NovelToon NovelToon

Guardians : Legend Of Leo

Prolog: Pemuda Dan Takdirnya

Ashura, Makhluk Kuno yang muncul secara misterius dan memiliki wujud yang menyerupai hewan pemangsa seperti serigala, beruang, macan, singa, dan pemangsa lainnya.

Ashura memiliki ukuran yang jauh lebih besar dan kecerdasan yang tinggi dibanding dengan hewan pada umumnya.

Dengan kekuatan yang besar bersamanya Ashura membawa kehancuran pada apa yang ada disekelilingnya.

Berabad-abad Ashura membawa kehancuran pada umat manusia dan menyebabkan kesengsaraan yang berkepanjangan, dengan korban yang tak terhitung jumlahnya, membuat nama Ashura ditakuti oleh banyak orang.

Sampai akhirnya muncul orang-orang yang bisa melawan mereka dan menjaga perdamaian pada wilayah dimana mereka ada untuk mempertahankan wilayah tersebut.

Orang-orang ini kemudian disebut Guardians penjaga umat manusia, lambang kedamaian dan keberanian umat manusia. Harapan terakhir umat manusia melawan kepunahannya.

~•~

Di suatu hutan terlarang area pinggir kota Sodcha, terlihat sepasang pemuda-pemudi berlari secepat mungkin dengan nafas yang memburu.

Terlihat seorang gadis dengan rambut panjang berwarna hitam, sedang berlari bersama seorang pemuda yang memiliki paras yang cukup tampan.

Dengan rambut berwarna coklat yang sedikit lebih mencolok, mata berwarna hijau terang, dan tatapan yang sedikit kelam, keduanya nampak terburu-buru menghindari sesuatu yang ada di belakangnya.

Napas gadis itu terdengar mulai terputus-putus, "Leo tunggu ... " gadis itu berkata sambil berusaha tetap berlari bersama pemuda di depannya.

Napasnya sudah tak beraturan dan tubuhnya terlalu lelah setelah berlari sekuat tenaga tanpa henti.

Ia tak bisa berhenti karena tangannya digenggam erat oleh sang pemuda, dan ada alasan lain mengapa mereka sampai harus berlari secepat mungkin dibelakangnya.

"Leo!" Napas gadis itu semakin tersengal, "Aku sudah tidak kuat lagi..." Gadis itu melepaskan genggaman tangannya.

"Ayolah Rose! Mereka sudah dekat. Baiklah kalau begitu naiklah kepundakku cepat!" Ucap Leo sebelum memalingkan wajahnya ke arah Rose.

Mereka adalah Rose dan Leo sepasang kekasih yang kebetulan sedang berlatih di hutan itu.

Keduanya adalah murid dari seorang mantan Jenderal dari Pasukan Kerajaan, keduanya juga memiliki bakat unik masing masing dalam bela diri pertempuran.

"Umm... Baik!" Rose bergegas naik ke punggung Leo saat pemuda itu menundukkan tubuhnya.

Rose bisa melihat kalau sebenarnya Leo juga sudah kelelahan sama sepertinya tetapi ia terus menutupinya dengan senyum ringan di wajahnya.

"Baiklah kalau begitu pegangan yang erat! Kita akan melewati jalan yang panjang!"

"Iya, cepatlah Leo mereka sudah dekat!"

Leo berlari sekuat tenaganya, menjauhi makhluk yang semakin dekat dengan mereka. Nafasnya memburu, keadaannya tak jauh berbeda dengan Rose yang saat ini berada di punggungnya.

"Sial pandanganku mulai memudar! Aku tak boleh jatuh disini, setidaknya sampai Rose berada ditempat yang aman" Leo mengalihkan pandangannya ke arah Rose.

Selang beberapa saat kemudian, tubuh Leo tak sanggup menuruti keinginannya, mereka terjatuh hanya beberapa ratus meter dari makhluk yang mengejar mereka.

"Rose, apa kau tak apa?! Sepertinya kita tak bisa kemana-mana lagi. Kita sudah terkepung."

Rose hanya melihat Leo dengan tatapan bersalah, andaikan ia tak memperlambat Leo mungkin keadaan mereka tidak akan jadi seperti sekarang, setidaknya untuk Leo.

"Rose? Hei jawablah! Kita tidak boleh diam saja."

Rose meneteskan air matanya, ia tak menduga latihan mereka yang seharusnya tak berbahaya akan menjadi seperti sekarang, seharusnya bagian tepi Hutan Terlarang tidak dihuni banyak Ashura tipe Beast, tetapi entah kenapa sekarang mereka malah dikejar-kejar oleh lusinan Ashura tersebut.

Lusinan Ashura tersebut dengan cepat mengelilingi mereka, tidak memberi jalan keluar sedikitpun untuk mereka.

Leo mengeluarkan pedangnya bersiap menyerang Ashura yang hendak menyerang mereka.

Ashura tipe Beast yang mereka lawan menyerupai serigala, dengan taring besar dan mata merah menyala, para Ashura itu nampak bersiap untuk menerjang Leo dan Rose yang sudah kelelahan dan tidak dalam kondisi prima untuk bertarung.

Satu Ashura memulai pergerakan dengan melompat menyerang Leo, dengan cepat Leo mengayunkan pedangnya ke arah Ashura itu.

"Sial, rasakan ini!" Pusaran api berputar menyerupai bulan sabit setelah Leo menebas Ashura itu dengan pedangnya.

Hanya dengan satu serangan kepala Ashura itu sudah terpisah dari tubuhnya dan perlahan terbakar menjadi abu.

Melihat rekannya tewas dalam satu serangan, Ashura yang lain mencoba menyerang dengan jumlah untuk melemahkan tenaga Leo yang memang sudah hampir pada batasnya.

Satu per satu Ashura menerjang Leo, memaksa Leo menebas mereka dengan berbagai serangan yang terlihat seperti tarian berapi dan membara.

Satu demi satu mayat Ashura berjatuhan, tetapi tidak ada tanda-tanda para makhluk itu akan menyerah.

Setelah lebih dari dua puluh ekor Ashura menerjang Leo, pemuda itu kehilangan keseimbangannya dan menggunakan pedangnya untuk menopang tubuhnya yang sudah tak sanggup lagi berdiri.

Tanpa menyia-nyiakan kesempatan ini para Ashura dengan cepat mencoba menerjang Leo dari berbagai arah.

Melihat hal ini Rose berdiri dan menggunakan tenaganya yang tersisa untuk membantu Leo, Rose sudah memperkirakan hal ini sehingga ia memutuskan untuk menghemat dan mengisi kembali tenaganya,

Agar saat Leo sudah benar-benar kehabisan tenaga, ia bisa melindungi Leo dengan sisa kekuatannya.

"Kalian mencoba menyakitinya? Lewati dulu pedangku!" Rose menebaskan pedangnya,

Tebasan Rose menghasilkan energi angin tajam yang sangat tipis, berbeda dengan Leo yang gerakannya tajam dan tegas, setiap gerakan Rose sangat halus dan lembut, sehingga terlihat seperti seseorang yang sedang menari dikelilingi mawar yang indah.

Para Ashura tidak berhenti menyerang Rose sampai akhirnya gadis itu mulai kehilangan keseimbangannya karena tenaga yang ada ditubuhnya sudah hampir habis.

Melihat Rose sudah hampir kehabisan seluruh tenaganya, Leo kembali berdiri dan mengayunkan pedangnya.

"Hmph!" Leo mendengus saat mengayunkan pedangnya. Setelah beristirahat sejenak, tenaganya sedikit terisi dan membuatnya bisa mengayunkan pedangnya sekali lagi.

Sembari terus menyerang lawan-lawannya dengan cepat, Leo akhirnya mengambil kuda-kuda bersiap.

Ia mengarahkan pedangnya ke depan, seraya menatap tajam Ashura-Ashura di depannya.

"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, tapi apa boleh buat, kalian memaksaku." Bola api besar tercipta di ujung pedang Leo, Bola api itu semakin membesar menyerupai matahari yang panas dan membara, membakar apa saja yang ada dalam area serangannya.

"Biar kubantu!" Rose juga mengambil posisi serupa dan mengumpulkan semacam cahaya di ujung pedangnya.

Cahaya itu berubah perlahan menjadi pusaran angin yang membantu penyebaran serangan bola api Leo, setelah keduanya bersatu pusaran angin Rose menyerap api dari bola api milik Leo yang berada di tengah pusaran tersebut sehingga membakar apapun yang dilewati oleh api tersebut.

Dalam sekejap, tidak ada serigala lagi yang terlihat.

"Sepertinya hari ini hari keberuntungan kita" Leo menjatuhkan pedangnya karena kehabisan tenaga.

Rose juga kehilangan keseimbangannya dan hampir terjatuh jika tak ada Leo yang menahannya saat itu. sambil tersenyum lega, keduanya kemudian terjatuh bersama-sama.

Mereka berdua memilih beristirahat sebelum kembali ke kota Sodcha.

Tetapi, saat Leo hendak duduk, tiba-tiba seekor Ashura yang jauh lebih besar dari yang mereka hadapi sebelumnya muncul dan langsung melompat ke arah Leo.

Serangannya begitu cepat, sehingga Leo mencoba menahannya dengan pedang miliknya.

Cakar Ashura itu bertemu dengan pedang Leo, menyebabkan suara retakan dan gelombang udara ringan disekitarnya.

Ashura itu melompat mundur, sementara Leo kehilangan keseimbangannya dan terjatuh kebelakang. Leo melihat pedang yang ia genggam, terlihat pedang tersebut telah hancur, menyisakan hanya gagangnya saja.

Melihat Leo sudah tidak bisa menahan serangannya, Ashura itu kembali melompat, Leo yang tidak sempat bereaksi kemudian hanya bisa terdiam.

Waktu seakan berhenti, Leo merasa inilah waktunya. Senyum merekah di wajah sombongnya, mungkin ini benar-benar waktu terakhirnya, setidaknya ia berharap Rose bisa menyelamatkan diri berkat pengorbanannya itu.

Tetapi, itu hanya harapannya. Dalam waktu yang seakan membeku itu, Rose ternyata sudah maju ke hadapan Leo.

"Bresss... " Darah mengalir dari dada Rose, wajahnya menjadi pucat dalam waktu singkat, tubuhnya jatuh setelah menerima serangan yang cukup fatal di bagian dada.

Leo bergegas menangkap tubuh Rose. Napasnya lemah seakan itu bisa menghilang kapan saja, Leo menatap wajah kekasihnya itu.

Rose menjadi semakin pucat, napasnya juga semakin melemah dari waktu ke waktu, sambil menatap wajah Leo, Rose tersenyum hangat pada kekasihnya itu.

"Leo ..." ucap Rose dengan suara lemah, "Jangan... lupakan janji kita..."

Beberapa saat setelahnya, suasana menjadi hening, tidak ada lagi suara tarikan napas yang terdengar dari Rose, Sambil memeluk tubuh Rose, Leo meluapkan emosinya.

Air mata mengalir dari pipi Leo, ia menyesal tidak langsung pergi saat berhasil menghabisi para Ashura yang lebih kecil bersama dengan Rose. Sekarang Rose yang ia sayang telah pergi meninggalkannya bersama dengan harapan mereka.

Suara tangis pemuda itu terdengar menggema diiringi dengan hujan yang mulai turun membasahi bumi.

Tanpa pemuda itu sadari Aura berwarna emas perlahan bersinar dari tubuhnya. Aura ini juga dikenal dengan nama "Aura Kebangkitan" karena Aura ini melambangkan terpilihnya seseorang menjadi seorang Guardians.

Dengan Rose dipelukannya Leo merasa kembali dipenuhi kekuatan yang bahkan jauh melebihi kekuatan sebelumnya

~•~

Ashura yang membunuh Rose tidak langsung melompat saat melihat pilar cahaya emas yang tiba-tiba muncul dari pemuda itu.

Setelah cahaya itu memudar, sosok pemuda itu akhirnya terlihat kembali.

Wajahnya terlihat suram, dengan mata kosong seakan tanpa jiwa. Hanya saja, ada hal lain yang membuat bulu Ashura itu berdiri.

"Rose, kau selalu bilang kita akan membangkitkan Aura Kebangkitan bersama, tapi tampaknya itu sudah tidak mungkin untuk sekarang..."

Kobaran Api perlahan muncul dari tubuh Leo, seakan menentang alam kobaran itu justru semakin membara saat diguyur hujan yang semakin deras turun ke bumi.

Leo melihat ke arah Ashura itu dengan tatapan dingin dan hawa membunuh yang terasa pekat.

Seketika suhu disekitar mereka naik semakin panas walaupun hujan sedang mengguyur deras tanpa henti.

"Ini semua gara-gara kau." Leo menatap Ashura itu dengan dingin.

"Haa... ini menyebalkan." Leo kemudian mengangkan tangannya.

Sebuah bola api kecil muncul di tangannya, panas yang dihasilkan bola api tersebut tidak main-main bahkan mampu menguapkan air hujan yang jatuh secara instan.

merasa dirinya dalam bahaya, Ashura yang sedari tadi berdiam memperhatikan Leo, kini mencoba melarikan diri.

"Setelah semuanya baru sekarang kau ingin pergi? Oi, oi, mana bisa begitu."

Leo melempar bola api itu ke arah Ashura yang berlari secepat mungkin menjauhinya.

Dalam beberapa hitungan detik, bola api itu menembus perut Ashura, dan membesar sampai akhirnya menghasilkan ledakan besar.

Ledakan itu semakin membesar, bahkan menghancurkan hutan disekitar mereka.

Asap mengepul dan api menyala dimana-mana, hanya ada seorang pemuda yang berduduk sembari menatap jasad gadis di sana.

"Ah.. Rose, kurasa aku akan menyusulmu." Senyum penyesalan terlihat di wajahnya. Air matanya menetes bersamaan dengan hujan yang tak kunjung reda.

Cahaya keemasan di tubuhnya menghilang sepenuhnya, bersamaan dengan redupnya cahaya tersebut, suara retakan terdengar entah dari mana di tubuh pemuda itu.

Leo hanya tersenyum sebelum akhirnya terjatuh dan kehilangan kesadaran.

***

Chapter ini telah di revisi selamat membaca ulang chapter ini dan semoga sudah lebih baik daripada versi sebelumnya.

Jangan lupa menekan tombol Like, Fav, dan Komen di Kolom Komentar!

Ch.01 Ramalan Dan Kenalan

Beberapa saat sebelum ledakan Hutan Terlarang,

Di suatu ruangan di gedung berwarna putih, seorang pria berbadan besar terlihat sedang berbicara dengan seorang tetua.

"Tuan, serangan Ashura semakin banyak terjadi, tempat yang biasanya aman sekalipun, kini telah dihancurkan oleh mereka."

Suasana menjadi hening, orang yang dipanggil Tuan itu terlihat hendak mengucapkan sesuatu tetapi ia mengurungkan niatnya.

"Begitukah. Haah..." si Tuan itu menghela napas dengan berat.

"Jadi, sudah dimulai, kah?" Pria itu kemudian mendongak ke atas sambil mengeluh dengan lesu.

"Apa maksudmu, Tuan?" bawahannya menanyakan dengan serius

Pria itu bernama Ares. Perawakannya seperti seorang pendeta, meskipun begitu, ia bukanlah bagian dari organisasi keagamaan, apalagi seorang pendeta.

Ares melihat ke arah Pria lain yang merupakan bawahannya, "Taurus, ada suatu kisah yang ingin kuceritakan padamu."

Ares mendekati sebuah bola kristal yang ada disebelah Taurus.

"Cerita ini sebenarnya hanyalah dongeng. Tidak peduli telah diturunkan berapa lama pun, aku menganggapnya begitu." Ia mengusap kristal itu, kemudian melanjutkan ceritanya.

"Jauh di masa lalu, seorang guardians legendaris pernah meramalkan masa depan. Ia disebut-sebut memiliki kekuatan untuk mengubah takdir, bahkan beberapa kali ia membuktikannya dengan memenangkan perang yang seharusnya mustahil dimenangkan.

Dalam ramalannya, Dunia akan mengalami kekacauan, banyak orang kuat bermunculan dan keseimbangan tidak lagi seimbang karena orang-orang ini."

Ares menjauhi bola kristal itu dan pergi ke arah rak buku di belakang Taurus, dan membelakanginya.

"Pada masa itu mereka akan dipimpin oleh seorang Guardians, yang mana disebutkan sebagai Singa yang membawa kedamaian, jika masanya sudah tiba, kristal itu akan bersinar keemasan."

Tidak lama setelahnya, Taurus menyipitkan matanya, "Apakah sinarnya berwarna seperti api yang berkobar?"

Ares menjawab dengan tenang, "Benar, kemudian akan ada kejadian yang mengguncang seluruh Kerajaan Euthorea."

"Apakah cahaya tersebut akan semakin menyala? sampai membuat kristalnya retak?"

"Iya darimana kau tahu? aku bahkan belum menjelaskan?" Ares menaikan sebelah alisnya, ia belum menjelaskan apa-apa tetapi Pria itu lebih dulu mengetahuinya.

"Apakah itu akan terus begitu sampai menghancurkan kristalnya?"

"... " Tidak ada jawaban, dia hanya diam kebingungan dengan pertanyaan bawahannya itu.

"K-Kalau begitu berbaliklah." ucap Taurus dengan sedikit bergetar

"Ini ... " Ares kehabisan kata-katanya,

"Ini benar-benar terjadi!?"

Pria itu memperhatikan kristal itu dengan seksama, sampai akhirnya kristal itu pecah dan kehilangan cahayanya secara perlahan.

"Kita harus segera memberitahukan ini pada Petinggi yang lain! Taurus cepat persiapkan prajuritmu, kita akan mengalami pertempuran besar."

Setelah memberi instruksi, getaran hebat terasa di seluruh Kerajaan Euthorea, membuat kerajaan seperti sedang mengalami gempa yang mahadahsyat

Taurus dan Tetua itu segera keluar meninggalkan Aula Tetua, karena posisi Aula Tetua dibuat menghadap persis ke Hutan Terlarang mereka bisa melihat dengan jelas sebuah ledakan besar membakar hutan tersebut dengan cepat.

"Aku akan memeriksanya sendiri, mohon beritahu yang lain untuk membahas persiapan kita menghadapi masalah besar yang akan datang."

Taurus segera melompat dan berlari menuju sumber ledakan.

Karena Jarak Hutan Terlarang cukup jauh dari kota Tresch, Taurus sampai lebih lama dari yang ia perkirakan.

Setibanya Taurus di Hutan Terlarang dia melihat jelas sisa kobaran api membakar habis hampir separuh Hutan Terlarang beserta isinya dan hanya menyisakan sedikit sisa pohon yang terbakar.

"Apa-apaan ini?"

Taurus mengedarkan pandangannya mencari sesuatu yang mungkin menyebabkan ledakan tersebut.

"Hampir tidak ada yang tersisa disini, sesuatu yang menyebabkan ledakan ini pasti sangat berbahaya aku sendiri mungkin tidak akan sanggup melawannya."

Taurus menelan ludahnya, dia sadar jika sesuatu yang menyebabkan semua ini adalah musuhnya, maka ia tak mungkin memiliki kesempatan untuk kembali hidup-hidup.

'Ini...' Taurus melihat jasad seorang gadis yang tidak tersentuh api sama sekali, paras gadis itu terlihat sangat cantik dan masih sangat muda.

"Sepertinya masih ada yang lain disini." Taurus memalingkan wajahnya dari kiri ke kanan untuk mencari.

Tak lama setelahnya, ia melihat seorang pemuda yang terbaring lemas, namun bukan itu yang membuat Taurus menyadari keberadaannya, Aura keemasan yang mirip seperti di bola kristal terlihat bersinar di tubuhnya walaupun sudah redup namun jelas bahwa kekuatannya berada di level yang sudah tidak dapat ditangani oleh Taurus.

"Jadi kau penyebab semua ini? Aura mengerikanmu membuatku percaya kaulah penyebab ledakan barusan."

Taurus tersenyum tipis, sebelum kemudian mengubur jasad Gadis itu dengan layak dan membawa si pemuda bersamanya.

~•~

"Rose..."

Leo membuka matanya, tubuhnya terasa sakit dan kepalanya seperti berputar dalam sesaat.

Setelah kepalanya tidak terasa berputar lagi barulah dia menyadari bahwa ia sedang berada di tempat tak dikenal.

"Kau sudah bangun, istirahatlah dulu. Jangan paksakan tubuhmu bergerak, kekuatan sebesar itu tidak akan mampu ditahan oleh tubuhmu, kau perlu menyesuaikan diri terlebih dahulu."

Leo memperhatikan Pria besar yang berdiri di pintu ruangan tersebut.

"Maafkan aku, tapi bagaimana bisa aku berakhir disini?"

Pria itu tersenyum ke arah Leo.

"Sebelum menjawab pertanyaanmu bisakah kau ceritakan apa yang terjadi saat kau di Hutan Terlarang?"

Leo terdiam seketika, detak jantungnya terasa berhenti untuk sesaat.

"Itu.. sangat sulit menjelaskannya..."

Pria itu melihat ekspresi Leo dan menarik kata-katanya.

"Ah, lupakan. Kau berakhir disini karena aku. Aku yang membawamu kesini, aku menemukanmu tak sadarkan diri dipinggir Hutan Terlarang."

Leo hanya berdiam, menahan rasa sakit yang tiba-tiba muncul saat dia teringat dengan Rose.

"Untuk gadis itu, maafkan aku. Aku tak sempat menyelamatkannya, tapi aku sudah memberi pemakaman yang layak untuknya."

"Tak apa, lagipula aku yang salah karena tidak bisa menjaganya dengan baik."

Pria itu hanya diam memperhatikan ekspresi Leo yang berubah.

"Namaku Taurus, kau bisa mendatangiku saat kau sudah kembali sehat nanti."

Taurus meninggalkan Leo di dalam ruangan tersebut.

Leo hanya menahan dirinya agar tidak meneteskan air mata yang terasa seperti sudah memenuhi kantung matanya. Ia hanya memejamkan matanya dan kembali beristirahat untuk menenangkan perasaannya yang saat ini benar-benar kacau

~•~

Di Aula Utama dari Gedung itu.

Para Petinggi berkumpul untuk membahas rencana mereka menghadapi bencana besar yang akan datang kepada mereka.

Suasana ribut mendadak menjadi senyap saat seorang Pria paruh baya dengan aura kewibawaan masuk kedalam Aula Utama.

"Hormat pada Sang Pemimpin Agung"

"Selamat datang untuk Sang Pemimpin Agung"

Pria yang disebut Pemimpin Agung mengangkat tangannya dan memberi isyarat kepada para Petinggi lain.

"Seperti yang sudah kalian dengar, kita sudah berada pada masa Ramalan, satu persatu ramalan itu terbukti dan benar. Sekarang kita harus berdiskusi dan merencanakan langkah untuk menghadapi bencana yang akan datang kepada kita, tanpa banyak bicara lagi, mari kita langsung mulai pertemuan Para Petinggi."

Setelah memberi instruksi, Pertemuan Para Petinggi dengan resmi dimulai. Tanpa banyak yang menyadari bahwa bencana yang sebenarnya sudah berada di depan mereka.

***

Chapter ini telah direvisi walaupun tidak banyak, saya harap kalian menikmati revisi yang saya berikan pada kalian, dan semoga cerita ini bisa menjadi salah satu cerita yang kalian nanti-nanti ke depannya.

Ch.02 Kerusuhan

Leo kembali membuka matanya, perasaannya menjadi lebih tenang dibandingkan saat ia berbicara dengan Taurus sebelumnya.

"Ugh... " Leo meringis dengan suara pelan. Tubuhnya masih sakit akibat dari kejadian sebelumnya.

Ia bangkit dari tempat tidurnya dan mencoba mencari Taurus, setelah ia perhatikan sekali lagi ia seperti mengenali tata ruang ditempatnya berada.

'Bukankah ini mirip Elder Hall?'

Leo memperhatikan sekelilingnya, setelah berjalan beberapa saat barulah ia yakin bahwa tempatnya berdiri sekarang adalah Elder Hall. Di Elder Hall hanya para Petinggi dan para Guardians yang bisa masuk, sebelumnya ia banyak melihat bangunan ini dari buku yang ada di tempatnya berlatih bersama dengan Rose.

'Andai kau juga berada disini'

Leo tersenyum tipis, kenangannya bersama dengan Rose muncul, Rose mengatakan bahwa ia akan masuk kesini dan menjadi Guardians terhebat di Kerajaan Euthorea.

Setelah berkeliling dan mencari-cari, Leo akhirnya menemukan Taurus, pria besar itu terlihat sedang membantu seorang gadis untuk mempersiapkan perlengkapan Pasukan Kerajaan.

"Hey, kau sudah sehat sekarang? Bagaimana jika membantuku sebentar di sini?"

Leo hanya mengangguk dan segera ikut membantu mempersiapkan persenjataan dan perlengkapan Pasukan Kerajaan itu.

Setelah selesai mempersiapkan perlengkapan Taurus mengajak Leo untuk pergi ke Taman untuk berbincang. Taman ini terletak di bagian timur Elder Hall, dan digunakan untuk tempat beristirahat oleh para Tetua dan Guardians yang sudah selesai menjalankan tugasnya, taman ini juga memiliki pemandangan yang cukup indah dengan berbagai macam tanaman hias yang tersusun rapi di setiap sudutnya.

"Pasti ada yang ingin kau tanyakan, itulah mengapa kau mencariku, benarkan?"

Taurus langsung memulai pembicaraan dengan Leo.

"Benar, saya kesini ingin bertanya apa yang terjadi saat anda menemukan saya?"

Taurus tertawa mendengar jawaban Leo.

"Tidak usah terlalu formal, anggap saja kita teman dan gunakan bahasa yang nyaman saja, lagipula kau sekarang adalah Guardians sama sepertiku. Tentang pertanyaanmu, saat aku menemukanmu aku melihatmu tidak sadarkan diri ditengah hamparan sisa Hutan Terlarang."

Leo hampir tersedak nafasnya sendiri, dia tidak menyangka kalau kebangkitan Auranya sudah diketahui secepat ini.

"Baiklah, tapi bagaimana Senior tahu kalau aku sudah membangkitkan Aura Kebangkitanku?"

Taurus kembali tertawa mendengar pertanyaan Leo.

"Kupikir kau terkejut dengan statusku sebagai Guardians, tapi ternyata kau lebih terkejut tentang bagaimana aku bisa mengetahui kalau kau sudah membangkitkan Aura Kebangkitan"

"Itu mudah saja, Auramu bahkan bisa menekan milikku, bagaimana bisa aku tidak menyadari kalau kau sudah membangkitkan punyamu?"

Taurus tertawa keras melihat Leo yang ingin mengucapkan sesuatu tapi mengurungkannya.

"Kalau begitu boleh kutahu namamu? Kau belum menyebutkannya sedari awal kita bertemu."

Leo baru tersadar ia belum memperkenalkan dirinya sejak awal bertemu dengan Taurus.

"Maafkan aku, Namaku adalah Leo. Maafkan aku sudah tidak sopan."

'Leo?.'

Leo menundukkan kepalanya sebagai permintaan maaf.

"Hentikan itu, kau tidak salah. Lagipula namamu adalah perwujudan dari kebanggaan dan keberanian, jadi jangan sembarangan menundukkan kepalamu seperti itu."

Taurus bisa melihat kalau Leo memiliki sifat yang sangat baik dan sangat sopan terhadap orang lain. Hal ini membuatnya senang karena Leo kemungkinan tidak terpengaruh oleh kekuatannya dan bahkan masih bisa tetap rendah diri.

"Sebelumnya boleh aku bertanya sesuatu padamu Leo? Apakah kau bisa mengendalikan kekuatanmu?"

Leo hanya bisa mengendalikan sebagian kekuatannya karena ia masih tidak terbiasa dengan perubahan kekuatannya yang sangat tiba-tiba.

"Aku hanya bisa mengendalikan sebagian, sisanya aku tidak terlalu terbiasa mengendalikannya."

Taurus bisa melihat Leo berkata dengan jujur, bagaimanapun bisa terlihat Leo baru saja mengalami perubahan kekuatan itu tentu saja ia tidak bisa langsung mengendalikannya.

"Aku paham, kalau begitu apa kau ingin berlatih mengendalikannya? Aku bisa mengajarimu kalau kau mau?"

Ucapan Taurus membuat Leo terkejut dan bingung harus memberi jawaban apa, karena ia baru saja bertemu dengan Taurus dan sudah merepotkannya sekali, Leo merasa tidak nyaman jika ia harus melakukannya lagi.

"Maafkan aku, tetapi aku sudah merepotkan Anda, ke depannya aku akan berlatih sendiri di Hutan Terlarang."

Taurus hanya tersenyum kepada Leo dan kemudian berjalan sedikit menjauh dari Leo.

"Baiklah jika kau ingin berlatih sendiri, tapi setidaknya biarkan aku mengajarimu satu hal, sudah kewajiban bagi seorang Guardians Senior mengajari Guardians Juniornya."

Taurus mengeluarkan Aura berwarna kecoklatan dan tersenyum pada Leo.

"Biarkan aku mengajarimu jurus terkuat dari para Guardians. Jurus ini disebut Guardians Aura, dapat digunakan untuk menekan musuh dan untuk menyerang secara langsung, aku akan menebas pohon yang di sana, perhatikan ini."

Taurus menebas sebuah pohon kecil yang berada diluar Taman, Tebasannya juga menghasilkan jejak Aura kecoklatan yang menakjubkan dan sangat tajam, membuat pohon itu dan beberapa pohon dibelakangnya ikut terpotong menjadi dua bagian.

"Bagaimana kau tertarik?"

Leo akhirnya menyetujui permintaan Taurus setelah melihat kemampuan serangan dari Guardians Aura. Itu bisa sangat berguna dalam pertempuran, bahkan tebasan tangan dari Taurus bisa menjadi setajam dan sekuat itu.

'Jika seranganku bisa kugabungkan dengan Guardians Aura itu akan semakin membantuku dalam setiap pertempuran sepertinya tidak ada salahnya aku mempelajari jurus ini'

"Baiklah aku setuju, aku akan berlatih dengan Senior. Mohon bimbingan Anda."

"Baiklah kalau kau setuju mari kita pindah tempat, aku punya tempat yang lebih bagus untuk berlatih jurus ini. Jika kita memaksa berlatih disini kemungkinan besar hanya akan menghancurkan Taman ini"

Akhirnya keduanya memutuskan berpindah tempat untuk berlatih Guardians Aura

~•~

Suasana di dalam pertemuan Para Petinggi tidak berjalan dengan lancar, banyak Tetua yang saling berdebat dan ingin menjatuhkan satu sama lain karena menilai pendapat mereka terlalu beresiko dan memakan terlalu banyak korban.

"Harap tenang! Jangan bertengkar masing-masing, kita disini membahas tentang rencana kita menghadapi bencana yang akan datang, jika tidak ada yang ingin memberi usulan maka aku akan pergi mencari solusi ini sendirian."

Ucapan dari Pemimpin Agung berhasil menenangkan keributan para Tetua dan mengembalikan suasana menjadi tenang.

"Tetua Agung, kurasa kita harus segera mengumpulkan para Guardians dan menyebar mereka untuk menekan dan mengalahkan Ashura yang akan datang, untuk kekuatan besar yang dimaksud di Ramalan, kurasa tidak ada salahnya kita menggunakan semua Guardians saat hal itu tiba."

"Apa kau gila? Jika mereka tidak berhasil menahannya, maka kita justru akan dalam bahaya! kau pernah memikirkan hal ini?"

Keributan mulai terjadi antara kubu yang mendukung pendapat Petinggi pertama dan yang menolaknya.

"Hentikan! sudah cukup aku akan pergi mencari solusi sendiri, kalian semua tidak bisa berpikir dewasa dan masih berani menyebut diri kalian Petinggi? Kalian bahkan tidak bisa tenang dalam pertemuan ini, dengan ini Pertemuan dinyatakan berakhir!"

Pernyataan Pemimpin Agung membuat semua Petinggi tertegun menyadari kesalahan mereka. Suasana menjadi hening saat Pemimpin Agung beranjak pergi dari Aula Utama, tidak ada Petinggi yang berani menghentikannya, bahkan untuk berbicara saja tidak ada yang berani.

"Pemimpin Agung anda terlalu terburu-buru, mungkin sebaiknya kita berbicara sebentar dulu untuk memecahkan masalah ini."

Suara seorang pemuda tiba-tiba menggema dari sudut ruangan Aula Utama, tidak ada yang mengenali siapa pemuda itu dan bahkan mereka menilai ia terlalu lancang berbicara seperti itu.

"Siapa kau, beraninya berbicara seperti itu ke Pemimpin Agung!"

Pemuda itu menunjukan diri dan terlihat dia memiliki paras yang cukup tampan dan terlihat perkasa.

"Siapa aku? Itu tidak penting..."

"Yang terpenting adalah tugasku kesini untuk membunuh kalian semua"

Pemuda yang semula berada dipojok ruangan itu tiba-tiba berada di samping Petinggi yang berteriak padanya, sebelum kemudian memisahkan kepala Petinggi tersebut dari tubuhnya.

Seketika para Tetua lain menjadi panik dan mencoba pergi dari Aula Utama.

Chapter Ini Sudah Di Revisi, Selamat menikmati!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!