NovelToon NovelToon

CINTA SETELAH AKAD

Perkenalan.

Aku Ataya Putri Adnan, berusia 25 tahun, Putri pertama dari Ayahku Hardian Adnan, dan Bundaku Aisyah.

Aku mempunyai satu Adik laki-laki, Zaydan Putra Adnan, namanya. Umurnya yang terpaut 8 tahun lebih muda dari ku, membuat kita sering berselisih paham, hanya sebuah hal sepele.

Kami berdua tidak pernah akur, selalu ada keributan dan kehebohan saat kita berada dalam satu tempat yang sama.

Sifat Zaydan yang jahil, dan aneh. Selalu membuat ku kesal dan naik pitam jika terlalu lama berdekatan dengannya.

Namun menurut kedua orang tuaku. Rumah akan sangat terasa sepi jika kami terkesan akur dan tidak membuat masalah apapun.

Dan sampailah di hari itu. Hari dimana Aku akan di jodohkan dengan seorang laki-laki asing, yang tak lain adalah anak dari teman Ayah dulu.

Bunda selalu mengatakan, jika umurku sudah cukup untuk segera membina rumah tangga.

"Teh, nanti Bunda kenalin sama anaknya temen Ayah, oke?" Kata Bunda dengan senyum lembut menyejukan hati.

Senyuman indah yang membuat aku jadi tidak bisa menolak setiap permintaannya.

"Temen Ayah yang mana, Bun?" Aku masih berusaha biasa saja, meski sesungguhnya aku merasa sangat terkejut.

"Yang di Jakarta. Orangnya baik, ganteng, sudah mapan juga, ... jadi bisa nafkahin kamu." Bunda terus menjelaskan.

"Iya mapan, bisa menafkahi. Tapi dianya suka Teteh nggak? gimana kalo dia nggak suka?" Aku berusaha menolak, tapi entah dengan cara apa aku menolak permintaannya yang satu ini.

"Nanti mereka kesini, langsung lamar kamu."

Ucapan itu mampu membuat pikiran juga perasaan ku buyar seketika.

"Tapi kayanya Teteh belum mau nikah, masih mau disini sama Ayah, Bunda. Teteh belum siap nikah, ... suwer. Tadi kata Bunda mau kenalan aja, kok langsung lamaran."

Bunda senyum, meraih tangan ku, lalu menggenggamnya erat.

"Maaf ya Teh. Sebenernya ini rencana Ayah, tapi Ayah nyuruh Bunda biar nggak ngomong sama Teteh dulu!"

Setelah mendengar penjelasan itu aku hanya bisa diam. Tidak ada yang bisa aku lakukan, terlebih semua keinginan ku saja selalu mereka penuhi, apa aku akan berubah menjadi anak tak tahu diri? jika aku menolak salah satu keinginan dari mereka.

"Gimana? mau yah?" Senyum dengan raut wajah bahagia itu kembali terlihat.

Sepertinya kali ini aku benar-benar tidak bisa menolak.

"Iya deh, Teteh nurut aja gimana baiknya. Teteh ikhlas!"

Setelah aku menjawab itu. Senyum di bibir Bunda semakin merekah, lalu mendekat dan meraihku sampai aku berada di dalam pelukan penuh cinta dan kasihnya.

"Insyaallah ini baik, Teh. Pilihan Ayah untuk Teteh!" Bunda menepuk-nepuk punggung ku lembut.

Dan setelah itu aku hanya mengangguk, tersenyum, berusaha mengerti keinginan kedua orang tua ku.

Namun tiba-tiba saja pikiran ku berkecamuk, apa Bunda malu memliki anak gadis yang sudah cukup umur tapi masih belum menikah?

Ya, memang 25 tahun bukan lagi usia muda, apalagi untuk seorang anak gadis seperti aku ini.

Sekarang aku merasa seperti sedang hidup di novel-novel yang ku baca. Setiap pemeran utama akan di jodohkan oleh orang tuanya, hanya untuk memperkuat bisnis, atau tali persahabatan mereka agar tidak terputus.

Jujur saja aku sedikit takut. Bagaimana jika orang yang hendak di jodohkan dengan ku tidak memiliki perasaan, dan bagaimana mana pula jika dia memiliki seorang kekasih, atau bahkan calon istri? cinta mereka kandas hanya karena sebuah keserakahan orang tua.

Jangan tertawa. Aku memang jomblo seumur hidup. Tapi ini adalah pilihan, bukan karena tidak ada seorang pemuda yang mendekati ku. Seperti omongan ibu-ibu tetangga rumah, yang di setiap ucapannya memiliki level kepedasan tertinggi.

Mengerikan bukan?

Tidak sedikit yang mendekat, menyatakan cinta kepada ku. Dari teman kuliah, orang-orang yang pernah menjadi teman kecil ku, bahkan dosen.

Tapi aku tetap menolak mereka, karena aku tahu, menjalin hubungan itu hanya akan membuat hati kita hancur jika semuanya tak sejalan dengan apa yang kita inginkan.

Sekarang Ayah menjodohkan aku dengan anak temannya. Apa dia lebih muda? tua? atau seumuran?

Aku benar-benar tidak tahu siapa yang akan menjadi suami ku nanti.

Sebenernya ini bukan masalah. Entah itu tua atau muda, tampan atau jelek, aku hanya perlu memiliki suami baik, dan penuh pengertian seperti Ayah.

Tapi jika tua, tidak apa-apa. Asal ganteng seperti tokoh-tokoh novel favorit ku.

Sudahlah, ke jombloan ku berawal dari suka membaca novel, sampai aku terjun lebih dalam, dan mengharapkan pasangan seperti tokoh-tokoh di dalamnya.

Anehnya aku tak menginginkan seorang pacar di kehidupan ku seperti teman-teman yang lain.

Apa aku tidak normal? entahlah aku pun tidak tahu.

Menikah adalah ketakutan terbesar ku. Bagaimana jika aku mempunyai mertua yang sangat jahat, yang suka menindas menantunya jika anak mereka sedang tidak ada.

Mudah-mudahan saja tidak begitu. Aku harap Ibu mertua nanti baik hati seperti Bunda.

Pikiran ku memang sudah benar-benar tercemar dengan apa yang ada di dunia hayalan ku.

Tapi dengan banyak membaca novel. Aku tidak pernah galau seperti teman-teman kuliah ku dulu. Bahkan mereka menagis hanya karena satu laki-laki yang mereka cintai.

Menurut ku itu tidak logis, dan sedikit memprihatinkan.

Semoga ini yang terbaik, apapun keadaannya nanti. Aku harap semuanya akan bahagia, termasuk Ayah dan Bunda.

Zaydan pun harus bahagia, bagaimana juga dia tetap Adik ku, ya walaupun tingkahnya sangat menyebalkan, tapi dia adalah anak yang berbakti kepada kedua orangtua kami.

......................

Hi guys, this is my first novel. Hope you like it :)

(Lamaran)

Dan tibalah pada hari ini. Hari yang sangat Hadian tunggu-tunggu. Hari yang akan menjadi momen yang sangat indah bagi keluarganya, terutama dia juga Ruli yang berhasil menyatukan kedua anak mereka, tanpa penolakan apapun.

Semua orang rumah telihat di sibukan dengan segala persiapan. Ada Nita sang asisten rumah yang sibuk memasak untuk hidangan hari ini, juga Aisyah yang sibuk mondar-mandir dari pagi hanya untuk memastika semuanya tertata dengan sempurna, bahkan beberapa orang terlihat sedang mempersiapkan segala hal agar rumah itu terlihat indah.

Dan jangan lupakan si tengil Zaydan. Remaja tampan itu hanya sibuk mengganggu Ataya. Zaydan keluar masuk kamar Kaka perempuannya, hanya untuk mengatakan jika gadis yang sedang bersiap-siap itu kini terlihat lebih jelek dari pada biasanya.

Setelah selesai memastikan semuanya sudah selesai, Aisyah berjalan ke arah pintu kamar Ataya, dan mengetuknya beberapa kali.

Tok tok tok!!

"Teh? bagaimana? sudah siap apa belum?" Aisyah berbicara tepat didepan pintu kamar Ataya.

Ataya yang mendengar pintu kamarnya diketuk beberapa kali menoleh.

"Masuk, Bunda. Aya sudah selesai!" Ataya menjawab.

Pintu kamarnya tampak terbuka perlahan, dan munculah Aisyah dengan senyum hangatnya seperti biasa.

"Duh, cantik banget anak Bunda." Puji Aisyah dengan raut wajah berbinar.

Dia berjalan mendekat, menatap wajah putri sulungnya lekat-lekat, dengan senyum yang tak hentinya tersungging.

Brak!

Pintu kamarnya kembali terbuka dengan sangat kencang, bersamaan dengan itu Zaydan muncul, dengan senyum jahil seperti yang selalu dia lakukan.

"Bohong, ... Bunda bohong! Teteh jelek banget. Jelek- sejelek jeleknya! Asli mirip ondel-ondel." Zaydan tertawa kencang.

Sementara Ataya terlihat sangat kesal.

"Mereka lucu ya, Bu?" Seorang MUA berkata.

Aisyah tersenyum, lalu mengangguk.

"Begitulah, setiap hari ribut begini." Jelas Aisyah.

"Dasar laknat! Aing kutuk jadi batu daek, hah!?"

(Dasar laknat! saya kutuk jadi batu mau, hah!?)

Ataya menunjuk Adik laki-lakinya dengan emosi yang mulai berkobar. Bagaimana tidak, sedari tadi dia sudah benar-benar mengganggunya.

Aisyah yang menyadari Ataya sudah naik pitam pun menyentuh pundaknya, lalu mengusap dengan sangat perlahan.

"Ihh, sana! jangan ganggu Teteh kamu dulu, umur sudah tujuh belas tahun masih suka iseng aja. Mau Bunda sentil atau bagaimana?" Aisyah memperingati.

Zaydan tersenyum lebar, seperti tak merasa takut sedikit pun kepada Kaka perempuan atau ibunya itu.

"Dih jelek! dasar jelek, ... Teteh jelek!" Zaydan terus berbicara, dan baru berhenti setelah anak remaja itu benar-benar keluar dari dalam sana.

Ataya menghela nafasnya kencang, dia cemberut.

"Sudah jangan di denger, Zaydan kan memang begitu!" Aisya mendorong Ataya untuk kembali duduk, setelah beberapa menit lalu berdiri hanya untuk mendekati Zaydan.

"Habisnya dari pagi, Bun. Zaydan gangguin Teteh terus, ... kan kesel, Bun jadinya." Sahut Ataya.

Wanita paruh baya yang sudah terlihat sudah siap dengan riasannya itu hanya tersenyum, sambil terus mengusap-usap tangannya.

"Kalian itu, yah! kalau nggak ada suka nyariin. Kadang Zaydan yang nyariin, Teteh nya dimanalah, atau Tetehnya yang nyariin Zaydan kemanalah, ... kaya Tom and Jerry." Aisyah terkekeh.

Tiba-tiba saja pintu kamar Ataya kembali terbuka, dan munculah Hardian.

"Teteh udah siap?" Hardian bertanya.

Ataya menjawab dengan sebuah anggukan pelan.

"Wih udah cantik euy!" Hardian memuji, dia terus tersenyum, menatap putri sulungnya dalam tampilan yang sangat berbeda.

"Teteh kan memang cantik, Ayah!" Ataya tersipu malu.

Hardian hanya mengangguk, kemudian dia beralih kepada sang istri.

"Masih belum datang?" Dia bertanya kepada suaminya.

"Sebentar lagi, mereka baru saja melewati perempatan lampu merah kesatu, ... ayo Bunda ikut Ayah dulu!" Hardian menggerak-gerakkan tangannya, meminta sang istri agar segera mendekat.

Aisyah menuruti Hardian, dia segera mendekat, dan meraih tangan suaminya yang terulur, hingga keduanya keluar dengan keadaan tangan yang saling menggenggam satu sama lain.

Melihat itu Ataya hanya tersenyum.

Lihatlah betapa besar cinta yang mereka miliki? bahkan sampai saat ini pun cinta Ayah untuk Bunda masih jelas terlihat, begitu pun sebaliknya.

Ataya membatin.

"Ataya! sebentar lagi kamu mau dilamar. Entah itu dengan pria seperti apa? ganteng? putih? tinggi? atau pendek? itu tidak masalah, yang penting sayang sama kamu, dan tentunya Ayah sama Bunda setuju!" Dia bermonolog, menatap dirinya sendiri dari pantulan cermin.

***

Jam sudah menunjukan pukul sembilan, dan suasana diluar kamar sana sudah terdengar sangat ramai, itu jelas membuat hati Ataya semakin berdebar-debar.

"Apa sudah datang yah!?" Ataya mulai cemas.

Dia gugup.

"Duh, kok malah semakin dag-dig-dug ini!" Cicit Ataya kembali.

Ataya bangkit dari duduknya, berjalan mondar-mandir tak tahu arah, sampai dia terkaget-kaget saat pintu kamarnya terdengar di ketuk dari arah luar.

Tok tok tok!

Cukup lama Ataya menatap ke arah pintu kamarnya, sampai sebuah ketukan kembali terdengar.

"I-iya masuk saja! nggak di kunci." Ataya menjawab.

Pintu kamar pun terbuka, dan tampaklah Bi Nita menyembul kepala, sebelum dia benar-benar membuka pintu kamar anak majikannya lebar-lebar.

"Teh? hayu udah di tungguin." Nita berujar.

Ataya mengangguk, gadis yang sudah siap dengan riasan flawles itu berjalan mendekat.

"Ahh, ... i-iya Bi! tapi perasaan aku lagi nggak karuan." Dia berterus terang.

Nita tersenyum.

"Memang begitu. Nggak cuma Teteh, semua orang yang mau di lamar pasti gugup, termasuk Bibi yang dulu mau di lamar sama si Mamang." Katanya.

"Begitu yah?" Ataya ragu.

Nita pun tersenyum, lalu mengulurkan tangannya, dan diraih Ataya sampai tangan mereka saling menggenggam.

"Udah cantik, nggak usah gugup. Calon suaminya pasti klepek-klepek." Nita mencoba membuat suasana sedikit mencair.

Ataya keluar dari dalam kamarnya dengan perasaan yang tak bisa di jabarkan dengan kata-kata.

"Kalo gugup, ... tarik nafas lewat hidung, lalu buang lewat mulut."

Ataya mengangguk, dan dia pun melakukan hal yang Nita sarankan.

"Sok, ... tarik ... tarik ..."

"Buangnya kapan atuh, Bi! keburu meninggoy kali tarik nafas terus tapi nggak di buang-buang." Ataya menggerutu.

Nita hanya tertawa, melihat tingkah konyol Ataya yang saat ini terlihat begitu gugup.

Suasana rumah itu terdengar begitu ramai. Riuh beberapa orang yang sedang berbincang-bincang jelas terdengar. Ataya berjalan begitu anggun, menggenakan kebaya berwarna rose gold, dengan bawahan kain batik berwarna hitam dan memiliki lukisan batik berwarna emas, tak lupa kerudung pasmina berwarna serupa, hingga membuat Ataya sangat berbeda dengan tampilannya saat ini.

Polesan makeup tipis, terlihat dibuat senatural mungki. Memang ini pertama kalinya bagi Ataya tampil dengan bulu mata, juga lukisan alis yang menghiasi wajahnya. Namun tak membuat kecantika gadis itu berkurang, tapi justru membuatnya semakin cantik lagi, dan lagi.

Ataya yang biasanya hanya mengenakan bedak tipis, lipstik atau hanya pelembab bibir, membuat dia sedikit tidak terbiasa dengan riasan wajah yang saat ini melekat diwajahnya.

Meskipun terlihat cantik dan pangling, tetap saja kepercayaan diri Ataya sedikit menurun karena gadis itu belum terbiasa.

"Biasayan nggak makeup, sekalinya makeup pake bulu mata, jadi berasa ngatuk gini, duh!" Ucapnya dalam hati.

Eps 03

Rasa gugup ini terus mengganggu ku.

Bahkan aku berjalan sambil terus menundukan kepala ku,entah bagai mana lagi aku harus menahan rasa gugup ini ya tuhan!!

"Ayo masuk silah kan duduk!"sambut ayah kepada beberapa tamu dengan ramah.

"Teh duduk sini,sebelah ayah."panggil ayah sambil menepuk sofa kosong di samping nya

"Iya ayah."Sahut ku pelan.

Terlihat hanya ada beberapa tamu,sekitar empat orang saja .

Tiga laki-laki dan satu prempuan.

Hati ku bertanya-tanya kembali

"Laki-laki yang mana yang akan melamar ku,ada dua pria se-umuran ayah dan satu laki-laki se umuran Zaydan"Ahh sudahlah pikir ku.

"Bagai mana kabar mu Ruli?"sapa ayah kepada seseorang di hadapan nya.

"Baik, sangat baik,putri mu sudah dewasa sekarang ya Har, terakhir ketemu dia masih sangat kecil, rambut nya kepang dua pakai jepit pula, sekarang rambut cantik nya sudah tertutup." Tutur nya sambil tersenyum pada ku.

"Ahh iya calon menantu ku mana?"Ayah betanya.

Tidak lama kemudian.

"Maaf om,tante tadi saya ada telepon penting"sahut nya

—Deg..

"Apa dia yang ingin melamar ku?"Tanya ku dalam hati.

"Wah Ibra silah kan duduk, udah dewasa makin ganteng saja Rul anak mu!"Ucap ayah penuh pujian.

Sanjungan ayah di sambut senyuman oleh laki-laki itu.

"Ataya ini om Ruli temen sekolah ayah dulu!"Terang ayah.

Aku hanya tersenyum ramah kepada nya, rasa gugup ku telah menguasai ku sampai-sampai aku bingung harus apa.

"Ataya! ini anak om Ruli calon suami mu, nama nya Ibrahim, dan ini adalah adik laki-laki nya Gilang, dan di samping om ada tante Amira calon istri om dan itu pak Dadang supir kami."Jelas orang tua calon suamiku.

"Ibra ini Ataya calon istri kamu!"Ujar nya lagi

"Hi gue Ibra!"Dia mengulurkan tangan nya.

"Aku Atya!"sahut ku sambil mengambil uluran tangan itu.

"Jadi tidak usah ber belit-belit, kita langsung saja ke inti nya.Jadi ke datangan om kesini ada niat baik, mau ngelamar Ataya buat Ibra, apakah Ataya bersedia?"Om Ruli tersenyum ramah.

Keheningan pun terjadi,aku hanya terdiam dan bingung dengan situasi seperti ini.

"Teh gimana sayang? jawab atuh jangan bengong!"bunda betanya sambil mengusap tangan ku.

"Kalo Ataya gimana ayah sama bunda aja om!" jawab ku sambil tersenyum

"Loh ko gimana bunda sama ayah si teh ayo teteh jawab iya apa tidak!"

Bunda berusaha menghilangkan rasa gugup ku.

"Iya bunda teteh setuju!"

Semua pun tersenyum,hanya ada dua lak-laki yang biasa saja.

Yaitu calon suami ku dan Zaydan.

Aku sempat berpikir apakah ini akan berjalan lancar?sedangkan Ibrahim saja terlihat biasa saja dengan semua ini, wajah nya terlihat datar-datar saja.

Berbeda dengan Zaydan,dia terlihat sedikit muram dan menjadi pemdiam.

Apa benar dia sedih karena aku akan pergi,setelah aku menikah nanti?

Acara pun berjalan dengan lancar.

Dari sambutan, tukar cincin, berbincang sampai makan bersama.

Acara nya tidak terlalu ramai,karna hanya di hadiri keluarga dekat saja.

Acara hari ini selesai, tamu ayah sama bunda sudah pulang.

Terlihat tinggal bi Nita yang masih sibuk beres-beres, dan bunda yang masih ngobrol bersama ayah.

Dan satu orang yang entah di mana yaitu Zaydan, kemana dia? apakah tidak ada niat usil padaku.

"Ayah bunda teteh masuk kamar yah,mau mandi udah gerah benget lengket juga badan teteh."

"Iya sayang sana istiraha!"sahut ayah tersemyum padaku.

"Bi beres-beres nya lanjut besok pagi aja,udah malem istirahat."

"Iya teh bibi bentar lagi istirahat ko."Bi Nita tersenyum.

"Bi Zaydan mana yah?" tanyaku sambil berbisik

"Ade zaydan udah masuk kamar dari tadi teh!"

"Oh yaudah teteh masuk kamar dulu bi!"Pamit ku lalu di jawab anggukan bi Nita.

Oh iya! bi Nita adalah orang yang jagain aku dari masih bayi, terus jagain Zaydan juga.

Sudah kami anggap keluarga juga.

Kata bunda dulu bi Nita kerja nya pulang-pergi.

pagi-pagi datang dan sore nya pulang,karena sekarang suami bibi udah meninggal dan gak punya anak juga jadi bi Nita menetap di rumah,kadang-kadang bi Nita minta pulang dulu mau nengokin sodara kata nya.

...TBC🍀🍀🍀...

...Author minta dukungan nya guys☺...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!