NovelToon NovelToon

Takdir Cintaku

-

Mentari pagi menyinari semesta dengan kehangatannya. Seorang gadis muda sedang menyiram bunga - bunga yang sedang bermekaran di depan rumahnya.

" Nayla....." panggil seseorang dari dalam rumah.

Gadis itu bernama Nayla Saraswati, usianya baru tujuh belas tahun. Dia masih duduk di bangku SMA kelas tiga.

" Iya Nek..." jawab Nayla.

Nayla tinggal berdua dengan neneknya sejak kecil. Kedua orangtuanya tinggal di kota dengan kakak perempuan Nayla. Nayla tinggal di desa kecil dekat perkebunan teh.

" Nayla, Nenek mau berangkat kerja dulu. Sebelum berangkat sekolah, kamu sarapan dulu ya..." ucap Nenek.

" Iya Nek, Nenek hati - hati jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja..." jawab Nayla.

" Assalamu'alaikum..."

" Wa'alaikumsalam Nek...".

Setelah Nenek pergi, Nayla segera masuk ke rumah untuk bersiap - siap ke sekolah.

* * *

Nayla sekolah dengan berjalan kaki menuruni desa sampai ke jalan raya. Setelah itu dia naik angkutan umum sampai ke sekolah.

" Nayla..." teriak Santi.

" Assalamu'alaikum Santi..."

" Wa'alaikumsalam..." jawab Santi.

" Nay, tadi Doni nyariin kamu..."

" Ada apa San...?"

" Mana aku tahu, dia udah masuk duluan kayaknya..."

" Ya udah ayo masuk..." ajak Nayla.

Mereka berdua masuk ke dalam kelas bersama - sama bertepatan dengan bel masuk sekolah berbunyi.

Nayla duduk bersebelahan dengan Santi, sedangkan di belakangnya ada Doni dan Farhan.

" Nay, kamu kok baru datang sih...?" tanya Doni.

" Yang penting kan belum terlambat masuk kelas..." jawab Nayla.

" Nanti pulang sekolah kami main ke rumah kamu ya...?" tanya Farhan.

" Mau ngapain...?"

" Kita kan mau ngerjain tugas kelompok Nay, masa' kamu lupa...?" ucap Doni.

" Bukannya lupa, tapi di rumah Santi kan...?"

" Maaf Nay, saya lupa bilang kalau nanti sore ada arisan di rumah jadi kami sepakat pindah ke rumah kamu..." ucap Santi.

" Ya udah, kalau begitu nanti pulang sekolah langsung ke rumahku..."

" Siap Boss..." ucap Santi.

Tak lama guru yang mengajar di kelas Nayla masuk ke dalam kelas. Semua murid di kelas langsung diam karena sekarang pelajaran akan segera di mulai.

" Selamat pagi anak - anak..."

" Selamat pagi Pak Guru...." ucap anak - anak.

Pelajaran di mulai, semua siswa tenang dalam belajar.

* * *

Pulang sekolah, Nayla, Santi, Doni dan Farhan pulang bersama ke rumah Nayla. Mereka akan mengerjakan tugas sekolah yang akan dikumpulkan besok. Doni dan Farhan membawa motor, jadi mereka tak perlu jalan kaki. Doni berboncengan dengan Nayla dan Farhan bersama Santi. Sampai di rumah, Nayla membentangkan tikar di teras untuk mereka duduk.

" Saya bikin minum dulu ya, kalian istirahat dulu...".

" Nay, Nenek dimana...?" tanya Santi.

" Ada di dalam, lagi istirahat..." jawab Nayla.

Nayla membuat minuman dan menyiapkan makanan kecil untuk menemani mereka belajar.

" Nay, orangtuamu nggak pernah pulang ya..? Aku nggak pernah lihat...?" tanya Doni.

" Mereka jarang sekali pulang, kadang - kadang aku yang ke kota..." jawab Nayla.

" Kasihan Nenek, beliau masih harus bekerja keras di saat umurnya sudah tua..." saut Santi.

" Mau gimana lagi, Nenek tidak mengizinkan aku untuk ikut bekerja. Kiriman uang dari Ayah hanya cukup untuk membayar sekolah saja..." ucap Nayla.

" Kenapa malah mewawancarai Nayla sih, kita itu tugasnya Prakarya, bukan calon reporter..." saut Farhan.

Mereka semua malah tertawa dan saling bercanda.

" Sssttt....jangan kenceng - kenceng suaranya, Neneknya Nayla lagi istirahat..." ucap Farhan lagi.

" Ups...maaf, lupa...." ucap Santi.

" Udah, ayo lanjutin tugasnya..." saut Nayla.

Setelah sholat Ashar, Nenek keluar dari kamar karena mendengar suara ramai di luar.

" Eh...ada temen - temennya Nayla. Kalian sedang belajar ya...?" tanya Nenek.

" Iya Nek, maaf sudah mengganggu istirahat Nenek.." ucap Doni.

" Tidak apa - apa, Nenek mau berangkat lagi ke kebun memetik teh. Kalau masih lama tugas sekolahnya, sebaiknya kalian sholat dan makan dulu. Tadi Nenek masak banyak..."

" Makasih Nek, malah jadi ngrepotin..." ucap Santi.

" Nay, ajak temenmu pada makan dulu. Kasihan capek pulang sekolah belum makan..."

" Iya Nek... Ayo semua masuk, kita makan dulu terus sholat Ashar..." ajak Nayla.

" Ya sudah Nenek berangkat kerja dulu... Assalamu'alaikum..." ucap Nenek.

" Wa'alaikumsalam Nek... Hati - hati kerjanya, jangan terlalu capek..." ucap Nayla.

Nayla sangat menyayangi neneknya, sebenarnya dia tidak tega melihat neneknya harus bekerja setiap hari untuk dirinya.

" Suatu saat nanti Nayla akan membuat nenek bahagia. Nayla akan bekerja keras untuk kita..." batin Nayla memandang neneknya yang mulai berjalan menjauh dari rumahnya.

" Nay, kenapa kamu melamun...?" Doni datang mengagetkan Nayla.

" Astaghfirullah... mmm...nggak apa - apa ayo makan..." ucap Nayla.

Setelah makan, mereka sholat Ashar dan melanjutkan tugas sekolah yang belum selesai.

" Nay, Nenek biasanya pulang jam berapa...?" tanya Santi.

" Biasanya menjelang maghrib udah sampai rumah.."

" Karena tugasnya sudah selesai, kita pulang yuk. Udah jam lima nih..." ajak Farhan.

" Ya udah, Nay kita pulang dulu ya. Besok mau di jemput nggak..? Biar nggak repot bawanya..." ucap Doni.

" Nggak usah Don, bisa kok bawanya..."

" Nanti kalau Angkotnya penuh bisa rusak Nay...?" ucap Santi.

" Iya Nay, biar di jemput Doni aja..." saut Farhan.

" Terserah kalian aja, Nayla cuma nggak mau ngrepotin aja..."

" Nggaklah Nay, pokoknya besok aku jemput..." ucap Doni.

" Ya udah, besok jangan telat..."

" Ya udah, kami pulang dulu Nay.... Assalamu'alaikum..."

" Wa'alaikumsalam...".

Setelah semua temannya pulang, Nayla membersihkan peralatan bekas mereka belajar dan mencuci piring bekas makan.

Setelah selesai, Nayla menyiram tanaman sambil menunggu neneknya pulang dari perkebunan.

" Assalamu'alaikum..." ucap Nenek.

" Wa'alaikumsalam Nek...".

" Temen kamu sudah pulang Nay...?"

" Sudah Nek... Nenek istirahat dulu biar Nay ambilkan minum...".

Selepas sholat maghrib, Nayla masuk ke kamar Nenek.

" Nek, Nayla pijitin ya...? Nenek pasti capek setiap hari harus memetik teh..."

" Nenek masih kuat Nay, semoga kelak kamu menjadi orang yang sukses dan mendapatkan jodoh yang terbaik..."

" Iya Nek, Nayla janji akan membahagiakan Nenek. Nayla akan menjadi sukses seperti harapan Nenek..."

Nayla memijit kaki nenek dengan telaten, dia merasa tidak tega melihat neneknya yang semakin tua harus bekerja keras untuk kehidupan mereka.

" Nek, kita makan dulu ya... Nanti setelah Isya' nenek bisa langsung istirahat..."

" Iya Nay, kamu juga jangan terlalu lelah. Kamu harus rajin belajar biar bisa mencapai cita - citamu...".

" Iya Nek, Nayla tidak akan lupa pesan nenek..." Nayla memeluk neneknya.

Setelah makan malam dan sholat Isya' Nenek langsung istirahat di kamarnya. Sedangkan Nayla, dia melanjutkan belajar untuk ulangan besok di sekolah.

Setelah selesai belajar, Nayla segera menuju tempat tidurnya untuk istirahat.

" Kenapa Ayah dan Ibu seperti tidak menyayangiku. Kenapa kasih sayang mereka hanya untuk kak Maya. Apa salahku pada mereka...? Tak pernah sekalipun mereka memelukku walau hanya sebentar saja. Ya Allah, apa aku ini memang tidak diinginkan oleh kedua orangtuaku...?" batin Nayla.

Karena malam semakin larut, Nayla memejamkan matanya untuk merangkai mimpi tentang keindahan.

.

.

TBC

.

🌷🌷🌷

Mohon dukungan untuk Author ya...

Semoga readers suka dengan cerita yang Author tulis.

Selamat membaca...

🌹🌹🌹

Menyambut mentari pagi

Nayla terbangun dari tidurnya saat mendengar adzan shubuh. Setelah sholat shubuh, Nayla membuat sarapan untuk dia dan nenek. Kemudian Nayla membersihkan rumah sebelum bersiap - siap ke sekolah.

" Nay, jangan terlalu capek sebentar lagi ujian lho...?"

" Nggak apa - apa Nek, Nayla nggak capek kok...".

Setelah selesai membereskan rumah Nayla duduk di depan rumah memandang sang mentari pagi yang mulai memancarkan kehangatannya. Sinarnya yang mulai menghiasi indahnya alam perbukitan perkebunan teh.

" Nay, kamu nggak siap - siap ke sekolah..." panggil Nenek.

" Iya Nek, sebentar lagi. Nenek sudah mau berangkat kerja...?"

" Iya, keburu siang. Jangan lupa di kunci pintunya kalau pergi ke sekolah..." pesan Nenek.

" Iya Nek, Nayla nggak lupa kok. Nenek jangan terlalu capek, jaga kesehatan Nenek. Hanya nenek yang Nayla punya saat ini..." ucap Nayla.

" Ya udah, nenek berangkat dulu... Assalamu'alaikum..."

" Wa'alaikumsalam Nek..." Nayla mencium tangan Neneknya.

Setelah Nenek pergi, Nayla segera masuk ke dalam rumah untuk mandi dan bersiap - siap berangkat sekolah.

Tak lama Doni datang menjemput Nayla.

" Assalamu'alaikum Nay...." ucap Doni.

" Wa'alaikumsalam Don... duduk dulu, Nay ambil dulu tugas prakaryanya..." jawab Nayla.

" Aku nunggu disini aja Nay, cepetan keburu telat..." saut Doni.

" Ya udah, tunggu sebentar..."

Nayla segera masuk mengambil tugas dan tas sekolahnya lalu keluar dan tak lupa mengunci pintunya.

" Ayo Don... tapi pelan - pelan takut rusak ini..."

" Iya, bawel banget sih..."

" Apaan sih, ayo cepetan..."

" Katanya di suruh pelan Neng...?"

" Hehehee...sorry, lupa..." Nayla malah tertawa.

Mereka segera berangkat ke sekolah supaya tidak terlambat. Sampai di depan gerbang sekolah, Farhan dan Santi sudah menunggu.

" Lama banget sih kalian...? Keburu bel berbunyi..." ucap Santi.

" Sorry San, nungguin Doni lama..." jawab Nayla.

" Pasti mandi kembang tujuh rupa dulu..." ledek Farhan.

" Sialan lho, sini gue tebas leher lho..." saut Doni.

" Udah - udah...jangan berantem, ayo masuk..." ucap Nayla.

" Neng Nayla belain Bang Farhan apa Doni...?" goda Farhan.

" Nggak dua - duanya. Ayo San, kita masuk duluan..." ajak Nayla.

" Ayo Nay, percuma ngeladenin orang stress kayak mereka..." saut Santi.

" Nay, tunggu...aku parkir motor dulu..." teriak Doni.

Nayla dan Santi terus saja jalan, tidak menghiraukan teriakan Doni.

" Nay, kamu ngerasa nggak sih kalau Doni itu suka sama kamu...?" tanya Santi.

" Nggak mungkinlah San, kita itu semuanya berteman. Lagian aku itu pengen fokus belajar bukan mikirin hal kayak gitu..."

" Tapi, kalau dia beneran suka gimana Nay...?"

" Aku nggak mau persahabatan kita rusak hanya karena hal semacam itu. Persahabatan kita lebih penting dari apapun...".

" Terserah kamu aja Nay, kalau kamu nggak suka jangan kasih dia harapan atau kesempatan yang nantinya hanya membuat dia kecewa..."

" Tenang aja, perasaan aku buat kalian semua itu sama..." ucap Nayla.

" Nay, San...jalannya kok pada cepet banget sih...?" ucap Farhan.

" Makanya jalannya jangan kayak siput...." saut Santi.

" Biar aku bawain Nay...?" kata Doni.

" Nggak usah Don, aku bisa kok bawanya...".

Sampai di dalam kelas, Nayla menaruh tugasnya diatas meja menunggu bel tanda masuk berbunyi.

" Nay, setelah lulus nanti rencana kamu apa...?" tanya Santi.

" Aku belum tahu San, pengennya lanjutin kuliah tapi aku nggak bisa ninggalin nenek sendirian..."

" Jalan kita itu masih panjang Nay, jika kamu disini terus gimana kamu bisa mencapai cita - cita kamu..."

" Aku tahu San, tapi...siapa yang akan menjaga nenek...?"

" Nenek kamu itu masih kuat Nay, beliau masih bisa menjaga dirinya sendiri. Kenapa kamu nggak ke kota cari kerja sambil kuliah..."

" Nanti aku omongin dulu sama Nenek San..."

Tak lama jam pelajaran di mulai, semua siswa belajar dengan tenang.

* * *

Hari Sabtu pagi, Nayla libur sekolah. Biasanya dia akan membantu nenek untuk memetik teh di pagi dan sore hari. Nayla senang bisa membantu neneknya bekerja. Dia tidak merasa malu walaupun sering bertemu dengan teman sekolahnya.

" Nek, apa setelah lulus sekolah nanti Nayla boleh kuliah...?" tanya Nayla.

" Nenek selalu mendukung apapun keinginan kamu Nay, tapi apa Ayah kamu mau membiayai kuliah kamu...?"

" Kalau soal biaya kuliah, Nayla akan mencari pekerjaan sambil kuliah Nek... Nayla cuma tidak ingin jauh dari Nenek..."

" Nay...raihlah cita - citamu sampai dapat. Nenek akan merasa bangga jika kamu bisa menjadi orang yang berhasil..."

" Nenek tidak apa - apa Nay tinggal sendiri di rumah...?"

" Kamu jangan khawatir Nay, Nenek tidak apa - apa disini..."

" Terimakasih ya Nek, Nayla janji akan menjadi orang yang sukses seperti yang Nenek harapkan...".

Setelah hari menjelang siang, Nenek dan Nayla kembali pulang ke rumah. Sampai di rumah mereka istirahat sebentar sambil menunggu waktu dhuhur.

Nayla masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponsel yang sedari pagi dia tinggalkan dirumah. Saat membuka layarnya, terlihat puluhan panggilan tak terjawab dari ibunya.

" Ada apa ya...? Kok tumben Ibu telfon sampai puluhan kali, biasanya nggak pernah Ibu telfon..." gumam Nayla.

Nayla segera menghubungi balik ibunya karena tidak biasanya ibunya menelfon.

" Assalamu'alaikum Bu...?"

" Wa'alaikumsalam..." jawab ibu dari seberang telfon.

" Maaf, tadi ibu telfon Nayla...?"

" Kamu dari mana saja, di telfon nggak diangkat...?"

" Maaf Bu, tadi Nayla membantu nenek memetik teh di perkebunan..."

" Ibu cuma mau bilang, sabtu depan kamu datang kesini...!!!"

" Ada apa Bu, sebentar lagi Nay ujian..."

" Jangan membantah, pokoknya kamu harus datang kesini sabtu depan..."

" Iya Bu, Nayla akan kesana..."

" Ya sudah, Ibu banyak urusan... kamu jaga nenek baik - baik..."

" Iya Bu..."

Ibunya memutuskan telfon terlebih dahulu sebelum Nayla selesai bicara.

" Ada apa ya...? Nggak biasanya Ibu menyuruh Nayla datang...?" gumam Nayla.

Nenek datang menghampiri Nayla dan duduk di sampingnya.

" Nay, kenapa kamu murung... ada apa Nak...?"

" Begini Nek, Ibu menyuruh Nayla untuk pulang ke kota minggu depan..."

" Ya sudah tidak apa - apa, mungkin ada sesuatu yang penting disana..." ucap Nenek.

" Iya Nek, tapi nenek tidak apa - apa kan Nayla tinggal ke kota dua hari. Insya Allah minggu sore Nay sudah kembali..."

" Iya Nay, Nenek tidak apa - apa. Kamu hati - hati di jalan..."

" Iya Nek..." Nayla memeluk neneknya dengan erat.

" Kenapa perasaanku tidak enak begini ya...? Sebenarnya apa yang akan Ibu katakan, kenapa Nayla harus kesana...?" batin Nayla.

Setelah sholat Dhuhur, Nayla dan Nenek makan bersama kemudian istirahat lagi karena nanti sehabis Ashar mereka harus kembali bekerja memetik teh.

Nayla merebahkan tubuhnya di kasur sambil memikirkan tentang ibunya.

" Ya Allah, kenapa perasaanku gelisah seperti ini. Apa yang sebenarnya terjadi...? Takdir apa yang telah Engkau tuliskan untukku ya Allah. Berikanlah jalan kemudahan dalam menghadapi semua ujian dariMu ya Allah. Semoga hamba tabah dan kuat dalam menjalani takdirMu. Kuserahkan semua takdir ini hanya kepadaMu, berikanlah jalan yang terbaik untuk hambamu ini..."

Nayla tanpa sadar meneteskan airmatanya. Tidak tahu mengapa, Nayla merasa akan terjadi sesuatu hal yang besar dalam hidupnya yang akan merubah masa depannya nanti.

.

.

TBC

.

.

🌹🌹🌹

Mohon dukungannya buat Author ya 🙏🙏🙏

Semoga cerita ini bisa menghibur readers semua...

Selamat membaca.....

🌹🌹🌹

.

.

Di Paksa Menikah

Sabtu pagi, Nayla berangkat ke kota dengan Bus antar kota menuju rumah Ayahnya. Butuh waktu tiga jam untuk sampai di tempat tujuan. Setelah tadi berpamitan dengan neneknya, tidak tahu kenapa hati Nayla sangat berat untuk pergi.

Sampai di kota, Nayla melangkahkan kakinya dengan sangat berat menuju rumah orangtuanya. Saat di jalan menunggu angkutan umum, tak sengaja Nayla terserempet mobil yang sedang melaju sampai di bahu jalan.

" Auwww..." Nayla terjatuh ke bahu jalan.

Mobil itu langsung berhenti tak jauh dari tempat jatuhnya Nayla. Pengemudi mobil itu keluar dari mobilnya lalu menghampiri Nayla.

" Maaf...saya tidak sengaja..."

Nayla melihat ke arah orang yang berdiri di depannya. Seorang laki - laki tampan, putih dan tinggi. Tapi dia terlihat sangat dingin dan kharismatik.

" Tidak apa - apa..." jawab Nayla.

" Mari saya bantu Nona...?"

" Terimakasih..."

" Kamu mau kemana biar saya antar...?" ucap orang itu.

" Tidak usah, terimakasih... saya bisa pulang sendiri..."

" Yakin bisa pulang sendiri...?"

" Iya..." Nayla mencoba berjalan, namun kakinya terasa sangat sakit.

Nayla hampir saja tersungkur ke jalan kalau saja laki - laki itu tak menangkapnya.

" Hati - hati Nona... sebaiknya saya antar kamu pulang..." ucapnya.

Nayla pasrah saat laki - laki itu memapahnya ke dalam mobil.

" Siapa namamu...?"

" Saya Nayla...."

" Saya Alvano..."

" Terimakasih Mas Al sudah menolong saya..."

" Saya yang minta maaf, karena sudah menabrak kamu. Sebenarnya tadi saya menghindari motor yang terlalu dekat dengan mobil saya..."

" Oh iya Nay, dimana rumah kamu...?" tanya Alvano.

" Nanti di perempatan depan belok kiri..."

" Ok...!!! Apa kamu masih sekolah...?"

" Iya Mas, saya masih sekolah tapi sebentar lagi lulus...".

" Sekolah dimana...?"

" Saya tidak sekolah disini Mas, saya kesini hanya untuk mengunjungi orangtua saya..."

" Kamu tinggal dimana...?"

" Saya tinggal di desa kecil di luar kota..."

" Kenapa tidak tinggal dengan orangtuamu...?"

" Saya juga tidak tahu Mas, sejak kecil saya tinggal dengan Nenek di desa. Aku merasa mereka tidak menganggapku ada..."

" Sekarang kita kemana lagi...?"

" Saya turun di depan Minimarket itu saja Mas, Ibu saya tidak suka saya membawa teman ke rumah..."

" Ya sudah... tapi kamu bisa jalan sampai rumah...?"

" Insya Allah bisa Mas..."

Alvano memarkirkan mobilnya di depan Minimarket. Dia membantu Nayla turun dari mobilnya.

" Kamu yakin bisa pulang sendiri Nay...?"

" Iya Mas, terimakasih sudah mengantarkan Nayla sampai sini..."

" Ya sudah, kalau begitu saya pergi dulu. Masih banyak urusan yang harus saya selesaikan.

" Iya Mas, hati - hati..."

" Ya, kamu juga hati - hati pulangnya..."

" Assalamu'alaikum Mas Al...."

" Wa'alaikumsalam Nay...".

Setelah masuk ke dalam mobilnya, Al langsung melajukan mobilnya dengan terburu - buru untuk pulang ke rumah.

* * *

Sampai di rumah, Al langsung di hadang oleh Mamanya di depan pintu.

" Assalamu'alaikum Ma..."

" Wa'alaikumsalam... Darimana kamu Al, kamu tahukan hari ini kamu akan menikah...? Apa kamu masih menemui perempuan itu lagi...?"

" Ma... Al tidak bisa menikah dengan perempuan yang tidak Al kenal. Al sangat mencintai Nadine Ma..."

" Dia itu bukan perempuan yang baik Al, dia hanya mengincar harta kamu saja..."

" Cukup Ma... Al pusing dengan semua ini. Selamanya Al akan tetap mencintai Nadine..."

" Sebaiknya kamu istirahat, habis Ashar kita akan berangkat ke rumah calon istri kamu..."

" Ma... kenapa harus secepat ini. Setidaknya biarkan Al mengenal calon istri Al terlebih dahulu..."

" Kamu bisa mengenalnya setelah menikah..."

Alvano langsung beranjak masuk ke dalam kamarnya dengan kesal. Sampai di kamar, Al merebahkan dirinya di kasur. Tanpa sadar dia mengingat gadis yang ditabraknya tadi.

" Gadis itu masih lugu dan polos. Wajahnya terlihat cantik alami tanpa make up. Senyumannya juga begitu manis..." gumam Alvano.

" Sial... apa yang aku pikirin sih...? Cuma Nadine yang ada di hatiku...".

Alvano memejamkan matanya untuk menghilangkan lelah hatinya.

" Kira - kira seperti apa gadis yang akan menikah denganku...? Apa dia secantik Nadine...? Bagaimana aku bisa menikahi gadis yang tidak ku kenal, sementara hatiku hanya untuk Nadine. Apa gadis itu sama terpaksanya seperti aku yang di paksa menikah mendadak. Bagaimana kalau dia juga punya kekasih...?"

Al pusing memikirkan pernikahan terpaksa itu. Alvano segera menghubungi Bima, Asisten pribadi sekaligus sahabatnya sejak SMP.

" Bim, lho ke rumah sekarang. Langsung aja ke kamar..." ucap Alvano.

" Ada apa Al...? Inikan hari pernikahan lho, gue lagi siapin semua perlengkapan yang akan lho bawa nanti..."

" Cepat kesini, biar diurus orang lain disitu...!"

" Siap Boss... Saya segera jalan ke rumah Boss...".

Bima segera melajukan mobilnya menuju rumah Bossnya.

" Boss... ini Bima. Boleh masuk....?" Bima mengetuk pintu kamar Al.

" Masuk Bim...!" perintah Alvano.

" Astaga Al, kenapa kamar lho berantakan...?"

" Diem lho..."

" Hhhh.... terus ngapain nyuruh gue kesini...?"

" Lho gantiin gue..."

" Maksudnya apa Boss...?"

" Lho yang nikah sama gadis itu...!"

" Masya Allah Boss... mending lho tebas aja leher gue sekarang..." ucap Bima.

" Lho tahu kan Bim, gue masih menjalin hubungan dengan Nadine. Kalau dia tahu gue nikah sama orang gimana...?"

" Gue nggak ikutan kalau soal itu Al. Gue pikir nyokap lho bener juga, Nadine bukan pilihan yang baik buat lho..."

" Kenapa lho jadi belain Mama...?"

" Tanya pada hati lho Al, apa lho beneran cinta sama Nadine...? Apakah dia mencintai lho dengan tulus bila lho tak memberikan fasilitas mewah padanya...?"

" Nadine itu pasti cinta juga sama gue Bim, apa ada yang dia cari yang melebihi gue...?"

" Sudahlah Al, yang penting sekarang lho pikirin pernikahan lho. Gue yakin calon istri lho juga di paksa menikah. Karena waktu gue anter nyokap lho ke rumahnya, gadis itu masih di luar kota. Jangan pernah sakiti gadis itu Al, lepaskan dia jika lho nggak suka. Biarkan dia juga bebas dengan pilihannya sendiri..."

" Gue juga maunya gitu Bim, tapi gue bisa apa...? Mama mengancam akan pergi dari rumah kalau gue batalin pernikahan ini..."

" Sabar Al, mungkin semua ini sudah menjadi takdir hidup lho. Mungkin Nadine bukan jodoh lho, berusahalah untuk ikhlas menerimanya..."

" Apa dia juga bisa ikhlas dengan pernikahan ini Bim, kita tidak tahu seperti apa dia..."

Tak lama, Mama mengetuk pintu kamar Alvano.

" Al... Mama masuk ya...?"

" Iya Ma..."

" Al, cepat ganti pakaian kamu, sebentar lagi kita berangkat..." ucap Mama.

" Iya Ma..." jawab Al pasrah.

Setelah selesai bersiap, Al dan Bima keluar dari kamar dan bergabung dengan yang lain.

" Sudah Al...? Ayo berangkat sekarang..." ucap Papa.

" Kak Al nggak usah khawatir, pilihan Mama pasti cantik..." saut Adelia adiknya.

" Anak kecil nggak usah ikut - ikutan..." sungut Al.

" Sudah - sudah... ayo berangkat sekarang biar nggak telat sampai sana..." ucap Mama.

Mereka segera melajukan mobilnya menuju tempat akad nikah yang dilaksanakan di rumah mempelai wanita. Mereka memakai dua mobil, Papa dan Mama bersama dengan sopir sedangkan Al bersama Bima dan Adelia.

" Tunggu Bim, kenapa kita kesini...?" ucap Al saat Bima menepikan mobilnya di depan Minimarket.

" Inikan tempat dimana gue anter Nayla tadi..." gumam Alvano.

" Kak Al ngomong apa...?" tanya Adelia.

" Tidak...!" jawab Al singkat.

" Begini Al, rumah calon istri lho itu masuk gang sempit. Nggak muat untuk mobil jalannya..."

" Kenapa Mama bisa dapet jarum di tumpukan jerami gini sih..." ucap Al kesal.

" Bukan jarum kak, Mama itu cari mutiara di dasar lautan lepas..." saut Adel.

" Jangan sok tahu lho bocah ingusan...".

Mereka menapaki gang kecil menuju rumah calon istri Alvano. Sampai di depan rumah, keluarga mempelai wanita sudah menunggu di depan rumah.

" Assalamu'alaikum..."

" Wa'alaikumsalam... silahkan masuk. Kita mulai saja acaranya, lebih cepat lebih baik.

Sementara itu di dalam kamar, Nayla sedang menangis. Dia tidak menyangka orangtuanya memaksa dia untuk menikah di usianya yang masih belia.

" Kak Maya, kenapa kalian tega melakukan semua ini padaku...? Nayla masih sekolah, kenapa Ayah dan Ibu melakukan ini...?"

" Nay, kamu turutin aja sih kemauan Ibu. Apa salahnya kamu menikah, sebentar lagi juga kamu lulus sekolah..."

" Bagaimana kalau nenek tahu Kak...? Nenek maunya Nayla jadi orang yang sukses dan berpendidikan tinggi..."

" Kamu jangan sampai kasih tahu nenek dong, gitu aja kok ribet..."

Astaghfirullah Kak... kenapa kalian melakukan ini padaku...? Apa salahku...?"

" Kamu mau tahu apa kesalahanmu...?"

" Apa Kak...? Nayla tidak pernah meminta apapun pada kalian..."

" Kamu dengar baik - baik Nay.... Kamu itu sebenarnya..."

.

.

TBC

.

.

Jangan lupa dukung Author ya...

Tinggalkan jejak dengan Like, Coment, Vote and Rate 5...

Selamat membaca....

.

.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!