NovelToon NovelToon

Mr. Perwira VS Mantan Preman

Bab 1 " Gadis mungil"

Hai readers... Novel ini sequel dari Novel "Keajaiban Cinta Kesya" Yang ceritanya lebih mendominan tentang Bara dan Sasa ya..

\=\=\= Selamat Membaca\=\=\=

" Sayang, kamu beneran bakal dipindahkan ke Jakarta?"

Lia, gadis cantik yang berstatus Tunangan Bara memeluk erat lengan kekar milik Bara.

" Iya sayang, kenapa?"

" Kalo aku kangen gimana?"

" Kamu cukup terima lamaran aku, dan kita menikah"

" Sayang, kamu tau kan kalo aku masih ingin sukses dengan karir ku"

" Iyaa sayang iyaa.. Lagian kamu kan sering di tugaskan ke Jakarta. Bisalah kita nanti temu kangen"

" Baiklah" Lia menyandarkan kepalanya di dada Bara.

'Mungkin dengan aku menjauh dari mu, aku bisa menghapus rasa cinta ini perlahan Lia' Batin Bara.

Bara sudah tau tentang perselingkuhan Lia, Sudah sering kali Bara memergokinya, Bahkan Bara sering mengikuti Lia diam-diam, tapi rasa cinta yang begitu dalam emmbiay Bara menjadi orang bodoh yang tidak bisa membuka hatinya untuk orang lain lagi.

Bara sengaja tidak memberikan kabar kepada Daddy Roy dan Mami Shella. Kepulangan Bara akan menjadi sebuah kejutan bagi kedua orang tua nya.

Dari Bandung ke Jakarta, Bara mengendarai Mobil Range Rover berwarna putih dengan kecepatan sedang. Bara ingin menikmati perjalanannya dengan meyakinkan hatinya jika dia bisa melupakan Lia. Ah, apa bisa? Bahkan Bara sudah berkencan dengan beberapa wanita cantik, mulai dari bidan, kedokteran, perawat, hingga model, tapi tidak ada yang bisa membuat jantung Bara berdebar seperti Lia. Haruskah dia menahan gejolak cinta?.

Sesampainya di Jakarta, Bara tidak langsung pulang, melainkan Bara singgah ke Cafe Greenday, milik sahabat dari suami adiknya. Tempat nya nyaman dan menenangkan.

" Awaaaasss"

Bruukk...

" Awwww"

Gadis mungil yang nyaris saja tertabrak oleh becak yang sedang membawa sayuran menyenggol motornya.

" Sorry gue gak sengaja. Rem gak cakram" Ujar pengendara becak.

Gadis mungil yang terjatuh dari motornya langsung berdiri dengan bantuan beberapa beberapa pelayan cafe dan tukang parkir.

Tlaak

" Awww, sakit " Pengendara becak itu memegang kening yang di sentil oleh gadis mungil itu.

" Makanya, kalo gak bisa bawa becak, jangan bawa. Alesan aja Lo rem gak cakram."

Bukannya marah, tapi dia malah tertawa dan ikut membantu mengangkat belanjaan yang berada di atas becak. Apa dia pegawai di sini?

" Sasa" teriak seorang pelayan yang kemayu sambil berlari dan memeluknya.

" Ya ampun aku rindu banget sama kamu"

" Jauhi badan Lo yang gemulai ni," Ujar gadis mungil yang bernama Sasa itu galak.

" Iih, udah lama gak ketemu makin galak aja" ujar Pria kemayu itu sambil bergelayut manja di tubuh mungilnya.

Sasa menyentak sekali tangannya, membuat tangan pria kemayu itu lepas dari lengannya. Sasa memberikan belanjaan yang dipegangnya kepada pria kemayu itu.

" Aaww, berat nek"

" Berisik Lo, bawa sana ke belakang. Sekalian bikinin gue jus ya. Hauuss"

Bara yang memperhatikan tingkah aneh pelayan dan gadis mungil itu tanpa sadar menyunggingkan senyuman tipis.

Deg

Jantung Bara berdebar saat melihat gadis mungil itu melihat kearah nya dan tersenyum sangat manis, Manis sekali. Tatapan Bara seolah terkunci dan tidak bisa berpaling dari senyuman manis di wajah gadis mungil itu. Eh, dia kok berjalan kearah meja Bara ya? Jantung Bara semakin berdetak kencang saat gadis mungil itu terus berjalan kearahnya dengan masih tersungging senyuman manis yang teramat sangat manis. Bara pun ikut membalas senyuman gadis mungil itu. Bara sudah mempersiapkan dirinya jika gadis mungil itu menghampirinya.

' Eh, kok lewat?' Batin Bara.

Bara melihat ke arah belakangnya, yang mana gadis mungil itu berjalan kearah sana.

' Sial, gue fikir dia kearah gue dan senyum sama gue. Rupanya sama cowok di belakang kue. Kamvreeto lah. Mana gue udah senyum-senyjm sendiri lagi' Batin Bara dan meminum capuccino miliknya.

Terdengar sayup-sayup tawa si gadis mungil yang sudah membuat Bara kegeeran. Tak berapa lama gadis mungil itu dan temannya beranjak dari meja mereka. Si pria pergi sedangkan si mungil bergabung bersama pelayan cafe di meja kasir.

Drrtt.. drrt...

" Halo sayang"

"......"

" Iya, ini aku udah Sampek, cuma lagi nyantai di cafe aja dulu"

"......"

" Benarkah? aku juga merindukanmu"

"......"

" Baiklah, tolong jaga hati ku yaa"

"......"

" Love you to"

Bara beranjak dari duduknya dan membayar pesanannya di kasir.

" Pak, apa ada yang bapak cari?" Tanya perempuan yang menjaga kasir yang bernama Lala. Bara membacanya dari nametag.

" Tidak, berapa?"

" 35 ribu" ujar

Bara memberikan uang 50ribu, dan mengambil kembaliannya setelah Lala memberikan uang kembaliannya kepada Bara.

Bara kembali melakukan mobilnya dengan kecepatan sedang, saat di perjalanan, Bara melihat gadis mungil yang berada di cafe tadi. Dia sedang menolonh seorang nenek untuk menyebrang. Lihatlah, betapa manis senyumnya. Bahkan dia tidak peduli dengan preman yang mengganggunya.

Bara di kejutkan dengan suara klakson dari belakang mobilnya, tanpa sadar ternyata Bara menghentikan mobilnya ditengah jalan hanya untuk memperhatikan gadis mungil itu. Siapa namanya tadi? ah, kenapa bisa sampai lupa? Baiklah, dia akan bertanya dengan Fadil nanti, mungkin Fadil tau. Karena sepertinya dia pernah bekerja di Greenday cafe.

Bara sampai di rumah pukul 3 sore. Mami Shella berteriak kegirangan saat mengetahui putra sulungnya pulang. Di tambah lagi mendengar kabar bahwa dia sudah di pindah tugaskan ke sini.

" Akhirnya Dia Mami di kabulkan sama Allah. Mami bisa berkumpul dengan anak-anak Mami." Ujar Mami Shella dengan air mata yang bercucuran.

" Iya, Mi. Bara sudah pulang sekarang. Oh ya, Daddy dan Kiki mana? Mami sendiri di rumah?"

" Daddy belum pulang kerja, kalo Kiki pergi les dia. Kamu udah makan? Mau Mami masakin apa?"

" Bara udah makan Mi, tadi singgah ke cafe sebentar"

" Kamu ini, bukannya langsung pulang malah singgah- singgah lagi di jalan"

Bara hanya bisa nyengir kuda.

" Oh ya, Lia gimana kabarnya?"

" Alhamdulillah baik Mi"

" Trus, kapan kamu lamar dia? kalian sudah tunangan hampir 4 tahun loh, masa belum ada kemajuan sih?"

" Iya Mi, nanti kalo udah waktunya pas, pasti Bara bakal lamar dia kok"

Tanpa Mami Shella tau, jika ada hati yang terluka saat itu. Bara berharap, agar Mami nya tidak kecewa dengan dirinya.

Di satu sisi, Gadis mungil yang bara lihat tadi sedang bertarung dengan preman pasar yang mencoba ingin mengambil pungli lebih dari yang di janjikan.

" Lo gak tau siapa gue hah?" Teriak Sasa lantang.

" Lo kalo mau cari mati mending jangan ikut campur"

" Brengsek Lo, kalo Lo brani, maju sini nantangin gue"

" Hahah, Lo mau gue gendong ke atas ranjang gue? dengan senang hati" Preman berbadan besar itu mendekat kearah Sasa dengan penuh napsu.

Sasa menyunggingkan senyum licik dan dan menghajar pria berbadan besar itu dengan membabi buta. Wajah pria itu sudah penuh memar dan darah segar keluar dari hidung dan mulutnya. Tak berapa lama segrombolan preman datang, dan mendekati pria yang berbadan besar itu.

" Bos, kenapa bisa begini? Hei, siapa yang berani menyerang Bos kami?" Teriak pria bertato di sekujur tubuhnya.

" Aku. " Ujar Sasa lantang.

Pria yang bertato itu langsung ciut dan menelan ludah nya.

" Hajar dia" Ujar pria yang di panggil Bos itu.

" Maaf Bos, Dia mantan preman pasar ini. kami gak berani sama dia." Ujar pria bertato cicak ganas itu.

" Apa? Bagaimana mungkin perempuan cantik, dan manis yang menghajarnya itu adalah mantan preman pasar ini. Yang selalu menjaga keamanan di pasar ini." batin pria yang di panggil Bos itu.

Sasa mendekat dan memasukkan kedua tangannya di sisi kantong celananya.

" Aku kasih kalian kepercayaan buat jaga keamanan pasar ini, apa yang kalian lakukan? Melanggar perjanjian yang telah kalian sepakati bersama? mengambil pungli lebih dari yang kalian janjikan?" Ujar Sasa dingin dan tajam.

" Bos baru kalian tidak berguna, mending kalian kubur dia hidup-hidup"

" Ja-jangan Bos. Ampun. saya gak akan mengulanginya lagi Bos. Ampun" Ujar pria yang tadi dipanggil bos oleh preman bertato cicak ganas itu dengan berlutut dan bersujud di kaki Sasa.

Sasa mundur beberapa langkah, " Jika sekali lagi aku dengar kalian memeras para pedagang, aku akan menghajar kalian dan melemparkan kalian ke mulut buaya darat"

" Jangan Bos, lebih baik kami mati di makan buaya sungguhan dari pada Buaya darat" Ujar semua preman yang sudah berlutut di hadapan Sasa.

" Aku pegang omongan kalian, jika aku masih mendapat kabar tentang pengutipan pungli lebih dari yang di janjikan, maka siap-siap aja 'milik' kalian di peras habis oleh buaya darat berlipstik."

Setelah mengatakan itu, Sasa pergi dari hadapan mereka. Dan para pedagang kecil langsung menyalami Sasa dan berterima kasih.

* Budayakan siap membaca, JEMPOL TANDA LIKE jangan lupa di tancapkan ya..

Salam SaBar

Bab 2 " Bertemu kembali"

Pria yang berada di depan Sasa saat ini menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Kapan tobatnya sih?"

" Ck, gue cuma bantuin para pedagang yang di peras oleh Bos baru di situ."

" Hmm, gue tau Lo tu gak bisa liat orang susah. Tapi ya gak dengan bahayain diri Lo juga kalee"

Sasa hanya memandang Fadil dengan bibir di cebikkan. Ya, Fadil melihat semua kejadian di pasar, dan Fadil menarik Sasa untuk menemaninya minum kopi.

" Oh ya, gue udah dapat info tentang orang yang ngejar-ngejar Puput. Mereka bukan preman biasa."

" Ya elah, mana ada preman bajunya mahal gitu. Yang ada bajunya itu hasil dari malak di pasar, itupun Monja" Cibir Sasa.

" Ya deh, yang pengalaman"

" Hmm, ngejek teruuss "

Sasa dan Fadil berpisah setelah membicarakan beberapa hal tentang Puput. Fadil adalah satu-satunya sahabat Sasa, dan Fadil lah yang selalu membantunya hingga seperti sekarang ini.

Sasa merebahkan tubuhnya di kasur. Apartemen tempat Sasa tinggal ini pun pemberian Fadil, awalnya Fadil memberikan apartemen yang satu gedung dengannya, namun Sasa menolak, karena merasa tidak pantas tinggal di gedung mewah. Jadi Sasa memilih apartemen yang sederhana, kebetulan sekali apartemen dirinya dekat dengan temoat kerjanya saat ini.

Oh ya, sebelumnya dulu Sasa pernah bekerja di Greenday cafe, tapi semenjak istri dari Bos sekaligus sahabat dari Fadil itu membuka Toko kue, Fadil memerintahkan Sasa untuk menjaga di sana, sekaligus menjaga istri sang Bos Besar. Lumayan, Double gaji nya. Jadi bisa di tabung untung menaikkan neneknya haji atau umrah.

Sasa bangun pagi seperti biasa, semenjak bekerja di toko kue, banyak perubahan di diri Sasa. Bahkan Sasa sudah terbiasa untuk solat 5 waktu. Pengaruh yang di bawa oleh Kesya benar-benar membawa kebaikan untuk Sasa. Padahal dia belum lama kerja bersama Kesya.

'Hah, sedang apa ya Bos cantik saat ini. Mungkin lagi enak-enak sama suaminya. Hmmhnmm" Batin Sasa mengingat Bos cantik, ramah, dan baik hati nya itu.

Sasa berangkat ke toko dengan berjalan kaki, ini sudah biasa Sasa lakukan, sambil menikmati udara pagi yang segar. Untung saja toko kue nya tidak jauh dari apartemen Sasa, hanya dua belokan.

" Pagi semua" Sapa Sasa kepada Karyawan toko yang sudah berada di depan toko.

" Tumben lama Mvak, biasanya udah buka" Ujar Bela, salah satu karyawan teresek di toko Kesya.

" Biasalah, laporan pagi kali ini bikin mules" Ujar Sasa sambil membuka toko.

" Wah, tumben banget tu kantor polisi rame? Ujar Ica, ntah bicara dengan siapa dia, yang jelas Bela langsung menyahuti.

" Dengar-dengar ada pelantikan anggota baru, gue tadi sempat meleper aja ke situ, aduuhh.. tampan-tampan dan gagah. Coba aja mereka sering ke toko kita, pasti seru bisa cuci mata" Ujar Bela.

Sasa hanya bergidik ngeri membayangkan dirinya harus berhadapan dengan coklat-coklat pait itu. Oh tidak, baru membayangkannya saja Sasa rasanya udah mau muntah.

Huueeewkkk

Bela dan Ica melihat kearah Sasa, " Kenapa dia?" Tanya Ica. Bela hanya mengangkat bahunya tak acuh.

Sasa harus menahan kembali pusing dan mualnya. Oh, yang benar saja. Apa saat Bela berbicara tadi malaikat baru saja lewat dan mengamini doa nya?.

" Professional Sa, profesional, kamu pasti bisa, semangat" Ujar Sasa untuk dirinya sendiri.

Sasa mencatat semua pesanan para polisi yang menyerbu toko mereka, baru jam 10 pagi, tapi toko mereka sudah penuh dengan coklat pait. Sasa sekali-kali memijit keningnya. Mana polisi-polisi itu sok kecakepan lagi. Oake acara mau ngegombalin dirinya. Hello, salah orang kali yaa...

Hari Sasa benar-benar Bad Mood.

" Kak Sasa gak papa? Pucat banget?" Tanya Lena, salah satu karyawan di toko kue yang sangat polos.

" Lo jaga kasir ya, mual gue liat tu polisi" Ujar Sasa sambil meninggalkan meja kasir.

Tanpa Sasa sadari, ada seorang pria yang memakai jaket kulit, yang mendengar pembicaraannya. Pria itu mengerutkan keningnya, melihat Sasa yang begitu benci dengan polisi.

Fadil datanga ke toko kue karena sebelumnya sudah janjian dengan Sasa, tapi sampai di meja kasir, bukan Sasa yang menjaganya.

" Sasa mana?"

" Di dalam pak, kayaknya lagi kurang enak badan." Jawab Lena sopan.

Fadil mengangguk-anggukkan kepalanya, dan melihat kesekeliling toko. Fadil tersenyum melihat banyak aparat kepolisian yang tengah menikmati waktu istirahatnya sambil menikmati manisnya kue.

" Pantes aja kabur, rame polisi" Gumam Fadil

Fadil menuju ke toilet, sebelumnya Fadil sudah memberikan kabar ke Sasa jika dia sudah berada di toko.

Gadis cantik dan ceria masuk kedalam toko kue bersama seorang pria tampan. Dan betapa terkejutnya gadis itu melihat ada sesosok perwira yang sangat di kenalnya. Bahkan pernah sempat menjadi cinta monyetnya.

" Mas Bara?" tegur Puput saat melihat ada Bara bersama teman-temannya.

" Puput?"

Puput mendekati Bara dan mencium punggung tangan Bara, layaknya seorang adik.

Puput juga dekat dengan bara, karena lamanya Puput berteman dengan Kesya, jadi Puput juga sudah di anggap adik oleh Bara.

" Pacar kamu?" Tanya Bara kepada pria yang berada di sebelah Puput.

" Bukan Mas, teman aku. Oh ya, kenalin, ini Ando. Ando, ini Mas Bara. Abangnya Kesya."

"Ando"

" Bara"

Mereka pun bersalaman sambil menyebutkan nama mereka masing-masing. Fadil yang baru keluar dari ruangan peristirahatan karyawan toko pun langsung menghampiri Bara. Tadi dia

tidak melihat Bara saat masuk kedalam toko.

"Hai Bar, Apa kabar? kapan Sampek?" Tanya Fadil dan bersalaman ala pria.

" Baik, tadi pagi Sampek"

" Acara apa nih?, Rame banget?"

" Oh, pelantikan. Soalnya gue di pindah tugaskan di sini mulai sekarang."

"Wah, selamat ya mas" Ujar Puput dan kembali menyalami Bara.

" Makasih. Btw, Lo Fadil kayaknya ada saingan nich?" Goda Bara.

" Biar pun banyak kumbang yang mendekati Puput, tetap aja Hati Puput gak akan berpindah Bar" Ujar Fadil sambil mengerlingkan matanya ke arah Puput.

" Geer banget sih" Jawab Puput, dan mempersilahkan Ando untuk duduk di meja yang biasa mereka duduki.

Sedangkan Fadil memilih duduk di dekat jendela, hanya berselang 1 meja dengan meja Bara, kemudian membuka laptopnya dan mengerjakan beberapa pekerjaan, Dan Bara kembali bergabung bersama teman-temannya. Tak berapa lama Sasa datang dengan memegang Map dan menghampiri Fadil. Bara menangkap bayangan Sasa dan terus memperhatikannya. Entah kenapa dia tidak bisa melupakan gadis mungil itu. Padahal mereka baru sekali bertemu, bahkan tidak sempat berbicara. Tapi sukses membuat Bara tidak bisa tidur semalaman karena terbayang senyuman manis gadis mungilnya itu.

" Nih"

" Jutek amat sih, duduk sini Napa?".

"Males gue, banyak coklat pait"

" Kalo Lo gak duduk sini, yang jelasin laporannya sapa?"

Sasa mencebikkan bibirnya. " Lagian Napa gak di ruangan dalam aja sih?"

" Menghindari fitnah"

" Gaya Lo, Eh Lo gak cemburu gitu Mbak Puput sama Mas ganteng itu? Kayaknya sering banget mereka ketemuan di sini"

" Biarin aja, gue percaya sama dia. Lagian kalo jodoh gak kemana kan?" Jawab Fadil santai.

"Ya sih"

Tak berapa lama kumpulan para polisi pun pergi meninggalkan cafe cake milik Kesya. Dan salah satu pria yang menggunakan jaket kulit menghampiri meja Fadil.

" Gue ganggu?"

" Ya gak lah, duduk aja"

Pria itu pun mendudukkan dirinya di sebelah Fadil. Dan otomatis berhadapan dengan Sasa. Sasa yang mengetahui pria yang berada didepannya ini adalah seorang polisi, langsung menatap Fadil sinis.

' Dah tau gue benci banget sama polisi, ngapain juga di suruh duduk' Batin Sasa.

Fadil sudah ingin tertawa melihat wajah Sasa yang langsung berubah jutek.

" Sa, kenalkan ini Bara, Abangnya Kesya"

Sasa langsung melototkan matanya, gak nyangka jika Bos nya itu memiliki Abang seorang polisi.

" Bar, kenalin ini Sasa, tangan kanannya Kesya"

"Bara" Ujar Bara sambil menjulurkan tangannya.

Sasa hanya memandang tangan Bara tanpa niat membalas uluran tangan Bara.

" Sa" Tegur Fadil.

" Hmm, Sasa" Ujar Sasa dan menyambut tangan Bara dengan cepat kilat, Bisa di katakan hanya menempel diujung jari.

" Jutek amat Sih Lo"

" Bapak tau alasannya, saya permisi" Ujar Sasa dan meninggalkan Bara dan Fadil.

Bara menyunggingkan sudut bibirnya.

" Awas Naksir Bar, tu cewek galaknya minta Ampun"

Bara melirik kearah Fadil, kemudian kembali menatap Sasa.

" Napa tu cewek? Jutek amat?"

" Dia punya masa lalu yang tidak menyenangkan dengan polisi, makanya dia benci banget dengan yang berbau polisi"

Bara menganggukkan kepalanya dan masih memandang kearah gadis mungil yang mencuri perhatiannya itu.

* Readers... Budayakan siap membaca jangan lupa tancapkan Jempolnya ya.. kasih Like biar aku nya semakin semangat...

Salam SaBar..

Bab 3 " Berbeda"

Bara pun mengangguk-anggukkan kepalanya. Bara masih menatap Sasa yang tengah berbicara di telepon, tiba-tiba wajah Sasa berubah menjadi tegang. Setelah mengakhiri panggilannya, Sasa berjalan ke arah Fadil.

" Lo yakin Puput garis hijau?"

Fadil yang merasa pertanyaannya di tujukan untuknya pun menengadahkan kepalanya, " Iya, kenapa?"

Sasa langsung saja memberikan ponselnya kepada Fadil. " Dia masih di awasi, dan setau gue ini bukan preman yang kayak anak buah Lo sampein, gue udah tanya sama teman gue. "

"Puput kenapa?" Tanya Bara.

" Oh, waktu itu dia nolongin orang, trus dia sekarang yang di kejar."

" Bisa saya liat?" Tanya Bara kepada Sasa sambil menunjuk ponsel Sasa.

Sasa memberikan ponselnya. " Anda yakin ini bukan preman?"

" Ntah, gak tau. Situ kan polisi, nilai aja sendiri" Ujar Sasa dan mengambil kembali ponselnya lalu meninggalkan Fadil dan Bara.

" Salah gue apa?" Tanya Bara entah kepada siapa.

Fadil hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat nasib Bara yang dicueki oleh Mantan Preman itu.

Bara masih teringat akan wajah Sasa yang jutek dan tidak bersahabat dengan dirinya. Beda sekali dengan Sasa yang saat di cafe. Selalu tersenyum dan tertawa, bahkan karena senyuman manisnya Bara sampai tidak bisa tidur. Dan sekarang Bahkan Bara tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya karena wajah Sasa yang jutek, dan terlihat sedikit pucat?.

"Aakkhhhhh" Bara mengacak-ngacak rambutnya.

" Pak, anda baik-baik saja?" Tanya salah satu polisi yang bernama Andi.

" Ya, saya baik-baik saja."

Bara merapikan kembali rambutnya dengan menyisir dengan jari tangannya.

Drrtt...Drrrtt...

" Halo"

"......."

" Iya sayang, aku langsung merasa nyaman di sini, mereka semua baik-baik"

"....."

" Benarkah? Aku juga merindukanmu" Ujar Bara sambil menatap layar laptop yang menampilkan foto yang dikirimkan oleh orang suruhannya untuk memata-matai Lia. Foto Lia yang sedang berciuman dengan seorang pria pengusaha di dalam mobilnya.

"...."

" Lia, Sepertinya aku harus mengakhiri panggilan ini, Ada kasus yang harus aku kerjakan" Potong Bara saat mendengar Lia mulai menceritakan jika dia merindui Bara.

"....."

" Baiklah, dah"

Bara mematikan ponselnya, dia menyandarkan tubuhnya di kursi kebesarannya. Di usap wajahnya dengan kasar, namun bayangan Sasa yang tersenyum dan pucat terlintas di matanya. Bahkan suaranya pun sudah menggema di telinga.

" oh Bara, apa yang terjadi padamu. Bahkan Suara Lia saja tidak pernah sampai mengganggumu" Gumam Bara.

Bara dan dua anak buahnya baru saja selesai memeriksa CCTV di area parkir dekat Toko Kue Kesya, Namun dia mendengar suara motor yang melaju kencang, dan menggeber-geber motornya. Bara dan dua anak buahnya berjalan mendekati arah sumber suara tersebut. Tak berapa lama terdengar suara lantang seorang wanita yang beberapa hari ini selalu bermain di fikirannya.

" Mungil" gumam Bara.

" Cih, Gak level gue sama tikus jalanan kayak kalian"

" Berani banget Lo, " Ujar salah satu penjambret dan menyerang Sasa.

Sasa langsung mengelak dan menendang burung si penjambret.

" Sialan" Teriak si penjambret dan mulai menghajar Sasa.

Sasa melawan mereka berdua sekaligus. Karena suasana yang memang redup, Sasa kurang sigap, dan lengannya terpaksa harus merasakan perihnya mata pisau.

Sraak..

" Ahh" Pekik Sasa saat merasa perih di bagian lengannya.

Si penjambret itu tersenyum saat melihat darah Sasa mulai menetes.

" Angkat tangan, jika tidak akan kami tembak" Teriak Bara.

Si penjambret itu melihat ada 3 orang pria yang memakai jaket kulit dan menodongkan pistol kearah mereka, dengan cepat penjambret itu menarik Sasa dan meletakkan pisau tersebut di leher Sasa.

Sasa sempat terkejut, namun ini sebenarnya adalah keadaan yang menguntungkan baginya untuk melumpuhkan si penjambret. Dengan gerakan cepat Sasa dapat menjatuhkan pisau tersebut, dan membuat si penjambret itu terkunci dengan gerakannya. Sedangkan penjambret yang satu lagi ingin kabur, namun salah satu polisi sudah melepaskan tembakannya mengarah ke kaki sipenjambret.

Dor..

" Akhh"

Sasa langsung menutup telinganya, dan mendadak tubuhnya gemetar. Bayangan akan masa lalunya kembali terniang. Ayah nya mati tertembak oleh polisi. Saat itu Ayah Sasa, ibunya, dan dirinya sedang memulung plastik bekas, namun ada pencuri yang melemparkan tas kepada Ayah Sasa, dan si pencuri itu melarikan diri. Menyisakan Ayah Sasa yang masih terbengong dengan memegang sebuah tas berwarna hitam. Ayah Sasa terkejut saat mendengar teriakan polisi dan suara tembakan peluru yang di tembakkan keatas, sontak saja Ayah Sasa berlari dan ingin bersembunyi, namun naas, salah satu polisi melayangkan tembakannya kearah Ayah Sasa. Sayangnya peluru yang ditembakkan oleh polisi tersebut tepat mengenai jantung Ayah Sasa, dan ayah Sasa tidak bisa di selamatkan.

Semua kejadian itu terpampang jelas di kedua mata Sasa, hingga Sasa dan ibunya di seret kepenjara karena di sangka komplotan bersama ayahnya. Sasa yang saat itu masih berumur 8 tahun di bebaskan, sedangkan sang ibu harus mendekam di penjara. Ibunya Sasa harus merasakan rasa sakit dan pahitnya berada di dalam penjara, padahal dirinya tidak melakukan kesalahan apapun. Hingga ibu nya Sasa harus menghembuskan napas terakhirnya di penjara akibat di siksa oleh narapidana yang lain. Sedangkan Sasa di rawat oleh neneknya yang hanya seorang tukang cuci.

Bara dan Andi langsung berlari kearah Sasa, sedangkan Dana langsung menahan sipenjambret yang sudah terkulai lemas akibat luka tembak di kakinya. Bara langsung memegang Sasa saat melihat tubuh mungil itu terkulai dan perlahan matanya mulai tertutup.

Sasa mengerjapkan matanya, merasa pusing di bagian kepala dan merasa perih di bagian lengannya. Sasa meringis sambil memegang kepalanya.

" Anda sudah sadar? Apa kepalanya pusing? "

Sasa merasa tidak asing dengan suara bariton tersebut. Sasa membelalakkan matanya saat melihat wajah si pria tersebut, dan langsung memasang wajah masam.

" Ngapain Anda di sini?"

" Saya barusan nolongin Anda loh"

" Saya gak butuh pertolongan" Ujar Sasa dan ingin bangkit dari tempat tidur nya. " Akh", Sasa merasa perih di bagian lengannya.

" Jangan banyak gerak dulu, nanti jahitannya bisa lepas"

Sasa memandang lengannya dengan lesu, lalu memandang Bara dengan tatapan yang tidak bisa di baca.

Sasa menelan ludahnya kasar, saat ini dia sangat haus, tetapi dia gengsi untuk meminta tolong kepada Bara. Bara yang mengikuti arah mata Sasa tersenyum tipis, kemudian mengambil sebotol air mineral di atas nakas, di bukanya dan di berikan kepada Sasa.

" Saya gak minta"

" Ya udah kalo gak mau"

Dengan gerakan pelan, Bara mendekatkan botol air mineral itu ke dekat Bibirnya. Sasa hanya mampu memandang sambil menelan ludahnya.

" Yakin gak mau?" Tanya Bara kembali sebelum menempelkan ujung botol ke bibirnya.

Tidak ada tanggapan dari Sasa, Sasa masih bungkam dan melihat kearah lain. Bara langsung saja meminum air tersebut, Sasa melirik kearah Bara, dan menghembuskan napas pelan. Bara tersenyum saat melihat Sasa menundukkan kepalanya. Bara mengambil satu botol air mineral di dalam plastik yang berada di sebelahnya.

" Nih"

Sasa menengadahkan kepalanya, dan menatap Bara tanpa bisa di artikan tatapannya.

" Nih minum, aman kok. Ya kecuali mau nahan haus Sampek pagi"

Sasa mencebikkan bibirnya dan kemudian mengambil air tersebut. Bara tersenyum tipis. Setelah menghabiskan setengah botol, Sasa mememberikan kembali botol tersebut kepada Bara. Kemudian dia mulai mencari keberadaan tasnya. Dia ingin menelpon Fadil. Ya, hanya Fadil yang bisa menolongnya saat ini.

"Cari apa?" Tanya Bara saat melihat Sasa seperti mencari sesuatu.

" Tas"

" Oh, di bawa ke kantor polisi, untuk di jadikan barang bukti"

" Ponsel gue? Dompet gue"

" Ya di kantor polisi"

Sasa mencebikkan bibirnya, Dalam fikiran Sasa, dia tidak mungkin meminta bantuan dengan Bara, apalagi saat ini Bara masih menggunakan baju dinasnya, ya walaupun tertutup oleh jaket, tapi tetap saja status Bara adalah seorang polisi.

Dengan ragu, Sasa memberanikan diri untuk meminta Bara menghubungi Fadil.

" Emm, bisa tolong hubungi Fadil?"

" Untuk?"

" Ngurus semua administrasi di sini"

" Sudah Saya urus semuanya, sekarang kamu tidur aja lagi"

Kriiuukkk...

Bara menatap Sasa dengan mengulum senyumnya. Sasa sudah membuang wajahnya ketempat lain untuk menutupi wajahnya yang memerah. Dalam hati Sasa sudah mengutuk perutnya yang dengan sembarangan berbunyi.

" Tunggu di sini, biar saya cari sesuatu buat kamu"

Sasa hanya memandang punggung Bara yang menghilang dari balik tembok. ' Hah, mimpi apa gue semalam, bisa nya berurusan sama coklat pait' Batin Sasa.

Sasa memandang sekeliling rumah sakit, lalu memandang kearah lengannya yang sudah diperban.

" Ck, kenapa juga mesti sampai tergores. Bisa bekas nih jahitannya" Gumam Sasa yang ternyata di dengar oleh Bara, karena pria itu baru saja masuk dengan membawa satu bungkus nasi goreng.

" Gak akan berbekas, saya meminta benang terbaik yang akan menyatu dengan kulit."

Sasa terlonjak kaget, kemudian dengan ceoat dia merubah ekspresi wajahnya kembali.

Bara menggeser meja dorong kedekat Sasa, dan kemudian meletakkan satu bungkus nasi goreng dan jus jeruk.

Bara sangat takjub saat melihat ekspresi Sasa menghirup aroma nasi goreng yang memang sangat mengunggah selera, di tambah lagi Sasa mengucapkan Bismillah sebelum memasukkan sesendok penuh nasi goreng.

' Jauh berbeda dengan Lia' Batin Bara.

Dalam diam Bara memperhatikan Sasa yang menikmati Makan malamnya yang sudah sangat terlambat.

* Readers... Budayakan siap membaca jangan lupa tancapkan Jempolnya ya.. kasih Like biar aku nya semakin semangat...

Salam SaBar..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!