Lima ratus Tahun Sebelum Masehi Daratan Tengah terdapat 3 Kerajaan, Daratan Pinggiran terdapat 13 kerajaan kecil. Raja ke Tiga di Kerajaan Ning dengan populasi terbanyak berambisi menyatukan semua daratan di bawah satu bendera.
Kedamaian selama beberapa abad pecah menjadi sebuah kehancuran. Kekacauan pun tak terelakan, Pertumpahan darah, Penjarahan, terjadi di beberapa Wilayah.
Kota Nouyang hanya memiliki seribu prajurit, karena sebagian penduduknya lebih memilih untuk bekerja sebagai petani dan sebagian berdagang, menjadi prajurit di wilayah kecil hanya mendapatkan keuntungan yang sedikit.
Di depan gerbang Kota Nouyang terdapat ratusan ribu pasukan dari Kerajaan Ning yang bersiap menyerang kapan saja, tak hanya jumlah pasukan yang banyak namun juga terdapat beberapa sekte yang membantu kerajaan Ning.
Dengan kekayaan Kerajaan Ning dan sumber daya yang di miliki, tak hanya dari golongan hitam yang ikut andil dalam penyatuan benua tapi juga beberapa Sekte netral.
Berbeda dengan sekte hitam yang di janjikan pangkat serta sumber daya, sekte netral hanya di janjikan sumber daya dan bahkan beberapa di antaranya terpaksa bergabung dengan ancaman akan di hancurkan jika menolak.
Kota Nouyang menjadi kota ekspor pangan dan memiliki hubungan baik dengan pihak manapun termasuk kerajaan Ning. “Tapi nyatanya mereka mengarahkan ujung pedangnya pada kita, apa itu yang di maksut niat baik ” kepala desa Nouyang menyuarakan pendapat.
Di dalam bangunan keamanan kota terdapat beberapa petinggi Nouyan termasuk kepala desa dan para jendral Nouyan, membuat pertemuan darurat dan berfikir bersama untuk mencari jalan keluar.
“Di depan gerbang berkumpul ribuan manusia dengan senjata di tangan mereka, Kita akan musnah jika hanya berdiam diri” Salah seorang jendral ikut bersuara.
“Kalau begitu, kita harus melawan” jawab Jendral yang lain.
“Tidak, dengan kondisi kita saat ini, menyerah adalah hal yang tepat” Para petinggi mulai berselisih pendapat.
Sebenarnya semua orang yang ada dalam rapat mengetahui jika apapun yang di lakukan hanyalah sia-sia, namun menolak kenyataan. Sampai seseorang dengan perawakan 30-an tahun datang dan menyerukan suara “Apapun yang ada di balik tembok ini adalah kematian”
“ah,, Yang Mulia” semua yang hadir memberikan hormat.
“Untuk orang tua, anak-anak dan perempuan, harus kita ungsikan” Pemimpin kota Nouyang memberikan gulungan surat. “Jendral Madame Gan,, kuserahkan rakyatku padamu”
Jendral Madame Gan ingin menolak dan berjuang bersama untuk membela rakyat, sampai ia melihat semua yang hadir menatapnya dengan penuh kepercayaan.
“Semua yang hadir disini tidak pernah menyalahkanmu,, Pergilah ke arah selatan dan serahkan surat ini kepada Raja Chang’an”
“Baiklah Yang Mulia,, akan kukerahkan seluruh kekuatanku untuk melindungi mereka” Jendral Madame Gan menerima surat dan memberikan hormat sebelum melakukan tugas terakhir dari Rajanya.
“Baiklah,, semuanya bersiap dan kita akan sambut tamu tak di undang ini! “
“Baik Yang Mulia” Dengan mempercayakan keamanan anak-anak dan istri mereka pada Jendral Madame Gan, Semuanya telah membulatkan tekat untuk melawan.
"Lapor Yang Mulia, menurut triksandi kita di dalam kota Nouyang hanya terdapat 1000 pasukan dan beberapa sekte dari golongan putih" seorang prajurit memberikan laporan.
"Bagus,, bersiap di posisimu"
"Baik Yang Mulia"
Jun Ning menghela nafas panjang dan menatap langit, teringat akan sebuah ramalan yang sangat menggangu pikiran dan ramalan itu pula yang menjadi salah satu alasan untuk menghancurkan semua yang ada di depannya.
**
"Tidak percuma aku membawamu kemari, dengan parasmu yang cantik akan membuatku bisa berkuasa di dunia. Jadilah selirku dan akan kuberikan semua apapun yang kamu inginkan" Jun Ning merasa jika mempunyai selir cantik di sampingnya akan membuat dirinya merasa kuat untuk menguasai dunia.
"Singkirkan tangan kotormu dari wajahku" Perbuatanmu ini hanya akan membuat langit murka, bertobatlah dan kamu akan di berikan ampunan langit.
"Berani kamu menolak tawaranku..? Hukuman mati hanya akan menantimu jika memang menolaknya” Jun Ning tidak pernah gagal dalam mendapatkan keinginannya, dan siapapun yang menolak perintahnya akan di hukum mati.
"Seorang Raja yang haus akan kekuasaan tidak akan pernah mendapatkan kekuatan langit"
"Baiklah jika itu keinginanmu, pengawal..! Bawa wanita ini keluar dan hukum pancung gadis bodoh ini".
"Baik Yang Mulia,,!!" Dua penjaga pintu istana membawanya keluar.
"Maaf Yang Mulia, kita hanya akan mendapatkan musibah jika kita menghukum gadis Cenayang ini, mohon Yang Mulia mengurungkan niat" Seorang pria dengan jubah sutra memakai topi khas pejabat memberikan hormat.
"Apa maksudmu penasihat, gadis Cenayang,,? " Jun Ning terkejut dengan pernyataan itu dan meminta penasehat kerajaan untuk menjelaskan maksud perkataannya.
Gadis Cenayang seringkali menolong rakyat dengan ramalan yang dia ucapkan dan terbukti bahwa sertiap ramalan yang dia ucapkan tidak pernah meleset. Dari sana lah rakyat percaya bahwa gadis Cenayang ini mampu mendengar kehendak langit.
"Jika kita menghukumnya, rakyat akan marah dan melakukan pemberontakan, mohon Yang Mulia bijaksana" Penasehat hukum memberikan hormat.
"Mohon Yang Mulia bijaksana" Seruan pejabat lain ikut membenarkan dan memberi hormat.
Perasaan Jun Ning serasa di sambar petir, seakan tidak percaya tapi tindakan yang di lakukannya menjadi awal dari sebuah kekacauan.
"Langit melihat semuanya wahai Raja yang tamak dan ingatlah, akan data-,," Setelah mendengar Cenanyang memberikan ramalan, Jun Ning ingin menghentikan hukumannya tapi semua sudah terlambat.
Setelah menghukum Cenayang, langit yang cerah berubah menjadi gelap gulita dan angin kencang membuat semua orang di dalam kerajaan bergetar hebat.
**
''Akan datang utusan langit dengan lambang Naga, akan menelan kegelapan dunia,? cihh,," Jun Ning tersadar
dengan lamunannya sambil mengepalkan tangan kanannya. Aku lah utusan langit dan akan ku satukan benua dengan tanganku.
Kekuatan yang berada di belakang Jun Ning akan membantunya untuk menguasai dunia dan menemukan anak yang di takdirkan. Sampai menemukan anak yang di ramalkan, Jun Ning akan terus menghancurkan apapun yang ada di depannya.
Meski tidak mengetahui anak yang di ramalkan adalah seorang pria atau wanita namun yang pasti, anak dengan lambang Naga akan menghalanginya untuk menguasai dunia.
"Semua pasukan,,!! Serang dan hancurkan,,'' Dengan menghunuskan pedang ke atas menggunakan tangan kanan, Jun Ning menggerakkan ratusan ribu pasukan di belakangya.
Ribuan hujan panah api mengarah kesetiap sudut kota, membuat rumah penduduk terbakar dan tidak sedikit prajurit yang terkena panah api. Dinding dan gerbang kokoh yang menjadi pelindung Nouyan, hancur dalam satu malam.
Kota Nouyan yang di bantu oleh sekte aliran putih dan rakyat sipil dengan garpu jerami mereka, masih belum cukup untuk memukul mundur pasukan Kerajaan Ning.
Ratusan ribu suara prajurit memecahkan heningnya malam, bintang di langit di penuhi asap api yang berkobar di kota Nouyan. Malam seratus tahun menjadi awal sebuah Kekacauan.
Dengan Lambang Binatang Suci yang melekat padaku, Aku membawa Titah Langit,
Berdiri di atas Kebenaran membawa Kedamaian “ Kembalinya LEGENDA NAGA !! ”
**//**
Hallo semuanya,,
Ini adalah pengalaman pertama menulis saya di Mangatoon
Membuat para pembaca mengerti akan jalan cerita dan bahasa yang mudah di pahami adalah tantangan bagi saya
jadi,,Pantengin terus Return of the Dragon Legend
jangan lupa like,komen and share
Hatur Nuwun :)
Di tengah hutan terdapat sebuah rumah dengan dinding terbuat dari kayu beratapkan jerami yang hanya di tempati seorang kakek dengan janggut sedada ber-umur sekitar lima puluh tahun dan cucu laki lakinya.
Guo An mempunyai cucu laki laki dengan watak yang periang, meski cucu nya baru ber-umur 4 tahun. Shou Yan bisa di katakan cerdas dan mempunyai fisik yang kuat untuk anak seusianya.
Guo An selalu mengajarkan untuk mandiri dan tidak tergantung pada orang lain. Dari cara adab makan yang baik, mengambil air untuk keperluan mandi bahkan sampai mencuci bajunya sendiri.
Bisa di katakan yang Guo An ajarkan pada Shou Yan sebagian hanya untuk meringankan pekerjaannya saja. Untuk meringankan beban kakeknya, Shou Yan selalu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu dan sesekali memasak, meski terkadang di bantu oleh Guo An.
Di sore hari saat Shou Yan berniat mengambil air di hulu sungai, ia melihat seorang pria sepuh melakukan gerakan yang aneh di pinggir sungai. Shou Yan menyipitkan mata untuk dapat melihat dengan jelas, ia sampai berdecak kagum saat melihat orang yang sudah tua menggerakkan tubuhnya dengan luas dan seperti sedang menari.
"Kakek sedang melakukan apa ? apa sedang menari,,?" Shou Yan menghampiri Guo An untuk bertanya karena penasaran. Guo An sempat terkejut, karena Shou Yan dapat melihatnya latihan dari tempat yang cukup jauh.
Guo An menghela nafas panjang setelah melihat Shou Yan menghampirinya, sebenarnya Guo An ingin tetap menyembunyikan latihannya namun melihat tatapan mata cucunya, akhirnya memutusakan untuk memberitahu apa yang sedang dia lakukan.
Melihat Guo An yang akan menjelaskan, Shou Yan melihat batu yang cukup besar di samping tempat Guo An latihan, dan memutuskan untuk mendengarkan sambil duduk di atas batu di tepi sungai, untuk pertama kalinya Shou Yan tertarik dengan suatu hal selain menyapu halaman rumah.
Menyapu halaman dengan bersih maka kelak saat dewasa ia akan dapat menikah dengan gadis yang cantik, kalimat iniah yang Guo An ajarkan padanya. Meski belum tau apa arti dari kata menikah, namun Shou Yan percaya bahwa ini untuk diriya sendiri dan bisa menjadi lebih baik lagi kedepannya.
"Yang kakek lakukan bukanlah menari tapi sedang melakukan Latihan"
"Latihan seperti apa kek ''
"Ini latihan yang cukup merepotkan, bahkan bisa menyakiti diri sendiri" Guo An ingin Shou Yan menjauh dari dunia persilatan dengan menjelaskan hal yang bersifat buruk, sehingga Shou Yan dapat mengurungkan niat untuk melihat teknik miliknya.
"ehmm,, bisakah kakek memperlihatkannya padaku? " Shou Yan tidak mengerti kenapa latihan bisa menyakiti diri sendiri, namun yang penting saat ini adalah mempelajarinya.
Guo An menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Baiklah jika Yan'er ingin melihatnya, ini di namakan Teknik Tapak Besi,," Akan lebih sempurna jika melakukan latihan ini dengan tubuh yang kuat untuk menyalurkan tenaga dalam di telapak tangan.
Guo An menyiapkan posisi kuda-kuda dan menghentakkan Tapak Besi ke sebuah pohon di depannya, pohon sebesar tubuh orang dewasa bisa hancur dengan sekali pukul.
"Wahh,, kakek hebat sekali, kenapa bisa begitu? " Shou Yan merasa kakek yang usianya hampir lima puluh-an tahun mampu menghancurkan pohon besar dan itu adalah suatu hal yang luar biasa.
Shou Yan berfikir jika kakeknya yang sudah tua mampu melakukannya, seharusnya ia pun bisa melakukan hal yang sama. Shou Yan memutuskan untuk melakukannya dengan menghampiri salah satu pohon di dekatnya "Lakukan posisi kuda-kuda dan melakukan ini,,"
Guo An yang melihat Shou Yan melakukan Teknik Tapak Besi, membuat jantungnya ingin copot. "Ba-bagaimana bisa?" untuk seorang bocah yang belum mempelajari tenaga dalam, mampu melakukan teknik ini dengan sekali lihat. " ini sungguh mustahil " Guo An ingin tidak percaya tapi ini sungguh nyata.
"Aku Berhasil..!" Shou Yan melompat bahagia karena bisa melakukan Teknik yang kakeknya perlihatkan.
Guo An tersenyum kecut "Mungkinkah karena lambang di punggungnya?" Guo An berfikir sambil mengelus janggutnya yang sudah memutih.
"Kakek, apa ada teknik yang lainnya," Shou Yan ingin tau lebih banyak tentang teknik yang bisa di ajarkan oleh Guo An.
Gou An batuk pelan sambil menunjuk sungai " Dasar bocah nakal, pergilah dan ambil air untukku mandi" Perasaan Guo An menjadi campur aduk, bakat yang di miliki Shou Yan membuatnya bangga namun di sisi lain membuatnya khawatir.
"Baik kek" Dengan menunduk lesu Shou Yan mengambil timba yang ia letakkan dan mengikuti arahan kakeknya untuk mengambil air.
Guo An ingin menunjukkan hal yang mengerikan dari teknik pendekar, namun malah membuat Shou Yan semakin iingin mempelajarinya. "Haih,, mungkin ini takdir langit" sambil menggelengkan kepala.
Merasa tidak enak hati melihat bocah kecil membawa dua timba air di kedua tangan, Guo An menghampirinya "Biarkan orang tua ini membantumu bocah ingusan" dengan sedikit senyuman hangat.
"Terima kasih kek" Meski terkadang terlihat galak namun Shou Yan yakin, di dalam hati Guo An akan selalu ada dirinya.
Keduanya berbicara banyak hal selama pulang ke rumah sampai suatu pembicaraan, Shou Yan menyinggung keberadaan orang tuanya.
Guo An sendiri bahkan tidak tau tentang orang tua Shou Yan, yang dia tau hanyalah Guo An menemukannya hanyut di sungai bersamaan dengan ranjang bayi yang ikut hanyut membawa tubuh mungilnya.
“Ayahmu adalah aku, ibumu juga aku, kakekmu juga adalah diriku” Guo An mencandai sambil mengelus kepala Shou Yan.
“Kalau kakek adalah ibuku ? kakek berarti melahirkanku ?” Shou Yan bertanya dengan nada yang polos.
Guo An merasa seperti terkena bumerang, tidak menyangka Shou Yan akan berfikir jauh seperti itu. “Te-tentu saja,, tidak ada hal yang tidak bisa kakek lakukan di dunia ini” Guo An menjawab dengan tangan mengepal di dada bersamaan dengan suara petir menyambar.
Bagaimana bisa seorang pria melahirkan seorang anak, tentu saja itu mustahil, menjawab pertanyaan anak kecil ternyata lebih merepotkan.
Meski itu melukai harga dirinya sebagai lelaki, namun jika Guo An berkata dengan jujur hanya akan membuat deretan pertanyaan. Melihat Guo An seperti memikirkan sesuatu, Shou Yan mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Kakek, sepertinya hari ini akan turun hujan” Shou Yan melihat langit berubah menjadi mendung dan siap meteskan
air hujan.
“Percepat langkamu Yan’er” Guo An mempercepat langkahnya sambil menutup wajahnya dengan lengan bajunya. Melihat cuaca yang awalnya cerah berubah menjadi mendung, mungkin di sebabkan karena kebohongannya. Hal ini memberikan Guo An pelajaran untuk tidak berbohong menggunakan hak seorang ibu.
“Tunggu aku kek” Shou Yan mulai berubah pendapat, mungkin Guo An memang kejam karena meninggalkan anak kecil di belakang sambil membawa timba air.
Shou Yan bergumam sepanjang jalan, bahkan tak jarang mengejek Guo An. Meski itu hanya emosi sesaat.
Beberapa hari telah berlalu sejak Shou Yan melihat teknik yang dimiliki Guo An, di pagi buta setelah selesai mengerjakan tugas rumah, Shou Yan melihat Guon An yang sedang berdiri menatap pohon sakura di halaman rumah.
"Kakek, tolong ajarkan teknik yang seperti kemarin ?" Shou Yan berlari menghampiri Guo An
dan bertanya penuh semangat.
Guo An tentu terkejut melihat Shou Yan menghampirinya dan berminat untuk mempelajari teknik yang
dimiliki seorang pendekar "Apa Yan'er ingin menjadi Pendekar?" Jika Shou Yan ingin menjadi seorang
Pendekar Guo An tidak bisa mencegahnya, karena mungkin sudah suratan langit.
"Pendekar?" Guo An sudah di anggap Shou Yan seperti ayah sekaligus ibu, karena memang sejak kecil ia sudah tidak mempunyai orang tua. Jika menjadi seorang pendekar bisa melindungi orang yang di kasihi, mempelajari teknik Guo An adalah hal yang tepat.
"Tentu,," Shou Yan mengangguk pelan, meskipun Guo An adalah orang yang sudah merawat Shou Yan tetapi mereka hanyalah kakek tua dan bocah kecil. sangat di sayangkan jika bakat yang dimiliki Shou Yan menjadi mentah karena Guo An.
Pengalaman Guo An di dunia persilatan bisa dikatakan cukup, meski sudah pensiun dan memutuskan untuk hidup dalam kedamaian. Alasan Guo An tidak percaya diri mengajarkan Shou Yan adalah ia belum pernah mengangkat seorang murid sebelumnya.
Guo An ingin menjelaskan kejamnya hidup di era dunia persilatan namun dengan umur Shou Yan saat ini, Guo An memutuskan untuk menjelaskannya saat cucunya sudah cukup umur.
" Dengar Yan'er, kakek hanyalah orang yang sudah tua dan kakek tidak bisa mengajarkanmu
menjadi seorang pendekar tetapi,, kakek bisa mengajarkanmu bela diri "
Bela diri yang di maksud adalah mengajarkan teknik dasar dan teknik pernafasan.
"Apa kamu siap Yan'er? "
" Siap kek!" Shou Yan menegaskan, sambil mengepalkan tangan.
"Baiklah,, untuk latihan pertama, lari mengitari hutan sepuluh kali" Guo An menunjuk arah hutan, di depan rumah ada jalan kecil dan Shou Yan bisa memulainya dari sana.
Bela diri bukanlah hal yang ingin di pelajari Shou Yan namun jika menolak latihan, hanya akan menyakiti perasaan Guo An. Shou Yan memulai Latihan pertamanya setelah melakukan pemanasan kecil dan Shou Yan mulai terlihat menjauh
"Bersabarlah Yan'er, semua hal butuh perjuangan" Guo An menghela nafas panjang dengan tangan di belakang. Meski Shou Yan masih bocah, namun dengan kecerdasaanya dan bakat alami yang dia miliki, akan mampu melewati takdir yang ada di hadapannya.
Meski latihan pertama terlihat mudah, untuk lari mengitari hutan akan memakan waktu seharian " Mungkin jika aku lewat jalan pintas akan cepat selesai, tapi.." Shou Yan menepis pikirannya dan meyakinkan diri untuk tetap mengikuti arahan yang di berikan, karena latihan ini untuk dirinya sendiri bukan orang lain.
Hidup di dalam hutan selama beberapa tahun memberikan Shou Yan pengetahuan kapan dan di mana hewan buas akan muncul, " Aneh,, bukankah di dalam hutan terdapat banyak hewan buas, tapi kenapa terlihat sepi? " Shou Yan tetap beralari sambil mengamati sekitar.
Dengan kejadian kemarin sore, Guo An sudah dapat menebak bahwa Shou Yan akan meminta untuk di ajarkan tekniknya. Jadi, sebelum matahari terbit Guo An telah membersihkan hewan yang akan di lewati Shou Yan hari ini.
Di putaran ke sembilan, Kucuran keringat membasahi tubuh Shou Yan, rasa lelah tak membuat Shou Yan berhenti berlari. Saat ingin kembali ke rumah untuk menyelesaikan putaran terakhir, Shou Yan menghentikan langkahnya setelah melihat sesuatu dari kejahuan.
Di dalam hutan hanya terdapat satu jalan, yang menghubungkan rumah Guo An menuju Kota Changnan,
''Wahh.. ada kereta kuda yang bersinar '' Alis Shou Yan terangkat saat melihat kereta kuda yang mewah, terutama ukiran nama Sun yang sepenuhnya terbuat dari emas.
Terlihat seorang jendral dengan tongkat pedang mencoba melindungi kereta kuda yang mewah itu. Di sekelilingnya terdapat sepuluh orang dengan pakaian hitam serta topeng besi dan satu orang dengan topeng berwarna merah.
"Maaf Tuan, kenapa kalian menghalangi jalan kami ?" Guan Ju memberikan hormat serta meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan yang terjadi.
Dari pakaian yang mereka pakai, Guan Ju yakin mereka bukanlah dari kelompok bandit melainkan pembunuh bayaran, yang rela melakukan tindakan kotor hanya untuk kepingan emas.
Pandangan Guan Ju menjadi lebih waspada karena merasakan hawa pembunuh yang pekat, "Apa kalian dari oraganisasi bayangan hitam? "
"Tidak perlu tau siapa kami menyerahlah Jendral Guan Ju, kami mempunyai dua pendekar yang sudah mencapai ranah Bumi tingkat dua " Salah satu pria bertopeng besi mengalihkan pembicaraan, untuk mengurangi informasi yang akan bocor.
Menutupi jati diri klien adalah hal utama selain tugas yang di berikan, mulai dari penculikan bahkan rela membunuh orang yang tidak bersalah demi kepingan emas.
Tidak sedikit pejabat negara yang menggunakan jasa mereka untuk kepentingan politik, tentu dengar tarif harga yang berbeda. Semakin sulit permintaan klien maka akan semakin mahal.
Setiap prajurit kerajaan mendapatkan beberapa emas dan sumber daya sebagai bayaran, tentu dengan jumlah dan kualitas yang berbeda. Guan Ju sudah mencapai ranah Menengah tingkat pertama.
Pengalaman di medan perang dan tingkat kekuatan yang dimiliki Guan Ju, ia dapat membunuh separuh dari musuhnya saat ini. Namun kondisi dimana Guan Ju bertarung sambil melindungi adalah suatu hal yang sulit.
"Bunuh mereka!" Pembunuh topeng merah memberikan perintah.
"Jangan harap bisa bisa membunuhku dengan mudah, Penghancur Gunung!" Guan Ju mengalirkan tenaga dalam ke tongkat pedangnya dan mengarahkan musuh yang menghampirinya.
Dengan tenaga dalam yang di alirkan jendral Guan Ju ke senjatanya, membuat musuhnya terpukul mundur dan di saat yang bersamaan pria bertopeng merah melemparkan tali ke tubuh Guan Ju.
"Kau pikir dengan tali usang ini, bisa membunuhku? " Guan Ju mencoba mengerahkan tenaga untuk lepas dari ikatan, tali pengikat yang di pakai bayangan hitam adalah tali pengekang jiwa yang terbuat dari benang laba-laba iblis. Untuk lepas dari ikatan ini di butuhkan tenanga yang besar.
"Benarkah,,? coba lihat di belakangmu" Tujuan penyerangan ini bukanlah kepada Guan Ju akan tetapi kepada gadis kecil yang berada di dalam kereta kuda
"Lepaskan aku,, dasar pria bau!" Gadis kecil mencoba untuk kabur, namun tertangkap.
Guan Ju menoleh dan melihat salah satu topeng besi menyandra gadis kecil. Dengan penuh amarah Guan
Ju meronta lebih kuat " Jika berani lawanlah aku, dasar pengecut! "
"Kau pikir kami akan menurut ?" Topeng besi tertawa lantang.
Topeng Merah ingin melihat orang yang ingin jendral Guan Ju lindungi, ternyata sia-sia "Bunuh dia !".
"Tu-,,"Guan ju ingin teriak namun suaranya terhenti. Di saat yang sama, muncul batu kecil yang mengarah ke pisau dekat leher gadis kecil itu.
"Lelaki sejati tidak akan melukai seorang gadis,, dasar pengecut..!"Semuanya menoleh ke sumber suara dari balik pohon.
Tingkat Ranah Pendekar
Ranah Pendekar Bumi : Tingkat 1 – Tingkat 2 – Tingkat 3
Ranah Pendekar Menengah : Tingkat 1 – Tingkat 2 – Tingkat 3
Ranah Pendekar Langit : Tingkat 1 – Tingkat 2 – Tingkat 3
Ranah Pendekar Suci : Tingkat 1 – Tingkat 2 – Tingkat 3
Ranah Pendekar Legenda : Tingkat 1 – Tingkat 2 – Tingkat 3 - Tingkat 4 - Tingkat 5
Ranah Pendekar Surgawi : Tingkat 1 – Tingkat 2 – Tingkat 3 Tingkat 4 - Tingkat 5
RANAH GOD : Tingkat 1 – Tingkat 2 – Tingkat 3 Tingkat 4 - Tingkat 5 - Tingkat 6 - Tingkat 7 -Tingkat 8 - Tingkat 9
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!