara ditelpon, Tuan zio menatap wajah Mayra dengan tatapan misteriusnya.

"Mayra, nanti siang bersiaplah. Aku akan menjemput mu." ucapnya sambil meraih sendok dan garpu.

Si kecil Rio tiba-tiba datang dan menghampiri Kakaknya sambil memeluk kakinya. Tuan Zio sempat melirik bocah cilik itu namun ia kembali fokus pada makanannya.

Rio memperhatikan buah apel yang ada di atas meja. Kemudian ia menengadah kearah Mayra sambil tersenyum dan memperlihatkan telapak tangannya kepada Mayra. Artinya adiknya itu ingin minta buah itu.

Dada Mayra bergetar, ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Tiba-tiba Tuan Zio mengambil buah itu dan menyerahkannya kepada Rio.

"Hei, ambil ini. Sekarang pergilah!" ucapnya tanpa menoleh sedikitpun.

"Terimakasih, Tuan." Mayra meraih Rio yang bahagia karena mendapatkan sesuatu yang ia inginkan dan membawanya ke dapur menemui Bi Inah.

"Ibu dengar, Tuan akan menjemput mu nanti siang, benarkah itu?" tanya Bi Inah.

"Iya Bu. Tapi aku bingung, kemana aku harus menitipkan adikku ini. Tuan Zio pasti tidak mengizinkan aku mengajaknya. Dia kan tidak suka anak-anak." kata Mayra lirih

"Titip sama Ibu aja. Rio mau gak tinggal disini bersama Ibu?" tanya Bi Inah kepada Rio yang tengah asik memakan apel pemberian Tuan Zio.

Rio mengangguk sambil tersenyum.

"Bagus, anak yang pintar. Nanti Rio sama Ibu jalan-jalan di taman, dibelakang rumah, ya!" bujuk Bi Inah.

Rio pun bersemangat mendengar ucapan Bi Inah.

...----------------...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!