"Kamu sebenarnya cinta sama siapa, ham? Aku atau Gita?"
-Siti-
Siti Marlina seorang gadis desa berasal dari Jambi, harus menelan pahit. Perjalanan cintanya dengan Ilham hampir di ujung tanduk. Siti sadar kalau Ilham masih mencinta Gita. Dia juga sadar kalau hubungan mereka sekedar pelarian semata. Walaupun Ilham tahu kalau Gita sudah menikah.
...🌹🌹🌹...
"Biarkan aku belajar mencintaimu"
-Ilham-
Ilham Ramadhan seorang dokter muda spesialis penyakit dalam, mencoba melupakan Gita, mantan kekasihnya. Sebagai obatnya, Ilham mendekati Siti, sahabat Gita. Ilham sadar hubungannya tidak sehat. Dia juga sadar sewaktu-waktu bisa menyakiti perasaan Siti. Tapi ilham akan berusaha mencintai Siti.
...🌹🌹🌹...
"Izinkan aku mencintaimu"
-Jo-
Jonathan Abraham adalah seorang fotografer keliling. Jo Jatuh cinta pada Siti. Memang bukan cinta pandangan pertama. Setelah sempat di khianati di masa mudanya, Jo kembali membuka hatinya saat bertemu Gita. Tapi ternyata dia kembali bertepuk sebelah tangan, Gita lebih memilih mantan adik iparnya. Walau akhirnya kandas juga.
Jo akhirnya kembali membuka hatinya pada seorang gadis yang usianya 15 tahun dibawahnya yaitu, Siti.
Sebuah perjalanan cinta anak muda dengan intrik kehidupan zaman sekarang. Sebuah pembelajaran hidup untuk menghargai sebuah perasaan.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa orang terdekat selalu ada.
Terkadang kita tidak menyadari bahwa orang yang kita cintai ada di depan mata.
Kisah ini adalah sekual lanjutan dari novel aku kamu dan dia
Persahabatan dan cinta dipertaruhkan dalam kisah ini.
Di desa Sukasari
Satu Minggu menjelang pernikahan
Sebuah aula mushola sedang bersiap-siap, untuk melakukan akad nikah salah satu warganya. Semua yang di sana tidak ada yang santai, setiap orang di sana punya aktivitas sendiri. Ada yang bersih-bersih, ada yang buat dekorasi, ada yang menyiapkan makanan untuk para pekerja.
Kenapa mushola begitu rame? Karena ada seorang gadis cantik yang akan melepas masa lajangnya. Seorang gadis yang sebenarnya idaman para lelaki di desa itu. Dengan siapa dia akan menikah? Dengan seorang laki-laki yang sebenarnya tidak terlalu dia cintai.
Lelaki itu pria yang baik. Tapi separuh hatinya sudah terbawa oleh seorang lelaki yang jauh disana. Gadis itu, duduk menunduk saat tubuhnya di berikan perawatan tradisional agar aura kecantikannya terpancar. itu yang dia tahu dari para tetua disana.
Ham, aku mohon kamu datang. Cegah pernikahan ini.
"Ti." suara seorang wanita yang masuk ke kamarnya.
"Gita" sapa Siti.
Siti menatap sahabatnya yang sedang hamil besar. Ada rasa iri yang selalu membuncah di dada. Dari dulu apa yang di dapat Gita selalu bikin dia iri. Di kelilingi pria pria tampan, calon suami yang sekarang pernah menyukai sahabatnya, Ilham mantan kekasihnya pun pernah hampir menikah dengan sahabatnya. Walaupun pada akhirnya sahabatnya kembali melabuhkan hatinya pada kakak sepupunya.
"Hey! calon pengantin jangan melamun." sapa Gita saat Siti terlalu lama memandangnya.
Siti cuma bisa nyengir. Gita sepertinya tahu pikiran Siti kemana. Tiba-tiba dia berbisik
"Mau aku telpon Ilham?"
Siti ingin sekali menelpon Ilham, tapi apa daya, ilham pasti tidak akan mau angkat. Sejak pertengkaran waktu itu mereka seakan saling menjauh, mungkin lebih tepatnya Ilham yang mulai menjauh. Ya, Siti sadar kalau hubungan mereka masih berdasarkan belajar mencintai.
"Mau nggak! Mumpung belum ijab kabul." bujuk Gita.
"Nelpon siapa?" mereka di kejutkan suara Alam yang tiba-tiba nimbrung ke kamar mereka.
"Ini apaan sih! laki-laki masuk kamar cewek." Gita menjewer suaminya.
"Aduh, bunda sakit. panjang telinga ayah nanti." rengek Alam saat Gita menjewer telinga.
"Keluar nggak!" usir Gita pada suaminya.
"Ayah, kangen sama baby nya masa nggak boleh. Mana kalian sekamar berdua pula. Masa aku sekamar sama Jonathan. Mana Jonathan ngoroknya kuat." curhat Alam.
"Kayak situ bener aja. Padahal lebih parah! Ngorok iya, ileran iya, ngigau iya juga." omel Gita.
"Bun, nggak boleh Lo. buka aib suami."
"Tapi barusan kakak buka aib calon suamiku." sahut siti tidak mau kalah.
"Keluar nggak!" omel Gita sudah mengeluarkan semua otot matanya.
"Ti, aku pinjam bumil dulu ya. Dari kemarin nggak bisa dekat sama anakku. Habis dia nempel sama kamu terus." tawarnya menarik istrinya keluar dari kamar Siti.
Siti tertawa kecil saat melihat tingkah suami istri tersebut. Sejak seminggu mereka pulang ke Sukasari ada saja keributan kecil yang membuat mereka makin mesra.
Paling tidak ada hiburan untuk dirinya yang patah hati.
Sebenarnya dia belum bisa menerima Jonathan. Tapi sepertinya keluarganya lebih menyukai Jonathan daripada Ilham. Apalagi ilham adalah seorang duda. Ibunya punya hutang budi pada Jonathan. Rentetan masalah selalu menghampiri mereka, menguatkan dirinya pada pendirian cintanya. Tapi tidak dengan Ilham. Siti merasa Ilham belum sepenuhnya mencintainya.
POV Siti
Nama ku Siti Marlina. Sekarang usiaku menginjak 28 tahun. Bukan usia muda lagi sih, dimana semua teman-temanku sudah pada menikah, sedangkan aku masih diambang keraguan.
Saat ini aku memang menjalin hubungan dengan seorang pria. Pria yang sudah pernah melalang buana dengan beberapa wanita termasuk sahabatku, Gita. Itu juga yang menjadi alasan keluargaku tidak setuju dengan pria ini.
"Kamu jangan sama Ilham,ti. Kamu lupa apa yang dia lakukan pada adikku Raisa, sampai dia meninggal."
Aku kurang suka cara Jo mengatakan hal itu tentang Ilham di depan keluargaku. Yang kutakutkan kalau mereka percaya apa yang di katakan Jo. Termasuk ibuku yang sangat menyukai Jonathan.
Benar saja, ibuku langsung menyimpulkan kalau Ilham bukan laki-laki yang baik. Bagiku, apa yang terjadi dengan Raisa bukan sepenuhnya kesalahan Ilham. Bagiku apa yang terjadi dengan Raisa adalah karma. Kenapa dibilang karma? karena Raisa itu jahat, dia menghancurkan kisah cinta Ilham dan Gita.
Tapi aku berterimakasih pada Raisa. Seandainya tidak ada Raisa mungkin aku tidak sedekat ini dengan Ilham. Jahat mungkin kedengarannya, Tapi inilah yang kurasakan. Aku tidak tahu sejak kapan cinta itu kembali bersemi, mungkin sejak Gita koma saat kak Alam masuk penjara.
Tapi mungkin juga cinta yang dulu belum hilang. Cinta yang bersemi saat tahu Gita putus dari Ilham, cinta yang bersemi saat tahu Gita masih ada rasa cinta pada kak Alam.
Ya, cinta yang bersemi di waktu yang salah. Salah karena aku tahu Ilham sangat cinta pada Gita. Salah karena aku tahu saat dia menyatakan perasaannya kepadaku tapi dia masih memikirkan Gita. Aku mencoba menyusup ke hatinya, tapi kenapa semakin susah ku gapai.
"Ti." Lamunanku buyar saat sosok pria di depanku datang.
Jonathan. Lelaki yang usianya 12 tahun diatas ku. Lelaki yang sekarang berkepala empat, tapi tidak tampak seperti usia 40-an. Rambutnya yang gondrong sebahu, dikuncirnya tapi tidak melunturkan ketampanannya.
Lelaki yang sekarang melamarku, mungkin seminggu lagi akan menjadi suamiku. Lelaki yang saat awal kehadirannya diterima keluargaku. Tapi kenapa aku belum bisa menerimanya sepenuh hatiku.
"Kamu sudah makan belum?" sapanya duduk di teras rumahku.
"Eh ... iya om Jo. ngagetin aku aja, nih."
"Kaget? kamu melamun ya. Nggak baik melamun, ntar kesambet jin ganteng. Mau!" Godanya.
"Kalau jin nya ganteng aku mau, om." jawabku.
"ini aku bawa bubur sumsum, kata ibu kamu belum makan dari pagi. Ku suapin ya?"
"Nggak usah, om. Aku bisa makan sendiri. Emang aku bayi di suapin segala." aku mengambil bubur dari tangan Jonathan.
"Mulai sekarang jangan panggil aku, om lagi ya. Panggil aku mas!"
Uhuuuuuk uhuuuuuk
Rasanya kerongkongan ini seperti ada yang tersangkut saat dia minta dipanggil mas. Astaga, kenapa dia jadi manis begini ya? Tapi tidak, aku tetap menunggu Ilham datang. Berharap sekali dia datang menemuiku membatalkan pernikahan ini.
Pelan-pelan sendok itu masuk ke mulutku. Bukan ku makan sendiri melainkan dia yang menyuapkan ke mulutku. Om, kamu orang baik, tapi kenapa aku belum bisa mencintaimu.
Flashback on
Disebuah acara pasar malam di alun-alun Jakarta. Tempat biasa diadakan PRJ, sebuah keramaian. Tangan itu menggandengku, layaknya anak ABG yang baru pacaran. Ini pertama kali aku pacaran, pertama kali jatuh cinta dengan dia.
Kami berkeliling di sekitar bazar, beberapa kali dia mengajakku bermain di arena permainan. Tangannya tak pernah lepas, katanya takut aku hilang.
"Kenapa nggak sekalian kamu bawa borgol saja,ham. Biar aku nggak hilang."
"Soalnya walaupun jauh hatiku sudah di borgol sama kamu." rayunya.
"Gombal!" elakku.
"Ti..."
"Iya."
"Kamu mau kan jadi pacarku!"
"Enggak.."
"Kenapa?"
"Enggak nolak .... weeeek" aku berlari menjulurkan lidah disambut dia mengejar tubuhku.
"Jadi kita pacaran?"
"Menurut kamu?"
"Menurut aku. Kita sekarang sudah jadian."
"Ya, udah." jawabku.
Jujur aku tidak menyangka kalau Ilham menembakku secepat itu. Tangannya langsung mencium jemariku dengan tatapan yang bikin aku meleleh.
Kami berhenti di sebuah warung makanan fast food. Aku kesulitan memakan makanan tersebut di samping belum cocok dengan lidahku, aku juga tidak terbiasa dengan sumpit.
"Aku suapin ya."
"Nggak usah. Emang aku bayi pake suap segala."
Tapi ilham langsung menarik makananku, Lalu menyuapi aku dengan makanan yang katanya nugget itu.
"Enak." katanya menanyakan rasa makanan itu.
"Enak." jawabku.
"Kalau aku suap begini mau nggak?" Ilham menggigit nugget dan menyodorkan melalui mulutnya.
"jorok!"
"Romantis kok dulu aja Gita mau ku suapin seperti ini."
Gita! kenapa hari pertama jadian harus menyeret nama itu sih.
Kuletakkan makanan itu ke piring. Moodku Hilang saat dia masih membawa nama Gita ke dalam hubungan kami.
Flashback off
Sekian dulu cerita hari ini
Terimakasih buat kakak semua yang mau mampir ke tulisan ini. Maaf masih banyak typo nya.
Sebelum lamaran
Kepalaku tertunduk malu. Bahkan menatap mata Jo saja aku tak bisa. Ada ibu yang tahu seperti apa perasaanku. Aku pun tak ingin mematahkan perasaan ibu. Jadi aku haruslah bagaimana?
"Jadi mau kamu apa, Siti?"
Suara ibu yang lembut mengalihkan perhatianku.
Ibu menanyakan padaku tentang kesiapan ku. Karena dia tahu apa yang kurasakan saat ini.
"Ibu, bang Ed, dan keluarga besar, maaf jika kesannya aku melawan. Tapi bagiku ini terlalu cepat"
Aku mencoba mengatur nafas sedikit sedikit. Aku mencoba merangkai kata agar tidak menyinggung keluarga besarku.
"Kamu itu sudah 28 tahun,Siti. lihat Gita, sebentar lagi sudah mau melahirkan."
ibu selalu saja membandingkanku dengan Gita. walaupun tutur katanya masih lembut dan sabar. Tapi tetap saja terasa menyakitkan bagiku.
Ibu mungkin tidak tahu yang bikin Ilham menjauhi aku adalah Gita. Karena cintanya kepada Gita.
"Bu,masih banyak yang mau aku kejar. Aku ingin kerja, berkarir."
Aku tidak bisa hanya berkata lagi. Mereka masih asyik membahas terkait lamaran Jonathan.
Kudengar Gita mencoba menghubungi Ilham. Tapi keburu ketahuan sama kak Alam. Sedikit kudengar mereka bertengkar, tapi tak lama mereka akur lagi.
Maafkan aku Gita. Hanya karena membelaku kamu sampai bertengkar dengan suamimu.
"Mau sampai kapan, ti. Kamu mau menunggu Lelaki itu. Buktinya sampai sekarang dia tidak muncul. Cepat atau lambat kamu pasti menikah. Sekarang jodoh kamu di depan mata. Ada lelaki yang baik mau menerimamu. Bujangan pula." ucap bang Ed
"Tapi .."
"Sekarang kami mau bertanya, apakah kamu menerima lamaran saudara Jonathan Abraham. Mumpung ada orangnya disini."
Aku masih belum bisa menjawab. Ku lihat wajah Jonathan penuh harap harap cemas. Kasihan juga sih, kalau ku tolak nanti dia kecewa. Tapi kalau ku terima aku yang kecewa.
Ah, kenapa rumit begini sih!
"Akuuu...."
Ya Allah kenapa berat sekali menjawab pertanyaan itu.
"Hmmm, oke aku terima." Ya, aku terima dengan setengah hati.
Maafkan aku Ilham
Maafkan aku yang tak bisa menunggumu.
Aku kembali menunduk. Tak bisa berkata apa-apa. Apakah mungkin ini jodohku? Apa aku bisa menerima semua ini? Apa aku harus menyerah pada perasaanku? Aku harap dia yang di sana berjuang untukku, walaupun tidak mungkin.
"Ibu cuma ingin melihat kamu menikah, punya anak dan bahagia, itu saja. Nggak muluk-muluk, apalagi ibu sudah tua. Mumpung ibu masih punya umur, ibu ingin sekali melihat kamu menikah,ti. Kalau ibu sudah tidak ada, kamu ada yang jaga, ti. Memang ada abangmu, tapi dia juga punya keluarga yang harus dia lindungi."
Mataku langsung tak tertahan lagi. Begitu mendengar penuturan ibu, langsung ku peluk wanita yang sudah melahirkanku. Suasana di rumah yang tadinya tegang berubah jadi suasana haru.
"Edwar, Siti sini dekat ibu." panggilnya dengan lembut.
Sejak kecil ibu tak pernah marah pada kami. Dia selalu menampakkan sisi kelembutannya. Walaupun bang Ed dulu sempat menolaknya sebagai ibu tiri, tapi ibu tetap menyambutnya dengan kasih sayang.
"Ibu sayang sama kalian." ucapnya sambil mengelus kepala kami satu persatu. Kepala kami yang menyandar di kedua bahunya.
"Kami juga sayang sama ibu." Ucap Edwar yang ternyata ikut menangis.
"Ibu, jangan ngomong seperti itu. Siti walaupun bukan adik kandungku, tapi sudah seperti adikku sendiri. Karena kita satu keluarga, jadi walaupun aku sudah menikah. Ibu dan Siti tetap tanggung jawabku sebagai anak tertua di keluarga ini." ucap bang Ed yang sudah sesenggukan.
Kulihat mata ibu mengarah pada Gita dan Alam. Tubuhnya yang sudah mulai tua berjalan mengarah ke mereka. Seharusnya mereka yang mendekati ibu. Tapi mungkin ibu melihat perut Gita yang sudah membesar. Sudah susah berdiri, maka ibu yang berinisiatif mendekati mereka.
Seperti yang ibu lakukan padaku dan bang Ed tadi. Ibu pun memeluk mereka layaknya seorang ibu kepada anaknya. Sebab sejak kecil kak Alam tumbuh bersama kami, lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah ini.
Begitupun dengan Gita, sejak muncul sebagai warga baru Sukasari. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya dirumah ini. Padahal dulu waktu SMA kak Alam judes kalau ketemu Gita. Tapi yang namanya jodoh kita nggak tahu.
Udah ah, lebih baik cerita tentang aku. Kan mereka sudah banyak cerita di novel sebelah.
klik
Malam ini, Aku dan Gita merebahkan tubuh di tempat tidur. Mata kami saling memandang langit. Sejak sampai di Sukasari, Gita memilih tidur denganku daripada sekamar dengan suaminya.
"ti?"
"iya."
"Nggak nyangka, ya. Kamu malah nerima kak Jo." ucapnya tak menatapku.
"hehehe... iya, Gita. Aku juga tidak menyangka kalau om Jo melamarku."
"om Jo itu suka sama kamu sejak ..." Gita menghentikan pembicaraannya.
Kepalanya menunduk, seperti ada beban untuk menjelaskannya padaku
"Sejak Ilham kembali melamarku. Sejak kalian ikut membantu proses menjelang pernikahan aku dan Ilham."
"Tapi sejak itulah munculnya boy kan, Gita. Sejak itulah kamu terombang-ambing karena merasa boy adalah kak Alam.
Ilham apa kabarnya, Gita. Kenapa sampai sekarang dia belum menghubungiku."
"Udah, ah nggak usah bahas hal itu lagi." Gita sepertinya malas membahasnya.
Hey! kita lagi membahas om Jo, bukan Ilham."
Kulihat Gita sepertinya tidak suka aku mengungkit yang terjadi diantara mereka dahulu.
"Besok, om Jo pulang. Katanya menjelang pernikahan dia akan datang lagi bersama keluarganya. Kamu siap kan, ti."
"Insyaallah." jawabku dengan mantap.
Mataku kembali menerawang. Jujur, aku sendiri tidak menyangka bisa menerima lamaran om Jo. Mungkin mulai saat ini aku akan menerima dirinya. Belajar mengenalnya lebih dalam. Semoga aku bisa mencintaimu, om Jo. Sama seperti aku mencintai Ilham.
Pagi ini
Udara pagi yang seharusnya dingin mendadak terik. Matahari sudah menampakkan diri, membuat mereka yang di bumi di baluti hawa panas.
Aku membangunkan ibu hamil yang masih terlelap. Semalam dia bangun karena kepanasan di usia kandungannya yang masuk 6 bulan. Dulu saat kak Dinda hamil dia juga sering mengeluh kepanasan kalau malam hari.
Aku baru ingat om Jo akan berangkat ke Jakarta pagi ini. Ku bangkitkan tubuhku menuju kamar bang Ed. Di sana sudah rame, Semua orang disana berpamitan pada Om Jo.
"Hemmm... nggak nunggu aku sih om." Rengekku manja.
"Anu, ti. Sheila masuk rumah sakit. Makanya aku mesti berangkat pagi ini."
"Emang keburu, ya. Sarolangun sama Jambi jaraknya jauh Lo."
"Insyaallah,ti. Kan kalau ketinggalan pesawat balik kesini lagi. Terus langsung akad aja, ngga usah nunggu bulan depan." ucapnya sambil mencubit pipiku.
Tunggu aku Siti
Aku akan kembali
Kembali membawa cinta
Cinta yang kau hadirkan untukku
Aku akan membuatmu melupakan dia
Dia yang tidak pantas kau nantikan.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!