NovelToon NovelToon

Sonya

Perjodohan

"Apa kau yakin ingin menjodohkannya dengan Albert?" tanya seorang wanita parubaya pada Gilbert, suaminya.

"Ya, mau tak mau dia harus menerima perjodohan ini. Kita tak bisa menolak keinginan Chistian," jawab Gilbert.

"Bagaimana jika Sonya menolak. Kita tak bisa memakasakan kehendak kita ... Sonya mempunyai jalannya sendiri," ucap Aneth lagi. Ia ingin membantah dan menolak usulan sang suami. Karena ia tau, Sonya takan setuju.

Seketika Gilbert berbalik dan menatap Aneth dengan nyalang. "Itu tugasmu! Yakinkan dia. Jika dia tak mau, bocorkan masa lalunya bahwa dia adalah anak adopsi dan seharusnya membalas budi."

Duarrr

Bagai di sambar petir di siang bolong, tubuhnya menegang, dia diam terpaku. Ia menutup mulut saat mendengar ucapan kedua orang tuanya. Tubuhnya terasa lemas, dia seperti tak berpijak, jiwanya seolah di renggut paksa dari raganya.

Tangis Sonya luruh saat mengetahui kebenaran tentang dia yang bukan anak kandung kedua orang tuanya. Ia menutup mulut agar isakannya tak terdengar.

Wanita 23 tahun itu, masih terdiam mendengarkan semua pembicaraan kedua orang tua angkatnya. ucapan Gilbert membuatnya hancur. Sonya menggeleng, ia bergumam dan berharap ini hanya mimpi. Namun, tangisnya semakin luruh saat ia sadar, ini bukanlah mimpi, Ini nyata.

Sonya memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Hari ini, separuh jiwanya hilang. Hatinya terasa remuk redam karena ucapan sang ayah.

Hari ini, Sonya hancur berkeping-keping. Kasih sayang yang selama ini ayahnya berikan ternyata hanya sebuah kepalsuan. Sang ayah mengadopsinya saat bayi ternyata hanya demi tujuannya sendiri dan kepentingannya sendiri.

Sonya menekuk kakinya, ia menaruh kepalanya di atas lututnya. Ia menangis tanpa suara.

Wanita kuat dan wanita lembut dialah Sonya Gilbert.

••

"Aida ... Buka pintunya!" teriak Albert pada Aida yang tak lain adalah kekasihnya.

Aida memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Albert saat tau bahwa suaminya telah di jodohkan.

Ia sadar diri. Ia hanyalah perempuan miskin, dah tak pantas bersanding dengan Alberth. Ia memilih melepaskan cintanya, sebelum semua terlambat.

"Albert, pergilah! hubungan kita sudah berakhir. Tak ada lagi yang harus kita bicarakan," jawab Aida dari dalam.

Ia menyenderkan tubuhnya ke pintu. Berusaha tegar saat menjawab semua ucapan Albert.

Albert mengusap wajah frustasi. Ia tak ingin kehilangan Aida. Ia memang akan menikahi pilihan ayahnya, tapi ia pun tak bisa melepaskan Aida. Cintanya pada Aida terlampau besar.

"Aida, aku akan mendobrak pintu ini jika kau tak mau membukanya!" teriak Albert.

Tak ada sautan dari dalam, Albert langsung menubrukan tubuhnya ke pintu, membuat Aida terkesiap.

Mau tak mau, Aida pun membuka pintunya.

Setelah pintu terbuka, Albert langsung berjalan dan memeluk Aida begitu erat.

Tangis Aida kembali pecah saat berada di pelukan Albert. "Albert, hentikan! kumohon. tinggalkan aku. Pilihan ayahmu pasti yang terbaik," ucap Aida sambil terisak.

Mendengar ucapan Aida, Albert melepaskan pelukannya. Ia memegang kedua pundak Aida dan memaksa Aida untuk melihat ke arahnya.

"Aida dengar aku! Tak perduli aku menikah dengan siapa. Aku mencintaimu. Kumohon bersabarlah dengan semua ini. Aku takan sanggup kehilanganmu," ucap Albert.

Aida menggeleng, "Tidak Albert, tolong jangan memersulit posisiku. Ini hanya tentang waktu. Aku yakin, kita akan bisa melewati semuanya ... Aku yakin, pilihan ayahmu adalah yang terbaik," jawab Aida dengan tersenyum. Namun, namun binar matanya memerlihatkan bahwa dia sangat hancur.

.

Sikap elegan Sonya

Mendengar Aida yang terus meminta putus, Tanpa aba-aba. Albert menarik tangan Aida menuju kamar Aida.

Gerakan Albert yang tiba-tiba, membuat Aida tak sempat untuk melawan.

Albert membuka pintu kamar Aida, lalu setelah itu ia menyudutkan Aida ke dinding, Albert langsung menangkup kedua pipi Aida dan mencium bibir Aida dengan paksa.

Aida meronta, ia memukul-mukul dada Albert, ia sudah meronta-ronta. Namun, tenaga Albert jauh lebih besar. Semakin AIda meronta, semakin Alber mencium paksa bibirnya.

Aida menyerah, ia sudah lelah untuk melawan. Tepat saat Aida berhenti meronta, Albert mencium bibir Aida dengan lembut. Aida pun terlena.

Setelah di rasa Aida mulai melemah dan membalas ciumannya. Tanpa melepas tautan bibirnya. Albert menarik pinggang Aida dan menuntunnya untuk ke ranjang.

Perlahan-lahan, mereka pun larut dalam dosa yang tak seharusnya mereka lakukan.

Albert tak ingin kehilangan Aida dan Aida yang merasa tak pantas untuk Albert. Namun, perasaan gundah mereka hilang, kala mereka melebur menjadi satu

••

"Sonya, boleh mommy berbicara?" tanya Aneth dari balik pintu

Sonya menghela napas pelan dan menghembuskannya beberapa kali, mencoba berpura-pura tak tau tentang yang sebenarnya. Ia tau, sang ibu akan membujuknya untuk menyetujui perjodohannya dengan Albert, lelaki yang sama sekali tak ia kenal.

"Masuklah, Mom," jawab Sonya dari dalam.

Aneth pun masuk, ia membawa segelas jus untuk Sonya dan menaruhnya di atas nakas. Lalu, ia menghampiri Sonya yang sedang duduk di ranjang.

"Sonya, Mommy ...." Aneth mengigit bibir bawahnya. Ia bingung harus memulai dari mana. Ya, Aneth memang tak mengandung Sonya, ia di vonis mandul hingga mau tak mau mengadopsi anak di panti asuhan. Tapi, walau begitu ia sangat menyayangi Sonya. Namun, ia juga tak bisa melawan kehendak suaminya.

"Apa Mommy akan meminta aku setuju agar aku di jodohkan dengan anak dari Uncle Chtistian?" tanya Sonya. Ia berusaha mengendalikan dirinya. Padahal hatinya sedang merasa sakit, amat sakit.

Aneth membulatkan matanya saat mendengar ucapan Sonya, bagaimana Sonya tau tentang rencana perjodohan itu.

"Ka-kau sudah tau?" tanya Aneth terbata-bata. Ia takut jika Sonya mendengar ucapannya dan Gilbert saat membahas Sonya hanya anak adopsi.

Sonya tersenyum samar, ia tau akan ketakutan sang ibu. "Aku hanya mendengar sekilas saat uncle Christian kemari," jawab Sonya, ia bisa melihat sang ibu menghembuskan napas lega.

"Jadi, bagaimana menurutmu. Apa kau setuju?" tanya Aneth dengan hati-hati.

Sonya memejamkan matanya sejenak. Sekalipun ia menolak, sekalipun ia berkata tidak setuju. faktanya, ia takan bisa lari. Mau tak mau, ia harus menyutujui perjodohan ini.

"Baik, Mom. Aku setuju. Kau bisa mengatakan pada uncle Christian bahwa aku mau menikah dengan putranya.

Mendengar perkataan Sonya. Binar mata bahagia terlihat jelas di matanya. Ternyata, ia tak perlu susah-susah untuk membujuk Sonya. Tanpa ia tau, Sonya berkata ia dan setuju, karena mengingat perkataan Gilbert, bahwa ia harus membalas budi. Walaupun perih, ia harus menerimanya.

••••

Sonya melihat jam di pergelangan tangannya. sudah 30 menit Sonya duduk di restoran menunggu kedatangan Christian, calon mertuanya.

"Maaf membuatmu lama menunggu," ucap Christian saat baru saja datang. Dia langsung menarik kursi dan lansung duduk di hadapan Sonya

Sonya tersenyum, "Tak masalah, Uncle," jawab Sonya.

Christian menatap lekat-lekat wajah Sonya. Saat pertama kali ia melihat Sonya, ia sudah menyukai wanita di depannya. Ia yakin, Sonya bisa menjadi istri yang pantas untuk putranya.

Pembawaan Sonya yang kalem, sopan serta cantik, mambuat Christian yakin. Sonya sepadan dengan putranya, dan keluarga Sonya pun keluarga yang cukup terpandang. Ia tak menginginkan menantu lain selain Sonya.

"Kau sudah memesan sesuatu?" tanya Christian.

Sonya menggeleng, "Aku menunggumu, Uncle," jawab Sonya.

Mereka pun mulai memesan makanan. Lalu menyantap makan siang dan berbincang-bincang hangat.

Setelah selesai, Christian mengeluarkan sebuah kotak cincin dari saku jasnya dan menyodorkannya ke hadapan Sonya.

"Bukalah!" titah Christian.

"Uncle ini ...." Sonya tak mampu lagi meneruskan ucapannya kala membuka kotak yang berisi cincin. Matanya menatap takjub, cincin itu begitu indah.

"Kau akan menjadi menantu satu-satunya dan kau harus mendapat yang terbaik dari keluarga Smith," jawab Christian.

"Uncle, apa ini tidak berlebihan?" tanya Sonya.

Sebelum Christian menjawab, Ia melihat Albert dari pintu masuk dan kemudian ia melambaikan tangannya.

"Maaf membuatmu lama menunggu, Dad," ucap Albert. Christian menahan geram saat melihat rambut putrnya yang sedikit berantakan. Ia bisa menebak apa yang terjadi. Apalagi, anak buahnya mengabarkan jika Albert sedari tadi di rumah Aida.

"Duduklah!" titah Christian. Albert pun menurut, ia menggeser kursi di sebelah Christian

"Sonya, karena Albert sudah datang. Uncle akan pergi. Kalian nikmatilah waktu kalian berdua," ucap Christian sambil bangkit dari duduknya.

Setelah Christian pergi, Sonya dan Albert langsung saling pandang.

Albert menyenderkan tubuhnya ke belakang, ia menatap lekat-lekat Sonya, dan Sonya pun sama. Ia menatap lekat-lekat Albert

"Kenapa kau tak menolak perjodohan ini?" tanya Albert memecah keheningan. Ia mengintimidasi Sonya dengan tatapannya.

Sonya tersenyum, "Kenapa bukan kau saja yang mengajukan keberatan dan menolak perjodohan ini,"balas Sonya sambil tersenyum lembut. Ia sama sekali tak gentar menghadapi Albert

Albert tertegun melihat reaksi Sonya yang begitu tenang, Sonya sama sekali tak terpengaruh dengan tatapannya.

"Kau meminta cincin ini pada daddyku?" tanya Albert dengan sinis saat melihat kotak cincin yang masih terbuka.

Sonya menanggapi ucapan Albert dengan tersenyum sinis. "Aku tak memintannya. Jika kau menginginkannya dan ingin memberikannya pada orang lain, silahkan," ucap Sonya dengan tersenyum mengejek.

Ia merogoh tasnya dan mengeluarkan kartu nama miliknya. "Hubungi aku jika kau berhasil menggagalkan perjodohan ini," ucap Sonya. Ia menyodorkan kartu namanya ke hadapan Albert. Lalu setelah itu ia bangkit dan meninggalkan Albert tanpa membawa cincin tersebut.

Albert melongo melihat reaksi Sonya. Ia pikir, Sonya orang yang mudah di intimidasi. Namun, Albert salah.

Pernikahan.

Satu bulan kemudian.

Sonya sudah pasrah dengan apa yang terjadi di hidupnya. Selama sebulan ini. Dia menjalani hari-hari dengan penuh kepalsuan.

Ia harus berpura-pura tersenyum pada kedua orang tua angkatnya dan ia pun tau, sang ayah tersenyum padanya hanya karena terpaksa dan hanya pura-pura.

Kemarin, ia tak tau bagaimana kelanjutan pernikahanya dengan Albert. Karena tak ada kabar lagi setelah pertemuan terakhirnya dengan Albert.

Tapi, hari ini. Sonya mendengar dari sang ayah bahwa pernikahan mereka hanya tinggal seminggu lagi.

Tak ada raut wajah terkejut dari wanita cantik itu, ia hanya berusaha ikhlas untuk menerima takdirnya. Mengeluh pun percuma, ia hanya akan semakin terpuruk.

"Sonya, hari ini kau harus pergi untuk memilih gaun pengantin, Albert mungkin sudah di sana," ucap Aneth.

Sonya tak menjawab, ia fokus memasangkan antingnya. Setelah selesai, ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Aneth yang sedang berdiri di dekat pintu.

"Aku pergi, Mom," ucap Sonya. Ia berlalu begitu sana meninggalkan Aneth.

•••

40 menit kemudian, Sonya pun sampai di depan butik yang sudah di tunjuk oleh Christian. Sebelum masuk, Sonya menghela napas sejenak. Ia masih tak menyangka bahwa takdirnya akan semengerikan ini.

Saat masuk, Sonya di sambut langsung oleh pemilik butik dan mengarahkan langsung Sonya kedalam ruangan tempat Albert sudah menunggu.

Saat pintu terbuka, Albert menoleh ke arah pintu. Matanya besibobrok dengan mata Sonya. Namun tak lama, Sonya mengalihkan tatapannya ke arah lain, membuat Albert berdecih sinis.

"Ku kira kau sudah berhasil membatalkan rencana pernikahan ini," ucap Albert setelah mereka sekian lama diam.

Sonya yang duduk di sofa tunggal sebelah Albert, menoleh. Ia menurunkan alisnya pertanda bingung dengan apa yang diucapkan Albert, kenapa lelaki gila di sampingnya ini memintanya untuk membatalkan pernikahan. Bukankah ayahnya yang menghendaki pernikahan ini terjadi.

"Kenapa kau bertanya padaku? bukankah kau yang paling berperan di sini," jawab Sonya.

Mendengar ucapan Sonya, Albert berdecih. Ia heran pada wanita di sampingnya begitu mudah menerima perjodohan, seoalah tanpa beban. Berbeda dengan dirinya yang bahkan setiap malam hampir tak bisa tidur.

"Tuan ...Nona, silahkan memilih gaun dan tuxedo yang sudah kami persiapkan," ucap pemilik butik yang menangani busana mereka berdua.

"Dia saja yang akan memilih," ucap Sonya dan Albert secara berbarengan. Setelah mengucapkan itu, mereka berdua pun saling pandang dengan tatapan kesal.

"Kenapa kau menyuruhku. Kau saja yang memilih," ucap Albert yang tak terima dengan apa yang di ucapkan Sonya.

"Aku tak menghendaki pernikahan ini. Jadi, kau saja yang memilih," jawab Sonya tanpa melihat ke arah Albert.

"Aku juga tak menghendaki pernikahan ini," ucap Albert lagi tak mau kalah.

Sonya pun bangkir dari duduknya, "Kalau begitu kita batalkan saja pernikahan ini," ucap Sonya. Sebelum melangkah, dengan gerakan anggun, ia memakai kacamatanya kembali.

Albert memejamkan matanya menahan geram saat mendengar ucapan Sonya. Jika Sonya sampai mengadukannya pada daddynya. Habislah dia. Ia heran, kenapa Christian begitu kukuh ingin menjodohkan dirinya dan Sonya.

Saat Sonya akan membuka pintu, Albert menarik tangan Sonya. "Ayo kita pilih bersama," ucap Albert.

Tak ingin memermanjang masalah, Sonya pun melepaskan gengaman tangan Albert. Lalu ia pun masuk kembali dan mulai memilih gaun pengantin.

Satu minggu kemudian.

Sebuah pesta mewah nan megah di selenggarakan di sebuah gedung yang cukup besar. Tatanan dekorasi terpasang indah nan apik membuat siapa saja yang melihatnya terpesona.

Para tamu dari kalangan elit sudah berdatangan ke pesta mewah tersebut. Suara hak dan suara pentopel saling beradu membuat para tamu menoleh pada sepasang pengantin yang baru masuk.

Siapa lagi kalau bukan Albert dan Sonya.

Setelah melakukan pemberkatan tadi pagi, mereka melakukan resepsi pada malam hari, tentu saja resepsi mereka begitu mewah.

Para tamu menatap takjub pada kedua mempelai, Albert dan Sonya begitu cantik dan tampan. Mereka begitu serasi saat berdampingan.

"Senyumlah, daddy melihat kita," ucap Albert saat menggandeng tangan Sonya.

Sonya menghentikan langkahnya. Ia menolah ke arah Albert ."Seperti ini," ucap Sonya sambil tersenyum, saat melihat Sonya tersenyum, tanpa sadar Albert pun ikut tersenyum.

Seseorang melihat interaksi mereka dengan hati yang hancur. Siapa lagi kalau bukan Aida.

Selama ini, Alberth sudah melarang Aida untuk bekerja, karena Albert bisa memenuhi kebutuhan Aida. Namun, Aida selalu menolak. Ia tak ingin bergantung pada Albert.

Dan saat ada temannya yang mengajaknya bekerja sampingan untuk menjadi pelayan di sebuah acara pernikahan, tanpa berpikir panjang, Aida pun menerimanya. Ia tak tau resepsi itu adalah resepsi kekasihnya.

Aida yang sedang memegang nampan berisi minuman untuk memberikannya pada para tamu, menghentikan langkahnya sejenak. Kenapa rasanya begitu hancur saat melihat Albert tersenyum pada Sonya. Bukankah, Albert berbicara tak menghendaki pernilakahan ini. Tapi, kenapa sekarang ....

Aida tak sanggup lagi, ia memilih untuk pulang, ketimbang menyaksikan hal yang menyakitkan. Saat ia akan berbalik dan menaruh minuman di meja dan Saat ia akan melihat Albert sebelum pulang. Ternyata, Albert melihat ke arahnya.

Albert yang sedang berbicara menyapa para tamu, tak sengaja melihat Aida. Ia membulatkan matanya saat melihat Aida ada di pestanya. Saat melihat Aida, ia berniat melepaskan gandengan tangan Sonya. Namun, matanya melihat Christian berdiri tak jauh dari Aida.

Ia pun terpaksa harus terus berpura-pura seoalah tak melihat Aida.

Hancur dan sangat menyakitkan

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!