Anabella masih bersimpuh di dekat pusara almarhum suaminya. Bahkan luka yang ada di dadanya tak ia rasakan lagi. Hujan masih mengalir dengan derasnya, seirama dengan air matanya yang terus berjatuhan dari pipinya.
Arkan, dia meninggal karena kecelakaan. Anabella tak menyangka, jika kecelakaan mobil selalu mengambil nyawa orang-orang yang ia cintai.
Pertama, kecelakaan yang membuat ayahnya meninggal. Kini suaminya juga meninggal karena kecelakaan.
Arkan pergi saat putranya masih berusia 6 bulan dan Anabella yang masih berumur 22 tahun. Sebenarnya Anabella masih sangat membutuhkan suaminya. Tapi apalah daya, takdir yang mempertemukan mereka. Kini takdir jugalah yang memisahkannya.
***
Pikiran Anabella tiba-tiba kosong. Ini sudah senja. Tapi Anabella masih bertahan di sana. Rasanya ia ingin menemani tidur suaminya saat malam di sini.
Anabella sungguh tak percaya kalau dia akan menjadi janda di usia mudanya. Padahal dia berharap, dialah yang akan diambil duluan. Mengingat selama ini dia sakit-sakitan. Tapi tak disangka, Tuhan lebih sayang suaminya.
Anabella terus menangis. Tapi ada pria yang tak pernah tega meninggalkan Anabella. Siapa lagi orangnya, dia adalah Johan. Namun sayangnya, Johan sudah tak sendiri lagi. Johan sudah menikah, tentunya sudah beristri.
Sejak Johan tahu kalau Anabella menikah dengan om papanya, Johan memilih menjauhi Anabella. Kemudian dia dijodohkan dengan seorang dokter cantik pilihan kedua orangtuanya.
Sebenarnya Johan sempat menolak. Tapi diusianya yang sudah matang, sekaligus dia patah hati. Jadi tak ada pilihan lain selain mengiyakan permintaan orang tuanya.
Lagian Anabella sudah bahagia bukan? Jadi apa salahnya kalau dia berusaha move on? Maka dari itulah Johan menerima perjodohan itu.
"Jangan sedih lagi Anabel, ada aku di sini untukmu." ujar Johan sambil mengulurkan tangannya. Bermaksud mengajak Anabella untuk berdiri.
Tak ada sahutan dari Anabella. Anabella benar-benar seperti tak punya jiwa. Ya, separuh jiwanya sudah pergi. Ngapain dia bertahan? Kemudian terlintas di benak Anabella ingin mengakhiri hidupnya. Anabella sudah tak kuat, mungkin mati adalah jalan satu-satunya untuk tidak merasakan kesedihan lagi.
Anabella mengabaikan uluran tangan Johan. Ia lebih memilih berdiri sendiri dan berjalan menjauhi Johan. Cara berjalan Anabella sudah tak seimbang, bahkan terhuyung hampir jatuh andaikan Johan tak berusaha menangkapnya. Tapi setiap dipegang oleh Johan, Anabella menepisnya.
Sambil memegangi dadanya, Anabella terus berjalan hingga sampai di tengah jalan.
Johan yang melihat itu langsung menarik lengan Anabella dengan kasar. Di ujung sana ada truk yang melintas, jadi sebelum ada kejadian yang tak diinginkan. Johan lebih memilih menyakiti Anabella dari pada kehilangan selamanya.
"Anabel, apa-apaan kamu! Inget Devan Bel. Devan masih butuh kamu. Dan juga masih ada aku buatmu," lanjut Johan dalam hati. Johan masih ngarep? Ya, mungkin begitu. Tapi sebenarnya Johan memang masih sayang dengan Anabella dan Devan.
Devan sering memanggilnya papa. Jadi Johan merasa Devan juga bagian dari hidupnya.
Sebelum Arkan kecelakaan. Johan sempat beberapa kali main ke rumah Arkan. Bahkan Devan sudah mau digendong oleh Johan sejak pertama kali mereka bertemu. Jadi jangan salahkan kalau Devan dan Johan begitu akrab.
Namun sayang sekali, Johan sudah menikah. Tapi dipernikahannya itu, dia belum diberikan momongan sampai sekarang. Padahal pernikahannya dengan Rena sudah lebih dari setahun. Maka dari itu Johan seneng banget main sama anak kecil. Siapa tahu dengan begitu, Rena akan segera diberikan momongan.
"Aku gak pantes hidup Jo. Aku ini wanita pembawa sial. Apa yang dikatakan oleh Isabel emang benar. Aku hanyalah pembawa sial bagi semua orang."
Flashback
"Dasar wanita pembawa sial!" ujar Isabella saat jasad Arkan sudah selesai di kebumikan.
Anabella tak menghiraukannya. Ia lebih memilih diam dan duduk di samping pusara suaminya.
Isabella yang merasa tak ditanggepin langsung berucap kembali. "Dulu waktu ibumu lahirin kamu dia meninggal. Terus ayahmu almarhum Om Leonardo juga meninggal. Terus kemarin mertuamu meninggal pas kamu hamil, kemudian meniggal lagi pas kamu ngelahirin. Sekarang! Lihatlah! Suamimu juga ikut ninggalin kamu. Janda kan kau sekarang? Punya anak lagi. Ngapain bukan kamu aja sih yang mati? Kamu kan penyakitan." ujar Isabella tanpa perasaan.
PLAK
Sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipi Isabella. Bukan Anabella yang menamparnya. Melainkan Lauren, ibunda tercinta.
Tak disangkanya Lauren menyusul Anabella ke pemakaman. Untuk Devan, tadi Lauren minta dijagakan oleh asisten rumah tangga. Lauren minta gantian. Anabella memang tak tahu kalau Lauren menyusulnya. Lauren memang sengaja menyusul, mengingat kondisi Anabella yang baru operasi dan dia juga lihat kalau Isabella ikut mengantarkan kepergian Arkan yang terakhir kalinya.
Dan tak disangkanya, saat Lauren baru tiba. Isabella melontarkan kata-kata pedas buat Anabella.
Lauren yang sekarang bukanlah Lauren yang dulu. Lauren sudah banyak berubah. Dia sudah ingat umur, kalau dia sekarang tak muda lagi. Jadi dia ingin berubah. Dia tak mau berbuat jahat dan menjahati Anabella terus-terusan. Lihatlah Isabella, dia bagaikan cerminan dirinya sendiri. Lauren sangat menyesal telah membesarkan anaknya dengan ajaran yang salah.
"Kau tak pantas berucap itu pada sepupumu. Bagiamana pun juga, dia sepupumu Isabel? Kau harusnya bersikap lebih baik padanya. Hari ini ia berduka, harusnya kau ucap bela sungkawa. Bukan berkata seperti tadi." marah Lauren pada Isabella.
"Cih! Ibu gak ingat? Ibu dulu benci banget sama Anabel. Ada apa dengan mu sekarang Bu? Apa selama tinggal bareng Anabel, Anabel ngeracunin otak ibu hah?" tanya Isabel dengan tajam.
"Tutup mulutmu! Ini di kuburan Isabel, tak sepatutnya kamu bicara kasar seperti ini!"
"Ini ajaranmu ibu, apa ibu lupa?" balas Isabella dengan sinis.
Lalu Isabella menatap Anabella yang masih bersimpuh di tanah.
"Lihat Anabel! Bahkan ibuku sekarang membelamu. Puas kau sekarang ha!" ujar Isabella kemudian meninggalkan tempat itu.
Lauren mengelus pundak Anabella. Lalu ia mendoakan jasad Arkan kemudian ia pamit pulang untuk menjaga Devan kembali. Sebelumnya ia meminta Johan untuk menjaganya. Dan Johan mengangguk mengiyakan. Tanpa disuruh siapapun, Johan pasti akan menjaga Anabella.
Flashback Off
"Itu tak benar Anabel! Gak ada namanya orang yang pembawa sial itu gak ada? Semuanya sudah takdir Illahi Bel. Percayalah! Ini semua sudah digariskan. Sekarang tinggal kitanya saja, mau menerima takdir ini atau enggak. Kalau kita menerimanya dengan ikhlas. insyaAllah kita bisa melaluinya, ya meskipun berat aku yakin kamu pasti bisa melewati ini semua." ujar Johan yang berusaha menenangkan Anabella.
Tahukah kalian? Mungkin saking sedihnya Anabella, sampai Anabella menerima pelukan dari Johan. Dan ternyata Isabella tadi tak benar-benar pergi dari pemakaman. Hingga aksi pelukan keduanya dilihat olehnya.
Isabella sudah dari dulu menyukai Johan, namun sayangnya Johan tak pernah suka padanya. Menurut keluarganya Johan, Isabel tak pantas untuk Johan. Lagi pula Johan tak suka, karena Isabella itu jahat. Bukan tipenya sekali intinya.
Melihat itu, Isabella jelas cemburu. Tak hanya cemburu, dia langsung mengambil ponselnya untuk memotret Johan dan Anabella yang sedang berpelukan.
CEKREK!
Bersambung...
Melihat itu, Isabella jelas cemburu. Tak hanya cemburu, dia langsung mengambil ponselnya untuk memotret Johan dan Anabella yang sedang berpelukan.
CEKREK!
Setelah mendapatkan foto itu. Isabella tersenyum licik. Yang jelas, foto itu akan ia kirim ke istrinya Johan. Biar masalah Anabella makin bertambah dan tak kuat untuk menjalani hidup lagi. Ke irian Isabella benar-benar mendarah daging. Dia tidak senang melihat Anabella bahagia.
"Ck, rasain kau Anabel. Setelah foto ini terkirim, habislah riwayatmu di tangan Rena." gumamnya dengan senyum penuh kelicikan.
***
Melihat Anabella yang sudah tenang dalam pelukannya. Johan langsung memutuskan untuk mengantarkan Anabella pulang. Bahaya juga jika orang lain tahu tentang dirinya yang memeluk Anabella. Soalnya dia sudah beristri, jadi Johan tak akan bebas untuk berbuat apa saja kepada wanita lain.
Tapi sungguh, ini adalah momen yang Johan tunggu-tunggu. Sekian lama ia berharap bisa berduaan dengan Anabella akhirnya terkabulkan meski dalam keadaan duka seperti ini. Bahkan saking senangnya, Johan tak segan-segan memberikan kecupan di dahi Anabella.
Anabella tak sadar kalau Johan mencari-cari kesempatan dalam kesempitan. Yang ada dipikiran Anabella saat ini hanya kekosongan.
Berbeda dengan Johan. Yang pikirannya sudah traveling kemana-mana. Bahkan Johan pikir, Anabella juga akan mau kalau jadi selingkuhannya.
Padahal faktanya, Anabella mungkin menolak. Lihat saja, apakah Anabella akan mau? Apakah cintanya pada om papanya sedangkal itu?
Tapi di sisi lain, Johan tak setega itu. Baginya Anabella tak pantas untuk disakiti. Andaipun Anabella mau jadi yang kedua. Johan pasti akan memikirkannya matang-matang.
Untuk saat ini, sebenarnya Johan masih fokus-fokusnya ingin segera memiliki momongan bersama Rena istrinya. Meskipun tak menutup kemungkinan, kalau Johan aslinya lebih berharap punya keturunan bareng Anabella.
'Ish, pikiran apa itu? Mana mungkin aku berpikir kayak gini? Anabella pasti gak akan mau hamil tanpa suami? Astaga.'
Dalam perjalanan pulang sampai menuju ke kediaman almarhum. Anabella hanya diam saja. Tak sepatah katapun terucap dari mulutnya.
"Papa."
Suara mulut balita itu sungguh mengejutkan Anabella. Seketika itu juga Anabella tersadar dan langsung mendekat ke arah Devan yang digendong oleh Lauren.
Devan, dia lagi-lagi memanggil Johan dengan sebutan papa.
"Devan, dia om Johan bukan papamu." ujar Anabella pada anaknya.
Lalu Anabella menatap nanar ke arah Johan. "Devan baru belajar bicara. Maafkan dia." kata Anabella.
"Tak apa Anabel? Tak perlu minta maaf. Aku memakluminya. Devan masih belum tahu apa-apa. Dan dia juga baru kehilangan papanya. Biarkan dia memanggil ku papa. Aku tak akan mempermasalahkannya. Bukankah kita sudah saling kenal? Bahkan kita juga sudah sedekat ini?" sahut Johan sambil meraih jemari tangan Anabella. Namun belum sempat Johan meraih jemari tangannya, Anabella menolak lebih dulu.
"Kau sudah beristri Jo," ujar Anabella.
Ingatkan tentang itu pada Johan. Siapa tahu Johan lupa kalau dia sudah punya istri. Makanya dia mau pegang-pegang Anabella tadi.
Johan sedikit menyesal. "Ah, andai saja aku belum menikah." sesalnya.
Tapi Anabella keburu menjauh dan masuk ke dalam rumah. Tak lupa dia menyuruh Lauren untuk mengajak Devan masuk.
Tapi Devan langsung menangis dan mulutnya yang mungil itu terus memanggil-manggil Johan dengan sebutan papa.
"Pap..paaa. Pap..pa?"
Devan terus merancau dan memanggil Johan. Anabella langsung terdiam, dan air matanya kembali jatuh.
Meskipun kehadiran Johan tak diinginkan, Johan tetap nekad mendekati Devan.
"Cup cup cup... Anak cakep jangan menangis? Sini Bi, biar aku yang gendong."
Anabella hendak melarangnya. Tapi Lauren memberi tatapan biar Anabella mengijinkannya. Anabella pun pasrah dan langsung pergi menuju ke kamarnya.
Sementara itu. Johan langsung menganggap ini adalah kesempatan emasnya. Dia segera berkata, "Iya ini papa."
Setelah berkata seperti itu. Johan langsung menatap Lauren sambil mengedipkan sebelah matanya. Maksudnya itu kode. Biarkan Devan menganggapnya sebagai papanya. Toh hubungan Johan dan almarhum Arkan dulunya juga baik-baik saja.
Lagian semua orang juga tahu, kalau Devan anaknya Arkanu Sanjaya. Wajahnya saja mirip sekali dengan Arkan, bukan dengan dirinya. Devan benar-benar Arkan yang kedua.
***
Setelah 7 hari kepergian arkan. Anabella mulai beraktifitas kembali seperti dulu. Yaitu bekerja. Dulu waktu ada almarhum Anabella dilarang bekerja. Sekarang almarhum tidak ada. Meskipun banyak harta peninggalan dari Arkan. Rasanya harta itu lama kelamaan akan habis juga. Makanya Anabella memutuskan untuk bekerja kembali. Hitung-hitung sebagai obat agar dia melupakan rasa sedihnya. Lagian di dadanya ada jantung Arkan. Jadi cinta Anabella kepada Arkan tetap menyatu. Percayalah, Anabella tak akan mengkhianati cintanya kepada Arkan. Sampai kapanpun cinta Anabella hanya buat om papanya.
Sebelum berangkat, Anabella sudah memasrahkan semua keperluan Devan kepada Lauren. Ya, Anabella percaya kepada Lauren. Lagian jika Lauren jahat pada Devan. Di dalam rumahnya ini banyak terpasang kamera CCTV yang disembunyikan dari jangkauan mata. Jadi jika Lauren ingin berbuat jahat, dia tak akan tahu kalau ada banyak CCTV di rumah Anabella ini.
Bukannya tak percaya. Hanya saja Lauren kan baru ikut tinggal bersamanya. Jadi Anabella harus berjaga-jaga. Siapa tahu Lauren tetap jahat. Tapi Anabella sangat berharap, Lauren benar-benar berubah baik seperti ini selamanya. Lauren sudah bagai ibu di mata Anabella. Karena perhatian dan kepedulian yang Lauren berikan akhir-akhir ini adalah semangat bagi Anabella.
Ya, mungkin itulah yang dinamakan karma. Dari kebencian dan kejahatan yang diperbuat oleh Lauren, akhirnya menjadi penyesalan dan kemudian berubah menjadi rasa sayang.
***
Baru saja Anabella keluar dari halaman rumahnya. Istri Johan yang tak lain dan tak bukan adalah Rena. Tiba-tiba menghadang jalan mobilnya.
Otomatis Anabella menghentikan mobilnya dan turun. "Ibu Rena," panggilnya.
Ya, Rena lebih tua 3 tahun darinya. Rena seumuran dengan Johan lebih tepatnya.
Tanpa ada angin, tanpa ada hujan. Tiba-tiba Rena mendekat.
PLAK
Sebuah tamparan dengan kerasnya jatuh di pipi sisi kanan Anabella.
'Uh, panas.' batin Anabella sambil meringis kesakitan.
"Dasar wanita murahan! Mentang-mentang udah jadi janda. Sekarang dengan seenaknya kamu godain laki orang hah!" Amarah Rena meluap-luap. Dia baru dapat kiriman foto dari orang yang tak ia kenal. Dan saat dipastikan, ternyata bukan settingan. Jadilah Rena mendatangi rumah Anabella. Dia tak berani masuk, jadi dia hanya menunggu dihalaman rumahnya saja.
Anabella yang bingung, langsung menaikkan satu alisnya ke atas. Dia bingung dengan maksud Rena barusan. Padahal dia tak merasa menggoda siapapun.
'Mungkinkah Johan? Perasaan aku dan Johan tak pernah bertemu lagi. Terakhir kali bertemu saat pemakaman kemarin?' batin Anabella sambil berpikir-pikir.
Memang begitu seingat Anabella. Terakhir bertemu dengan Johan waktu dimana Arkan meninggal. Memang sih, setelah mengantarkan Anabella pulang. Johan masih sempat bermain-main dengan Devan begitu lama. Kemudian Johan pamit dan mengatakan sesuatu pada Anabella.
"Anabella, hanya kaulah wanita yang ku kagumi. Andai waktu dapat diputar kembali. Mungkin kita sudah menikah." ujar Johan.
"Dan andaikan aku bisa memperbaiki semuanya, aku akan menikahimu sekarang. Membahagiakanmu dan juga Devan."
"Jangan gila kau Johan. Aku tak mungkin melakukanya."
Mungkinkah itu? Tanya Anabella dalam hati.
Bersambung...
Anabella tak mau menduga-duga. Dia punya mulutkan? Jadi dia langsung bertanya. Ingatkan, Anabella yang sekarang bukanlah Anabella yang lemah seperti dulu. Posisi Anabella sekarang adalah ibu yang merangkap jadi ayah. Serta jantung Arkan yang tertanam di tubuhnya adalah kekuatannya tersendiri baginya.
"Maksud Bu Rena apa?" tanyanya memberanikan diri. Meskipun Anabella tak lemah, tapi namanya perempuan. Pikirannya selalu sensitif jika dituduh yang bukan-bukan.
"Maksud-maksud? Lihat ini!" sahut Rena sambil menunjukkan foto yang dimana Anabella dan Johan sedang berpelukan.
Anabella kaget setengah mati. Dia merasa tak berpelukan dengan Johan. Tapi melihat latar foto itu, yang dimana posisinya masih dekat dengan pemakaman. Mungkin bisa jadi Anabella tak sengaja melakukan itu.
Tapi herannya, siapa yang tega melakukan itu? Mengambil fotonya secara diam-diam dan dikirimkan ke Rena. Padahal Anabella tak punya perasaan apapun terhadap Johan. Apalagi Johan sudah beristri, sangat tak mungkin bagi Anabella untuk menyukai Johan. Itu namanya merusak rumah tangga orang. Sangat-sangat tak terpikirkan bagi Anabella untuk melakukan hal keji seperti itu. Dia bukan pelakor, dia adalah janda muda yang baru saja ditinggal oleh suaminya.
Melihat raut muka kaget dari Anabella. Si Rena langsung bersuara.
"Apa ha? Pasti kamu pura-pura gak tahu kan? Dasar janda, aku udah tahu watakmu ya? Dimana-mana yang namanya pelakor itu, kalau di depan sok polos, sok gak tahu. Tapi di belakang? Kayak singa kegatelan, terus minta digarukin sama laki orang. Iya kan Bel? Dasar. Cih!" tuduh Rena sambil meludah di depan Anabella. Kemudian dia pergi begitu saja.
"Ya Tuhan."
Setelah kepergian Rena, tubuh Anabella lemas seketika. Kakinya tak bisa menopang tubuhnya lagi, hingga akhirnya tubuhnya merosot ke tanah. Awal yang suram baginya. Karena pagi-pagi dilabrak istri orang, yang Anabella sendiri bingung salahnya dimana. Soal foto pelukan itu, Anabella benar-benar belum ingat.
Anabella mencoba berdiri. "Anabella, kau harus kuat. Anggap saja ini adalah cobaan pertamamu saat menyandang status janda. Masih banyak waktu yang harus kau lalui. Pasti akan ada yang lebih menyakitkan dari pada ini." ujarnya sambil mencoba masuk ke dalam mobilnya.
***
Karena banyak melamun. Anabella mengendarai mobilnya tak tentu arah. Berkali-kali dia hampir menabrak orang, sampai kena marah juga. Anabella hanya bisa minta maaf dan melanjutkan perjalanannya kembali.
Dia sedang lilung, pikirannya jadi bercabang kemana-mana Kehilangan Arkan sangat memukul kesehatan psikologisnya. Cintanya seperti hilang, separuh jiwanya pergi. Dan Anabella juga tak yakin, apakah dia bisa jatuh cinta lagi atau tidak?
BRAKKKKK!
Tiba-tiba terdengar nyaring suara tabrakan mobil beradu dengan sepeda motor. Semua orang yang melihat kejadian itu langsung berteriak histeris. Seketika itu juga, Anabella langsung tersadar. Dia menoleh ke sekelilingnya.
"Ah, syukurlah." gumamnya.
Rupanya Anabella tak kenapa-kenapa. Lalu pandangannya beralih jauh ke depan. Ternyata disanalah sumber masalahnya.
Seorang pemuda mengendarai sepeda motornya dengan ugal-ugalan alias melajukan sepedanya dengan kecepatan tinggi. Lalu di depannya ada mobil yang rupanya tengah melaju dengan kencang. Hingga tabrakan itu tak terhindarkan. Pengendara mobil luka-luka. Sementara pengendara sepeda motor juga luka, tapi tak terlalu parah. Karena pengendara sepeda motor jatuh ke pinggiran dan pinggiran itu adalah rumput.
Melihat kejadian itu, Anabella tak tinggal diam. Dia turun dan melihat keadaan sekitar. Ternyata setelah ditelusuri, banyak yang menunggu ambulans untuk menjemput sang korban kecelakaan.
Dari pada menunggu ambulance lama, Anabella menawarkan diri untuk mengantarkan mereka berdua. Lagian Anabella juga pegawai rumah sakit. Jadi sudah sepatutnya dia melakukan ini.
"Saya pegawai rumah sakit. Biar saya saja yang mengantarkannya." ujar Anabella di depan semua orang.
Para warga setempat melihat pakaian Anabella, dan setelah melihat seragam yang Anabella kenakan banyak yang setuju atas usulan itu.
Setelah disetujui, Anabella menghampiri pengemudi mobil yang kecelakaan tadi. Banyak luka di dahi pria ini. Anabella segera minta tolong para kaum pria agar membawa pemuda ini ke dalam mobilnya. Karena tidak muat, jadi pengemudi mobil dan pengendara motor dipisahkan.
Pria muda ini adalah seorang CEO muda dari salah satu perusahaan elektronik. Dia adalah Faris Hamdan Moreno. Pemuda 26 tahun, masih single, cerdas dan tentunya mesum.
Meskipun mesum, pria ini selalu pilih-pilih wanita untuk dijadikan teman kencannya. Intinya dia tak sembarang dalam memilih wanita yang ia kencani. Juga dia tak pernah memandang status. Entah janda, perawan atau bahkan istri orang, tapi jujur dia belum pernah berkencan dengan janda. Yang penting baginya, dia ada uang untuk membayar mereka.
Ya walaupun banyak wanita yang mau melakukannya dengan suka rela. Tapi bagi Faris, yang suka rela itu jika saling menyukai. Jadi Faris tetap memberikan mereka imbalan. Tak hanya uang saja, kalau mereka menolak uang. Pasti Faris akan memberikan benda lainnya. Orang kaya Faris mah bebas, melakukan apa saja tanpa berpikir panjang.
Tadi Faris sempat menolak saat di bantu buat masuk ke mobil Anabella. Tapi karena dia sudah tak tahan lagi dengan sakit yang ada di kepala dan lengan tangannya. Faris pun akhirnya cuma bisa pasrah. Tenaga juga mulai melemah akibat banyaknya darah yang keluar dari dahinya.
Faris sempat membuka matanya. Namun pandangan matanya remang-remang. Tak bisa melihat dengan jelas wajah wanita yang kini tengah menolongnya. Kalau menurut pendengaran Faris, sepertinya Anabella wanita yang tak secantik dari gaya bicaranya. Maklum, Anabella keturunan Korea. Meskipun lahir di Indonesia, pengucapan huruf R nya tak terlalu fasih seperti pada umumnya.
Faris memejamkan matanya kembali. Karena jika dipaksakan, rasanya begitu sangat sakit. Kepalanya seraya mau pecah. Maklum, tadi kepalanya terbentur kemudi dengan kencangnya hingga dahinya berdarah.
***
Sesampainya di rumah sakit. Anabella langsung meminta kepada petugas UGD untuk menangani kedua korban kecelakaan barusan. Setelahnya ia pergi dan melanjutkan tugasnya sendiri. Karena bagian Anabella bukan di UGD. Tapi tugasnya merawat pasien yang sudah di ruangan-ruangan. Mendampingi dokter yang hendak memeriksa pasien rawat inap.
Sebenarnya Faris adalah pria tampan di abad ini. Pria yang digandrungi para kaum hawa akan ketampanan sekaligus kesuksesannya di masa muda. Namun nyatanya Anabella biasa saja. Kagum atau sekedar memuji pun tak ia lakukan.
Di hati Anabella, dia masih berduka. Dan disana masih tertuliskan nama Arkan. Karena Arkan adalah pria pertama yang mencuri hatinya bahkan saat ia masih kecil, masih bau kencur yang belum kenal nama cinta. Tapi Anabella sudah jatuh hati padanya. Tak terasa, jika mengingat semua itu air matanya langsung terjatuh dengan derasnya.
Siapa yang menginginkan takdir seperti ini? Menjadi janda dengan seorang anak balita berumur 6 bulan. Tak ada yang mau. Tapi ini sudah takdirnya. Sekeras apapun Anabella menangisi kepergian suaminya, Arkan tetap gak akan hidup lagi. Jadi hanya ikhlas dan mendoakan mendiang suaminya itu lebih baik.
Bersambung...
Jangan lupa like, komen dan beri dukungan ya? Biar saya semangat Up nya.🤗
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!