NovelToon NovelToon

Evanescent

PROLOG

..."Aku memilih membangun benteng ini, agar aku tak sembarang meletakkan hati. Karena jika hati terletak  pada tempat yang salah, banyak kemungkinan hati itu akan hancur. Dan itu sangat menyakitkan."...

...-Naura Azkia P-...

...🌼🌼🌼...

Dunia tak hanya berputar di sekeliling kita. Mungkin tak jarang dari kita yang sering mendengar kutipan tersebut. Dan itu memang benar adanya.

Terkadang kita tak bisa menerima luka yang terlalu menyakitkan bagi kita, dan tanpa sadar kita menyalahkan takdir. Takdir yang berperilaku tak adil kepada kita.

Naura Azkia Pradipta. Gadis berusia 17 tahun itu sudah mendapat cukup banyak luka di hidupnya. Luka yang akan selalu membekas disepanjang hidupnya.

Luka paling menyakitkan yang pernah ia terima ialah disaat ia harus menerima kemyataan bahwa duniamya hancur disaat ia masih berusia 7 tahun.

Ia harus kehilangan ayah tersayangnya di dalam insiden yang berhasil membuat hidupnya berubah 180°.

Jika bisa mengulang waktu, ia pasti akan kembali dimasa itu. Kembali menikmati waktu bahagia bersama keluarganya tanpa harus merasakan rasa sakit yang telah ia rasakan selama ini. Namun, bagi Tuhan ini adalah pilihan terbaik untuk Naura dan keluarganya. Meskipun itu tetap menyakitkan.

Setelah adanya badai Naura berharap datangnya pelangi. Ya, meskipun doanya sempat terkabulkan, tapi sangat disayangkan ia harus kembali menelan pahitnya luka.

Disaat berada di titik terendah, ia dipertemukan oleh malaikat kecil. Seseorang yang pertama kali berhasil membuat hatinya tak karuan.

Namun, ternyata perasaan itu hanya perasaan sepihak yang ia rasakan. Dan ia tak mendapatkan balasan. Menyakitkan memang.

Sejak saat itu ia memutuskan untuk tak lagi terlibat urusan percintaan. Ya, karena itu adalah hal yang merepotkan.

Hingga suatu saat takdir mempertemukannya kembali dengan seseorang. Seseorang yang tanpa ia sadari juga berperan dalam masa lalunya.

"Naura, aku pergi ya? Setelah semua yang terjadi, aku rasa bertahan di sisi kamu bukan pilihan yang tepat." Ujar lelaki itu dengan menatap lekat mata Naura yang sudah berkaca-kaca.

"Percayalah, kalau Tuhan menakdirkan kita bersama, pasti suatu saat kita akan kembali dipertemukan. Dan jika saat itu tiba, aku siap memulai semuanya dari awal dengan kamu."

"Aku akan menunggu kamu sampai saat itu datang by..."

...🌼🌼🌼...

...To Be Continued...

Sore Itu

..."Aku anggap pertemuan kita ini hanya sebatas ketidaksengajaan. Agar kelak kita tak saling terikat pada suatu hubungan." ...

...-Gibran Rahardian K-...

...🌼🌼🌼...

"Bang ayo cepet, keburu maghrib!!" Teriak seorang gadis yang berada di ruang keluarga itu. Sudah cukup lama ia menunggu kakak pertamanya di sana.

"Iya bentar!" Sahut lelaki itu dari dalam kamar yang berada di lantai dua.

Naura sudah berdecak beberapa kali. Pasalnya abang tersayangnya itu mengatakan bahwa jam 3 sore mereka harus sudah otw Mall. Eh tapi realitanya sekarang sudah jam 3 lewat 10 menit kakak lelaki tercinta Naura belum juga turun dari kamarnya.

Tak lama setelah itu akhirnya lelaki berusia kepala dua itu memunculkan batang hidungnya.

"Yuk adek cantik kita berangkat!!" Ujar Kenzie dan langsung merangkul pundak Naura.

Naura berdecak pelan. "Abang ih siap-siapnya kayak cewek mau ketemu mertuanya aja."

"Masa cowok siap-siap nya nggak boleh lama?? Lagian ntar kalo abang penampilannya keren kamu juga yang seneng jalan sama abang!" Dengan pd nya Kenzie mengucapkan hal tersebut.

Naura mencubit pelan perut Kenzie lalu berlari meninggaalkan kakaknya itu. "Abang pd nya tolong dikurangin!!" Suara Naura menggema di ruangan itu.

Sedangkan Kenzie hanya bisa tertawa melihat tingkah adik semata wayangnya itu.

...🌼🌼🌼...

Sudah cukup lama kakak beradik itu mengelilingi mall terbaik di Ibu kota itu.

Tujuan mereka rela mengelilingi mall tersebut ialah untuk membeli beberapa barang untuk keperluan surprise malam ini.

Yap. Malam ini mereka akan mengadakan suprise ulang tahun ke 45 mama tercinta mereka. Tak hanya kue tart yang mereka beli, namun beberapa dekorasi pemercantik ruangan dan tak lupa kado juga mereka beli.

Tak heran mereka mengunjungi hampir seluruh toko di 7 lantai ini. Tapi jika untuk sang mama pengorbanan segitu masih terbilang kecil kalau dibanding pengorbanan ibu selama mengasuh mereka.

Tapi ya namanya Naura pasti akan mudah mengeluh apalagi jika disuruh berjalan sejauh itu. Apalagi ia harus menyeimbangkan langkah Kenzie yang bisa dibilang cukup lebar itu.

"Bang elah, kalo jalan pelanin dikit napa?!" Naura kesal karena lelaki itu tak kunjung memelankan langkahnya.

"Bukan abang yang kecepeten kalo jalan, tapi kamu aja yang jalannya lama." Akhirnya Kenzie memberhentikan langkahnya menunggu adiknya yang tertinggal cukup jauh itu.

"Sini-sini abang gandeng biar kelihatannya aja kamu nggak jomblo." Kenzie menyelipkan jari tangan kirinya ke jari tangan kanan Naura.

"Si*lan emang si abang!" Kesal Naura.

"Mau kemana lagi bang habis ini??" Tanya Naura setelah cukup lama terdiam dan hanya mengikuti langkah Kenzie.

"Beli cake dong. Masa iya birthday party gaada cake nya."

"Oh yauda kalo gitu coba aja beli disana." Jari Naura menunjuk kearah toko roti yang terletak tak jauh dari mereka berdiri.

Tak ada salahnya juga kan mencoba. Mungkin saja di toko itu ada cake yang bisa menarik perhatian keduanya. Pastinya bukan cake coklat. Karena mama mereka sangat anti dengan yang namanya coklat. Berbeda dengan Naura yang bisa dibilang pecinta coklat itu.

Disana mereka disuguhkan berbagai macam jenis roti. Naura dan Kenzie berjalan memilih cake untuk sang mama. Dan akhirnya perhatian mereka jatuh di cake berwarna merah itu. Red velvet.

Kali ini selera mereka sama. Tidak seperti biasanya yang mengharuskan salah satu dari mereka mengalah. Ya terkadang seperti itulah indahnya persaudaraan.

"Mana sini abang bawain cake nya!" Kenzie meraih kantong plastik berisikan cake yang Naura bawa itu.

"Sebagai gantinya, kamu bawa ini ya cantik." Seperti biasa tidak ada yang gratis di kamus hidup Kenzie. Naura hafal sampai ke akar-akar nya sifat abang nya yang satu itu.

"Iya-iya abang ku yang paling ganteng!!" Dengan kesal, terpaksa Naura meraih satu kantong kresek dan 2 papper bag dari Kenzie. Gimana nggak kesel coba, dia yang cewek malah disuruh bawa barang sebanyak itu. Eh si abang cuma bawa satu kresek. Sialan ga tuh??

"Good girl." Kenzie menepuk pelan puncak kepala Naura menggunakan tangan kanan nya yang sedang tidak membawa apapun. Senyum jelas tercetak di bibir lelaki itu. Dan itulah yang membuat Naura semakin kesal.

"Yuk cantik." Kenzie melangkahkan kaki mendahului Naura yang masih kesal di tempatnya.

"Sumpa deh kalo nggak ada hukum ham pasti udah gue kulitin tuh abang tersayang." Gerutu Naura. Sesaat kemudian Naura baru melangkahkan kaki menyusul Kenzie yang sudah cukup jauh di depannya.

Naura sedikit mempercepat langkah. Pasalnya Kenzie tak kunjung memelankan langkah kakinya. Malahan sesekali Kenzie menyerukan 'Ra kalo jalan jangan kek siput dong!' tak hanya itu, tapi juga 'Kalo lama ntar kamu yang dekor ruangan sendiri loh!'. Nah tuh siapa coba yang ngga kesel.

Entah ini hari sial bagi Naura atau apa, tapi Naura percaya kalau hari ini adalah hari sialnya. Saat ia berlari kecil dengan emosinya sudah tak karuan gara-gara si abang rese, ada juga yang menambahi kekesalannya. Tiba-tiba ada seseorang yang berlari berlawanan arah dengannya dan,

Brakkk....

Kedua orang itu terjatuh ditengah keramaian mall. Barang yang Naura bawa pun keluar dari tempatnya.

"Eh sorry gue nggak sengaja." Ujar seseorang yang Naura tidak ketahui siapa. Orang itu spontan membantu Naura memberesi barang bawaannya.

"Makasih." Ucap Naura tanpa melihat orang yang menabraknya itu. Ia sendiri tak ingin tau siapa orang tersebut. Tanpa mempedulikan orang itu, Naura kembali melangkahkan kaki nya menyusul Kenzie yang entah sudah berada dimana itu.

Lelaki itu hanya menatap kepergian Naura. "Gitu doang responnya??" Herannya.

Tidak seperti cerita orang diluar sana yang biasanya saat pertemuan pertama kedua pihak bisa langsung jatuh pada pandangan pertama. La ini, boro-boro jatuh cinta, orang natap muka nya aja enggak.

"Oi Gib, Ayo!!" Seru lelaki yang berdiri cukup jauh darinya.

"Iya, iya bentar!" Sahut Gibran. Ya, nama seseorang yang menabrak Naura ialah Gibran. Seseorang yang sama sekali tidak ia harapkan kedatangannya.

...🌼🌼🌼...

Pukul 23.30 kedua kakak beradik itu masih sibuk menyiapkan mini party untuk mama mereka. Mereka baru mempersiapkan beberapa saat lalu karena takut ketahuan sang mama. Karena kalau mama mereka tau jadinya surprise mereka pasti gagal. Makanya mereka baru memulai mempersiapkan beberapa saat setelah mamanya itu terlelap dalam tidurnya.

Terkadang Naura kasihan kepada mamanya, karena menjadi single parent tidak lah mudah bagi wanita berusia menginjak 47 itu. Berangkat pukul 7 pagi dan pulang pukul 7 malam. Bahkan jika lembur mama Naura akan pulang lebih larut lagi. Karena menjalankan sebuah butik tidaklah semudah kelihatannya. Apalagi mama Naura juga menyediakan jasa Wedding organizer.

"Yay selesai!" Naura menatap ruang keluarga yang telah disulap dengan beberapa dekorasi birthday party. Senyum merekah dibibir nya.

Kenzie menatap adik semata wayangnya itu. Tanpa sadar ia juga melengkungkan senyumnya.

"Semoga mama suka ya, Ra."

Naura mengangguk semangat. "Mama pasti suka kok bang."

Setelah menunggu selama 7 menit akhirnya Naura mengendap-endap memasuki kamar sang mama. Sedangkan Kenzie memiliki tugas tersendiri.

Tidur Claudia -Mama Naura- terlihat sangat pulas sampai-sampai Naura tak tega untuk membanguni nya. Tapi ya mau gimana lagi. Dengan berat hati Naura harus tetap menjalankan rencananya.

Beberapa saat kemudian lampu di rumah Naura seketika padam. Ini juga termasuk di daftar rencana surprise yang mereka lakukan. Ya tugas pertama Kenzie ialah memadamkan listrik rumah tersebut.

Tak mau lama-lama Naura langsung berlari kecil menghampiri Claudia.

"Ma, Mama Naura takutt!!" Dengan nada bergetar Naura menggoyangkan tubuh Claudia.

"Lampu mati ma, Naura takut ke toilet. Naura kebelet pipis ma!!" Imbuh nya.

Tak lama kemudian Claudia membuka matanya. Gelap itulah yang netranya tangkap. Tak heran jika Naura yang tadinya ketiduran di ruang tamu itu langsung membangunkannya.

Ya karena sebelum ia tidur, Claudia melihat kedua buah hatinya itu tertidur di sofa selepas menonton film bersama. Kurang lebih seperti itu anggapan Claudia.

"Yaudah yuk mama anter." Claudia beranjak dari kasurnya, lalu melangkah dengan tangan menggandeng Naura.

Rencana 1 berhasil. Di dalam gelap Naura melengkungkan bibirnya.

Saat keluar kamar, indra pendengaran kedua perempuan itu menangkap bunyi piano dari sebuah lagu yang cukup mereka kenali. Lagu Bunda. Ya inilah tugas kedua dari Kenzie. Memainkan piano.

Claudia terhanyut dalam melodi piano Kenzie, hingga ia tak sadar bahwa Naura sudah tak berada disampingnya. Karena Naura harus menjalankan tugas menyalakan saluran listrik di rumah itu.

Klik

Lampu kembali menyinari setiap ruangan yang terdapat istana kecil keluarga Naura.

Claudia takjub dengan apa yang pengelihatannya itu tangkap. Ruangan itu, permainan piano Kenzie, dan juga cake yang sudah siap di meja kecil di tengah ruangan tersebut.

Kenzie segera mengganti lagu yang ia mainkan menjadi lagu happy birthday. Kali ini ia dan juga Naura membuka suara mengiringi melodi tersebut.

Seketika air mata itu lolos dari pelupuk mata Claudia. Ia terharu, sangat-sangat terharu dengan apa yang kedua buah hatinya itu lakukan. Di dalam lubuk hatinya Claudia sangat bersyukur dikaruniai anak seperti Kenzie dan juga Naura.

Tak hanya Claudia, Naura juga meneteskan air matanya. "Selamat ulang tahun Mama." Lirihnya. Tanpa pikir panjang Naura langsung memeluk Claudia.

Suasana haru menyelimuti rumah berlantai dua malam ini.

Kenzie melangkahkan kaki mendekati kedua perempuan terpenting dihidupnya itu. Sekarang giliran Kenzie yang memeluk Claudia. "Happy birthday Mama cantik." Ucap Kenzie yang diakhiri senyuman itu.

Kini usia Claudia genap 47 tahun. Terbukti dari lilin yang berdiri diatas kue itu menunjukkan angka 4 dan 7.

"Terimakasih sebanyak banyak nya sayang nya mama. Kenapa harus sampai serepot ini kalian nyiapinnya."

"Ini belum seberapa ma dibanding pengorbanan mama selama ini buat kita." Jawab Kenzie.

Naura mengusap air mata nya. "Yaudah yuk ma sekarang waktunya mama potong kue."

"Eits. Make a wish dulu ma." Timpal Kenzie. Claudia segera melakukan hal tersebut.

Cukup banyak doa yang Claudia ucapkan di saat milad nya ke 47 tahun ini. Salah satunya ialah semoga ia bisa menemani kedua buah hatinya ini menemukan teman hidup masing-masing.

Dalam 47 tahun ia hidup, Claudia sudah banyak menerima luka dalam hidupnya. Luka terdalam ialah ia harus kehilangan suami tercintanya disaat umur kedua buah hatinya belum menginjak remaja itu. Luka itu lah yang sampai sekarang masih membekas dihati Claudia. Dan hanya satu yang bisa ia lakukan saat ini. Ikhlas.

10 tahun belakangan ini ia harus mendidik dan menghidupi keluarga kecilnya itu sesuai kemampuannya. Karena sudah saat nya ia bangkit dari luka itu.

Tak ada yang lebih membahagiakan di hidup Claudia kecuali melihat anak-anaknya senang. Dan ia sangat berharap semoga luka itu tak kembali hadir dikehidupan mereka. Luka masa lalu yang cukup ia kubur dalam-dalam. Semoga saja.

Malam itu tercatat sebagai malam bahagia di kehidupan Naura. Meskipun seperti ada yang kurang, namun Naura sudah cukup bahagia.

Meskipun dengan hal sederhana, kita pun bisa bahagia. Tergantung bagaimana cara kita menilai nya.

Birthday party Mama Naura 100% sukses.

...🌼🌼🌼...

......To Be Continued ^ ^......

...Jangan lupa Tinggalkan jejak ❤️...

Awal Mula

..."Pada dasarnya manusia itu makhluk sosial. Banyak yang mengatakan jika kamu tidak ingin dirugikan maka jangan merugikan. Oleh karena itu, kata timbal-balik selalu berlaku disekitar kita. "...

...-Naura Azkia P-...

...🌼🌼🌼...

Hari itu entah karena apa guru yang mengajar di kelas Naura tidak hadir. Senang?? Tentu saja. Murid mana yang tidak senang dengan hal ini. Free class akan selalu menjadi favorit setiap murid.

Kelas itu langsung ricuh seperti di dalam pasar. Suara, teriakan itu bersahut sahutan. Ditambah lagi salah seorang siswa memutar lagu dan dihubungkan ke sound sistem milik kelas.

Naura hanya mengamati setiap gerak-gerik yang dilakukan teman sekelasnya itu. Ia hanya bisa menghela nafas.

Naura bukan tipikal murid yang hiperaktif seperti mereka. Bukan juga siswi ansos yang tidak pandai bersosialisasi. Karenanya Naura adalah Naura. Seorang yang cukup pandai bergaul tapi bukan pada orang yang tidak kenal. Jika kalian sekelas dengan Naura pasti kalian paham.

Oleh karena itu Naura memilih melakukan kegiatan yang membuat nya senang. Tapi kalian salah jika mengira Naura memilih belajar dalam keramaian tersebut.

Pada nyatanya Naura tak serajin siswi berperingkat satu dikelasnya. Bukan karena ia bodoh dalam pelajaran, malahan Naura termasuk dalam jajaran siswi pintar di kelasnya. Peringkat lima di semester lalu. Lumayan bukan??

"Ra, lo ngapain??" Tanya siswi yang duduk sebangku dengan Naura.

Naura mendongak. Karena sejak beberapa menit lalu ia menunduk kan kepala dengan menggunakan ujung meja sebagai tumpuan dahinya.

"Baca manga." Seperti yang kalian lihat, bahwa Naura termasuk dalam list siswi wibu dikelasnya. Menurut Naura, membaca manga itu suatu hal yang bisa mengusir kebosanan dihidupnya.

Alissa menghela nafasnya. "Gue kira lo belajar ulangan PKN nanti." Yap. Alissa adalah teman sebangku Naura sejak mereka duduk di bangku kelas 10 SMA. Siswi yang sudah menjadi teman dekatnya selama ini.

"Emang PKN ntar ulangan??"

"Iya Ra, jangan bilang lo lupa?"

"Iya beneran gue lupa." Naura menghela nafasnya. "Tapi yaudah sih kalo ulangan. Lagian kalo gue tau sebelum lo kasih tau belum tentu juga gue belajar."

Naura tersenyum manatap Alissa. Lalu ia menepuk-nepuk pelan bahu gadis itu. "Semangat belajar ya Sa, ntar lo harus bantuin gue waktu ulangan. Kan katanya lo baik. Ya? Ya??"

Alissa berdecak mendengar kata kata yang sering terlontar dibibir Naura. Dan ia hafal betul apa yang terjadi setelah itu. Naura akan selalu menyalin jawabannya.

Bukannya menolak, malahan Alissa dengan sukarela memberikan jawaban tersebut. Karena saat ulangan matematika Naura lah yang biasanya membagi jawaban. Ya seperti itulah mereka saling membantu dalam segala hal. Termasuk ulangan. *Jangan ditiru ya guys! :v

"Iya-iya. Biasanya juga gimana. Yaudah gue belajar dulu, jangan ganggu."

Senyum merekah dibibir Naura. "Ganbatte Alissa cantik!!"

Tak lama setelah itu kelas yang awalnya seperti pasar seketika menjadi senyap. Banyak dari mereka yang sudah bosan, dan akhirnya mereka memilih untuk terlelap atau masih betah dengan ponsel miring itu. Tak terkecuali manusia yang suka rumpi, mereka juga sudah tak mengeluarkan suaranya.

Seperti halnya Naura yang sudah tak tau harus melalukan apa disaat ini. Pasalnya free class masih berlangsung hingga 30 menit kedepan tepat sebelum jam istirahat pertama.

Akhirnya Naura memutuskan beranjak dari kursinya dengan membawa buku pelajaran. Bukan karena ia ingin belajar, tapi karena ada sesuatu yang ia selipkan didalam buku tersebut.

"Mau kemana lo?!" Tanya Alissa yang melihat Naura sudah berdiri di samping kiri bangkunya dengan buku yang ia bawa.

"Lo mau ikut??"

"Nggak ah mager gue."

Naura mengedikkan bahunya, "Yauda kalo gitu. Gue duluan ya?!" Setelah mengucapkan itu Naura langsung berjalan meninggalkan kelas.

"Dia mau kemana??" Serinda yang duduk di depan bangku Naura akhirnya mengangkat suara. Efek baru bangun tidur ia sedikit merenggangkan otot tangan yang sedari tadi ia gunakan untuk tumpuan kepalanya.

"Sayang nya gue bukan cenayang yang bisa njawab pertanyaan yang gue sendiri gatau jawabannya apa."

"Eh dasar!!" Serinda sesekali menguap. Karena menurut nya tidur selama 30 menit tadi itu belum cukup. "Gue mau bocan dulu ye Al. Ntar kalo istirahat jangan lupa bangunin gue!!"

Dilain tempat, Naura harus menelan kekecewaan nya. Lapangan basket outdoor yang ia kira kosong itu sekarang sudah berisi beberapa orang.

Bukan karena ada alasan khusus Naura memilih tempat ini. Pasalnya menurut Naura kursi yang terletak di pinggir lapangan itu sangat cocok ia gunakan untuk menuliskan beberapa hal. Udara disana cukup sejuk. Dan juga terdapat banyak pohon mengelilingi area lapangan. Namun hal itu jika lapangan basket sedang kosong. Bukan seperti hari ini.

Naura mendengus. Ia cukup kesal karena untuk kesini ia butuh pengorbanan. Kelas Naura yang berada di lantai 2 itu membuat nya harus ber-susah payah menuruni berpuluh anak tangga.

Tanpa mempedulikan suara dilapangan Naura mengeluarkan buku silver dari dalam buku pelajaran yang ia bawa. Lalu ia langsung mencoretkan beberapa kata yang ada di pikirannya.

Mungkin tak ada yang menyadari kehadiran Naura disana. Dan itu cukup menguntungkan Naura, sehingga tak ada yang mengusik ketenangannya.

Ya seperti itulah Naura. Terkadang ia suka dikeramaian, terkadang pula ia suka dengan suasana penuh ketenangan seperti ini.

Beberapa saat setelah Naura menyelesaikan tulisannya tiba-tiba suatu insiden itu berhasil membuatnya naik darah.

Duk!

Bola berwarna oranye itu tepat mengenai dahi Naura dan memantul kebawah sehingga mengakibatkan buku yang ia bawa terjatuh.

Sesaat Naura memejamkan matanya. Mereda emosi yang saat itu bisa menerkam sang pelaku.

Tak lama setelah itu Naura mendengar suara langkah kaki mendekat kearah nya.

"Lo nggak pa-pa??" Suara berat itu terdengar diindra pendengaran Naura. Perlahan Naura membuka matanya. Kedua netra itu bertemu.

Dapat Naura lihat seorang laki laki berseragam basket itu menyentuh pelan dahinya. Raut bersalah pun dapat Naura lihat dari tatapan matanya. Siapa coba yang melakukan hal itu tidak merasa bersalah?? Kalaupun ada berarti orang tersebut ada masalah dengan hatinya.

Pelan namun pasti Naura menepis tangan lelaki itu. "Nggak pa-pa." Balas Naura singkat.

Lelaki yang Naura tak ketahui nama nya itu menyerngit. "Seriusan?? Gue yakin itu sakit banget."

Emang sakit bego. Namanya juga kena bola basket. Naura hanya bisa mengucapkan itu dalam hatinya.

"Yuk ikut gue ke Uks. Biar bisa gue obatin." Lelaki itu masih mencoba membujuk Naura dengan halus. Tapi gadis itu tetap kekeh dengan pendirian nya. Raut wajahnya pun tetap datar.

"Nggak usah. Gue bisa kesana sendiri!" Naura beranjak dari duduknya, meraih pelajaran yang sempat terjatuh. Lalu segera melangkahkan kaki meninggalkan lelaki itu.

"Eh tunggu-tunggu." Lelaki itu menjeda ucapan pelannya. Terlihat jelas cerngitan terbentuk didahi nya itu."Bukannya itu cewek kemarin??!" Tanya nya lebih kepada dirinya sendiri.

"Oi Gib!!" Seruan itu berhasil membuat lelaki itu menoleh.

"Ada yang luka ngga??" Tanya seorang laki-laki yang memiliki tinggi hampir sama dengan Gibran. Aziel namanya.

Gibran hanya mengedikkan bahu. "Tau. Gue ajak ke uks aja malah nolak."

"Emang dia siapa sih?? Kalian tau??" Lanjut Gibran dengan mengamati ketiga laki laki yang berada di sekitarnya itu. Bukan karena apa, ini Gibran hanya sedikit kepo dengan seorang siswi yang tidak menunjukkan respon seperti kebanyakan perempuan jika didekatnya.

Mendengar itu sontak ketiga lelaki di dekat Gibran itu menahan tawa.

"Sejak kapan pesona seorang Gibran tidak mempan dimata cewek?!" Celetuk lelaki yang bernama Darel itu.

Gibran berdecak. "Anjay!! Gue tu nanya serius!!"

"Yaelah bro, santuy. Lagian kita bukan kesiswaan yang hafal siswa disini!!" Kata Mahesa.

"Emang kalo lo tau dia siapa mau lo apain Gib?!" Aziel menatap Gibran. Ia sedikit heran dengan temannya yang satu ini.

Pasalnya selama ini seorang Gibran tidak pernah mencari-cari cewek. Yang ada ia yang di cari para kaum hawa. Dan semua cewek yang mendekatinya diberi respon yang baik oleh Gibran.

Namun Gibran tidak pernah melibatkan perasaan saat berhubungan dengan cewek cewek itu, hubungan mereka pun hanya bertahan 1-2 hari saja. Bener-bener fakboy sejati.

Gibran mengedikkan bahu. Ia sendiri tak tau kenapa tiba tiba penasaran dengan cewek itu. Atau mungkin sifat gadis itu mempunyai daya tarik sendiri bagi Gibran?!

"Haish!! Lupakan aja pertanyaan gue tadi!" Ujar Gibran karena ia sendiri tidak tau jawaban apa yang patut ia lontarkan.

Lalu, Gibran mengeluarkan jam dari saku celana nya. Setelah melihat angka yang ditunjuk jam tersebut ia melempar tatapan ke penjuru lapangan yang masih berisi beberapa anak basket. "Udah jam 10 kurang 5 menit. Latihannya kita lanjut besok!!" Seru Gibran dengan suara yang cukup keras.

"Asiap boscu!!" Seru beberapa orang disana. Mereka pun langsung menuju samping lapangan untuk mengemasi barang.

Gibran menegak air mineral di tasnya itu, hingga tak tersisa. Tak seperti anggota lain yang sudah meninggalkan lapangan yang cukup panas itu. Gibran masih duduk di tepi lapangan.

Gibran menyergitkan dahi saat melihat benda di sebrang lapangan. Saat itu juga ia segera membawa tas nya menghampiri benda yang tergeletak dibawah kursi itu.

"Apa ini?!" Gibran membolak balikan buku kecil berwarna silver itu. Karena penasaran, akhirnya ia memberanikan diri membuka halaman pertama.

Disana tertulis,

...PRIVASI!! ...

...YANG BERANI BACA BUKU INI GUE HARAP DAPAT KARMA!! ...

...KALO MAU CARI BAHAN BACAAN CARI AJA DI PERPUS SANA!!...

...GUE GA IKHLAS POKOKNYA!!...

...Tertanda :...

...Naurazkia...

Karena tak bisa menahan tawa, Gibran langsung frontal mengeluarkannya. Padahal kan kata-katanya gaada yang lucu?! Atau sereceh itukah selera humor Gibran??

"Naura ya?! Sampai jumpa di pertemuan ketiga kita cantik!!" Seketika senyum miring tercetak diwajah Gibran.

...🌼🌼🌼...

...JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK ❤️...

...To Be Continued...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!