Marina merupakan wanita berparas cantik, berambut ikal, berkulit putih bersih, dan bermata bulat coklat. Bibirnya tipis dan manis, juga memiliki senyuman yang mengulum indah, menambah poin kecantikan wanita berdarah campuran tersebut. Kesederhanaan yang dimiliki Marina membuat banyak kaum Adam menaruh perhatian padanya, tak terkecuali sahabatnya sendiri yaitu Daren. Pria berdarah Indo-Jerman ini sudah lama menyukai Marina, hanya saja wanita itu terlalu cuek dan mengabaikan kata cinta. Ya, Marina sangat kaku jika itu menyangkut cinta.
Marina juga merupakan gadis yang lemah lembut. Satu yang membuat wanita berambut ikal itu selalu berang seolah bukan dirinya, yaitu ketika bertemu Aljav. Bagaimana tidak, sejak kecil pria itu selalu saja mengejek Marina, katanya wanita itu merupakan titisan dari body losion.
Aljav Alexander Gautam, adalah sosok pria yang dingin, keras kepala, dan tampan. Posisinya sebagai CEO di perusahaan Ayahnya membuat banyak wanita yang mengejar-ngejar cinta pria bertubuh atletis tersebut. Namun, Aljav selalu saja menolak. Hanya satu yang selalu menarik perhatian pria tampan tersebut, yaitu Marina.
Setiap kali bertemu wanita itu, Aljav seolah menjadi orang lain. Ia yang irit bicara, bisa royal kata jika itu menyangkut Marina. Ya, hanya Marina lah pria itu bisa bereaksi. Namun, anehnya ketika di tanya apakah pria itu mencintai Marina?. Jawabannya adalah tidak. Ya, Aljav selalu menjawab tidak mencintai Marina. Bahkan tak jarang pria itu mencibir wanita yang merupakan putri dari sahabat ibunya itu tanpa ampun.
Sejak kecil keduanya memang tak pernah akur, bahkan kedua orang tua mereka pun di buat kewalahan menghadapi perdebatan antara Aljav dan Marina. Aljav baru akan berhenti mengejek ketika Marina menangis, itu artinya dirinyalah yang menjadi pemenangnya.
***
Aljav mengelola perusahaan yang bernama G-Dragon Company. Perusahaan ini bergerak di bidang percetakan dan penerbitan buku. Selain itu juga, Ayah Aljav memiliki perusahaan lain yang bergerak di bidang pertambangan, tetapi perusahaan tersebut di kelola oleh saudara Aljav yang bernama Akemi Alexander.
"Aljav, apakah hari ini kamu akan ke kantor penerbitan?. Atau mau mengunjungi perusahaan adikmu, Akemi?". Tanya Papa Javier yang tengah menyeduh teh melati kesukaannya di ruang keluarga.
"Aljav hari ini mau ke kantor penerbitan saja, Pa. Ada ribuan buku yang akan di terbitkan hari ini. Lagi pula, Akemi sudah dewasa. Dia tidak butuh lagi bimbinganku untuk mengelola perusahaan papa itu". Balas Aljav dengan nada suara hangat.
"Baiklah kalau begitu. Hari ini Papa mau ke Belanda dulu sama Mama". Ucap Javier seraya meletakkan cangkir teh miliknya di atas meja.
"Lagi, Pa?".
"Iya. Papa mau menghabiskan masa senja Papa sama Mama dengan berkeliling dunia. Lagi pula kalian sudah dewasa". Ucap Javier dengan mata berkaca-kaca. Pria paruh baya yang masih tampan meski tak lagi muda itu mengingat masa kecil anak-anaknya, bayangan itu seolah bermain-main di pelupuk mata Javier.
"Berapa lama Papa di Belanda?". Tanya Aljav membuyarkan lamunan Papa Javier. Pria paruh baya itu menyeka air mata yang menetes di sudut matanya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan dari putra pertamanya itu.
"Mungkin sebulan kami disana. Papa titip adik-adik kamu ya?. Terutama Naomi, jaga dia baik-baik".
"Iya Pa".
"Baiklah, Aljav berangkat ke kantor dulu ya".
Setelah mendapatkan izin dari Papa Javier, Aljav pun berangkat ke kantor.
***
Di kantor, semua karyawan menundukkan kepalanya seperti biasa ketika pimpinan perusahaan G-Dragon Company memasuki gedung berlantai 57 itu. Bahkan tak jarang karyawan wanita yang berbisik-bisik mengungkapkan rasa kagumnya pada pimpinan perusahaan itu. Ada yang mengatakan,
'Wah, Tuan Aljav sangat tampan, mau dong di jadikan istrinya'.
'Aku rela jadi simpanan CEO asal bisa menyentuh kulitnya yang mulus'.
'Ingin rasanya aku menjadi kacamata Tuan Aljav'.
Begitulah ucapan karyawan wanita yang mengagumi sosok Aljav, dan masih banyak lagi.
"Selamat pagi semuanya. Saya rasa kalian sudah tahu, bahwa hari ini kita akan di sibukkan dengan ribuan buku yang akan terbit. Jika saya menemukan sedikit saja kesalahan, kalian saya pecat". Suara dingin itu melengking hingga memenuhi ruangan karyawan di perusahaan tersebut. Begitulah Aljav jika berada di kantor, ia akan berubah menjadi pria yang dingin dan angkuh. Namun, ketika berada di rumah, pria itu akan berubah menjadi hangat. Kecuali ia kedatangan tamu yang tidak di undang (Menurut Aljav), yaitu Marina.
Seketika ruangan itu berubah menjadi dingin, sunyi, dan senyap. Tak ada yang berani mengeluarkan suara.
"Saya rasa kalian sudah paham maksud saya. Jadi silahkan kembali lanjutkan aktivitas kalian".
"Dimas, tolong ke ruangan saya. Bawakan data pribadi karyawan yang akan magang hari ini". Titah Aljav dengan gaya angkuhnya. Meski begitu, para wanita tak pernah jera mengagumi sosok Aljav.
"Baik Tuan".
***
Saat ini Aljav sedang berada di ruangannya dan memeriksa data pegawai yang akan magang di kantornya, dan mata pria itu membulat seolah ingin melompat ke lantai ketika melihat profil lengkap karyawan magang.
"Marina?".
Ya, Marina merupakan salah satu karyawan yang akan magang di perusahaan Aljav. Marina kuliah di Universitas Indonesia dan mengambil jurusan Sastra. Salah satu mata kuliah wanita itu mengharuskan ia magang di sebuah perusahaan penerbitan, dan dosen yang memegang mata kuliah tersebut merekomendasikan perusahaan G-Dragon Company.
"Jadi dia magang disini?". Aljav menarik salah satu sudut bibirnya, ia tersenyum menyeringai seolah sedang mendapatkan mainan baru selama berada di perusahaan.
"Baiklah. Kita akan lihat seberapa besar kecerdasan wanita body losion itu".
Aljav meraih telpon guna menghubungi Dimas yang merupakan sekretaris pribadinya.
"Suruh karyawan magang yang bernama Marina sekarang juga ke ruangan saya".
Tut... Tut... Tut...
Panggilan itu di putus begitu oleh Aljav, membuat Dimas sang sekretaris menggerutu. Begitulah Aljav, selalu saja bertindak sesuka hati, seperti Papanya dulu.
Berselang sepuluh menit kemudian, pintu ruangan Aljav terdengar di ketuk oleh seseorang.
Tok...Tok...
"Masuk". Titah Aljav seraya membelakangi pintu ruangannya.
"Permisi pak, Anda memanggil saya?".
Lalu kemudian Aljav memutar kursinya dan menatap seseorang yang berada di depannya.
"Halo Nona Marina body losion?".
"Aljav?".
Marina menatap tak percaya pada pria yang berada di depannya saat ini. Ia jadi teringat sesuatu yang seolah membentur kepalanya.
'Oh, astaga. Mengapa aku bisa lupa kalau ini perusahaan Om Javier. Mengapa aku apes banget sih harus bertemu pria menyebalkan ini?'. Gerutu Marina dalam hati.
Ya, Marina tidak menyadari sama sekali jika perusahaan yang di rekomendasikan dosennya adalah perusahaan sahabat dari kedua orang tuanya yang kini di kelola Aljav.
Aljav menarik sudut bibirnya dan membentuk senyuman yang hampir tak terlihat sama sekali.
"Selamat datang di perusahaan G-Dragon Company Nona Marina. Apakah Anda sudah tau peraturan di perusahaan ini?". Tanya Aljav dengan suara dingin, sedingin es yang berada di kutub Utara. Sementara Marina sudah merasa emosional, ingin rasanya wanita itu menenggelamkan Aljav di samudera Hindia hingga di makan ikan hiu.
"Sudah Tuan Aljav". Marina menekan nama Aljav seolah memendam sesuatu yang meronta di dalam sana.
"Hari ini merupakan hari pertama kamu magang, tapi apakah kamu sadar kesalahan yang kamu lakukan hari ini?". Suara dingin itu keluar begitu saja hingga memenuhi ruangan tersebut.
Kening Marina berkerut dalam.
"Maaf Pak, saya tidak paham maksud Anda. Sebaiknya Anda jangan main teka-teki, langsung saja ke intinya". Jawab Marina tak kalah dinginnya. Wanita itu sudah merasa jengah berada di ruangan yang menurutnya sangat menyebalkan.
"Pertama, kamu menggunakan sepatu kets ke kantor". Aljav berdiri dan menghampiri Marina seraya melipat kedua tangannya di atas dada.
"Kedua, kamu datang terlambat". Bersandar di meja kerja.
"Ketiga, kamu berani menjawab saya. Dan yang ke empat--". Aljav menggantungkan kalimatnya, lalu kemudian pria tampan itu mendekatkan wajahnya ke telinga Marina membuat wanita itu sontak menutup mata dan menahan nafas.
"Kamu salah mengambil tempat magang". Kalimat yang terdengar tajam dan menakutkan itu membuat mata Marina membulat seketika, lalu kemudian mata keduanya terkunci untuk beberapa saat.
"Baiklah Nona body losion. Ups, sorry, maksud saya Nona Marina". Aljav sengaja menyebut nama Marina dengan body losion untuk mengejek wanita tersebut. Sementara Marina sudah tidak bisa lagi menahan diri. Ia lalu kemudian menginjak kaki Aljav.
Bug...
"Awww".
"Rasakan itu!". Ucap Marina kesal, lalu kemudian pergi meninggalkan Aljav yang diam terpaku.
"Aku suka itu". ~ Aljav.
.
.
Marina tak henti-hentinya menggerutu dan mengutuk Aljav yang sangat menyebalkan. Wanita itu merasa sangat sial karena harus magang di perusahaan pria yang paling di bencinya.
"Dasar ubur-ubur, pria dingin, angkuh. Tenggelam saja kamu ke danau Toba sana". Gerutu Marina seraya mendaratkan tubuhnya di kursi.
"Mengapa aku bisa lalai mengenal perusahaan Om Javier sih. Padahal Om Javier kan sahabat Ayah dan Bunda". Marina menekuk dagunya dengan menggunakan tangan kanan, sementara tangan kiri mengetuk-ngetuk meja kerjanya.
"Sabar Marina, hanya tiga bulan kamu berada di perusahaan ini. Ya, hanya tiga bulan kamu harus bertemu dengan pria menyebalkan itu setiap harinya. Aaaaa...". Marina tampak menguatkan dirinya, lalu semenit kemudian suaranya berubah menjadi kesal dan berakhir dengan teriakan.
"Apa kamu baru saja memikirkan ku Nona body losion?". Aljav tiba-tiba saja sudah berdiri tepat di depan Marina, membuat mata wanita itu membulat. Tenggorokannya mendadak kering, matanya mengerjab beberapa kali.
"Apa yang sedang kamu lakukan disini?". Tanya Marina kesal.
"Yang aku lakukan disini?". Kening Aljav berkerut.
"Hei, ini adalah perusahaan ku. Aku berhak berada dimana saja jika aku mau. Apa kamu keberatan?". Jawab Aljav angkuh seraya memasukan kedua tangannya ke dalam kantung celana sembari menatap Marina dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Sementara Marina menatap pria itu dengan tatapan membunuh.
"Ya... Ya... Aku tau ini adalah perusahaan mu, makanya kamu juga berbuat sesuka hati". Cibir Marina tak mau kalah.
"Ingat, aku disini adalah bos kamu. Jadi gunakan kalimat formal. Tunjukkan rasa hormat mu padaku. Bukankah kamu jurusan Sastra?. Harusnya seseorang yang mengambil jurusan itu bisa bertutur kata dengan sopan. Apakah kesopanan mu terlupakan di rumah?!". Kali ini kalimat Aljav benar-benar tajam hingga menghujam ke jantung Marina. Hatinya terluka dan sakit. Kalimat tajam itu melukai perasaannya.
Mata Marina mulai berkaca-kaca. Awal yang buruk untuk magang. Pikir Marina. Aljav menyadari kesedihan Marina, akhirnya pria itu pun mengalihkan perhatian wanita itu.
"Jadi Nona Marina, selamat datang di perusahaan G-Dragon Company. Silahkan pelajari semua berkas yang sebentar lagi akan di bawakan oleh Dimas. Selesaikan tugas mu dan jangan lakukan kesalahan sekecil apapun. Paham?". Marina masih belum bergeming, hatinya masih terasa perih, ada luka yang mulai berdarah di dalam sana.
"Nona Marina". Tandas Aljav membuyarkan lamunan Marina.
"Baik pak". Jawab Marina setelah beberapa saat diam. Kening Aljav berkerut.
"Pak?. Apa aku setua itu?". Tanya Aljav.
"Lalu saya harus memanggil Anda dengan sebutan apa?". Tanya Marina bingung.
"Panggil saya Tuan". Titahnya, lalu kemudian Aljav pergi meninggalkan Marina yang masih tampak tercengang.
"Tuan?. Dasar menyebalkan!". Gerutu Marina.
***
Setelah kepergian Aljav dari ruangan Marina, wanita itu kedatangan Dimas dengan sejumlah berkas buku-buku yang lolos review dan akan segera di terbitkan. Dimas meletakkan berkas itu di atas meja.
"Nona Marina, silahkan lakukan pekerjaan Anda di mulai dengan yang ini dulu. Setelah selesai, tolong antar ke ruangan penerbitan". Titah Dimas.
"Baik Tuan".
Marina pun memeriksa buku-buku yang lolos review dan mencentang di sebuah berkas yang menandakan, bahwa buku tersebut lolos review dan layak terbit.
Selama hampir tiga jam wanita berambut ikal itu memeriksa berkas buku-buku yang akan terbit, hingga waktu jam makan siang pun tiba.
"Marina, mau makan siang bareng?".
"Daren?".
Ya, Daren adalah sahabat Marina yang juga ikut magang di perusahaan Aljav. Sejujurnya pria itu sengaja mengajukan permohonan kepada dosen pembimbingnya untuk berada satu tempat magang bersama Marina. Pria berlesung pipi itu sangat mencintai Marina sejak pertama kali bertemu. Kesederhanaan dan kelembutan Marina membuat pria berdarah Indo-Jerman itu jatuh hati. Meski berasal dari keluarga berada, Marina tetaplah tampil apa adanya, bahkan tak banyak yang tahu jika kedua orang tua Marina merupakan salah satu orang terpandang di negeri ini setelah Papa Javier, yakni Ayah Aljav.
"Kamu duluan aja deh, lagi nanggung nih". Tolak Marina. Satu lagi yang yang membuat Daren mengagumi Marina, wanita itu sosok pekerja keras. Ia tidak akan berhenti kecuali jika pekerjaannya selesai.
"Baiklah, aku akan membantumu. Setelah itu kita makan siang. Oke?". Marina pun menyetujui tawaran Daren. Dia juga lapar dan butuh makan untuk mengisi tenaga. Tanpa mereka sadari ada sepasang mata melihat interaksi keduanya dari balik pintu. Orang itu menatap Keduanya dengan tatapan datar.
***
Di kantin perusahaan. Marina dan Daren sedang makan siang. Wanita cantik itu memesan bakso keju mozzarella dan es jeruk, sementara Daren memesan bebek bakar bumbu rica-rica, nasi putih, dan es teh.
Marina makan dengan lahap hingga keju mozzarella yang berada dalam bakso terkena di sudut bibirnya. Daren pun menyeka sisa keju tersebut. Marina yang tidak siap dengan perlakuan Daren pun sontak terkejut. Untuk sesaat wanita itu terpaku pada Daren.
"Ah, maaf ada sisa keju di bibirmu". Ucap Daren setelah beberapa saat kemudian.
"Terimakasih". Balas Marina.
Di tengah-tengah asiknya Marina menikmati makan siang bersama Daren, tiba-tiba saja Aljav datang menghampiri keduanya.
"Sepertinya kalian sangat menikmati suasana romantis hingga melupakan waktu".
Suara dingin itu sontak membuat Marina dan Daren menoleh.
"Tuan Aljav?".
Aljav berdiri tepat di depan Marina dan Daren dengan memasang wajah datar.
"Maaf Tuan Aljav, kami masih memiliki waktu istirahat lima menit lagi". Balas Daren tak kalah dinginnya. Pria itu sudah mendengar sifat angkuh dan dingin dari seorang Aljav Alexander Gautam. Siapa yang tidak mengenal pria dingin itu?. Aljav di kenal sebagai pengusaha berdarah dingin dan sukses di usia muda. Sifatnya yang angkuh dan dingin membuat banyak lawan bisnisnya tak bisa berkutik. Namun, Daren bukanlah orang sembarangan. Pria itu merupakan putra dari Andika, dimana ia adalah lawan bisnis dari Papa Aljav. Namun, ia memilih jalur yang berbeda dari Ayahnya. Daren lebih menyukai Sastra. Di tambah lagi Daren bertemu Marina yang merupakan satu jurusan dengan dirinya.
Aljav melihat jam tangan miliknya.
"Waktu habis. Lima menit kalian telah berakhir. Apakah kalian masih ingin berada disini atau kembali ke ruangan kalian masing-masing?". Keangkuhan Aljav menggelegar hingga memenuhi kantin perusahaan, tempat yang untuk pertama kalinya Aljav kunjungi.
"Baiklah Tuan Aljav. Kami akan kembali bekerja". Balas Daren. Lalu kemudian pria itu menarik tangan Marina untuk mengikuti dirinya. Namun, Aljav menghentikan langkah Daren.
"Tunggu".
Daren dan Marina menoleh pada Aljav.
"Nona Marina, ikut ke ruangan saya, Sekarang!". Titah Aljav. Ia sengaja menekan kata 'Sekarang' seolah ingin menegaskan bahwa dirinya tidak ingin di bantah.
Marina yang menyadari perubahan sikap Aljav pun akhirnya mengikuti pria tersebut dan meninggalkan Daren yang masih diam terpaku di tempatnya.
(Sebelum lanjut baca, save ke favorit dulu ya Readers).
Di ruangan CEO, Aljav duduk dengan angkuh di kursi kebesarannya. Sementara Marina berdiri seraya menundukkan kepala menunggu perintah dari sang CEO.
"Jadi, Nona Marina. Apa tujuan mu magang di perusahaan ini?". Pertanyaan itu sontak membuat Marina mengangkat kepalanya dan menatap tak percaya pada Aljav. Namun, masih belum bergeming. Wanita itu masih berusaha mencerna kalimat Aljav.
"Apakah kamu sengaja membawa kekasihmu magang di perusahaan ini sehingga melupakan tugas dan kewajibanmu sebagai anak magang?". Lagi-lagi pertanyaan Aljav membuat Marina semakin bingung.
"Apa kamu mendadak tuli dan bisu?!". Kali ini intonasi suara Aljav mulai meninggi. Entah apa yang membuat hati pria tampan itu menjadi gusar, seolah ada desiran hebat di dalam sana yang membuat jiwanya meronta.
"Maaf Tuan, apakah saya perlu menjawab pertanyaan yang menyangkut kehidupan pribadi saya?". Marina berusaha menetralkan perasaannya agar tak merasa canggung.
"Apakah saya harus menjawab pertanyaan omong kosong mu itu?". Marina semakin jengah di buatnya. Baru pertama magang sudah di hadapkan dengan bos angkuh dan dingin.
"Pertama, saya tidak memiliki kekasih. Kedua, dia sahabat saya. Ketiga, saya tidak lupa tugas dan kewajiban saya sebagai anak magang di perusahaan ini, dan yang keempat Anda tidak perlu meragukan kemampuan saya tuan Aljav Alexander Gautam".
Skak mati...
Aljav tak dapat berkutik lagi, ia hanya terpaku dengan jawaban yang di berikan Marina barusan.
"Jika tidak ada lagi yang Tuan butuhkan, saya mohon undur diri. Masih banyak tugas yang harus saya selesaikan. Permisi".
Marina meninggalkan Aljav yang masih belum bergeming, pria itu baru tersadar dari lamunannya setelah mendengar suara pintu tertutup.
BRAK...
"Bukan kekasihnya?. Lalu mengapa mereka dekat sekali?". Ucap Aljav setelah beberapa saat kemudian.
"Bukan urusanku, sebaiknya aku memeriksa hasil kerjanya sebentar. Kalau saja sampai aku menemui kesalahan sedikit saja, akan aku beri nilai eror nanti".
***
Waktu telah menunjukkan pukul 17.30. Saatnya pulang kerja. Namun, Marina masih belum beranjak, wanita itu tengah di sibukkan dengan segudang pekerjaan yang di berikan Aljav. Sebenarnya Marina telah selesai memeriksa daftar buku yang lolos review dan telah di terbitkan. Namun, Aljav menambah perkejaan wanita cantik tersebut sehingga ia harus lembur.
"Baru pertama kali magang sudah di perlakukan seperti Romusa. Dasar penjajah!". Gerutu Marina. Meski begitu ia tetap menyelesaikan pekerjaannya hingga pukul 21.30.
Daren yang menyadari Marina masih berada di kantor pun akhirnya memutuskan untuk menunggu wanita bermata coklat tersebut di loby.
"Alhamdulillah, akhirnya selesai juga. Waktunya pulang". Marina melirik jam dinding yang terpampang di tembok ruang kerjanya sejenak.
"Sudah jam setengah sepuluh rupanya. Ayah sama Bunda pasti cemas karena aku belum juga pulang". Marina bermonolog.
"Sudah selesai?. Ayo pulang".
"Aljav?".
Ya, Aljav masih berada di kantor sedari tadi. Sejujurnya ia menunggu Marina karena pria itu tahu, bahwa Marina adalah wanita penakut. Ia takut pada kegelapan, sementara cuaca di luar tidaklah bagus. Hujan dan petir seolah menghiasi gelapnya malam dan tanpa cahaya rembulan serta bintang.
"Apa perlu aku menggendongmu supaya kamu mau mengikutiku?". Suara dingin itu mulai terdengar lagi. Dahi Marina berkerut hampir menyatu.
"Mengapa kamu belum pulang juga?. Apakah kamu sengaja menungguku?". Tanya Marina dengan nada suara mengejek.
"Aku hanya menjalankan amanah dari Om Alex dan Tante Dina yang menyuruhku untuk menjagamu selama mereka di Belanda".
"Oh begitu?". Marina belum mencerna kalimat terakhir Aljav sehingga ia hanya ber-oh ria. Namun, semenit kemudian,
"Apa?. Belanda?. Ayah dan Bunda ke Belanda?. Kapan?. Mengapa mereka tidak memberitahu ku?".
"Karena nanti kamu akan menangis kalau tau Ayah Bundamu pergi".
Marina menatap tajam Aljav. Ingin sekali rasanya Marina menenggelamkan pria menyebalkan itu di samudera Hindia.
"Dan selama Ayah Bundamu ke Belanda, untuk semester waktu kamu menginap di rumahku, nanti ada Naomi yang akan menemanimu".
"Apa?. Rumahmu?. Tidak mau".
Terdengar Aljav mengembuskan nafas berat.
"Kalau bukan karena Om Alex dan Tante Dina, aku juga malas satu rumah denganmu body losion".
"Ya sudah, ayo pulang. Kalau kamu tidak mau ikut ke rumahku, silahkan saja tidur di rumahmu yang gelap gulita itu. Semua asisten rumah tanggamu tidak ada yang di rumah, semua pada pulang kampung. Dan kita lihat saja, siapa yang akan menangis karena takut gelap?". Aljav sengaja menakut-nakuti Marina agar supaya mau menginap di rumahnya.
"Kenapa Ayah dan Bunda tidak bilang kalau mau ke Belanda?". Lirih Marina. Seketika wajahnya berubah menjadi sendu. Aljav mendekati Marina seraya memasukkan tangan ke dalam kantung celananya.
"Karena mereka mendadak juga perginya. Papa dan Mama aku yang mengajak mereka. Kamu kan tau sendiri bagaimana kompaknya kedua orang tua kita".
"Ya sudah, ayo pulang. Keburu setan di kantor ini muncul". Goda Aljav. Ia masih sengaja menakut-nakuti Marina.
"Aljav". Sontak Marina memeluk tubuh pria itu dengan erat karena takut. Aljav pun di buat terkejut dengan sikap Marina yang mendadak memeluknya. Namun, ia tidak bergeming sama sekali. Ia masih menikmati rasa keterkejutannya.
"Ehem, maafkan aku. Ayo pulang". Ucap Marina akhirnya, membuyarkan lamunan pria tersebut. Marina berjalan mendahului Aljav.
***
Di Loby, tampak Daren sedang menunggu Marina pulang. Namun, ia di buat terkejut ketika melihat Marina justru keluar dari lift bersama Aljav. Bukankah mereka tidak akur?. Lalu mengapa mereka terlihat sangat akrab?. Pikir Daren.
"Marina".
"Daren?. Mengapa kamu masih disini?". Tanya Marina heran. Sementara Aljav menatap datar pada pria berlesung pipi tersebut.
Daren menatap Marina dan Aljav secara bergantian, sebelum akhirnya berbicara.
"Aku menunggumu pulang".
"Maafkan aku Daren. Malam ini aku tidak pulang ke rumah, karena Ayah dan Bunda ke Belanda tadi pagi. Jadi, aku harus menginap di rumah temanku". Ucap Marina dengan sedikit ragu. Sementara Aljav berubah menatap tajam pada wanita tersebut, tatapan itu seolah menyuruh Marina mengoreksi kalimatnya. Namun, Marina tidak mengindahkan tatapan tajam Aljav. Ia berusaha untuk bersikap santai.
"Dia akan menginap di rumahku. Ayo pulang".
"Ha?".
Baik Daren maupun Marina sama-sama terkejut. Bagaimana tidak, Aljav seolah tanpa beban mengucapkan kalimat yang membuat Daren dan Marina senam jantung.
Daren masih belum bergeming, ia diam terpaku menatap punggung Marina dan Aljav hingga hilang di balik pintu.
"Ada apa sebenarnya dengan mereka berdua?".
***
Di perjalanan pulang, baik Aljav maupun Marina, tak ada yang bersuara, keduanya diam tanpa kata. Hati Marina masih di landa keheranan, mengapa tiba-tiba Aljav yang selama lima jam yang lalu memperlakukan dirinya seperti Romusa, kini menunjukkan sikap yang berbeda. Sementara Aljav memfokuskan pandangannya ke depan.
Tiga puluh menit kemudian mobil Aljav memasuki pagar rumah yang menjulang tinggi, hingga mobil berwarna silver tersebut terparkir sempurna di dalam garasi.
"Ayo turun". Titah Aljav. Marina pun mengikuti langkah Aljav dan memasuki rumah yang berlantai empat tersebut dengan langkah cepat berusaha untuk mengikuti langkah besar Aljav.
"Dasar pria menyebalkan".
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!