Gadis cantik dan periang yang berumur 23 tahun, anak kedua dari dua bersaudara, kini kerja di salah satu perusahaan ternama di Indonesia, dia adalah Ayundita atau biasa di panggil Dita
Dita masih betah menjomblo, dia masih ingin menikmati kesendirian, masih menikmati pekerjaannya, dia tidak merasa kesepian karena di kelilingi rekan-rekan kerja yang sangat baik..
Bukan Dita tidak cantik, dia sangat cantik, memiliki kulit putih susu, bulu mata yang lentik, dan bibir yang kecil, body yang aduhai, banyak pria menyukai dia, tapi dia masih bahagia dengan kesendirian..
Pagi ini, Dita sangat buruh-buruh, karena dia lambat bangun, dan dia takut terlambat masuk kantor..
"Dita makannya pelan-pelan sayang."
"Dita udah mau terlambat bunda..."
Selesai sarapan Dita langsung pamit pada bunda dan ayahnya, soalnya mereka hanya tinggal bertiga, karena Abang Dita kerja di luar daerah...
"Bun... ayah.. Dita jalan dulu, pamit Dita sambil mencium tangan bunda dan ayah nya."
"Ia hati-hati ya sayang," sambung bundanya...
Sepanjang perjalanan Dita mengumpat dalam hati karena macet.
"Coba ini mobil ada sayapnya kayak pesawat gue terbangin" gumam Dita..
Sesampai nya di kantor dia segera masuk dan menuju ruangannya..
"Pagi Dita cantik," sapa Arman salah satu rekan kerjanya..
"Emmm pagi juga" jawabnya cuek...
"Tumben telat sahut Lia," biasanya paling rajin datang, kantor belum buka loe udah hadir."
"Gue lambat bangun, dan jalanan macet, mana lagi mobil gue nggak punya sayap kayak pesawat, ya telat deh." jawabnya asal...
"Ada-ada saja kamu Ta... emang nya bisa terbang apa," jawab Lia sambil tertawa..
Tiba-tiba datang salah satu rekan kerjanya, memberitahu kan kalau mau meeting, mereka segara bersiap-siap untuk ke ruang meeting...
Dita dan rekan-rekannya sudah berada dalam ruang meeting dan tiba-tiba pak Yohan bos mereka masuk dan menyapa mereka..
"Pagi semuanya apa meeting nya bisa di mulai?" tanya sang bos..
Tiba-tiba pintu di ketuk dan ada seseorang masuk..
"Apa saya sudah terlambat?"
"Ah tidak pak Yudi silakan duduk," jawab pak Yohan sambil mempersilakan pak Yudi duduk..
Dita kaget melihat ada Yudi di ruang meeting mereka..
"Ngapain juga ni bunglon ikut meeting, bikin mood gue hilang hilang begitu saja," gumam Dita dalam hati..
Yudi yang melihat Dita ada juga dalam ruangan meeting, dia kaget, karena selama mereka putus mereka tidak pernah bertemu lagi, betul-betul putus kontak..
Ya... Dita dan Yudi pernah menjalin hubungan waktu masih sama-sama duduk di bangku kuliah, mereka putus karena Yudi berselingkuh dengan sahabat Dita sendiri..
"Gila ini cewek tambah cantik aja," gumam Yudi..
Selama meeting Dita hanya fokus sama materi yang di bahas, dia tidak ingin menatap muka Yudi, bedah halnya dengan Yudi, yang selalu memperhatikan Dita..
Setelah satu jam akhirnya meeting selesai Dita dan rekan-rekannya segara meninggalkan ruang meeting, dan kembali ke meja mereka masing-masing...
"Ta... tadi ya gue perhatiin pak Yudi itu natap kamu terus deh," tanya Lia..
"Oh ya.. gue nggak lihat soalnya gue fokus sama materi yang di bahas," jawabnya cuek..
Dita memang sudah melupakan masa lalunya dengan Yudi, baginya Yudi itu sampah, yang harus di buang pada tempatnya, banyangkan tiga tahun pacaran, ternyata Yudi menghianati nya, berselingkuh di belakang nya dengan sabatnya sendiri..
Akhirnya makan siang tiba, Dita dan karyawan lain pada istirahat siang, mereka makan siang di kantin perusahaan...
Dita, Lia dan Arman mereka bersahabat, mereka berdua lah teman Dita saat Dita pertama kali masuk ke perusahaan ini..
Setelah habis makan, mereka langsung kembali ke tempat mereka, mereka bertiga jalan santai sambil bercanda.
Tiba-tiba ada yang menabrak Dita.
"Aduh... lihat-lihat dong, asal nabrak aja." untuk Dita tidak jatuh.
"Aduh sorry gue nggak lihat," jawab Siska dengan gaya angkuh nya.
"Mata loe buta atau katarak, masa loe nggak lihat kalau ada orang," jawab Lia dengan emosi.
"Lia udah, biarin aja nggak usah berdebat dengan cucunya nenek lampir itu," sambung Dita.
"Hahaha... gue baru tau kalau nenek lampir punya cucu," jawab Arman sambil tertawa, sedangkan Siska langsung pergi dengan muka kusut.
Mereka kembali fokus dengan pekerjaan mereka masing-masing, dan tidak terasa sudah jam pulang kerja telah tiba.
Dita merapikan meja kerjanya, untuk bersiap-siap mau pulang, mereka meninggalkan ruangan bersama dengan Lia dan Arman, segera menuju lift untuk ke lobby, sesampainya di lobby, Dita kembali ketemu Yudi..
" Hai Dita apa kabarnya?" tanya Yudi.
"Seperti yang loe lihat gue baik-baik saja, tambah baik malah," Dita langsung meninggal Yudi.
"Bikin gue ilfil aja, kenapa si dia ada di sini, Dita mengomel menuju parkiran.
Dita menaiki mobil kesayangan nya, dan langsung menuju rumahnya, sambil mendengar musik di mobilnya, tidak terasa dia sudah tiba di rumah, setelah memarkirkan mobilnya dengan baik dia segera turun dan menuju pintu depan untuk masuk rumah.
Sedangkan di dalam rumah, sementara ada tamu, bunda dan ayah Dita asik ngobrol dengan keluarga pak Lukman, Mereka adalah sahabat lama mereka, kebetulan pak Lukman membeli rumah pas di depan rumah keluarga Dita, hari ini hari pertama mereka tinggal di kompleks ini.
Pak Lukman datang bersama dengan istrinya dan anak semata wayangnya Aditya, biasa di panggil Adit..
Tiba-tiba ada suara cewek berteriak dari luar, ya siapa lagi kalau bukan Dita.
Semuanya kaget mendengar suara cempreng Dita, mama nya segera berdiri menuju ke luar.
" sssttt berisik ada tamu di dalam," bundanya langsung menegur Dita.
" Eh bunda.. sorry bun tadi ada teman lewat jadi Dita teriakin dia,"
" Ayo masuk ada teman ayah di dalam," ajak bunda nya.
Mereka berdua segera masuk ke dalam rumah, dan Dita langsung di sambut istrinya pak Lukman, mama Metha
"Aduh.. ini Dita jeng?" tanya mama Metha.
"Sore tante... saya Dita," sambil mencium tangan mama Metha.
" Cantik sekali kamu?" sambil memeluk Dita.
"Terimakasih Tante, memang Dita udah cantik dari sononya," sambil cengengesan.
Pletak...
"Aduh sakit bun..." Dita sambil mengelus kepalanya.
Tidak lupah Dita juga mencium tangan pak Lukman..
"Oya Dita ini anak Tante, namanya Adit," sambung mama Metha..
"Hai gue Dita," sambil menyodorkan tangannya.
"Gue Adit," jawabnya dengan Cuek.
"Waduh.. cuek banget, jangan terlalu cuek nanti nggak laku loh." Dita menggoda Adit..
"Dita kamu yang sopan ya," bentak bundanya.
"Sorry bun.. cuma bercanda," sambil cengengesan menampilkan gigi putih nya.
Yang lainya hanya tertawa melihat tingkah laku Dita yang sedikit bar-bar.
" Maaf ya nak Adit, Dita memang begitu anak nya suka jail," Sambung bunda Astrid, bundanya Dita.
Tidak lama Dita pamit untuk ke kamarnya, untuk mandi karena badannya udah terasa gerah.
Malam ini keluar pak Lukman makan malam bersama di rumah Dita, atas tawaran ayah Romi ayahnya Dita, karena sudah lama tidak makan malam bersama akhirnya pak Lukman menerima tawaran tersebut.
Bunda Astrid dan mama Metha lagi asik di dapur menyiapkan makan malam, sedangkan papa Lukman, ayah Romi dan Adit lagi asik ngobrol tentang pekerjaan di ruang keluarga.
Setelah Dita habis mandi dia memakai baju santai nya dan segera turun membantu bundanya di dapur, hal itu udah biasa bagi Dita.
"Bun.. ada yang Dita mau bantu?" tanya Dita ke bundanya.
"Kamu susun piring ya di meja, habis itu susun ni lauk dan nasi yang bunda dan tante Metha sudah masak."
"Beres bunda..." jawab Dita..
Setelah semuanya beres, dan sudah siap di meja makan, bunda Astrid segera ruang tamu memanggil parah laki-laki untuk segera makan.
Mereka semua sudah berkumpul di meja makan, mereka makan sambil ngobrol, sambil menceritakan masa lalu mereka.
Sehabis makan malam mereka semua berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati teh dan kopi serta cemilan.
"Romi... bagai mana kalau anak kita ini Adit dan Dita kita jodoh kan, biar persahabatan kita berubah jadi besan," tawar pak Lukman.
"Apa.. di jodohkan, Adit tidak mau pa.. Adit udah punya pacar.
"Dita juga ogah mau di jodohkan dengan es balok kayak dia," jawab Dita.
"Kalau menurut saya, mereka cocok." jawab ayah Romi.
"Ayah... cocok dari mana?" pokoknya Dita tidak mau.
"Siapa juga yang mau sama loe, gue udah punya pacar," Adit tidak mau kalah
"Pokoknya kalian harus mau, dan kamu Adit tinggalkan pacar kamu itu karena dari awal mama sudah tidak suka."
"Sama juga dengan kamu Dita, sampai kapan kamu sendiri terus, sudah saatnya kamu berumah tangga nak," lanjut mama Astrid.
"Ah tadinya gue mau move on, tapi gara-gara loe gue gagal move on." Dita menatap Adit dengan sinis.
" Stop jangan bertengkar, pokoknya kami tetap jodohkan kalian titik," sambung ayah Romi..
.
.
.
.
.
Sampai di sini dulu ya guys, suka tidak suka tetap tinggal jejak ya, berupah like dan komen kalau bisa vote nya juga😘😁
.
.
.
.
Bersambung 😘😘
Perdebatan antara orang tua dan anak mereka tidak terhindar.
"Ayah pokoknya Dita tidak mau di jodohkan dengan dia, udah kayak es balok, nggak senyum-senyum nya."
"Siapa juga yang mau Sama loe cacing tambang," Adit juga tidak mau kalah.
"Cacing tambang tapi dari tambang berlian, dari pada loe, es balok, yang di pakai awetkan ikan, wek.." Sambung Dita.
Orang tua mereka malah asik menikmati perdebatan antara Adit dan Dita.
" Udah.. ini sudah larut malam, kami pulang dulu, nanti kita lanjutkan lagi membahas tentang mereka," jawab papa Lukman sambil berdiri untuk pamit pulang.
"Nggak ada perjodohan" jawab Adit dan Dita serempak.
"Cie.. udah kompak, betul-betul jodoh," sambung ayah Romi
Papa Lukman, mama Metha dan Adit akhirnya berpamitan pulang, rumah mereka juga tidak jauh, hanya lima langsung dari rumah Dita, pas di depan rumah keluarga Dita.
Setelah keluar pak Lukman pamit pulang, Dita langsung pamit naik ke kamar nya.
"Bunda.. Ayah, Dita naik ke kamar dulu, udah ngantuk besok Dita mau kerja."
Dan hanya di jawab anggukan kepala ayah dan bundanya.
Sampai di kamar, Dita langsung bersih-bersih dan memakai krim malamnya dan langsung tidur, dia tidak mau memikirkan perjodohan yang tidak masuk akal menurutnya.
Sedangkan Adit masih memikirkan berjodoh itu, sampai-sampai dia susah tidur.
"Ah.. kenapa si papa sama mama dapat ide ini, masak gue di jodohkan dengan cewek bar-bar itu"
"Gue kan udah punya Sesil, tidak di pungkiri mama tidak terlalu suka dengan Sesil," banyak lagi yang menghantui pikiran Adit.
Mama Metha sangat berharap Adit bisa menerima perjodohan ini, karena dia merasa Dita cocok untuk Adit, karena Dita anaknya mandiri, bisa urus keluar.
.
.
.
.
.
Keesokan harinya, seperti biasa Dita tidak terbebani dengan apa yang di rencanakan orang tuanya semalam, Dita anggap angin lalu.
Di kantor Dita ceria seperti biasa, bercanda dengan sahabat-sahabat nya.
Saat jam istirahat siang tiba, Dita dan dua sahabatnya, ke kantin kantor, mereka memang lebih suka makan di kantin dari pada keluar.
"Guys gue mau di jodohkan, dengan anak sahabat bokap gue,"
"Apa.. di jodohkan? tanya Lia kaget."
"Biasa aja kali," nggak usah dengan ekspresi begitu." sambung Dita..
"Ganteng nggak?" tanya Arman.
"Kalau ganteng lumayan, tapi sayang es balok."
"Lia dan Arman saling pandang-pandangan, mereka berdua tidak mengerti apa yang di maksud Dita es balok.
"Dia itu muka datar, tidak ada senyum sama sekali, makanya gue beri nama es balok," sambung Dita.
"Loe nggak boleh bicara begitu, nanti loe bucin lagi," Arman menasehati Dita.
"Emang kenyataan nya Bambang, dia memang orangnya dingin kayak es balok."
"Nama gue Arman bukan Bambang," Arman sewot.
"Udah ayo makan, jam istirahat sudah mau habis," bentak Lia.
Akhirnya mereka makan tampah bersuara suara, apa lagi mereka melihat cucu nenek lampir datang, Dita malas meladeni dia, makanya dia ingin cepat-cepat kembali ke ruangannya.
Siska memang selalu mencari masalah dengan Dita, dia sangat iri sama Dita, karena kecantikan Dita, dan banyak pria menaruh hati pada Dita, tapi Dita selalu menganggap mereka semua hanya rekan kerja, tidak ada yang lebih.
Sehabis makan Dita dan kedua sahabatnya langsung meninggal kantin menuju ruangan mereka.
"Ternyata ada orang yang sok cantik di sini?" sindir Siska.
"Kami tidak ada urus dengan loe, nenek gayung," jawab Lia dengan sinis.
"Ha..ha..ha.. baru gue tau kalau di kantor ini ada nenek gayung," sambung Arman sambil tertawa.
"Apa loe.. laki-laki tapi punya mulut lemet banget," Sambung Siska.
Udah ayo, nggak usah ladeni, dia kan cucunya nenek lampir," sambung Dita.
Mereka meninggal Siska di kantin, dan langsung menuju ruangan mereka.
Dita tidak mengetahui kalau bosnya pak Yohan bersahabat dengan Adit, mereka berdua bersahabat mulai dari SMP sampai sekarang.
Dan perusahaan mereka juga menjalin kerja sama, tapi selama ini Adit tidak pernah datang di kantor Yohan.
Tapi Yohan selalu memuji kinerja Dita pada Adit, dia marketing paling andal di kantor Yohan, makanya Yohan selalu membanggakan dia.
Tapi hari ini, pertama kalinya Adit berkunjung ke kantor Yohan.
Dita yang sedang asik dengan pekerjaan nya, tiba-tiba datang sekertaris Yohan di mejanya.
"Dit.. loe di panggil pak bos, kata nya bawa berkas-berkas yang dia minta tadi."
"Ok siap mbak," gue segera menuju ruangan pak Yohan" jawab Dita.
Tampah sepengatahuan Dita kalau di dalam ruangan Yohan ada Adit datang bertamu dengan Yohan karena Adit sudah menetap di Jakarta.
Dita segera menuju ruangan CEO sambil membawa berkas-berkas yang di minta Yohan.
Tok..tok..tok..
Dita mengetuk pintu ruangan Yohan.
"Masuk.." terdengar suara dari dalam ruangan.
Dita langsung membuka pintu dengan pelan.
"Selamat siang pak," Dita memberi salam dengan sopan.
"Siang... masuk," Yohan mempersilahkan Dita masuk.
Dita sangat kaget melihat ada Adit duduk di sofa dalam ruangan bos nya, tapi Dita cuek saja.
Sama halnya dengan Adit, tidak kalah kagetnya melihat Dita masuk di ruangan sahabat nya itu.
"Terimakasih pak, Oya pak ini berkas yang bapak minta," sambung Dita sambil meletakkan berkas di atas meja Yohan.
"Pak kenapa ada manusia es di sini," tanya Dita sambil berbisik ke Yohan bosnya.
"Maksud kamu Aditya?" dia itu sahabat saya, dan dia juga punya saham di perusahaan ini," jawab Yohan dengan berbisik juga.
"Ok pak, karena bapak ada tamu, saya pamit dulu," jawab Dita.
"Kamu tidak mau kenalan dulu dengan sahabat saya?" tanya Yohan ke Dita.
"Ah... kenalan dengan dia?" terimakasih pak," sambut Dita.
"Siapa juga yang mau kenalan dengan loe, bisa-bisanya nanti hidup gue sial lagi," jawab Adit.
"Maaf ya..gue malas berdebat dengan loe, soalnya kerjaan gue masih banyak, bisa-bisa mood gue hilang lagi," Dita langsung meninggalkan ruangan Yohan.
Sedangkan Yohan heran melihat dua orang yang baru ketemu tapi sudah kayak tom and Jerry.
"Adit.. loe kenal dia?" tanya Yohan.
"Dia tetangga gue, dan dia juga di jodohkan dengan gue, karena bokap gue dan bokap dia, bersahabat mulai dari SMA," jawab Adit.
"Jadi loe terima perjodohan itu?"
"Gue tolak karena gua ada Sesil, tapi mama papa gue paksa, jadi gue bingung.
"Menurut gue, dia itu orangnya baik, hanya ya begitu sedikit bar-bar," seandainya gue belum punya istri, gua yang dekati dia duluan," jawab Yohan.
"Loe jadikan saja istri ke dua" sambung Adit.
"Gila loe ya.. buat loe aja, kan cocok dengan loe, satu bar-bar satu muka datar yang tidak bisa senyum," Yohan menggoda Adit sambil tertawa.
"Sial loe, gue udah punya pacar, dikit lagi balik dari Inggris."
"Apa sih yang loe banggain dari dia, cuma bisa manfaatin loe, itu yang loe banggain?"
Adit hanya diam mendengar nasehat sahabatnya itu.
"Satu lagi Dit.. kita harus cari pasangan hidup yang bisa urus kita dan anak-anak kita, yang bisa menerima kita apa adanya dan bisa menemani kita di saat kita tua nanti." Yohan menasehati sahabatnya itu, karena dia tau gimana sifat pacar sahabatnya itu.
Adit hanya diam, tampah membalas sepatah kata pun, karena menurut dia apa yang Yohan sampai ada betul nya juga, tapi dia sangat menyayangi Sesil, dia di lemah harus menerima perjodohan atau mempertahan Sesil kekasihnya yang sudah dua tahun dia pacari.
.
.
.
.
.
.
**Bersambung 😘
Guys sampai di sini dulu ya, jangan lupa like dan komentar nya 😘**
Adit di lemah, harus menerima perjodohan dengan wanita yang dia tidak cintai, wanita yang menurut sedikit bar-bar, atau mempertahankan Sesil yang betul-betul tidak direstui oleh mama.
.
.
.
.
.
Sedangkan mama Metha dan bunda Astrid lagi shopping berdua di mall, sambil merencanakan perjodohan anak mereka.
"Mbak apa itu anak berdua mau menerima perjodohan ini?" tanya bunda Astrid.
"Harus mau bagai mana pun caranya, soalnya aku udah terlanjur sayang sama Dita," jawab mama Metha.
"Semoga saja mbak, soalnya Dita itu cuek, nggak pernah mau jawab ya atau tidak."
"Sama dengan Adit, aku juga bingung sama itu anak," umur dia udah tua."
Kedua orang tua yang masih merasa ABG ini, keliling mall untuk mencari sesuatu yang mereka inginkan,sampai mereka lupah waktu.
Karena sudah mulai sore ke orang tua berjiwa ABG itu memutuskan untuk pulang, karena sebentar lagi suami dan anak mereka pulang kantor, jadi mereka harus di rumah Sebelum suami mereka pulang dari kantor.
Sedangkan Dita masih berkutat dengan pekerjaan nya, dia melirik jam tangannya, sedikit lagi jam pulang kantor, dia segera menyelesaikan pekerjaan nya.
Setelah semua pekerjaan nya selesai Dita langsung membereskan meja kerjanya dan bersiap-siap untuk pulang, dia keluar dari ruangannya bersama dengan Lia, mereka berdua berjalan menuju lift sambil ngobrol santai.
Mereka berdua memasuki lift menuju lobby, setelah sampai di lobby dan langsung keluar dari lift untuk menuju parkiran
Dita dan Lia sama-sama membawa mobil mereka masing-masing, pas mau menuju parkiran dia bertemu lagi dengan Adit dan Yohan.
"Selamat sore pak," sapa Dita dan Lia kepada Yohan.
"Sore juga," Dita kamu tidak pulang bareng dengan Adit kan kalian tetangga."
"Aduh terimakasih pak tawarannya, tapi saya tidak bisa, karena nanti saya beku, kalau satu mobil dengan es balok," jawab Dita.
Lia hanya bengong dan jadi pendengar setia, karena dia tidak mengerti apa yang bos dan sahabat nya bahas.
"Pak.. Dita, aku duluan ya," pamit Lia
"Tunggu gue Lia.. gue juga pamit ya pak," Dita langsung mengejar Lia.
Adit hanya diam dengan muka datarnya, sedangkan Yohan hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Dita.
" Anaknya lucu.." sambung Yohan sambil menatap Dita.
"Mata loe yang katarak, anak bar-bar begitu di bilang lucu," sambung Adit.
"Jangan benci, nanti lama-lama bucin jadinya," Jawab Yohan sambil menuju mobilnya.
Adit dan Yohan menaiki mobil masing-masing, sedangkan Dita sudah duluan dengan Lia.
Selama perjalanan Dita memutar musik di mobilnya supaya tidak suntuk di jalan karena macet, Dita memang paling suka dengar musik, karena menurut dia dengar musik bisa menghilangkan capek dan stres.
Sepanjang perjalanan Dita ikut menyanyi, mengikuti lagu yang dia putar, sampai tidak terasa dia sudah sampai di rumahnya, setelah memarkirkan mobilnya di garasi, dia segera turun dari mobil dan menuju pintu, tapi tiba-tiba dia melihat Adit yang juga masuk ke halamannya, dia juga baru pulang, Dita segera meneriaki Adit.
"Woi... tetangga, baru pulang juga, kirain masih betah jadi tukang parkir." Dita tertawa sambil berlari masuk rumahnya.
Sedangkan Adit hanya diam saja, tidak merespon Dita, dia segar masuk ke dalam rumahnya juga.
"Adit segera masuk dalam rumahnya, " Sore ma.." sahut Adit.
"Sore juga sayang, siapa yang teriak tadi?" tanya mama Metha.
"Oh titisan sanggokong ma.." jawab Adit dengan santai dan langsung menuju kamarnya di lantai dua.
Mama Metha heran siapa yang di maksud Adit titisan sanggokong, dia mau tanya anaknya tapi sudah nyelonong naik ke kamarnya.
Bedah halnya dengan Adit, Dita langsung masuk rumah dan menghampiri bunda nya di ruang keluarga.
"Sore bunda ku yang cantik, tapi lebih cantik anaknya," sahut Dira sambil mencium tangan bundanya.
" Tadi kamu teriaki siapa lagi, ini bukan hutan Dita."
"Tenang bunda, Dita tadi cuma teriaki si bambang," jawabnya sambil cengengesan.
"Siapa?" Bambang, emangnya kita ada tetangga bernama Bambang?"
"Ada dong bunda.. tidak usah penasaran nanti pasti bunda tau."
"Ya sudah kamu mandi, habis itu turun bunda masak untuk makan malam, sebentar lagi ayah pulang."
Dita naik ke kamarnya, sedangkan bunda Astrid menuju dapur untuk memasak makan malam mereka bertiga, karena kakak Dita tidak tinggal dengan mereka, dia tinggal di kota lain.
Sesampainya di kamar Dita menyimpan tas di atas meja riasnya, dan segera menuju kamar mandi untuk mandi, seperti biasa dia mandi sambil bersenandung, sekitar dua puluh menit Dita selesai mandi, dan segera keluar kamar mandi, dan ganti baju, memakai baju santai.
Setelah selesai Dita langsung turun membantu bundanya untuk masak, bagi Dita itu sudah biasa, bukan cuma masak, Dita juga pandai mengurus rumah.
Sesampainya di dapur dia segera menghampiri bundanya yang lagi asik memasak dengan di bantu oleh Mia pembantu di keluarga mereka.
"Bunda apa yang bisa Dita bantu?" tanya Dita.
"Kamu potong-potong sayur ya?"
"Ok soal gampang itu bunda, mau masak apa pun Dita bisa,"
"Jadi udah siap dong menikah dengan Adit kalau begitu?" sambung bundanya.
"Aduh salah bicara lagi non," jawab si Mia sambil tertawa.
Mia masih mudah, seumuran dengan Dita, jadi kalau bersama Dita mereka nyambung, mereka memperlakukan Mia dengan baik, mereka sudah menganggap Mia keluarga mereka, jadi kalau Dita bercanda dengan Mia itu udah biasa.
"Mia loe aja yang nikah sama si Adit, nanti gue endorse nya." tawar Dita.
Kok gue si non, kan yang di jodohkan dengan dia kan non Dita,"
Tiba-tiba bel berbunyi Mia segera menuju pintu depan, mengecek siapa yang datang.
"Selamat sore menjelang malam tuan," sapa Mia
"Sore juga Mia, jawab ayah Romi dan segera masuk ke dalam rumah, dan bunda Astrid sudah menyambut nya.
Mia segera masuk ke dalam dapur, untuk menuntaskan pekerjaan nya.
Dita dan Mia asik masak berdua, karena bunda Astrid mengurus suaminya yang baru pulang kerja.
"Non.. menurut Mia ya, den Adit itu ganteng loh," masak non Dita tidak mau sama dia?" tanya Mia.
"Ia memang ganteng, gue akui, tapi gue nggak suka karena muka datar," lanjut Dita.
"Tapi biasa orang begitu non, kalau sudah sayang dan cinta, gila tampah posesif non."
"Dari mana loe tau?" tanya Dita.
"Ya baca di novel non," lanjut Mia
"Dasar penggila novel, jadi loe percaya cerita-cerita di novel?"
Mereka berdua asik cerita sambil masak, tidak terasa mereka selesai masak, dan juga sudah selesai menyajikannya di meja.
Dita segera pergi memanggil bunda dana ayahnya untuk makan malam.
"Bun.. anak kita ini udah pandai masak, udah cocok menikah," goda ayah Romi.
"Nggak usah panggil bunda dengan singkatan Bun.." lanjut Dita.
"Emangnya kenapa?" tanya bundanya.
"Soalnya bunda, nanti ayah kebiasaan panggil Bun.. lama-lama jadi buntal," jelas Dita.
"Ada-ada saja kamu ini Dita," sambung bundanya
"Siapa tau lidahnya ayah keseleo," lanjut Dita sambil tertawa.
Mereka makan sambil ngobrol-ngobrol kecil, mereka menceritakan kegiatan mereka sepanjang hari.
.
.
.
.
.
**Bersambung 😘
Hai guys cerita nya sampai di sini dulu ya, jangan lupah like dan komentar ya🙏 terimakasih 😘😘**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!